Skip to main content
Tazkia Chandra Pelita Sukma
  • St. Banyo II E/21, Kelapa Gading, North Jakarta
  • +62 882 236 12435
Kebutuhan tenaga kerja di bidang konstruksi kian meningkat di era pemerintahan Presiden Joko Widodo, hal ini akan disambut baik dengan terbukanya lapangan pekerjaan di bidang konstruksi tersebut. Namun dari sejumlah 8,1 juta jiwa yang... more
Kebutuhan tenaga kerja di bidang konstruksi kian meningkat di era pemerintahan  Presiden Joko Widodo, hal ini akan disambut baik dengan terbukanya lapangan pekerjaan di bidang konstruksi tersebut. Namun dari sejumlah 8,1 juta jiwa yang tercatat BPS sebagai pekerja di bidang konstruksi, hanya 5,9 persennya saja yang bersertifikat. Hal tersebut dapat menyebabkan kesenjangan pengalaman kerja di lapangan, masalah lain pun akan bermunculan akibat dari kesenjangan pengalaman kerja tersebut, contohnya pekerja tidak dapat bekerja sama dengan baik, proyek konstruksi molor dari waktu yang ditentukan, hasil proyek tidak seperti yang direncanakan, bahkan lebih parahnya dapat menyebabkan kegagalan konstruksi. Jika hal – hal tersebut terjadi maka akan banyak pihak yang dirugikan. Metode analisis yang digunakan dalam penulisan ini adalah studi pustaka, yang dimana penulis mencari sumber atau mengumpulkan informasi dari jurnal ataupun buku, jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari jurnal ataupun buku mengenai Etika, Lembaga Sertifikasi Profesi dan Kesenjangan Bekerja. Hasil dari penulisan ini menjelaskan mengenai permasalahan kesenjangan pengalaman bekerja dalam bidang konstruksi, yang berhubungan dengan Lembaga Sertifikasi Profesi sebagai pendukung pengalaman kerja di bidang konstruksi, yang berkaitan dengan etika dari setiap individu. Maka dari itu kita harus menerapkan etika profesi untuk menanggulangi masalah tersebut dan memberikan solusi konkret agar pekerja konstruksi di Indonesia dapat lebih baik lagi.
Negara maju adalah negara yang memiliki aspek pendukung yang optimal. Aspek-aspek yang mampu memengaruhi tingkat kemajuan negara salah satunya adalah sosial dan ekonomi. Pembangunan ekonomi yang merata akan mampu membuat negara maju... more
Negara maju adalah negara yang memiliki aspek pendukung yang optimal. Aspek-aspek yang mampu memengaruhi tingkat kemajuan negara salah satunya adalah sosial dan ekonomi. Pembangunan ekonomi yang merata akan mampu membuat negara maju dengan sumber pendapatan yang maksimal. Kenaikan nilai ekonomi suatu negara dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah faktor infrastruktur. Infrastruktur yang dapat memperlancar jalur ekonomi negara yaitu transportasi jalan. Keadaan ekonomi Indonesia dibandingkan dengan negara lain dapat dikatakan masih mengalami penurunan terutama pada tahun 2014-2015 sebelum diresmikannya jalan tol khususnya yang diresmikan di pulau Sumatera (JTTS). Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2015 Indonesia mengalami penurunan ekonomi sejak tahun 2012. Selain itu Indonesia berada pada peringkat keenam untuk negara yang paling diminati oleh investor. Dapat dilihat negara Cina yang memiliki infrastruktur terdepan menjadi urutan pertama untuk negara yang paling diminati investor. Maka dari itu, dapat diindikasikan bahwa negara yang memiliki infrastruktur transportasi yang baik akan berdampak pada
sosial ekonomi di negara tersebut. Sampel daerah yang akan dibahas yaitu daerah Lampung. Dampak JTTS terhadap sosial ekonomi daerah Lampung yaitu memperlancar arus distribusi barang dan jasa, dapat menciptakan peluang usaha baru di Lampung, meningkatkan minat wisata ke wilayah Lampung, meningkatkan penerimaan pajak, dan menurunkan biaya logistik nasional. Sehingga, JTTS dapat memberikan banyak pengaruh positif kepada sosial ekonomi daerah Lampung.
Kerusakan dan kerugian akibat bencana di Indonesia mengalami kenaikan sebesar 72% dari tahun 2018. Salah satu faktor penyebab tingginya kerusakan pasca bencana yaitu permasalahan tata ruang di Indonesia. Perencanaan tata ruang menurut... more
Kerusakan dan kerugian akibat bencana di Indonesia mengalami kenaikan sebesar 72% dari tahun 2018. Salah satu faktor penyebab tingginya kerusakan pasca bencana yaitu permasalahan tata ruang di Indonesia. Perencanaan tata ruang menurut Sari (2018) masih mengabaikan mitigasi bencana, contohnya saat Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang berlokasi di Tanjung Lesung tersapu oleh bencana tsunami. Lokasi tersebut merupakan daerah rawan bencana, namun pembangunan tetap dilaksanakan tanpa memerhatikan hal tersebut. Tingginya kerusakan pasca bencana selaras dengan data BNPB selama kurun waktu tahun 2019. Terdapat 1.312 bencana dengan jumlah kerusakan rumah sebanyak 19.974 unit, salah satu faktornya diakibatkan desain bangunan tersebut masih luput dari upaya mitigasi bencana. Metode penulisan yang digunakan adalah studi literatur, dengan tujuan untuk mengurangi kemungkinan kerusakan dan kerugian khususnya dalam infrastruktur. Upaya yang dapat dilakukan untuk menanggulangi masalah tersebut yaitu memanfaatkan sensor pendeteksi kerusakan bangunan dengan menggunakan sensor Accelerometer MMA7455L. Penggunaan sensor tersebut berbasiskan GIS dan BIM system yang dinamakan sensor Think-ting sebagai permodelan desain bangunan untuk mengetahui titik kerusakan bangunan serta memberikan informasi tentang estimasi waktu dan biaya dalam perbaikan bangunan terdampak bencana. Penerapan teknologi ini akan mendorong optimalisasi mitigasi bencana dalam peningkatan keamanan smart building.