[go: up one dir, main page]

Academia.eduAcademia.edu

K3 Pada Radioterapi

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Disusun oleh : LAILA OKTAVIA MARCHELINO OMJ SUPIT MEGA TRIAS KHARISMA MOHAMMAD SYAHRIR MUHAMMAD IRFAN NOVRIANA DWI PUTRI TRO D III / II B Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta II 2016 KATA PENGANTAR Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan Rahmat dan karuniaNya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Kesehatan dan Kesalamatan Kerja Pada Bidang Radioterapi” dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik. Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.                                                                                                               Jakarta, 8 Januari 2016 Penyusun DAFTAR ISI Kata Pengantar 2 Daftar Isi 3 BAB I Pendahuluan 4 BAB II Pembahasan 5 Cobalt-60 9 Linac 12 Brakhiterapi 14 Simulator 17 BAB III Penutup 19 Daftar Pustaka 20 BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Perkembangan ilmu pengetahuan diikuti dengan perkembangan teknologi. Dalam dunia kesehatan, peralatan teknologi yang digunakan semakin canggih. Radiologi memegang peranan penting dalam upaya penegakan diagnosa pada suatu penyakit dan mempelajari tentang radiasi utama di bidang radioterapi yang bertujuan untuk penyembuhan dari sakit yang dideritanya ataupun sekedar meningkatkan kualitas hidup pasien. Salah satunya adalah pengobatan dalam melawan penyakit keganasan, yang dianggap mematikan yaitu kanker. Beberapa metode dapat diterapkan dalam penanganan penyakit tumor ganas atau kanker ini, yaitu operasi, kemoterapi, dan radioterapi. Metode-metode ini dapat dilakukan secara mandiri atau bisa dikombinasikan. Radioterapi merupakan tindakan medis yang dilakukan pada pasien dengan menggunakan radiasi pengion untuk mematikan sel kanker semaksimal mungkin dengan kerusakan pada sel normal seminimal mungkin. Tindakan terapi ini menggunakan sumber radiasi tertutup. Dalam penggunaan radiasi pengion, baik untuk diagnosis maupun terapi. Perkembangan ini harus diikuti dengan cara meningkatkan keselamatannya, sehingga paparan medik yang diakibatkannya diketahui dengan benar. RUMUSAN MASALAH Bagaimana keselamatan dan kesehatan kerja pada penggunaan cobalt-60 ? Bagaimana keselamatan dan kesehatan kerja pada akselerator linier (LINAC) ? Bagaimana keselamatan dan kesehatan kerja pada brakiterapi ? Bagaimana keselamatan dan kesehatan kerja pada simulator ? TUJUAN Tujuan Umum Setelah mempelajari makalah ini diharapkan mampu menjelaskan konsep keselamatan dan kesehatan kerja dalam bidang radioterapi baik pengunaan cobalt-60, LINAC, brakiterapi, maupun simulator. Tujuan Khusus Tujuan dari penulisan makalah ini untuk menambah ilmu pengetahuan tentang keselamatan dan kesehatan kerja pada bidang radioterapi dan memenuhi tugas mata kuliah keselamatan dan kesehatan kerja (K3). BAB II PEMBAHASAN Radioterapi merupakan pengobatan terapi kanker yang menggunakan energi pengion yang bertujuan untuk mematikan sel kanker sebanyak mungkin dengan kerusakan sel normal sekecil mungkin. Dengan radioterapi ini diharapkan penderita dapat sembuh ataupun mengurangi rasa sakit pasien yang mengalami kanker. Prinsip dasar radioterapi ini ialah memberikan dosis radiasi terukur dan tepat pada volume tumor yang akan diradiasi dan meminimalkan efek radiasi pada jaringan yang sehat di sekitar tumor. Hal-hal yang harus diingat pada radioterapi adalah efek samping yang terjadi setelah dilakukan radioterapi tergantung dari dosis terapi, target organ dan keadaan umum pasien. Radioterapi dibagi menjadi dua jenis, antara lain : Radiasi Eksterna (Teleterapi) Bentuk pengobatan radiasi dengan sumber radiasi mempunyai jarak dengan target yang dituju atau berada diluar tubuh. Sumber yang dipakai adalah sinar X atau photon yang merupakan pancaran gelombang elektromagnetik. Contohnya : radiasi dengan pesawat orthovolt, Cobalt 60, Caesium 137, linear accelerator (linac). Sinar yang diarahkan ke tumor akan diberikan radiasi, besar energi yang akan diserap oleh tumor tergantung dari besarnya energi yang dipancarkan oleh sumber energi, Jarak antara sumber energi dan tumor, dan kepadatan massa tumor. Radiasi Interna (Brakhiterapi) Bentuk pengobatan radiasi dengan mendekatkan sumber radiasi kearah yang dituju. Sumber radiasi yang umum digunakan antara lain I-125, Ra-226, yang dikemas dalam bentuk jarum, dan dapat diletakkan dalam rongga tubuh (intracavitary). Brakhiterapi digunakan sebagai sarana pengobatan primer untuk tumor yang mendapat dosis radiasi sepenuhnya dari sumber ataupun sebagai "booster" yaitu untuk menambahkan dosis setelah radiasi eksterna dengan tujuan untuk mengurangi efek radiasi pada jaringan sehat. Karena dengan meletakkan sumber radiasi pada jaringan tumor, jaringan sehat sekitarnya akan menerima dosis yang jauh lebih rendah. Aspek keselamatan yang menyangkut penggunaan dan pemanfaatan pesawat radioterapi telah tercantum dalm SK Ka. Bapeten no 21/Ka. BAPETEN/XII-02 tentang program jaminan kualitas instalasi radioterapi mengatakan bahwa keluaran sumber radiasi terapi harus dikalibrasi minimal 2 tahun sekali oleh Fasilitas Kalibrasi Tingkat Nasional <FTKN> dan perlindungan pasien dalam paparan medik harus dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip yang telah direkomendasikan oleh International Commission Radiological Protection (ICRP) untuk dipatuhi yaitu prinsip ALARA (justifikasi, limitasi, dan optimasi). Justifikasi Setiap pemakaian zat radioaktif atau sumber lainnya harus didasarkan pada azas manfaat. Dalam hal radioterapi, praktisi medik harus mempertimbangkan kesembuhan, manfaat dan risiko dari terapi alternatif, misalnya dengan operasi pembedahan dan kemoterapi yang dilakukan secara terpisah maupun kombinasi dengan radioterapi. Limitasi Dosis ekuivalen yang diterima pekerja radiasi atau masyarakat tidak boleh melampaui Nilai Batas Dosis (NBD) yang telah ditetapkan. NBD untuk pekerja radiasi adalah 50 mSv (5 rem), sedangkan untuk masyarakat umum adalah 5 mSv (500 mrem). Batas dosis bagi pekerja radiasi berfungsi untuk mencegah munculnya efek deterministik (non stokastik) dan mengurangi peluang terjadinya efek stokastik. Optimasi Semua penyinaran harus diusahakan serendah-rendahnya (as low as reasonably achieveable - ALARA), dengan mempertimbangkan faktor ekonomi dan sosial. Setiap pembangkit radiasi dan intalasi terapi harus : Memiliki kelengkapan untuk pemilihan, penunjukan dan kepastian parameter operasi berikut ini: jenis radiasi. filtrasi. luas berkas (FS). jarak penyinaran (SSD). titik fokus (focal spot). tegangan tabung (kV). dapat berhenti secara otomatis setelah mencapai waktu atau dosis yang diinginkan. Memiliki sistem ‘gagal-aman’, sehingga sumber (radioaktif) secara otomatis akan terlindung (masuk ke dalam wadahnya) apabila terjadi gangguan listrik dan akan tetap terlindung sampai mekanisme kendali berkas diaktifkan kembali dari panel kontrol. Pada peralatan radioterapi energi tinggi harus : Mempunyai sekurang-kurangnya dua sistem ‘gagal-aman’ yang independen untuk menghentikan radiasi. Dilengkapi dengan sistem interlock atau alat lain yang didesain untuk mencegah penggunaan klinis selain yang ditetapkan pada panel kontrol. Memiliki sistem interlock yang sedemikian rupa selama prosedur perawatan, bila interlock dimatikan hanya dapat dilaksanakan dengan pengawasan langsung oleh petugas medis dengan menggunakan peralan atau kode/kunci tertentu. Dilengkapi dengan alat pengendali sumber ke posisi aman secara manual dalam keadaan darurat. Memenuhi standar keselamatan internasional dan nasional. Misalnya alat pemantau radiasi yang dipasang dalam ruangan terapi untuk memberi peringatan adanya keadaan/ kondisi yang tidak seharusnya. PERANCANGAN RUANGAN RADIOTERAPI EKSTERNAL Menurut peraturan SK BAPETEN No 7 tahun 2009, Tujuan dari perancangan untuk menentukan tebal dinding ruangan yang terdiri dari dinding primer dan dinding sekunder. Bahan dinding direncanakan menggunakan beton. Perhitungan ketebalan berdasarkan ketentuan keselamatan radiasi sesuai ketentuan keselamatan BAPETEN dimana ketebalan dinding tergantung dari jarak sumber isotop ke dinding, beban kerja, faktor penggunaan dan faktor pemakaian. Dari hasil perhitungan didapatkan tebal dinding primer 1300 mm dengan panjang 500 mm dan tebal dinding sekunder 610 mm. 2.1 Cobalt-60 Radioaktif Cobalt-60 ditemukan oleh Glenn T Seaborg dan Fohn livingood dari University of California Berkeley pada akhir 1930-an. Kobalt merupakan suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Co dan nomor atom27. Elemen ini biasanya hanya ditemukan dalam bentuk campuran di alam. Elemen bebasnya, diproduksi dari peleburan reduktif, yaitu logam berwarna abu-abu perak yang keras dan berkilau. Ketersediaannya ada unsure kimia kobalt tersedia di dalam banyak formulasi yang mencakup kertas perak, potongan, tangkai, dan kawat. Cobalt-60 ini merupakan artifical isotop, dimana sebagai suatu sumber sinar  penting, dan secara ekstensif digunakan sebagai agen radioterapi. Cobalt-60 dapat memancarkan sinar gamma yang mampu membunuh virus, bakteri, dan mikroorganisme patogen lainnya tanpa merusak produk. Cobalt-60 digunakan untuk mengiradiasi sel kanker. Dengan dosis radiasi tertentu yang terkendali, maka sel kanker akan terbunuh, sedangkan sel normal tidak akan terpengaruh dan akan bertahan terhadap radiasi. Dalam radioterapi, proteksi radiasi mutlak diperlukan. Penyakit kanker dapat ditangani dengan terapi radiasi, Salah satunya dengan menggunakan sinar gamma Cobalt-60. Radioterapi CO-60 merupakan pesawat telelerapi yang memancarkan sinar gamma secara terus menerus sehingga baik digunakan untuk keperluan pengobatan penyakit kanker. Sumber (head source) CO-60 berada pada gantry yang dapat diatur penyudutannya dari 00 – 3600. CO-60 ditempatkan dalam kontainer metal yang tebal pada alat, yang dapat diatur sedemikian rupa sehingga sel kanker dapat diradiasi dari berbagai arah yang ditujukan setepat mungkin dan dengan paparan yang setepat mungkin. Pesawat dilengkapi dengan lampu kolimator dan fiber optic yang berfungsi untuk mendapatkan titik sentral dari luas lapangan penyinaran, mengatur jarak sumber ke obyek dengan mengubah ketinggian meja. Karakteristik Cobalt 60, yaitu : CO-60 memancarkan 2 jenis sinar yang berenergi tinggi, yakni sinar beta dan gamma. Setelah memancarkan sinar beta, CO-60 kemudian memancarkan sinar gamma. Cobalt 60 memiliki paruh waktu 5,27 tahun yang artinya aktivitas dari sumber tersebut akan berkurang 50% dari sumber setelah 5,27 tahun. Keselamatan dan kesehatan kerja terdiri atas tiga prinsip yang harus dijalankan. Radiasi digunakan jika memang benar- benar dibutuhkan. Dalam pengobatan kanker, radiasi memang benar-benar dibutuhkan. Prinsip ALARA (as low as reasonably achieveble). Dalam radioterapi pengobatan kanker, prinsip ALARA ialah dosis yang dibutuhkan harus setepat mungkin karena jika tidak sel-sel yang sehat juga akan rusak. Pembatasan dosis. Radioterapi dengan menggunakan CO-60, radiasinya diarahkan atau merupakan radiasi eksternal. Radioterapi CO-60 memancarkan sinar gamma yang dapat mengionisasi dan merusak sel. Teknik- teknik yang harus dijalankan terhadap radiasi gamma, hasil CO-60, sesuai dengan prinsip proteksi radiasi diantaranya: 1. Meminimalkan waktu penyinaran Pembatasan waktu penyinaran harus dibuat sedemikian rupa sehingga produk nilai dosis dan waktu penyinaran tidak melebihi dosis total maksimum yang diperbolehkan radioterapi tersebut dikerjakan sesuai dengan prinsip keselamatan radiasi. 2. Memaksimalkan jarak dari sumber radiasi Secara intuitif, jelas bahwa penyinaran radiasi menurun dengan bertambahnya jarak. Jika diubah ke dalam istilah kuantitatif, kenyataan ini menjadi sarana yang dapat dimanfaatkan untuk keselamatan radiasi. 3. Melindungi sumber radiasi. Proteksi radiasi yang juga harus dijalankan ialah perlindungan atau penghalang. Pada prinsip ini, sebelum radiasi gamma sampai menuju ke objek yang akan diradiasi perlu adanya pelindung yang dapat melemahkan atau mengurangi radiasi gamma tersebut. Gambar 1 : Pesawat Radioterapi Co60 Radioterapi Cobalt-60 Perangkat Cobalt menyediakan pengobatan energi rendah (1,17 dan 1,33 MV) menggunakan Cobalt-60 sebagai sumber radiasi. Nikel berlapis, pelet Cobalt-60 dengan aktivitas sangat spesifik dienkapsulasi dalam dua lapisan stainless steel rendah karbon, disegel dengan pengelasan heliarc dalam sebuah silinder. Sumber silinder, yang berdiameter sekitar 1 sampai 2 cm, sudah terpasang pada bagian kepala; suatu laci dorong pneumatis (berisi udara) menggerakkan sumber dari penyimpanan ke posisi eksposur (terpapar). Penempatan sumber yang akurat dicapai dengan pembatasan jumlah perangkat. Sumber dikelilingi oleh lead dalam segala arah sebagai pelindung radiasi. Komponen-komponen pesawat Cobalt 60: Gantry Stand, merupakan suatu tempat / wadah sumber radioaktif (radiation head) dan yang menjamin perputaran isocentric dari wadah sumber atau peralatan pembatas berkas. Source head, merupakan wadah dari sumber radioaktif yang terbuat dari baja dan diberi pelindung timbal (pb) + depleted Uranium. Head tersebut dilengkapi dengan sistem beam on / off dan pembatas lapangan radiasi. Collimator, merupakan alat pengatur pembatas ukuran lapangan radiasi yang disesuaikan dengan kebutuhan. Distance indicator, adalah suatu penunjuk jarak secara optik yang ditempatkan pada sudut 450 terhadap sumbu kontrol di dalam gantry yang menunjukkan jarak 65-130 cm. Control consule, merupakan sistem kontrol yang dilengkapi dengan berbagai tombol dan ditempatkan diruang operator. Source (sumber), berada didalam kapsul stainless steel (welded) dengan memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh IAEA. Diameter sumber cobalt: 2 cm, aktivitas nominal 8000 Ci. 2.2 Linear Accelerator (LINAC) Linear Accelerator atau biasa disingkat LINAC adalah alat yang digunakan untuk mengakselerasi atom atau partikel yang mengalami percepatan sepanjang lintasan lurus akibat perbedaan potensial antara katoda di antara lintasan tersebut. Akeselerator juga mengandung gaya listrik dan gaya magnet untuk mengontrol arah gerak dari partikel tersebut. Satuan energy dari setiap partikel adalah elektron volt. Dalam dunia medis, alat ini menghasilkan radiasi energy tinggi sehingga dapat digunakan untuk mengobati kanker. Gambar 2: Pesawat Radioterapi LINAC Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar terciptanya lingkungan kerja yang sehat aman bagi pasien dan pegawai di ruang pemeriksaan Linac diantaranya. Lakukan prosedur pemeriksaan sesuai SOP yang berlaku Penyinaran dilakukan seakurat mungkin Bangunan dilengkapi sistem interlock Ruangan harus dilengkapi tanda peringatan radiasi berupa gambar bahaya radiasi dan lampu peringatan Ruang Control Berada diluar ruang pemeriksaan Ruang Pemeriksaan dilengkapi CCTV Petugas menggunakan APD Masker Hanscoon Petugas menggunakan alat monitor radiasi perorangan (TLD atau Film badge) Petugas tidak berlama-lama di dalam ruang pemeriksaan Jongkok terlebih dahulu ketika mengangkat beban Sinar primer tidak diarahkan pada ruang panel control Desain Ruangan sesuai syarat BAPETEN Dinding primer 1300 mm Dinding Sekunder 610 mm Panjang 500 mm 2.3 Brakhiterapi Brakhiterapi adalah suatu pengobatan dengan menggunakan bahan radioaktif dengan cara menempatkan bahan radioaktif ke dalam atau berdekatan dengan sasaran radiasi. Pada umumnya brakhiterapi dengan sumber radiasi tertutup dengan menggunakan Ra226 , Cs137 , CO60, Ir192 tidak bersifat permanen. Brakhiterapi tentu berbeda dengan radiasi eksterna, pada brakhiterapi ini jangkauan radiasi terbatas hanya pada jaringan kanker dan sedikit pada jaringan yang sehat atau normal. Secara umum pada pemasangan sumber brakhiterapi ini terbagi menjadi beberapa macam, antara lain: Implantasi atau Intertistial Dengan cara sumber radiasi ditanam pada jaringan kanker, seperti kanker lidah, payudara pascalimpektomi, kanker kandung kemih, prostat, kulit. Intrakaviter atau Plesioterapi Dengan cara pemasangan sumber radiasi di sekitar organ yang mengandung tumor, seperti kanker leher Rahim, kanker nasofaring. Intraluminal Dengan cara pemasangan sumber radiasi melalui dalam saluran, seperti kanker usofagus, kanker bronkus. Radiasi Sistemik Dengan cara menyuntikkan sumber radioaktif melalui pembuluh darah, seperti pada kanker tiroid, metastasis luas pada tulang bukan penunjang berat badan. Pada pemasangan sumber radioaktif ini pada umumnya memerlukan bantuan anestesi. Tujuan dilakukan brakhiterapi ini untuk mematikan tumor primer dengan dosis tinggi tanpa merusak jaringan disekitarnya. Dalam brakhiterapi ini terdapat dua teknik aplikasi, yaitu : Brakhiterapi secara manual Brakhiterapi secara manual ini dilakukan di waktu masa lampau, dengan resiko operator akan terpapar pada sinar radioaktif. Oleh karena itu, dibutuhkan peranan penting keselamatan dan kesehatan kerja dalam melakukan brakhiterapi secara manual, yaitu : 1. Bekerja sesuai dengan SOP yang berlaku. 2. Prosedur dilakukan di ruangan khusus yang hanya digunakan brakhiterapi yaitu ruang penyimpanan sumber, ruang persiapan, ruang penyinaran, ruang pasien. 3. Memakai Alat Pelindung Diri. 4. Operator bekerja sejauh mungkin dari sumber radiasi dan bekerja dengan cepat agar dosis yang diterima rendah. 5. Semua peralatan digunakan untuk memasukkan sumber ke dalam tubuh pasien harus dipersiapkan terlebih dahulu. 6. Satu ruangan tidak boleh lebih dari satu pasien. 7. Perisai dinding ruangan sudah memenuhi ketentuan keselamatan. 8. Memakai alat pemonitor radiasi. 9. Apabila digunakan sumber Ra226, ruangan harus dilengkapi dengan ventilasi untuk mengeluarkan gas radon apabila terjadi kebocoran pembungkus Ra226. 10. Pintu diberi tanda radiasi dan dilengkapi dengan pintu terkunci untuk mengendalikan akses dan menjaga keamanan sumber. 11. Mengguanakan peralatan khusus pada saat mengambil sumber dari wadahnya dan menaruh kembali ke tempatnya dan tersedia tempat kereta dorong pengangkut sumber. 12. Dalam keadaan darurat, sumber yang telah terpasang di tubuh pasien harus dengan mudah dapat diambil kembali. 13. Dilakukan uji kebocoran. 14. Pasien yang sedang dilakukan brakhiterapi tidak boleh meninggalkan ruangan tanpa seizin petugas medis. 15. Dibuatkan catatan dan identifikasi khusus untuk semua sumber dan dievaluasi. Gambar 3 : contoh ruangan penyinaran dalam dan ruang persiapan dalam brakhiterapi Brakhiterapi secara afterloading Brakhiterapi ini biasa disebut juga RCALS <Remottely Controlled After Loading System>. Dalam teknik ini dilakukan pemasangan sumber dengan memasang aplikator yang terbuat dari plastik, silicon atau aluminium pada daerah jaringan kanker yang nantinya akan dimuati sumber radiasi. Aplikator ini akan dihubungkan dengan kontener yang berisi sumber radiasi yang kedap sinar kemudian dikendalikan dengan romote control oleh petugas untuk mengatur pengeluaran sumber radiasi dari tempatnya dan masuk ke dalam aplikator. Keselamatan dan kesehatan kerja yang harus diperhatikan dalam brakhiterapi ini, yaitu : 1. Memakai Alat Pelindung Diri. 2. Panel kontrol harus dilengkapi dengan sistem interlock yang bisa mengembalikan sumber pada posisi aman. 3. Ruangan harus dilengkapi dengan CCTV dan tanda bahaya radiasi 4. Memiliki satu atau lebih tombol emergency off di dalam atau diluar ruangan penyinaran untuk menghentikan penyinaran dalam keadaan darurat. 5. Dinding ruangan terbuat dari bata merah dengan ketebalan 25 cm (dua puluh lima sentimeter) atau beton dengan kerapatan jenis 2,2 g/cm3 (dua koma dua gram per sentimeter kubik) dengan ketebalan 20 cm (dua puluh sentimeter) atau setara dengan 2 mm (dua milimeter) timah hitam (Pb). 6. Tersedia alat pemadam kebakaran untuk menjamin integritas sumber apabila terjadi kebakaran. 7. Apabila dalam keadaan darurat, sumber segera bisa dikembalikan ke wadahnya secara manual dari panel control. 8. Tersedia alat pemonitor radiasi. 9. Tabung Saluran dan aplikator harus selalu diperiksa sebelum dilakukan untuk penyinaran. 10. Sinar tidak diarahkan pada ruang panel control dan panel control harus berada diluar ruang penyinaran atau pemeriksaan. 11. Akses ke ruangan dilengkapi dengan tanda penunjukkan sumber on atau off yang sesuai dengan standar atau peraturan yang berlaku di pintu ruangan. Gambar 4 : Contoh Pemeriksaan Brakhiterapi Afterloading 2.4 Simulator Simulator merupakan alat bantu untuk melakukan simulasi penyinaran eksterna dalam radioterapi yang bertujuan untuk menentukan luas lapangan penyinaran, arah penyinaran, dan blokade area yang harus dilindungi. Pada simulasi ini, proses pencitraan sinar-x seolah-olah melakukan teknik penyinaran seperti dengan pesawat treatment radioterapi yang sesungguhnya. Hal ini diperlukan agar teknik penyinaran yang akan diberikan pada pasien mencapai sasaran secara optimal dan akurat. Pesawat simulator sama seperti fluoroscopy di radiodiagnostik, yaitu dengan menembakkan sinar-x dalam rentang waktu tertentu. Ada pula pesawat lainnya, yaitu CT-Simulator sama seperti CT-Scan hanya saja dikhuskan untuk radioterapi. Pesawat ini digunakan untuk mengambil potongan-potongan image dari tubuh pasien dan direkonstruksi secara 3 dimensi sehingga membentuk gambar bagian dalam tubuh pasien. Gambar 1 : Pesawat simulator (Fluoroscopy) Gambar 2 : CT-Simulator Gambar 3: Ruang Simulator Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang harus diperhatikan : Dalam Segi Ruangan Pintu ruangan pesawat sinar-X harus dilapisi dengan timah hitam dengan ketebalan 2 mm Pb yang dilengkapi dengan tanda radiasi, poster peringatan bahaya radiasi, dan lampu indikator. Dinding ruangan terbuat dari bata merah ketebalan 25 cm (dua puluh lima sentimeter) atau beton dengan kerapatan jenis 2,2 g/cm3 (dua koma dua gram per sentimeter kubik) dengan ketebalan 20 cm (dua puluh sentimeter) atau setara dengan 2 mm (dua milimeter) timah hitam (Pb). Ketebalan kaca, yaitu 2 mm Pb. Ruang penyinaran dilengkapi dengan perisai radiasi (shielding) sehingga orang lain yang berada di luar ruangan akan aman. Memiliki tombol “emergency off” di dalam dan di luar ruang penyinaran untuk menghentikan penyinaran dalam keadaan darurat. Ruangan dilengkapi dengan alat pemadam kebakaran dan alarm kebakaran. Pekerja Petugas menggunakan alat pelindung diri, yaitu apron. Petugas menggunakan alat monitor radiasi (TLD atau Film Badge). Petugas melaksanakan prosedur kerja yang baik dan aman. Pasien Pasien mengikuti instruksi petugas secara baik dan benar agar tidak terjadi kesalahan penyinaran yang berakibat bertambahnya penerimaan dosis radiasi pada pasien. Pasien menggunakan gonad shield atau ovarium shield. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Konsep K3 pada bidang radioterapi pada dasarnya memiliki prinsip yang sama. Tanggung jawab dan peran seorang Radiografer menentukan besarnya dosis radiasi yang dikeluarkan dalam suatu pemeriksaan. Menggunakan prinsip proteksi radiasi merupakan salah satu pendukung program Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam radiologi. Saran Sebaiknya dalam melakukan pemeriksaan para petugas tidak mengabaikan aspek-aspek keselamatan dan kesehatan kerja yang telah ditetapkan oleh BAPETEN. Sehingga tidak membahayakan pekerja dan pasien yang diperiksa. DAFTAR PUSTAKA Wiranto budi santoso, Desain dasar Perangkat Radioterapi eksternal menggunakan Co-60, Proposal Program Insentif Peningkatan Kemampuan Penelitian dan Perekayasaan (PI – PKPP), PRPN – BATAN, 2012. Buku Petugas Proteksi Radiasi, Pusat pendidikan dan pelatihan bahan tenaga nuklir nasional. Susworo, R. 2007. Radioterapi. Jakarta: Universitas Indonesia (UIPress). 18 | Page