PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE THINK PAIR SHARE PADA SISWA KELAS V-B
SDN TAMBAKAJI 05 SEMARANG
ARTIKEL
Disajikan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar pada Universitas Negeri Semarang
Oleh
ERLINA NOVI KUSUMAYATI
NIM. 1402408111
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2012
1
ABSTRACT
Kusumayati, Erlina Novi. 2012. Science Learning Quality Improvement through
Cooperative Learning Model: Think-Pair-Share Type at the fifth grade of
SDN Tambakaji 05 Semarang. Thesis, Department of Primary School
Teacher Education, Faculty of Education, State University of Semarang.
Consultant (1) Dr. Sri Sulistyorini, M.Pd., and consultant (2) Drs. Moch
Ichsan, M.Pd.
Science learning in the fifth grade of SDN Tambakaji 05 Semarang was not
varied and innovative. Teachers were not implement innovative learning and not
using media in teaching science. Students were less active in learning science and
could not work together in groups. Learning was less meaningful for the children
so that the learning objectives were not implemented well. By applying this type of
cooperative learning model: Think - Pair - Share with the media snakes and
ladders, the students is motivated to play while learning, work independently or in
groups with their partner. Students learn to think critically and solve a problem.
This study aims to improve the skills of teachers, increase student activity, and
improve student learning outcomes in learning science at the fifth grade of SDN
Tambakaji 05 Semarang with cooperative learning model: Think Pair Share.
This research is a classroom action research conducted in three cycles. Each
cycle consists of four stages, namely planning, implementation, observation, and
reflection. The subjects of the research are teacher and students of class VB SDN
Tambakaji 05 Semarang. The techniques of collecting the data are tests,
observation, field notes and documentation.
The results showed that: (1) the skills of teacher in cycle 1 obtained a score
of 18 with good category, in cycle 2 teacher’s skills increased with a score of 25.5
with a good category and the skills of teacher also increased in cycle 3 with a score
of 32 with a very good category. (2) the students’ activity in cycle 1 students
scored an average of 14.75 with both categories, in cycle 2 increased with an
average score of 16.7 with a good category and the third cycle increased by an
average score of 21.85 by category very well. (3) the mastery of cognitive learning
outcomes of students in cycle 1 increased the learning outcomes of students scored
an average of 65.8 to 65.71% mastery learning, in cycle II earned an average of
70.1 to 71.42% mastery learning. And on the third cycle gained an average 75.86%
with 82.86 mastery learning.
Based on the results of the study concluded that learning science through
learning models Think Pair Share can improve the skills of teachers, student
activities and student learning outcomes. Teachers can implement cooperative
learning model: Think Pair Share type with the media of snakes and ladders in
learning science as an alternative model of innovative learning.
Keywords: quality of learning, science, TPS and media snakes and ladders
2
PENDAHULUAN
Dalam Undang-undang RI No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional bab II, pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasioanal berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Dalam pembelajaran guru merupakan figur yang sangat penting dalam
menciptakan pembelajaran yang berkualitas, sehingga siswa mendapat pengalaman
langsung untuk mengembangkan kompetensi yang dimilikinya.
Undang-undang Nomor
14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
menyatakan bahwa pendidik wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi,
sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional (Rifa’i,dkk, 2009). Kompetensi guru
meliputi kompetensi pedagogis, profesional, sosial serta kompetensi personal.
Kaitannya dengan pembelajaran, guru harus memiliki pemahaman akan konsep
kurikulum, teori belajar, variasi pembelajaran dan cara-cara memotivasi siswa
dalam belajar harus dikuasai agar mampu merancang dan melaksanakan
pembelajaran IPA yang menarik dan menstimulus siswa untuk aktif dalam proses
belajar mengajar. Dengan demikian diharapkan tujuan pembelajaran IPA dapat
tercapai secara maksimal.
3
Ruang lingkup bahan kajian IPA di SD secara umum meliputi dua aspek
yaitu kerja ilmiah dan pemahaman konsep. Lingkup kerja ilmiah meliputi kegiatan
penyelidikan, berkomunikasi ilmiah, pengembangan kreativitas, pemecahan
masalah, sikap, dan nilai ilmiah. Lingkup pemahaman konsep dalam Kurikulum
KTSP relatif sama jika dibandingkan dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK) yang sebelumnya digunakan. Secara terperinci lingkup materi yang terdapat
dalam Kurikulum KTSP (2006 : 485) adalah: (1) proses kehidupannya , kesehatan
serta interaksinya dengan lingkungan. (2) benda atau materi. (3) energi dan
perubahaannya. (4) bumi dan alam. Dengan demikian, dalam pelaksanaan
pembelajaran IPA kedua aspek tersebut saling berhubungan. Aspek kerja ilmiah
diperlukan untuk memperoleh pemahaman atau penemuan konsep IPA. Siswa tidak
hanya dituntut untuk menguasai materi IPA yang terdapat dalam ruang lingkup IPA
tersebut namun siswa juga harus dapat menerapkannya di dalam kehidupan mereka
sehari-hari. IPA dapat memberikan penjelasan kepada siswa untuk memahami
kejadian, fenomena dan keragaman yang terdapat di alam semesta, cara
memanfaatkan dan menjaga keragaman yang ada di alam semesta serta cara untuk
menyesuaikan diri terhadap hal-hal tersebut. Dari sana dapat kita ketahui bahwa
peranan guru dalam pembelajaran IPA yaitu guru harus menciptakan suatu
pembelajaran yang menarik dan menyenangkan sehingga dapat menunjang siswa
untuk belajar secara efektif dan sesuai dengan kehidupan mereka.
Proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah
harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta
didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik
4
serta psikologis peserta didik. Namun pada kenyataannya, proses pembelajaran
yang terjadi di Indonesia masih bersifat teacher center, pembelajaran berpusat pada
guru sehingga siswa kurang dapat berinteraksi. Mantan menteri Pendidikan
Nasional Wardiman Djoyonegoro mengungkapkan dalam penelitian tahun 2004
yang dilakukan pemerintah hanya 43% guru yang memenuhi syarat. Artinya
sebagian besar guru (57%) tidak atau belum memenuhi syarat, tidak kompeten, dan
tidak professional. Hal ini berakibat pada rendahnya kualitas proses pembelajaran
di kelas (Mulyasa, 2009).
Berdasarkan hasil observasi yang dilakuakan peneliti, diketahui
dalam
pembelajaran masalah tersebut juga di alami pada pembelajaran IPA di kelas V-B
SDN Tambakaji 05. Guru tidak menerapkan model-model pembelajaran yang
inovatif, menarik dan dapat menjadikan siswa lebih tertantang serta antusias
terhadap pembelajaran IPA. Guru tidak memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menyelesaikan suatu permasalahan dalam pelajaran baik secara mandiri
maupun bekerja sama dengan temannya dalam suatu diskusi. Selain itu guru belum
memberikan waktu berpikir dan kesempatan pada siswa untuk menuliskan atau
merumuskan hasil pemikirannya sendiri dalam memecahkan suatu permasalahan.
Guru juga kurang optimal dalam penggunaan media, karena media yang digunakan
hanya berupa gambar. Selain itu siswa tidak dapat berpikir secara mandiri untuk
memecahkan masalah-masalah IPA, ketika guru menyampaikan suatu pertanyaan
kepada siswa secara individu mereka tidak dapat merumuskan jawaban mereka
sendiri. Siswa tidak aktif dalam pembelajaran, hanya siswa tertentu yang berani
mengungkapkan pendapatnya, bertanya maupun menjawab pertanyaan dari guru.
siswa tidak bertanggungjawab terhadap tugas yang diberikan guru, siswa yang
5
pandai mendominasi sedangkan siswa lain hanya mendengarkan dan mencontoh
pekerjaan siswa yang pandai sehingga mereka cepat bosan dan suasana kelas
menjadi tidak kondusif. Permasalahan-permasalahan tersebut mengakibatkan siswa
tidak dapat memahami materi dengan baik.
Dari data yang diperoleh peneliti, hasil belajar siswa dalam pembelajaran
IPA perolehan nilai tertinggi 80, nilai terendah 40 dan rata-rata kelas 55,6 hal ini
menunjukkan belum tercapainya KKM mata pelajaran IPA sebesar 60. Dari 35
siswa kelas V-B SDN Tambakaji 05 ternyata hanya 13 siswa yang tuntas atau
sekitar 37,14%, sedangkan 22 siswa lainnya atau sekitar 62,86% belum tuntas, hal
ini akan berpengaruh terhadap siswa dalam menerima pembelajaran berikutnya.
Berdasarkan data hasil observasi di atas, masalah tersebut merupakan masalah yang
mendesak untuk segera dipecahkan karena jika tidak akan mempengaruhi hasil
belajar siswa. Untuk itu perlu dikembangkan strategi pembelajaran yang tepat,
menarik, dan efektif, sehingga siswa dapat aktif dan berhasil memahami apa yang
ada dalam kegiatan pembelajaran dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Salah satu model pembelajaran yang dapat dijadikan alternatif yaitu pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share (TPS).
Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share merupakan jenis
pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa
dan membuat variasi suasana pola diskusi kelas (Trianto, 2007: 61). Hal ini
didukung dengan pendapat dari Lie (2002:46) Think Pair Share memberikan
kesempatan delapan kali lebih banyak kepada siswa untuk dikenali dan
menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain. Dari pendapat tersebut jelas
terlihat bahwa model pembelajaran Think Pair Share dapat meningkatkan aktivitas
6
siswa dalam pembelajaran baik aktivitas secara individu maupun secara kelompok
seperti
membaca, menulis,
mengungkapkan
pendapatnya
mendengarkan,
dalam
bertanya, menjawab,
diskusi.
Model
maupun
pembelajaran
ini
memungkinkan untuk siswa dalam belajar secara mandiri maupun bekerja sama
dengan siswa lain, sehingga seluruh siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.
Pendapat ini juga didukung dari penelitian yang dilakukan oleh Ika Febriani
yang berjudul Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran
IPA melalui Model Pembelajaran TPS pada Siswa Kelas IV B SD N Kalibanteng
Kidul 01 Semarang. Hasil penelitiannya menunjukkan dengan menerapkan model
kooperatif tipe TPS maka aktivitas siswa, keterampilan guru dan hasil belajar siswa
dapat meningkat. Seperti halnya penelitian oleh Surna Ulfatunsani yang berjudul
Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Melalui Model Cooperative Learning Tipe
Think pair share (tps) dengan Media Cd Pembelajaran pada Pelajaran PKn Kelas
IV-C SD Negeri Tambakaji 04 Semarang. Hasil penelitian ini menunjukkan
aktivitas guru, aktivitas siswa dan prestasi belajar siswa melalui penerapan model
TPS ini dapat meningkat.
Lie (2002: 45-46) menyatakan bahwa Think Pair Share memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang
lain. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua
tingkatan usia anak didik. Kelebihan kelompok berpasangan dalam hal ini model
kooperatif tipe Think Pair Share antara lain akan meningkatkan partisipasi, cocok
untuk tugas sederhana, lebih banyak kesempatan untuk kontribusi masing-masing
anggota kelompok, interaksi lebih mudah, lebih mudah dan cepat membentuknya.
Dalam pelaksanaan model Think Pair Share ini terdiri dari 3 tahapan yaitu:
7
a. Tahap 1 : berpikir (Thinking) guru mengajukan suatu pertanyaan sesuai dengan
materi dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir
sendiri.
b. Tahap 2: berpasangan (Pairing) siswa berkelompok secara berpasangan dan
mendiskusikan apa yang mereka peroleh. Dengan berdiskusi diharapkan siswa
dapat memperdalam makna dari jawaban yang telah dipikirkannya. Guru
memberi waktu ± 4 atau 5 menit untuk berpasangan. Setelah berdiskusi siswa
dibimbing guru untuk memaikan permaianan ular tangga.
c. Tahap 3 : berbagi (Sharing) guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi
dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Dalam kegiatan ini
diharapkan terjadi Tanya jawab yang mendorong pada pengkonstruksian
pengetahuan secara integrative. Peserta didik dapat menemukan struktur dari
pengetahuan yang dipelajariya (Suprijono, 2011:91).
Inti keberhasilan dari tipe Think Pair Share adalah bagaimana guru
merumuskan permasalahan pada awal pelajaran yang memberi makna bagi siswa,
dan menimbulkan rasa penasaran siswa sehingga mereka tertarik mencari solusi.
Model kooperatif tipe Think Pair Share sangat membantu kreativitas berpikir siswa
yang kelak sangat berguna jika mereka berada di masyarakat dan menemukan
banyak masalah sehingga mereka mampu menyelesaikan masalah tersebut bersama
dengan anggota masyarakat yang lainnya.
Pembelajaran
yang
inovatif
pastilah
menggunakan
media
untuk
meningkatkan motivasi dan partisipasi anak dalam pembelajaran. Media ular
tangga dapat dijadikan alternatif media yang digabungkan dengan kartu soal yang
berisi soal-soal sesuai dengan materi pembelajaran. Dengan menggunakan media
8
ular tangga disini siswa dapat bermain sambil belajar sehingga mereka akan
termotivasi dalam mengikuti pembelajaran dengan baik.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas, peneliti melakukan
tindakan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair
Share yang akan dilaksanakan dalam 3 siklus, setiap siklusnya dilaksanakan dalam
2 pertemuan yang terdiri dari empat kegiatan yaitu perencanan tindakan,
pelaksanaan tindakan, pengamatan , dan refleksi .Prosedur penelitian tersebut dapat
digambarkan melalui bagan berikut.
Skema Langkah-langkah Penelitian
SIKLUS I
Permasalahan
baru hasil
refleksi
SIKLUS II
Permasalahan
baru hasil
refleksi
Perencanaan
Tindakan
Refleksi I
Pelaksanaan
Tindakan I
Pengamatan
Perencanaan
tindakan II
Pelaksanaan
Tindakan II
Refleksi II
Pengamatan
Dilanjutkan ke siklus
berikutnya
Bagan 3.1 Siklus PTK
(Suhardjono, 2009:74)
9
Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas V-B SDN Tambakaji 05
Semarang. Pelaksanaan pembelajaran matematika dengan pendekatan RME
melibatkan seluruh siswa kelas V-B pada semester genap tahun 2011/2012 yang
berjumlah 35 siswa yang terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 19 siswa perempuan.
Namun untuk mengefektifkan hasil pengamatan maka pengamatan difokuskan pada
10 siswa yang dipilih berdasarkan hasil diskusi dengan guru kelas serta meninjau
kemampuan kognitif siswa dari hasil tes sebelumnya. Teknik analisis data untuk
data kuantitatif diperoleh dari nilai hasil belajar siswa dan data kualitatif diperoleh
dari menganalisis lembar observasi keterampilan guru dan aktivitas siswa yang
telah diisi oleh observer pada saat pembelajaran.
Indikator keberhasilan dalam penelitian adalah adanya peningkatan
kualitas pembelajaran yang meliputi: (1) keterampilan guru minimal baik dengan
skor ≥ 18, (2) aktivitas siswa minimal baik dengan skor ≥ 14, dan (3) siswa
mengalami ketuntasan belajar individu sebesar > 60 dan ketuntasan klasikal
minimal sebesar 80%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Keterampilan Guru
Tabel 1. Hasil Observasi Peningkatan keterampilan guru
pada siklus I, II, dan III
No
1.
Indikator
Siklus I
2,5
Pra Kegiatan
Mengelola
fasilitas
belajar dan kesiapan
belajar siswa.
10
Siklus II
Siklus III
4
4
2.
3.
4.
5.
6.
7
8
9
Kegiatan Awal
Keterampilan
membuka pelajaran.
Eksplorasi
keterampilan
memberikan
pertanyaan
pada
siswa.
Menyajikan materi
Elaborasi
Menyampaikan
permasalahan (think)
Mengajar kelompok
kecil (pair)
Keterampilan
mengelola
diskusi
kelas(share).
Konfirmasi
Melaksanakan
konfirmasi.
Kegiatan Akhir
Keterampilan
menutup pelajaran
Jumlah skor
Rata-rata
2
2,5
4
2
3,5
4
2
2
3
3
3,5
4
3
3
4
1
2
3
1
2
3
2,5
2,5
2,5
18
2
25,5
32
Kategori
Baik
2,8
Baik
3,55
Sangat baik
Dari tabel 1 dapat diketahui bahwa keterampilan guru mengalami
peningkatan dari siklus I ke siklus II dan ke siklus III. Dalam pembelajaran, guru
telah melibatkan siswa untuk berdiskusi berpasangan dalam menyelesaikan
permasalahan-permasalahan dalam pembelajaran IPA. Guru juga membimbing
siswa melakukan permainan ular tangga yang dapat meningkatkan motivasi siswa
dlam pembelajaran. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir dan
memberikan waktu berfikir. Berdiskusi berpasangan serta membimbing diskusi
kelas sehingga tercipta pembelajarn yang aktif dan inovatif. Seperti yang
dikemukaan Suprijono(2011:) berpikir (Thinking) guru mengajukan suatu
pertanyaan sesuai dengan materi dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa
11
menit untuk berpikir sendiri. Berpasangan (Pairing) siswa berkelompok secara
berpasangan dan mendiskusikan apa yang mereka peroleh. Dengan berdiskusi
diharapkan siswa dapat memperdalam makna dari jawaban yang telah
dipikirkannya. Guru memberi waktu ± 4 atau 5 menit untuk berpasangan. Setelah
berdiskusi siswa dibimbing guru untuk memaikan permaianan ular tangga. Berbagi
(Sharing) guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan
kelas yang telah mereka bicarakan.
2. Aktivitas Siswa
Tabel 2. Hasil observasi peningkatan aktvitas siswa
pada siklus I, II, dan III
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Indikator
Antusias
mengikuti
pembelajaran
Siklus I
Siklus II
Siklus III
2,65
2,8
3,5
Menjawab pertanyaan
1,22
Menuliskan
2,72
gagasan/hasil pemikiran
secara individu. (think)
Belajar dengan diskusi
berpasangan
2,7
(pair)
Presentasi
kelompok
berpasangan.
1,33
(share)
Mengajukan
1
pertanyaan.
Memiliki
perasaan
senang
dalam
3,2
pembelajaran
Jumlah
14,8
Kategori
Baik
1,4
2,6
2,9
3,5
3,25
3,5
1,35
2,5
1,65
2,75
3,35
3,5
16,7
Baik
21,85
Baik Sekali
Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan aktivitas siswa dari
siklus I ke siklus II dan ke siklus III. Dalam proses pembelajaran, siswa mampu
12
menyelesaikan masalah secara mandiri sehingga siswa dapat mengemukakan
pendapat terkait dengan masalah, dan siswa dapat menyelesaikan masalah dalam
kelompok berpasangan sehingga siswa dapat berdiskusi untuk menyelesaikan
masalah dan menjelaskan penyelesaian yang ditemukan ke kelompok lain melalui
kegiatan presentasi (Lie, 2002:45).
3. Hasil belajar siswa
Tabel 4.12. Peningkatan hasil belajar IPA siswa siklus I, II, dan III
No
1
2
3
4
5
6
Pencapaian
Nilai rata-rata
Nilai terendah
Nilai tertinggi
Siswa
yang
belum tuntas
Siswa
yang
tuntas
Presentase
ketuntasan hasil
belajar
Nilai
Siklus I
Nilai
Siklus II
Nilai
Siklus III
65,8
40
90
70,1
43
93
75,86
50
100
12
10
6
23
25
29
65,71 %
71,42%
82,86%
Hasil belajar siklus I nilai rata- ratanya 65,8 dengan nilai terendah 40, nilai
tertinggi 90, ketuntasan 23 siswa (65,71%) dan 12 siswa (34,29%) tidak tuntas.
Setelah dilaksanakan siklus II nilai rata-rata menjadi 70,1 dengan nilai terendah 43
dan nilai tertinggi 93. Ketuntasan 25 siswa (71,42 %) dan 10 siswa (28,58%) tidak
tuntas. Setelah dilaksanakan siklus III rata-rata nilai meningkat menjadi 75,86
dengan nilai terendah 50 dan nilai tertinggi 100. Ketuntasan 29 siswa (82,86%) dan
6 siswa (17,14%) tidak tuntas
13
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian terhadap keterampilan guru, aktivitas siswa dan
hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA melalui model pembelajaran Think Pair
Share diperoleh data sebagai berikut.
a. Keterampilan guru dalam mengajar menggunakan model pembelajaran Think
Pair Share meningkat. Perolehan skor pada siklus I yaitu 18 dengan kategori
baik. Pada siklus II skor keterampilan guru mengalami peningkatan menjadi
25,5 yang masuk dalam kategori baik. Pada siklus III skor lebih meningkat
menjadi 32 yang masuk dalam kategori sangat baik.
b. Aktivitas siswa pada pembelajaran IPA dengan model pembelajaran Think Pair
Share meningkat. Pada siklus I perolehan skor 14,75 termasuk kategori baik.
Pada siklus II mengalami peningkatan dengan skor 16,7 yang masuk dalam
kategori baik. Pada siklus III lebih meningkat dengan skor 21,85 yang masuk
dalam kategori sangat baik.
c. Hasil belajar siswa pada model pembelajaran Think Pair Share meningkat. Hal
ini dapat dilihat Pada siklus I diperoleh nilai rata-rata 65,8 dengan ketuntasan
belajar 65,71% dan pada siklus II diperoleh rata-rata 70,1 dengan ketuntasan
belajar 71,42 %. Pada siklus III diperoleh rata-rata 75,86 dengan ketuntasan
belajar 82,86 %.
Dari penjabaran diatas diketahui bahwa model pembelajaran kooperatif tipe
Think Pair Share dapat meningkatkan kualitas pembelajaran hal ini dapat dilihat
dari hasil penelitian yang menunjukkan peningkatan keterampilan guru, aktivitas
siswa serta hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA menggunakan model
pembelajaran Think Pair Share. Dengan demikian hipotesis dari penelitian ini yaitu
14
melalui model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share maka keterampilan
guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA
dapat
meningkat terbukti benar.
Disarankan kepada guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa, harus
dimulai dari peningkatan kualitas pembelajaran yang optimal diawali dari
peningkatan keterampilan guru dan keterlibatan aktivitas siswa dalam pembelajaran
dengan menciptakan strategi pembelajaran yang inovatif. Model kooperatif Think
Pair Share dengan media ular tangga dapat menjadi salah satu alternatif
pembelajaran yang inovatif.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsini, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Febriani, Ika. 2012. Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Dalam
Pembelajaran IPA melalui Model Pembelajaran TPS pada Siswa Kelas IV
B SD N Kalibanteng Kidul 01 Semarang. Jurnal Kependidikan Dasar Vol.
1, Nomor 4, Februari 2012.
Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning. Jakarta: PT Grasindo.
Mulyasa. 2009. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Rifa’i, Ahmad dan Anni Catharina. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang: Unnes.
Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistk.
Jakarta: Prestasi Pustaka.
Ulfatusani, Surna. 2011. Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Melalui Model
Cooperative Learning Tipe Think Pair Share (TPS) dengan Media CD
Pembelajaran pada Pelajaran PKn Kelas IV C SD Negeri Tambakaji 04
Semarang. Jurnal Kependidikan Dasar Vol. 1, Nomor 3, September 2011
15