[go: up one dir, main page]

Academia.eduAcademia.edu
KRITIK ISLAM TERHADAP SOSIALISME EKONOMI DAN POLITIK A. PENDAHULUAN Hingga kini, ekonomi dan politik selalu mengajarkan kita bahwa pekerjaan dan kekayaan adalah satu-satunya ukuran yang tinggi bagi manusia. Sehingga mengajarkan kepada manusia bahwa pekerjaan dan kekayaan adalah hal yang harus dan wajib dicapai dalam kehidupan manusia untuk menggapai kenikmatan hidup. Dan segala pekerjaan selalu membutuhkan modal yang besar untuk dapat mencapai kesuksesan dalam bekerja dan mendapatkan kekayaan. Sehingga dari sinilah muncul permasalahan bahwa manusia dapat mencapai kesuksesan jika memiliki modal yang besar. Jadi semua yang tidak memiliki modal haruslah tunduk kepada pemilik modal yang ada. Dari hal inilah para pemilik modal besar (kapitalis) menganggap dirinya paling sukses dan tidak perlu menghargai pihak yang tidak memiliki modal apapun, bahkan mengharuskan mereka yang tak bermodal menjadi bawahan bagi mereka. Karena kehidupan mereka adalah tergantung dari gaji yang diberikan oleh para kaum kapitalis. Pemikiran ini mengakibatkan perbedaan golongan, yaitu kapitalis borjuis (bangsawan) sebagai pemilik modal dan para buruh sebagai pekerja yang membutuhkan uang dari para pemilik modal tersebut untuk bertahan hidup. Maka, para kaum buruh tidak mungkin dapat melawan para pemilik modal tersebut, karena kepada kaum kapitalislah kehidupan mereka digantungkan. Tekanan ekonomi tersebut membuat beberapa pemikir menyatakan perlunya kepedulian terhadap kaum buruh yang tertindas secara ekonomi di bawah kaum kapitalis. Negara juga harus ikut mengatur hak-hak masyarakat tersebut. B. PEMBAHASAN Sosialisme merupakan sebuah ideologi yang berawal dari keprihatinan terhadap penindasan kapitalis terhadap kaum buruh. Selanjutnya menggagas pemikiran atas perlunya persamaan status sosial manusia agar tercipta sama rasa dan sama rata. Pengertian Sosialisme dalam peradaban memiliki beberapa pengertian. Sosialisme menurut bahasa Latin adalah socialis atau communis yang berarti persatuan dari beberapa orang atau komunitas. J.R.Y Margant, Latin Dictionary, Cassell and Company, Salt Lake, Utah, 1907, hlm. 866 dapat diartikan sebagai salah satu teori ekonomi-politik yang mengharuskan pemerintah dalam mengurusi kepemilikan harta, barang produksi, dan mendistribuskan kemakmuran untuk seluruh rakyat secara kolektif. Hal tersebut mengharuskan adanya sistem sosial yang mewujudkan penguasaan produksi dan pekerjaan oleh negara untuk dapat dibagikan secara merata kepada rakyat. Webster’s Seventh New Collegiate Dictionary, G & C Merriam Company, Springfields, Massachusetts, USA, 1963, hlm. 828 Sosialisme memiliki akar yang dapat dilacak hingga zaman Yunani kuno, gagasan ini sudah ada sejak jaman tersebut. Pemerintahan Yunani pada waktu itu berbentuk Kerajaan atau Monarki yang menuhankan dewa-dewa di Olimpus. Selanjutkan karena dianggap tiran, bentuk negara berubah berulang kali hingga menjadi Republik yang memiliki anggota dewan dan pemerintah sebagai petinggi negara. Namun zaman tersebut sering terjadi konflik, khususnya dengan akademisi dan filsof Yunani seperti Socrates, Aristoteles, dan lainnya. Karena kadangkala pemerintah seringkali bertindak tidak adil, khususnya dalam memperlakukan rakyat, masih membedakan golongan borjuis (bangsawan) dan rakyat miskin. Aristoteles kala itu menyatakan bahwa negara terdiri dari kumpulan keluarga-keluarga. Keluarga dan masyarakat dapat berkembang dan bertumbuh. Dan selayaknya jika negara diatur sebagaimana aturan dalam keluarga yang mana bersifat Patriarki, yaitu laki-laki sebagai pemimpin negaranya. Selanjutnya pemerintah harus ditunjuk dari manusia yang berkedudukan atau status masyarakat yang tinggi, seperti keturunan pahlawan atau raja. Dan pemerintahan hanya dipegang oleh sebagian anggota masyarakat tertentu. Jowett, Benyamin, The Politics of Aristotle, Oxford University Press, 1885, hlm. 108 Berlawanan dari itu Plato mencetuskan pentingnya pemerintahan yang berporos pada kekuasaan rakyat atau demokrasi. Dimana Plato berpendapat bahwa negara hanya akan baik kalau dipimpin dan diperintah oleh orang-orang baik serta negarawan ulung, yang disaring dari seluruh anggota masyarakat. Juga tentunya memperhatikan kepentingan rakyat dan kemakmuran rakyat banyak. Karena gagasan-gagasan pada masa itu, akhirnya Yunani kuno dianggap sebagai pendiri ajaran sosialisme. Jowett, Benyamin, The Complete Works of Plato, Oxford University, 1871, hlm 1412 Tokoh sosialis utopis adalah Sir Thomas More (1478-1535). Istilah sosialis utopis berasal dari buku Utopia (1516), dilatar belakangi permasalahan birokrasi pemerintah yang kapitalis, serta hegemoni para borjuis yang tidak memperhatikan kepentingan para buruh. Dimana More memimpikan suatu negara impian, dimana semua milik merupakan milik bersama. Semua orang tinggal dalam suatu tempat bersama. Makanan serta segala kebutuhan lainnya disediakan secara bersama-sama pula. Orang tidak perlu bekerja mati-matian dalam waktu lama, melainkan cukup sekedar dapat memenuhi kebutuhannya saja. Leford, Angela D, Religion In Utopian Socialist Theory, A Master of Arts Thesis in Political Sciences, Faculty of Texas Tech Universitiy, 1994, hlm. 16-18 Dan akhirnya angan-angan tetaplah angan-angan yang akan selalu berada di alam bawah sadar manusia. Tetapi di kemudian hari buku-buku yang bersifat utopia itu akan mempengaruhi pemikir sosialis lainnya. Syah Putra, Yogie, Pemikiran Sosialisme pra Marx, makalah Sejarah Pemikiran Ekonomi, 2013 Pandangan tentang sosialisme modern dari reaksi terhadap liberalisasi ekonomi pada abad 18 yang membuat banyak negara menggunakan sistem kapitalis dalam mengusahakan kekayaannya. Namun ternyata paham kapitalis hanya menguntungkan kaum borjuis atau bangsawan daripada kaum buruh. Karena penguasaan kapitalis atas modal, alat produksi dan lapangan kerja merupakan tindakan sosial yang tidak baik. Doktrin ini didasari dari revolusi Prancis tahun 1830 dan aristokrasi Inggris yang memprotes perilaku kaum borjuis tersebut, khususnya dalam hal kebijakan menganai kemakmuran rakyat. Marx, Karl and Frederick Engels, Manifesto of the Communist Party, translated by Samuel Moore from Marx and Engels selected works, first published at February 1848 Sosialisme mendorong individu untuk mengekang sifat egoisme yang bermuara dari atau sebagai motif utama penguasaan alat-alat produksi atau penguasaan terhadap kekayaan. Oleh karenanya, di dalam sosialisme, dimensi moral begitu kental. Sistem moral, yang dibawa sosialisme bermaksud untuk melakukan kontrol terhadap industri dengan mengikatnya bersama negara. Anwar Sandiah, Fauzan, Genealogi Konsep Sosialisme dalam Sosiologi, paper pascasarjana UIN magister Islamic of Education, 2015 Maka sosialisme atau socializm secara konstitutif dikenal sebagai teori ekonomi dan politik yang menyatakan bahwa tanah, transportasi, sumber daya alam dan industri harus dimiliki dan diawasi oleh seluruh masyarakat atau oleh negara, dan kesejahteraan harus dapat didistribusikan secara merata bagi seluruh masyarakat. Oxford Advanded Learner’s Dictionary, online dictionary Robert Owen (1771-1858) adalah salah satu pencetus awal paham Sosialisme, yang awalnya adalah Sosialisme Utopis yang belum menyatakan perlu merealisasikan cita-cita dalam bentuk sosialisme komunis. Ia menyatakan bahwa lingkungan sosial berpengaruh pada pembentukan karakter manusia. Ia berusaha mencari caranya dengan meningkatkan kesejahteraan pekerjanya. Dalam bukunya tersebut juga mempersoalkan tentang pendidikan, dimana kejahatan-kejahatan dalam masyarakat disebabkan keadaan dan bukan oleh kejatuhan moral manusia sehingga pendidikan dalam suatu lingkungan yang baru akan dapat menghasilkan manusia-manusia rasional yang mempunyai kebiasaan teratur, sabar dan rajin. Sejak ia memiliki pabrik di New Lanark, ia melakukan berbagai perbaikan dalam bidang usahanya dengan mengurangi hari dan jam kerja buruh, dan menolak memperkerjakan anak-anak dibawah 10 tahun. Di tempat itulah ia menyadari bahwa kemiskinan sangat terlihat jelas, yang kemudian membuat ia bergerak dengan mengadakan perbaikan rumah-rumah buruh, memperhatikan kesejahteraan keluarga dan pendidikan anak-anak buruh, membuka toko dimana mereka dapat membeli barang kebutuhan sehari-hari dengan lebih murah serta membentuk komunitas-komunitas dan serikat kerja. Di tempat ini pula Owen mulai memunculkan gagasan-gagasan tentang kesejahteraan buruh dan pentingnya pendidikan. Ia lebih mengedepankan kerjasama daripada kompetisi. Ia memiliki ide membentuk "desa co-operasi" di mana para pekerja akan menyeret diri keluar dari kemiskinan dengan menumbuhkan makanan mereka sendiri, membuat pakaian mereka sendiri dan akhirnya menjadi pemerintahan sendiri. Siliwangi, Bumi, resume dari buku A New View of Society, an Essay on the Formation of Human Character, 2015 Barulah kemudian Karl Marx dengan bukunya Das Kapital mulai menekankan analisa mengenai kegiatan produksi yang dijalankan oleh para kapitalis terkait dengan modal dan peralatan industri serta lapangan kerja yang mereka miliki. Ia menyatakan bahwa kaum borjuis selalu diuntungkan dengan paham kapitalis ini dan ia membuat para kaum buruh menggantungkan kehidupan mereka yang miskin kepada lapangan kerja mereka. Namun selalu saja kaum buruh tidak pernah mencapai kemakmuran yang dicita-citakan kecuali hanya sekedar angan-angan yang terwujud dalam sosialisme utopis. Karena para kapitalis pemilik perusahaan mampu menjual produknya dengan untuk yang sangat besar, namun para buruh selalu mendapatkan gaji yang tetap. Perusahaan selalu memberikan gaji tetap sesuai jam kerja dan kapasitas kerja, bukan sesuai keuntungan perusahaan. Inilah yang dinilai tidak baik secara sosial oleh Marx dan menyatakan bahwa kaum kapitalis dan borjuis hanya egois memikirkan keuntungan dan kemakmuran mereka tanpa peduli terhadap nasib para kaum buruh. Marx, Karl, Capital : A Critique of Political Economy translated by Samuel Moore and Edward Aveling, published by Progress Publisher Moscow, USSR, 1867 Karl Marx menyatakan bahwa paham kapitalisme ini mengakibatkan semacam legitimasi kolonialisasi bagi para borjuis dan pemilik modal atas kaum buruh yang hanya memiliki tenaga kerja. Para kapitalis bebas melakukan eksploitasi tenaga kerja untuk digunakan dalam membangun idealisme dan kekayaan yang tidak terbatas, selama memiliki modal yang besar. Yang inilah akhirnya kita mengerti bahwa asas-asas kolonialisme dan penjajahan sebenarnya berasal dari kapitalisme. Dan negara kita pernah merasakan hal tersebut selama ratusan tahun oleh Belanda, kemudian Inggris dan Jepang. Penerapan Ideologi Sosialisme Penerapan ideologi kapitalis berakibat pada legitimasi kolonialisme dan penjajahan terhadap kaum buruh atau kaum yang tidak memiliki kekayaan, modal, dan status tertentu. Hal inilah yang ditentang oleh para pengusung sosialisme modern. Penerapan ideologi sosialis terbagi menjadi dua masa, yaitu pra Karl Marx dan pasca Karl Marx. Ideologi pra Karl Marx adalah sebagaimana telah diterangkan di atas, yaitu Sosialis Utopian yang diusung oleh Thomas Moore (1478-1535) dan Robert Owen (1771-1858). Thomas Moore menyatakan bahwa perlunya membentuk ideal commonwealth yang didasari atas nilai demokrasi sosial tanpa tekanan kaum borjuis yang semena-mena. Thomas Moore mendapat inspirasi dari kisah Yunani tentang Plato yang ingin membentuk negara persemakmuran yang ideal lalu menekankan perlunya pembentukan manusia yang ideal pula. Pada masa itulah Yunani mengalami zaman majunya keilmuan dan menjadi sumber dari banyak kebijaksanaan para filosofnya. Selain itu ada pula negeri Atlantis yang dipimpin oleh anak-anak dewa Poseidon yang mengalami masa kejayaan, hinga akhirnya runtuh karena naiknya pemimpin yang tidak adil kepada masyarakat. Henry Morloe, Ideal Commonwealths, George Routledge and sons, London, 1885, hlm. 9-10 Selain itu, ia juga terinspirasi dari perjalanan Amerigo Vespucci dalam menuju Benua Baru (Amerika), yang menggambarkan akan adanya komunitas yang adil sesuai Utopia yang adil dan makmur. Ibid, hlm. 11Selain itu, Moore juga menyatakan bahwa situasi pasar haruslah bebas dari monopoli para borjuis, agar persaingan pasar berjalan dengan stabil, tanpa tekanan harga dari para borjuis. Sosialis Utopia Moore menyatakan bahwa emas dan perak adalah sebagai alat tukar dan tidak boleh dibungakan sesuai ajaran Kristen pada masa tersebut. Angela D. Ledford, Religion in Utopian Socialist Theory, A Thesis in Political Science, Graduate Faculty of Texas Tech University, May 1994. Pasar juga harus didasari dengan teori dasar kebutuhan. Teori lainnya adalah tentang sentralisasi ekonomi dalam pasar bebas, agar pasar tidak hanya dikuasai oleh orang yang bermodal besar, tapi dikuasai orang yang cakap untuk mampu meratakan pendapatan dan kesempatan bekerja bagi kaum buruh. Moore dan Saint Simon juga menyatakan bahwa dominasi pasar atau monopoli adalah sebagian ketidakadilan pasar yang bersumber dari Kapitalis sebagai alat untuk meningkatkan keinginan untuk menguasai manusia lainnya. Ibid, hlm. 40-41 Moore bersama Saint Simon berusaha menjalankan ekonomi yang adil dan terjustifikasi dari agama Kristen. Selain itu juga menerapkan ekonomi berbasiskan utilitarian yakni memenuhi kepuasan semuanya, khususnya kaum miskin dan buruh. Setiap manusia haruslah menjadi ‘obat’ bagi manusia lainnya, karena prinsip tersebut membuat Tuhan untuk memberikan petunjuk dalam mengorganisir komunitasnya untuk mensejahterakan komunitas paling miskin sekaligus. Ibid, hlm. 44 Robert Owen sebagai salah satu pemikir sosialis utopian memiliki pandangan tentang mensejahterakan para buruh. Sejak awal tahun 1800 ia memiliki pabrik pemintalan besar di New Lanark, Skotlandia. Pada masa itu, pekerja di pabriknya sering bermabuk-mabukan dan berbuat kriminal karena kurangnya intelektual mereka. Kemudian Owen mengambil alih manajemen dan mengurangi jam kerja menjadi 10,5 jam. Saat terjadi bangkrut di pabriknya, Owen juga tidak melakukan pemutusan hubungan kerja, bahkan tetap membayar gajinya. G.V. Plekhanov, Socialist Utopian of The Nineteenth Century, Selected Works, 1957, hlm. 17 selain itu, Owen juga bersimpati terhadap nasib pendidikan keluarga mereka, dan dialah yang pertama menyelenggarakan pendidikan untuk anak-anak miskin di Inggris. Hal tersebut berhasil memperbaiki moral para buruh dan meningkatkan semangat kerja mereka serta meningkatkan kesejahteraan hidup mereka. Melihat keberhasilannya, banyak para bangsawan dan pemerintah yang mengapresiasi kinerjanya dalam mengentaskan kemiskinan. G.V. Plekhanov, ibid, hlm. 18 Owen berpendapat bahwa watak manusia ditentukan dan dipengaruhi oelh lingkungan sekitarnya. Dari lingkungan itulah manusia mendapatkan kebiasaan yang membuat berbuat baik atau buruk. Itulah alasannya, bahwa penduduk di suatu negeri dapat ‘diberkati’ dengan suatu watak yang baik maupun buruk sekalipun. Cara-cara untuk merubahnya terletak di kebijakan pemerintah yang harus menangani kesalahan pendidikan ini yakni dengan melakukan reformasi pendidikan. Langkahnya adalah dengan mengumumkan kebebasan asasi bagi setiap individu dan meningkatkan pendidikannya, serta memperbaiki undang-undang dan birokrasi pemerintahan yang buruk. Ibid, hlm. 19-20 Robert Owen berhasil mencapai perbaikan kesejahteraan buruh miskin di pabriknya dengan menerapkan manajemen kepedulian tersebut. Dia juga mengamati bahwa mesin-mesin industry harus dirawat dan digunakan dengan bijaksana akan dapat menimbulkan keuntungan bagi penggunanya. Hal ini juga dia terapkan kepada buruhnya, ia memperhatikan nasib dan merawat buruh tersebut dengan kompensasi kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan, hingga menimbulkan semangat kerja dan keuntungan di pabriknya. Dari pengalamannya itulah Robert Owen juga disebut sebagai Bapak Koperasi Dunia. Selain itu, karena kepiawaian manajemennya, ia juga disebut Bapak Manajemen Klasik bersama Charles Babbage (1792-1871). Seminar Kegiatan Pembinaan Koperasi Indonesia, disampaikan oleh Tejo Nurseto, Margodadi Sayegan Sleman, 23 Juli 2010, lihat juga Bab 2 : Perkembangan Teori Manajemen Kedua pelaksanaan dari paham Sosialisme Utopian tersebut, tidak sampai menekankan pada perlunya mengumpulkan kekuatan revolusi untuk mengganti pemerintahan yang ada, serta mengangkat seorang dictator proletariat. Keduanya lebih condong kepada pemenuhan kesejahteraan masyarakat dan perbaikan system politik pemerintahan. Untuk paham Sosialisme Karl Marx dan lainnya memiliki dasar yang sama yaitu sosial dan politik. Namun untuk sosialisme Karl Marx lebih terdominasi oleh teori dialektika Charles Darwin yang menyatakan bahwa kehidupan ini adalah persaingan dan seleksi alam, hanya yang kuat yang akan bertahan hidup, dan yang lemah akan tersingkir dan berhak disingkirkan. Dari pemikiran itulah, dinyatakan bahwa revolusi adalah satu-satunya jalan untuk menyebarkan paham sosialisme dan meratakan kemakmuran bagi seluruh rakyat. Pada kemudian hari, sosialisme paham Karl Marx akhirnya disebut Sosialisme Anarkis, Radikal, dan berkembang menjadi Marxisme, Fasisme, bahkan bersifat Rasial yang akhirnya menjustifikasi pembolehan genosida atau pemusnahan ras-ras yang ‘kalah bersaing’ dalam kehidupan. Revolusi yang berdasarkan Marxisme sudah terjadi di beberapa Negara komunis. Jerman pernah menjadi negara komunis yang dimotori oleh partai Nazi, dan dipimpin oleh Hitler. Bersamaan dengan itu, Jerman juga bekerja sama dengan Austria, Polandia, Hongaria,Skandinavia, dan Fasisme Italia. Hal serupa juga muncul di Inggris dan Prancis, Yugoslavia, Spanyol serta Uni Soviet. Kemudian muncul juga di Amerika latin seperti Kanada, Meksiko. Selain itu, di Asia juga muncul, seperti di Cina, Kamboja, dan Indonesia. Dan seluruh revolusi tersebut mengobarkan perang saudara dan pembunuhan massal untuk ras-ras dan bangsa lain. G.D.H. Cole, A History of Socialist Thought : Socialism and Facism in 1931-1939, MacMillan, St, Martin Press, London, 1961, hlm. 1-207 lihat juga Jonathan Murphy and Mark Kreamer, The Black Book of Communism : Crimes, Terror, and Repression, Harvard University Press, Cambridge, London, 1999, hlm. 271-705 Pandangan Islam tentang Sosialisme Ekonomi Islam memiliki konsep sosial, politik, dan ekonomi yang berbeda dengan sosialime dalam hal ekonomi. Islam tidak sama dengan kapitalisme yang menjunjung tinggi dan ‘mengkultuskan’ kekayaan pribadi serta pembatasan kekuasan pada para pemilik modal besar dan kekayaan. Tapi Islam juga tidak menafikan hak kepemilikan kekayaan pribadi serta menyerahkan pembagian kepada pemerintahan diktator proletar untuk dibagi sama rata dan sama rasa. Ghalib bin Ali Awajiy, al-Madzahib al-Fikriyyah al-Mu’ashirah wa dauruha fi al-Mujtama’, Al-Maktabah al-Ashriyyah al-Dzahabiyah, Jeddah, 2006, hlm. 1025 Islam memperbolehkan manusia untuk berusaha dan menjadi kaya dan banyak harta, namun dengan ketentuan tertentu. Harta yang diperoleh harus dari jalan yang halal, bermanfaat, tidak curang, tidak menipu, dan tidak boleh serakah. Dari situlah Islam menentukan konsep dan posisi yang baik dalam kepemilikan harta benda serta kekayaan materi yang akan menghasilkan kebahagiaan bagi pemilik harta juga hubungan harmonis antara manusia, serta mendapat ridha dari Allah. Muhammad al-Ghazali, al-Islam wa al-Manahij al-Isytirakiyyah, Syirkah Nahdhatul Masr, 2005, hlm. 55 Untuk menghilangkan kesenjangan sosial, Islam sudah mensyariatkan zakat bagi para pemilik kekayaan yang berlebih. Setiap orang kaya juga wajib menjaga diri dari berbuat berlebihan dan berfoya-foya, dan orang miskin agar ridha dengan taqdir Allah. Karena kekayaan hanyalah titipan dan juga taqdir dari Allah, sebagaimana kemiskinan. Bahkan jika orang mati dalam keadaan mu’min dan miskin akan lebih mudah dalam perhitungan amalnya serta mudah mendapat surga dari Allah. Ibid, hlm. 64-66 Dalam konsep kehidupan ekonomi yang berkaitan dengan jual-beli dan transaksi bisnis, perbankan, dan lainnya, Islam menawarkan konsep Ekonomi Islam yang membebaskan manusia dari riba. Sistem riba adalah hasil dari pemikiran kapitalis untuk meraup untung sebanyak mungkin dengan usaha yang seminimal mungkin. Riba merupakan ketidak-adilan, karena terlihat seperti membantu dengan pinjaman, namun sejatinya ia mencekik peminjam dengan membebankan ‘bunga’. Riba menurut para sosialis juga dianggap sarana untuk ‘mencuri’ harta orang lain melalui pinjaman maupun kegiatan jual-beli. Ibid, hlm. 146-147 Islam juga menawarkan konsep ta’awun yang berbeda dengan sosialisme yang menekankan pemerataan pendapatan dan pekerjaan. Sosialime menetapkan seluruh kepemilikan dan harta dikuasai Negara dan akan dibagi sama rata, namun ternyata pemerataan tersebut belum dapat meningkatkan kesejahteraan seluruh masyarakat, karena masyarakat terdiri dari individu yang berbeda. Konsep sosial ekonomi yang berkaitan dengan hubungan kerja antara pemilik perusahaan dan pegawai, Islam sudah memiliki konsep yang tepat dengan menerapkan kewajiban menjaga hubungan baik antara perusahaan dan pegawainya. Khususnya terkait dengan pemenuhan hak dan kewajiban pegawai dan pemilik perusahaan seperti gaji, kelayakan tempat kerja, waktu bekerja, dan sebagainya. Ibid, hlm. 181-183 Pandangan Islam tentang Sosialisme Politik Dalam Islam, konsep politik yang ada dalam daulah islamiyyah terdiri dari pandangan pada pokok-pokok berikut : Iman, Ummat, Hukum atau undang-undang, Hakim, dan Pemerintah. Daulah Islamiyyah perlu didirikan untuk menjamin kebahagiaan individu dan masyarakat dengan izin dari Allah. Abu Bakar Jabir al-Jazairiy, al-Daulah al-Islamiyyah, Jamiah Islamiyyah Madinah, al-Maktab al-Islamiy, 1982, hlm. 11 Dalam memilih pegawai instansi pemerintah seperti Menteri, Gubernur, Bupati, Residen dan lainnya, Islam mengharuskan beberapa kriteria tertentu. Seorang yang berhak untuk duduk di instansi pemerintah adalah orang yang memenuhi syarat sebagai berikut : beriman dan bertaqwa kepada Allah, memiliki kapabilitas dan spesialis dalam ilmu mengenai pekerjaannya, jabatan tidak diberikan kepada yang memintanya. Ibid, hlm. 112 Dalam hal pemerintahan, meskipun beberapa hak khusus ada pada khalifah, namun Islam sudah memiliki sistem Syura’ untuk mengawal jalannya kebijakan pemimpin. Syura dan konsepnya telah ditetapkan pelaksanaannya oleh al-Qur’an ‮ ‬فَبِمَا‮ ‬رَحْمَةٍ‮ ‬مِنَ‮ ‬اللَّهِ‮ ‬لِنْتَ‮ ‬لَهُمْ‮ ‬وَلَوْ‮ ‬كُنْتَ‮ ‬فَظًّا‮ ‬غَلِيظَ‮ ‬الْقَلْبِ‮ ‬لانْفَضُّوا‮ ‬مِنْ‮ ‬حَوْلِكَ‮ ‬فَاعْفُ‮ ‬عَنْهُمْ‮ ‬وَاسْتَغْفِرْ‮ ‬لَهُمْ‮ ‬وَشَاوِرْهُمْ‮ ‬فِي‮ ‬الأمْرِ‮ ‬فَإِذَا‮ ‬عَزَمْتَ‮ ‬فَتَوَكَّلْ‮ ‬عَلَى‮ ‬اللَّهِ‮ ‬إِنَّ‮ ‬اللَّهَ‮ ‬يُحِبُّ‮ ‬الْمُتَوَكِّلِينَ‮ (‬١٥٩‮) ‬سورة‮ ‬آل‮ ‬عمران‮ ‬أنظر‮ ‬كذالك‮ ‬سورة‮ ‬الشورى‮ ‬36-38 ‎‮ ‬من‭ ‬أخذت‭ ‬له‭ ‬ماله،‭ ‬فهذا‭ ‬مالي،‭ ‬فليأخذ‭ ‬منه،‭ ‬ومن‭ ‬ضربت‭ ‬له‭ ‬ظهرا،‭ ‬فهذا‭ ‬ظهري‭ ‬فليقتد‭ ‬منه‭ ‬،‭ ‬الحديث‭ ‬عن‭ ‬ابن‭ ‬عباس‭ ‬في‭ ‬السنن‭ ‬الكبرى‭ ‬للبيهقي،‭ ‬10546،‭ ‬73:6 dan Hadits Rasulullah saw ‏‭ ‬إِنَّ‭ ‬اللَّهَ‭ ‬لَا‭ ‬يَجْمَعُ‭ ‬أُمَّتِي‭ ‬عَلَى‭ ‬ضَلَالَةٍ‭ ‬،‭ ‬وَيَدُ‭ ‬اللَّهِ‭ ‬مَعَ‭ ‬الْجَمَاعَةِ‭ ‬حديث‭ ‬صحيح،‭ ‬أنظر‭ ‬تخريج‭ "‬السنة‭" ‬لابن‭ ‬عاصم‭ (‬80‭) ‬وصحيح‭ ‬الجامع‭ ‬الصغير‭ (‬1844‭)‬. Syura berarti mengambil dan mengeluarkan pendapat yang terbaik dari para ahli-ahli tentang suatu perkara, untuk menyelesaikan perkara dengan solusi yang benar. Syura merupakan usaha menegakkan hak umat agar mendapat maslahat secara dunia dan akhirat. ‮ ‬مأمون‮ ‬حموش‮ ‬،السياسة‮ ‬الشرعية‮ ‬على‮ ‬منهج‮ ‬الوحيين‮ ‬القرآن‮ ‬و‮ ‬السنة‮ ‬الصحيحة،‮ ‬وزارة‮ ‬الإعلام،‮ ‬دمشق،‮ ‬سورية،‮ ‬2005،‮ ‬ص.‮ ‬208 Dalam pandangan Islam, derajat seseorang diukur dengan imannya, bukan dilihat dari banyaknya harta, keturunan, atau jabatan yang dimiliki. Para pejabat dalam Islam memiliki posisi yang sama dalam melaksanakan hak dan kewajiban sebagai warga negara. Bahkan penguasa atau pejabat yang melampaui batas dapat dituntut kepada hakim (qadhi) untuk dimintai pertanggungjawaban dan dihukum dengan semestinya, karena hal tersebut telah dicontohkan oleh Rasulullah saw. Abu Bakar Jabir al-Jazairiy, ibid, hlm. 112 dalam meneguhkan keadilan diantara para sahabatnya. Singkatnya, politik Islam adalah system politik yang menempatkan Allah sebagai sumber tujuan kehidupan, serta mewajibkan untuk menjalankan segala konsep dan kegiatan dalam kehidupan dalam pedoman al-Quran yang telah diturunkan kepada Rasulullah saw. C. KESIMPULAN Islam memiliki pandangan tentang Sosialis dan membedakannya dalam hal-hal tertentu. Bahwa Islam sebagai agama memiliki konsep dan keyakinan tentang roh dan kehidupan selain materi seperti konsep Tuhan, Surga, dan Neraka. Konsep Negara adil dan makmur menurut Islam adalah keadilan sosial yang berdasarkan dari petunjuk Allah dalam al-Quran dan Rasulullah, bukan dari pemikiran manusia. Dalam konsep perang melawan kedzaliman, Islam juga memiliki adab-adab tertentu dalam menjalankannya serta melarang pemusnahan masal sebagaimana yang diperbolehkan oleh Sosialis Anarkis. Islam juga memiliki konsep yang sudah mapan dalam mengatur kepemilikan individu, baik kaya maupun miskin agar tetap tercipta kerukunan diantara kedua golongan tersebut, yakni dengan syariat zakat atau sedekah. Selain itu, Islam juga mengatur hubungan kerja, tata cara mencari nafkah, yang sesuai dan maslahat dengan dunia akhirat. Secara umum, semuanya dikumpulkan dalam konsep etika ekonomi Islam, serta hukum Mualamat. Dalam berpolitik, Islam memiliki konsep Syura, yaitu berfungsi untuk menegakkan hak umat di dalam negara, dengan berdasarkan maslahat dunia akhirat dan nilai-nilai Islam. Penguasa atau pemimpin dalam Islam adalah orang yang dipilih secara kapabilitas pemahaman agama dan ilmu pengetahuan dalam memimpin serta didasari dengan semangat mengabdi untuk agama. Referensi al-Qur’anul Karim Angela D. Ledford, Religion in Utopian Socialist Theory, A Thesis in Political Science, Graduate Faculty of Texas Tech University, May 1994 Anwar Sandiah, Fauzan, Genealogi Konsep Sosialisme dalam Sosiologi, paper pascasarjana UIN magister Islamic of Education, 2015 Bakar, Abu Jabir al-Jazairiy, al-Daulah al-Islamiyyah, Jamiah Islamiyyah Madinah, al-Maktab al-Islamiy, 1982 G.D.H. Cole, A History of Socialist Thought : Socialism and Facism in 1931-1939, MacMillan, St, Martin Press, London, 1961 Ghalib bin Ali Awajiy, al-Madzahib al-Fikriyyah al-Mu’ashirah wa dauruha fi al-Mujtama’, Al-Maktabah al-Ashriyyah al-Dzahabiyah, Jeddah, 2006 G.V. Plekhanov, Socialist Utopian of The Nineteenth Century, Selected Works, 1957 Henry Morloe, Ideal Commonwealths, George Routledge and sons, London, 1885 Jonathan Murphy and Mark Kreamer, The Black Book of Communism : Crimes, Terror, and Repression, Harvard University Press, Cambridge, London, 1999 Jowett, Benyamin, The Politics of Aristotle, Oxford University Press, 1885 Jowett, Benyamin, The Complete Works of Plato, Oxford University, 1871 Leford, Angela D, Religion In Utopian Socialist Theory, A Master of Arts Thesis in Political Sciences, Faculty of Texas Tech Universitiy, 1994, hlm. 16-18 Margant, J.R.Y, Latin Dictionary, Cassell and Company, Salt Lake, Utah, 1907 Marx, Karl and Frederick Engels, Manifesto of the Communist Party, translated by Samuel Moore from Marx and Engels selected works, first published at February 1848 Marx, Karl, Capital : A Critique of Political Economy translated by Samuel Moore and Edward Aveling, published by Progress Publisher Moscow, USSR, 1867 Muhammad al-Ghazali, al-Islam wa al-Manahij al-Isytirakiyyah, Syirkah Nahdhatul Masr, 2005 Oxford Advanded Learner’s Dictionary, online dictionary Seminar Kegiatan Pembinaan Koperasi Indonesia, disampaikan oleh Tejo Nurseto, Margodadi Sayegan Sleman, 23 Juli 2010 Siliwangi, Bumi, resume dari buku A New View of Society, an Essay on the Formation of Human Character, 2015 Syah Putra, Yogie, Pemikiran Sosialisme pra Marx, makalah Sejarah Pemikiran Ekonomi, 2013 Webster’s Seventh New Collegiate Dictionary, G & C Merriam Company, Springfields, Massachusetts, USA, 1963 مأمون‎‮ ‬حموش‮ ‬،السياسة‮ ‬الشرعية‮ ‬على‮ ‬منهج‮ ‬الوحيين‮ ‬القرآن‮ ‬و‮ ‬السنة‮ ‬الصحيحة،‮ ‬وزارة‮ ‬الإعلام،‮ ‬دمشق،‮ ‬سورية،