Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
Khofifah F. Nondang Pakpahan, 2021
Muhkam dan mutasyabih adalah istilah bagi ayat-ayat di dalam al-qur'an.
Alfi Zaqiyatur Rosyidah , 2023
Dalam bidang pendidikan dan pengajaran di sekolah dasar, bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran pokok. Beberapa diantaranya adalah tentang morfologi, fonologi, ejaan, penulisan kata, dan penulisan unsur serapan. Unsur serapan itu ada karena imigran pertama ke tanah air kita adalah bangsa asing.menurut data sejarah, adalah orang Hindu, etnik yang berdomisili di sepanjang S.Gangga dan S. Brahmaputra di daratan India. Mereka berdatangan ke Nusantara dengan maksud berdagang, secara sambilan mereka mentransfer produk budaya. Ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana antarhubungan antara lambang-lambang bahasa Indonesia dalam bentuk tulisan. Dengan demikian ejaan bahasa Indonesia meliputi pemakaian huruf, pemakaian huruf kapital dan huruf miring, penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan pemakaian tanda baca Kelima hal itu diuraikan dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (1994) yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Al-Wujuh wa al-Nazha’ir merupakan salah satu bahasan yang berkaitan dengan konteks makna kosa kata yang terdapat di dalam al-Qur’an. Al wujuh adalah kata yang memiliki kesamaan lafaz namun berbeda makna. Sedangkan al nazha’ir adalah kata yang lafaz-lafaznya berbeda, namun maknanya sama, walaupun mengandung kesan atau penekanan yang berbeda. Pembahasan al wujuh itu tentang perbedaan makna dan al nazha’ir tentang perbedaan lafaz. Kata kunci: al-Qur’an, al wujuh, al nazha’ir.
ABSTRAK Pengetahuan tentang kaidah-kaidah penafsiran, khususnya kaidah bahasa, kaidah ushul dan kaidah logika agar tidak terjadi kesalahan dalam makna dan kaidah dalam penafsiran Alquran untuk menjadi sebuah bahan kajian orang lain atas hasil pemaparan tentang kajian Alquran. Banyak ulama yang membahas kaidah tafsir baik penjelasan dan pemaparannya tentang pentingnya kaidah-kaidah tafsir yang harus diperhartikan oleh mufasir dalam penafisiran. Dalam hal ini, yang perlu diketahui ialah bahwa setiap kata di dalam Alquran pasti mengandung maksud dan faedah, meskipun tidak berkaitan secara langsung dengan masalah hukum. Perlu pula kita memberikan ketegasan dalam menjelaskan hukum-hukum syara " baik yang berupa prinsip-prinsip umum maupun bagian-bagian khusus/terperini dalam suatu masalah. Di mana Alquran selalu menyebutkannya dengan bentuk keadaan yang paling maksimal. Tujuannya ialah agar kita dapat mengetahui dengan jelas nilai-nilai positif yang terdapat di dalam suatu perintah ataupun akibat dari sesuatu yang dilarang. Seseorang yang disebut muslim adalah orang mengakui keesaan Allah, sedangkan ia akan disebut kafir jika mengingkarinya. Kata Kunci: Kaidah-Kaidah, Tafsir Alquran I>>. PENDAHULUAN Dalam upaya lebih memperdalam suatu ilmu pengetahuan, setiap orang dituntut untuk mengetahui dasar-dasar umum dan kekhasan ilmu pengetahuan tersebut. Selain itu, ia dituntut pula untuk memiliki pengetahuan yang cukup dan mendalam tentang beberapa ilmu lain yang berkaitan dengannya. Hal ini dimaksudkan agar dalam upaya lebih memperdalam pengetahuan tentang ilmu itu, ia tidak mengalami kesulitan yang menyebabkan pengkajiannya terhadap suatu ilmu tidak mencapai sasarannya. Sehubungan dengan hal tersebut, untuk mengkaji ilmu pengetahuan, khususnya ilmu tafsir, diperlukan beberapa hal yang mendasar agar sasaran atau tujuan mempelajari ilmu tersebut tercapai. Di antaranya, harus digunakan kaidah-kaidah yang bertalian dengan keperluan suatu ilmu, khususnya ilmu tafsir. Dalam konteks inilah, akan muncul suatu permasalahan, sejauh manakah fungsi dan peran kaidah-kaidah dalam tafsir? Untuk itu, dalam mempelajari tafsir diperlukan kaidah-kaidah agar dapat mengetahui dan sekaligus memilah-milah ayat-ayat Alquran, baik yang menyangkut ketauhidan, ibadah maupun yang berkaitan dengan muamalah. II. PEMBAHASAN
Tafsir secara akar kata berasal dari kata ف-س-ر (fa-sa-ra) atau فَسَّرَ (fassara) yang bermakna بَيَنَ bayana (menjelaskan), dan وضَّحَ waddhaha (menerangkan). Dari sisi istilah, ada dua definisi:[1] menurut Az-Zarkasyi dalam Burhan fi 'Ulum al-Qur'an, maksudnya adalah, "Tafsir adalah ilmu untuk memahami kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad S.A.W yang menerangkan maknanya, menyingkap hukum dan hikmahnya, dengan merujuk pada ilmu bahasa Arab, seperti ilmu Nahwu, tashrif, bayan, ushul fiqih, qiraat, asbabun nuzul, dan nasikh mansukh. Adapun menurut Az-Zarqani, "Tafsir adalah ilmu yang membahas kandungan al-Qur'an dengan menyingkap maknanya (dilalah), dengan maksud yang diinginkan Allah SWT, sebatas kemampuan manusia." Definisi ini lebih ringkas daripada definisi di atas. Menurut istilah, pengertian tafsir adalah ilmu yang mempelajari kandungan kitab Allah yang diturunkan kepada nabi S.A.W, berikut penjelasan maknanya serta hikmah-hikmahnya. Sebagian ahli tafsir mengemukakan bahwa tafsir adalah ilmu yang membahas tentang al-Quran al-Karim dari segi pengertiannya terhadap maksud Allah sesuai dengan kemampuan manusia. Secara lebih sederhana, tafsir dinyatakan sebagai penjelasan sesuatu yang diinginkan oleh kata.
Makalah Pascasarjana PTIQ, 2020
Kaidah bahasa adalah salah satu kaidah terpenting dalam memahami Al-Qur’an. Karena itu seseorang yang tidak memahami bahasa Al-Qur’an akan sulit untuk bisa menangkap tujuan aplikatif dari ayat-ayatnya. Salah satu kaidah kebahasaan yang harus dipahami yaitu kaidah yang berkenaan dengan kata benda yang bersifat non definitif (isim naikrah), yang mana dia mengandung kemungkinan 6 makna : untuk menunjukan makna tunggal, menunjukan jenis dari sesuatu, menunjukan pengagungan, menunjukan makna hal yang banyak, menunjukan makna merendahkan sesuatu, dan menunjukan makna hal yang sedikit. Penentuan makna dari isim nakirah tersebut dapat dilakukan dengan melihat qarinah (petunjuk) baik berupa kata-kata tertentu ataupun kontek kalimat (siyaq al-jumlah). Semisal, kata benda yang berbentuk jamak bisa menunjukan makna banyak, dan kata tunggal (isim mufrad) menunjukan makna tunggal atau sedikit. Atau ketika mengetahui perendahan (at-tahqir) pada surat ‘Abasa ayat 18 dan 19. Karena penentuan makna diperoleh melalui ijtihad dengan memperhatikan petunjuk dan konteks kalimat, maka kadangkala terjadi perselisihan mengenai maknanya atau bahkan diperoleh makna ganda pada kata tertentu. Semisal kata شَيْئًا (sesuatu) pada surat Ali Imran ayat 76 yang memiliki makna menyedikitkan (at-taqlil) sekaligus merendahkan (at-tahqir).
ICE, Revista de Economía, 2019
Archives and Records, 2015
revistas.unijorge.edu.br
International Journal of Recent Research in Arts and Sciences, 2023
e-Ciencias de la Información, 2024
Revista Relicário, 2023
Journal of Materials Engineering and Performance, 2010
English Language Teaching, 2019
Case Western Reserve law review, 2013
Brazilian Journal of Biology, 2016
Journal of Clinical Medicine, 2020
Journal of Power Sources, 2013
International Journal of Engineering Science Technologies, 2017