[go: up one dir, main page]

Academia.eduAcademia.edu
PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE PADA SISWA KELAS V-B SDN TAMBAKAJI 05 SEMARANG ARTIKEL Disajikan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar pada Universitas Negeri Semarang Oleh ERLINA NOVI KUSUMAYATI NIM. 1402408111 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2012 1 ABSTRACT Kusumayati, Erlina Novi. 2012. Science Learning Quality Improvement through Cooperative Learning Model: Think-Pair-Share Type at the fifth grade of SDN Tambakaji 05 Semarang. Thesis, Department of Primary School Teacher Education, Faculty of Education, State University of Semarang. Consultant (1) Dr. Sri Sulistyorini, M.Pd., and consultant (2) Drs. Moch Ichsan, M.Pd. Science learning in the fifth grade of SDN Tambakaji 05 Semarang was not varied and innovative. Teachers were not implement innovative learning and not using media in teaching science. Students were less active in learning science and could not work together in groups. Learning was less meaningful for the children so that the learning objectives were not implemented well. By applying this type of cooperative learning model: Think - Pair - Share with the media snakes and ladders, the students is motivated to play while learning, work independently or in groups with their partner. Students learn to think critically and solve a problem. This study aims to improve the skills of teachers, increase student activity, and improve student learning outcomes in learning science at the fifth grade of SDN Tambakaji 05 Semarang with cooperative learning model: Think Pair Share. This research is a classroom action research conducted in three cycles. Each cycle consists of four stages, namely planning, implementation, observation, and reflection. The subjects of the research are teacher and students of class VB SDN Tambakaji 05 Semarang. The techniques of collecting the data are tests, observation, field notes and documentation. The results showed that: (1) the skills of teacher in cycle 1 obtained a score of 18 with good category, in cycle 2 teacher’s skills increased with a score of 25.5 with a good category and the skills of teacher also increased in cycle 3 with a score of 32 with a very good category. (2) the students’ activity in cycle 1 students scored an average of 14.75 with both categories, in cycle 2 increased with an average score of 16.7 with a good category and the third cycle increased by an average score of 21.85 by category very well. (3) the mastery of cognitive learning outcomes of students in cycle 1 increased the learning outcomes of students scored an average of 65.8 to 65.71% mastery learning, in cycle II earned an average of 70.1 to 71.42% mastery learning. And on the third cycle gained an average 75.86% with 82.86 mastery learning. Based on the results of the study concluded that learning science through learning models Think Pair Share can improve the skills of teachers, student activities and student learning outcomes. Teachers can implement cooperative learning model: Think Pair Share type with the media of snakes and ladders in learning science as an alternative model of innovative learning. Keywords: quality of learning, science, TPS and media snakes and ladders 2 PENDAHULUAN Dalam Undang-undang RI No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional bab II, pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasioanal berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam pembelajaran guru merupakan figur yang sangat penting dalam menciptakan pembelajaran yang berkualitas, sehingga siswa mendapat pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi yang dimilikinya. Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa pendidik wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional (Rifa’i,dkk, 2009). Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogis, profesional, sosial serta kompetensi personal. Kaitannya dengan pembelajaran, guru harus memiliki pemahaman akan konsep kurikulum, teori belajar, variasi pembelajaran dan cara-cara memotivasi siswa dalam belajar harus dikuasai agar mampu merancang dan melaksanakan pembelajaran IPA yang menarik dan menstimulus siswa untuk aktif dalam proses belajar mengajar. Dengan demikian diharapkan tujuan pembelajaran IPA dapat tercapai secara maksimal. 3 Ruang lingkup bahan kajian IPA di SD secara umum meliputi dua aspek yaitu kerja ilmiah dan pemahaman konsep. Lingkup kerja ilmiah meliputi kegiatan penyelidikan, berkomunikasi ilmiah, pengembangan kreativitas, pemecahan masalah, sikap, dan nilai ilmiah. Lingkup pemahaman konsep dalam Kurikulum KTSP relatif sama jika dibandingkan dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang sebelumnya digunakan. Secara terperinci lingkup materi yang terdapat dalam Kurikulum KTSP (2006 : 485) adalah: (1) proses kehidupannya , kesehatan serta interaksinya dengan lingkungan. (2) benda atau materi. (3) energi dan perubahaannya. (4) bumi dan alam. Dengan demikian, dalam pelaksanaan pembelajaran IPA kedua aspek tersebut saling berhubungan. Aspek kerja ilmiah diperlukan untuk memperoleh pemahaman atau penemuan konsep IPA. Siswa tidak hanya dituntut untuk menguasai materi IPA yang terdapat dalam ruang lingkup IPA tersebut namun siswa juga harus dapat menerapkannya di dalam kehidupan mereka sehari-hari. IPA dapat memberikan penjelasan kepada siswa untuk memahami kejadian, fenomena dan keragaman yang terdapat di alam semesta, cara memanfaatkan dan menjaga keragaman yang ada di alam semesta serta cara untuk menyesuaikan diri terhadap hal-hal tersebut. Dari sana dapat kita ketahui bahwa peranan guru dalam pembelajaran IPA yaitu guru harus menciptakan suatu pembelajaran yang menarik dan menyenangkan sehingga dapat menunjang siswa untuk belajar secara efektif dan sesuai dengan kehidupan mereka. Proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik 4 serta psikologis peserta didik. Namun pada kenyataannya, proses pembelajaran yang terjadi di Indonesia masih bersifat teacher center, pembelajaran berpusat pada guru sehingga siswa kurang dapat berinteraksi. Mantan menteri Pendidikan Nasional Wardiman Djoyonegoro mengungkapkan dalam penelitian tahun 2004 yang dilakukan pemerintah hanya 43% guru yang memenuhi syarat. Artinya sebagian besar guru (57%) tidak atau belum memenuhi syarat, tidak kompeten, dan tidak professional. Hal ini berakibat pada rendahnya kualitas proses pembelajaran di kelas (Mulyasa, 2009). Berdasarkan hasil observasi yang dilakuakan peneliti, diketahui dalam pembelajaran masalah tersebut juga di alami pada pembelajaran IPA di kelas V-B SDN Tambakaji 05. Guru tidak menerapkan model-model pembelajaran yang inovatif, menarik dan dapat menjadikan siswa lebih tertantang serta antusias terhadap pembelajaran IPA. Guru tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikan suatu permasalahan dalam pelajaran baik secara mandiri maupun bekerja sama dengan temannya dalam suatu diskusi. Selain itu guru belum memberikan waktu berpikir dan kesempatan pada siswa untuk menuliskan atau merumuskan hasil pemikirannya sendiri dalam memecahkan suatu permasalahan. Guru juga kurang optimal dalam penggunaan media, karena media yang digunakan hanya berupa gambar. Selain itu siswa tidak dapat berpikir secara mandiri untuk memecahkan masalah-masalah IPA, ketika guru menyampaikan suatu pertanyaan kepada siswa secara individu mereka tidak dapat merumuskan jawaban mereka sendiri. Siswa tidak aktif dalam pembelajaran, hanya siswa tertentu yang berani mengungkapkan pendapatnya, bertanya maupun menjawab pertanyaan dari guru. siswa tidak bertanggungjawab terhadap tugas yang diberikan guru, siswa yang 5 pandai mendominasi sedangkan siswa lain hanya mendengarkan dan mencontoh pekerjaan siswa yang pandai sehingga mereka cepat bosan dan suasana kelas menjadi tidak kondusif. Permasalahan-permasalahan tersebut mengakibatkan siswa tidak dapat memahami materi dengan baik. Dari data yang diperoleh peneliti, hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA perolehan nilai tertinggi 80, nilai terendah 40 dan rata-rata kelas 55,6 hal ini menunjukkan belum tercapainya KKM mata pelajaran IPA sebesar 60. Dari 35 siswa kelas V-B SDN Tambakaji 05 ternyata hanya 13 siswa yang tuntas atau sekitar 37,14%, sedangkan 22 siswa lainnya atau sekitar 62,86% belum tuntas, hal ini akan berpengaruh terhadap siswa dalam menerima pembelajaran berikutnya. Berdasarkan data hasil observasi di atas, masalah tersebut merupakan masalah yang mendesak untuk segera dipecahkan karena jika tidak akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Untuk itu perlu dikembangkan strategi pembelajaran yang tepat, menarik, dan efektif, sehingga siswa dapat aktif dan berhasil memahami apa yang ada dalam kegiatan pembelajaran dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satu model pembelajaran yang dapat dijadikan alternatif yaitu pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS). Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan membuat variasi suasana pola diskusi kelas (Trianto, 2007: 61). Hal ini didukung dengan pendapat dari Lie (2002:46) Think Pair Share memberikan kesempatan delapan kali lebih banyak kepada siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain. Dari pendapat tersebut jelas terlihat bahwa model pembelajaran Think Pair Share dapat meningkatkan aktivitas 6 siswa dalam pembelajaran baik aktivitas secara individu maupun secara kelompok seperti membaca, menulis, mengungkapkan pendapatnya mendengarkan, dalam bertanya, menjawab, diskusi. Model maupun pembelajaran ini memungkinkan untuk siswa dalam belajar secara mandiri maupun bekerja sama dengan siswa lain, sehingga seluruh siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Pendapat ini juga didukung dari penelitian yang dilakukan oleh Ika Febriani yang berjudul Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPA melalui Model Pembelajaran TPS pada Siswa Kelas IV B SD N Kalibanteng Kidul 01 Semarang. Hasil penelitiannya menunjukkan dengan menerapkan model kooperatif tipe TPS maka aktivitas siswa, keterampilan guru dan hasil belajar siswa dapat meningkat. Seperti halnya penelitian oleh Surna Ulfatunsani yang berjudul Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Melalui Model Cooperative Learning Tipe Think pair share (tps) dengan Media Cd Pembelajaran pada Pelajaran PKn Kelas IV-C SD Negeri Tambakaji 04 Semarang. Hasil penelitian ini menunjukkan aktivitas guru, aktivitas siswa dan prestasi belajar siswa melalui penerapan model TPS ini dapat meningkat. Lie (2002: 45-46) menyatakan bahwa Think Pair Share memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Kelebihan kelompok berpasangan dalam hal ini model kooperatif tipe Think Pair Share antara lain akan meningkatkan partisipasi, cocok untuk tugas sederhana, lebih banyak kesempatan untuk kontribusi masing-masing anggota kelompok, interaksi lebih mudah, lebih mudah dan cepat membentuknya. Dalam pelaksanaan model Think Pair Share ini terdiri dari 3 tahapan yaitu: 7 a. Tahap 1 : berpikir (Thinking) guru mengajukan suatu pertanyaan sesuai dengan materi dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri. b. Tahap 2: berpasangan (Pairing) siswa berkelompok secara berpasangan dan mendiskusikan apa yang mereka peroleh. Dengan berdiskusi diharapkan siswa dapat memperdalam makna dari jawaban yang telah dipikirkannya. Guru memberi waktu ± 4 atau 5 menit untuk berpasangan. Setelah berdiskusi siswa dibimbing guru untuk memaikan permaianan ular tangga. c. Tahap 3 : berbagi (Sharing) guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Dalam kegiatan ini diharapkan terjadi Tanya jawab yang mendorong pada pengkonstruksian pengetahuan secara integrative. Peserta didik dapat menemukan struktur dari pengetahuan yang dipelajariya (Suprijono, 2011:91). Inti keberhasilan dari tipe Think Pair Share adalah bagaimana guru merumuskan permasalahan pada awal pelajaran yang memberi makna bagi siswa, dan menimbulkan rasa penasaran siswa sehingga mereka tertarik mencari solusi. Model kooperatif tipe Think Pair Share sangat membantu kreativitas berpikir siswa yang kelak sangat berguna jika mereka berada di masyarakat dan menemukan banyak masalah sehingga mereka mampu menyelesaikan masalah tersebut bersama dengan anggota masyarakat yang lainnya. Pembelajaran yang inovatif pastilah menggunakan media untuk meningkatkan motivasi dan partisipasi anak dalam pembelajaran. Media ular tangga dapat dijadikan alternatif media yang digabungkan dengan kartu soal yang berisi soal-soal sesuai dengan materi pembelajaran. Dengan menggunakan media 8 ular tangga disini siswa dapat bermain sambil belajar sehingga mereka akan termotivasi dalam mengikuti pembelajaran dengan baik. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas, peneliti melakukan tindakan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share yang akan dilaksanakan dalam 3 siklus, setiap siklusnya dilaksanakan dalam 2 pertemuan yang terdiri dari empat kegiatan yaitu perencanan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan , dan refleksi .Prosedur penelitian tersebut dapat digambarkan melalui bagan berikut. Skema Langkah-langkah Penelitian SIKLUS I Permasalahan baru hasil refleksi SIKLUS II Permasalahan baru hasil refleksi Perencanaan Tindakan Refleksi I Pelaksanaan Tindakan I Pengamatan Perencanaan tindakan II Pelaksanaan Tindakan II Refleksi II Pengamatan Dilanjutkan ke siklus berikutnya Bagan 3.1 Siklus PTK (Suhardjono, 2009:74) 9 Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas V-B SDN Tambakaji 05 Semarang. Pelaksanaan pembelajaran matematika dengan pendekatan RME melibatkan seluruh siswa kelas V-B pada semester genap tahun 2011/2012 yang berjumlah 35 siswa yang terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 19 siswa perempuan. Namun untuk mengefektifkan hasil pengamatan maka pengamatan difokuskan pada 10 siswa yang dipilih berdasarkan hasil diskusi dengan guru kelas serta meninjau kemampuan kognitif siswa dari hasil tes sebelumnya. Teknik analisis data untuk data kuantitatif diperoleh dari nilai hasil belajar siswa dan data kualitatif diperoleh dari menganalisis lembar observasi keterampilan guru dan aktivitas siswa yang telah diisi oleh observer pada saat pembelajaran. Indikator keberhasilan dalam penelitian adalah adanya peningkatan kualitas pembelajaran yang meliputi: (1) keterampilan guru minimal baik dengan skor ≥ 18, (2) aktivitas siswa minimal baik dengan skor ≥ 14, dan (3) siswa mengalami ketuntasan belajar individu sebesar > 60 dan ketuntasan klasikal minimal sebesar 80%. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Keterampilan Guru Tabel 1. Hasil Observasi Peningkatan keterampilan guru pada siklus I, II, dan III No 1. Indikator Siklus I 2,5 Pra Kegiatan Mengelola fasilitas belajar dan kesiapan belajar siswa. 10 Siklus II Siklus III 4 4 2. 3. 4. 5. 6. 7 8 9 Kegiatan Awal Keterampilan membuka pelajaran. Eksplorasi keterampilan memberikan pertanyaan pada siswa. Menyajikan materi Elaborasi Menyampaikan permasalahan (think) Mengajar kelompok kecil (pair) Keterampilan mengelola diskusi kelas(share). Konfirmasi Melaksanakan konfirmasi. Kegiatan Akhir Keterampilan menutup pelajaran Jumlah skor Rata-rata 2 2,5 4 2 3,5 4 2 2 3 3 3,5 4 3 3 4 1 2 3 1 2 3 2,5 2,5 2,5 18 2 25,5 32 Kategori Baik 2,8 Baik 3,55 Sangat baik Dari tabel 1 dapat diketahui bahwa keterampilan guru mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II dan ke siklus III. Dalam pembelajaran, guru telah melibatkan siswa untuk berdiskusi berpasangan dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan dalam pembelajaran IPA. Guru juga membimbing siswa melakukan permainan ular tangga yang dapat meningkatkan motivasi siswa dlam pembelajaran. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir dan memberikan waktu berfikir. Berdiskusi berpasangan serta membimbing diskusi kelas sehingga tercipta pembelajarn yang aktif dan inovatif. Seperti yang dikemukaan Suprijono(2011:) berpikir (Thinking) guru mengajukan suatu pertanyaan sesuai dengan materi dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa 11 menit untuk berpikir sendiri. Berpasangan (Pairing) siswa berkelompok secara berpasangan dan mendiskusikan apa yang mereka peroleh. Dengan berdiskusi diharapkan siswa dapat memperdalam makna dari jawaban yang telah dipikirkannya. Guru memberi waktu ± 4 atau 5 menit untuk berpasangan. Setelah berdiskusi siswa dibimbing guru untuk memaikan permaianan ular tangga. Berbagi (Sharing) guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. 2. Aktivitas Siswa Tabel 2. Hasil observasi peningkatan aktvitas siswa pada siklus I, II, dan III No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Indikator Antusias mengikuti pembelajaran Siklus I Siklus II Siklus III 2,65 2,8 3,5 Menjawab pertanyaan 1,22 Menuliskan 2,72 gagasan/hasil pemikiran secara individu. (think) Belajar dengan diskusi berpasangan 2,7 (pair) Presentasi kelompok berpasangan. 1,33 (share) Mengajukan 1 pertanyaan. Memiliki perasaan senang dalam 3,2 pembelajaran Jumlah 14,8 Kategori Baik 1,4 2,6 2,9 3,5 3,25 3,5 1,35 2,5 1,65 2,75 3,35 3,5 16,7 Baik 21,85 Baik Sekali Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan aktivitas siswa dari siklus I ke siklus II dan ke siklus III. Dalam proses pembelajaran, siswa mampu 12 menyelesaikan masalah secara mandiri sehingga siswa dapat mengemukakan pendapat terkait dengan masalah, dan siswa dapat menyelesaikan masalah dalam kelompok berpasangan sehingga siswa dapat berdiskusi untuk menyelesaikan masalah dan menjelaskan penyelesaian yang ditemukan ke kelompok lain melalui kegiatan presentasi (Lie, 2002:45). 3. Hasil belajar siswa Tabel 4.12. Peningkatan hasil belajar IPA siswa siklus I, II, dan III No 1 2 3 4 5 6 Pencapaian Nilai rata-rata Nilai terendah Nilai tertinggi Siswa yang belum tuntas Siswa yang tuntas Presentase ketuntasan hasil belajar Nilai Siklus I Nilai Siklus II Nilai Siklus III 65,8 40 90 70,1 43 93 75,86 50 100 12 10 6 23 25 29 65,71 % 71,42% 82,86% Hasil belajar siklus I nilai rata- ratanya 65,8 dengan nilai terendah 40, nilai tertinggi 90, ketuntasan 23 siswa (65,71%) dan 12 siswa (34,29%) tidak tuntas. Setelah dilaksanakan siklus II nilai rata-rata menjadi 70,1 dengan nilai terendah 43 dan nilai tertinggi 93. Ketuntasan 25 siswa (71,42 %) dan 10 siswa (28,58%) tidak tuntas. Setelah dilaksanakan siklus III rata-rata nilai meningkat menjadi 75,86 dengan nilai terendah 50 dan nilai tertinggi 100. Ketuntasan 29 siswa (82,86%) dan 6 siswa (17,14%) tidak tuntas 13 SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian terhadap keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA melalui model pembelajaran Think Pair Share diperoleh data sebagai berikut. a. Keterampilan guru dalam mengajar menggunakan model pembelajaran Think Pair Share meningkat. Perolehan skor pada siklus I yaitu 18 dengan kategori baik. Pada siklus II skor keterampilan guru mengalami peningkatan menjadi 25,5 yang masuk dalam kategori baik. Pada siklus III skor lebih meningkat menjadi 32 yang masuk dalam kategori sangat baik. b. Aktivitas siswa pada pembelajaran IPA dengan model pembelajaran Think Pair Share meningkat. Pada siklus I perolehan skor 14,75 termasuk kategori baik. Pada siklus II mengalami peningkatan dengan skor 16,7 yang masuk dalam kategori baik. Pada siklus III lebih meningkat dengan skor 21,85 yang masuk dalam kategori sangat baik. c. Hasil belajar siswa pada model pembelajaran Think Pair Share meningkat. Hal ini dapat dilihat Pada siklus I diperoleh nilai rata-rata 65,8 dengan ketuntasan belajar 65,71% dan pada siklus II diperoleh rata-rata 70,1 dengan ketuntasan belajar 71,42 %. Pada siklus III diperoleh rata-rata 75,86 dengan ketuntasan belajar 82,86 %. Dari penjabaran diatas diketahui bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dapat meningkatkan kualitas pembelajaran hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang menunjukkan peningkatan keterampilan guru, aktivitas siswa serta hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA menggunakan model pembelajaran Think Pair Share. Dengan demikian hipotesis dari penelitian ini yaitu 14 melalui model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share maka keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA dapat meningkat terbukti benar. Disarankan kepada guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa, harus dimulai dari peningkatan kualitas pembelajaran yang optimal diawali dari peningkatan keterampilan guru dan keterlibatan aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan menciptakan strategi pembelajaran yang inovatif. Model kooperatif Think Pair Share dengan media ular tangga dapat menjadi salah satu alternatif pembelajaran yang inovatif. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsini, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Febriani, Ika. 2012. Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPA melalui Model Pembelajaran TPS pada Siswa Kelas IV B SD N Kalibanteng Kidul 01 Semarang. Jurnal Kependidikan Dasar Vol. 1, Nomor 4, Februari 2012. Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning. Jakarta: PT Grasindo. Mulyasa. 2009. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Rifa’i, Ahmad dan Anni Catharina. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang: Unnes. Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistk. Jakarta: Prestasi Pustaka. Ulfatusani, Surna. 2011. Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Melalui Model Cooperative Learning Tipe Think Pair Share (TPS) dengan Media CD Pembelajaran pada Pelajaran PKn Kelas IV C SD Negeri Tambakaji 04 Semarang. Jurnal Kependidikan Dasar Vol. 1, Nomor 3, September 2011 15