Skip to main content
Ganda Febri Kurniawan
  • Semarang, Central of Java Province, Indonesia
  • +6283842323030
This study aims to analyze the use of historical learning resources in elementary schools. The questions asked are (a) how is the learning design used by the teacher that includes the use of historical learning resources; (b) how to use... more
This study aims to analyze the use of historical learning resources in elementary schools. The questions asked are (a) how is the learning design used by the teacher that includes the use of historical learning resources; (b) how to use history learning resources in the teaching and learning process of history to support learning achievement; and (c) what are the obstacles faced by teachers in utilizing students' history learning resources to support the achievement of history learning. This research was conducted using descriptive qualitative method. The research location is in elementary schools in Semarang, Central Java Province. Informants in this study were class teachers and students. The data analysis used is interactive model data analysis. The results of this study indicate that: first, the design of learning history material is relatively appropriate and progressive, in developing a lesson plan for history material the teacher can develop it well. Second, each teacher and student in each school can take advantage of historical learning resources available at school and outside of school. Third, the obstacles faced by teachers in utilizing history learning resources are that each history book sometimes has different discussions, such as the year the event occurred or the chronology of the event. Then the use of historical learning resources outside of school requires more time, costs and supervision.
Artikel ini bertujuan untuk mendiskusikan bagaimana perguruan tinggi berperan dalam membina calon pemimpin masa depan yang pro terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan kebangsaan. Penelitian ini mengoperasikan metode deskriptif dan melibatkan... more
Artikel ini bertujuan untuk mendiskusikan bagaimana perguruan tinggi berperan dalam membina calon pemimpin masa depan yang pro terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan kebangsaan. Penelitian ini mengoperasikan metode deskriptif dan melibatkan 73 responden dari 8 fakultas yang ada di Universitas Negeri Semarang. Data dikumpulkan dengan teknik survey dan wawancara. Analisis data menggunakan model interaktif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa masih ada mahasiswa yang meragukan wacana radikalisme di kampus. Radikalisme masih dinilai sebagai propaganda negara yang bermakna bias. Dibutuhkan dialog interfaith bertema isu-isu keberagaman dan pencarian titik temunya. Hal itu bisa diupayakan melalui kegiatan bela negara bagi mahasiswa. Bela negara yang digagas yaitu kegiatan yang membiasakan mahasiswa terhadap perbedaan; etnis dan agama. Usulan ide ini mendapatkan apresiasi positif dari mahasiswa. Melalui kegiatan itu karakter mahasiswa yang pro terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan kebangsaan...
Paper disampaikan dalam Jumanji: Jum’at Malam Mengkaji dengan tema “Orientalisme: Study of History” yang diselenggarakan oleh Kelompok Diskusi Pascasarjana Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran Bandung, 27 Mei 2022.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkritik narasi sejarah kepahlawanan secara tekstual. Fokus kajian ini adalah pahlawan lokal secara filosofis, bila pahlawan lokal masuk kelas sejarah dan apresiasi dari civitas akademik mengenai konsep... more
Penelitian ini bertujuan untuk mengkritik narasi sejarah kepahlawanan secara tekstual. Fokus kajian ini adalah pahlawan lokal secara filosofis, bila pahlawan lokal masuk kelas sejarah dan apresiasi dari civitas akademik mengenai konsep tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan desain critical etnografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa; 1) Sejatinya konsep Local Hero jika dibaca dalam wacana filosofi sangat relevan bagi pengajaran sejarah lokal; 2) Kelas sejarah menjadi lebih menarik ketika konsep-konsep populer masuk ke dalam bagian dari materi, mengingat generasi milenial sudah tidak begitu tertarik mempelajari sejarah yang terlalu politis dan elitis, sehingga Local Hero memiliki determinasi tersendiri dalam hal ini; dan 3) Di Kelas, konsep tersebut mendapatkan apresiasi positif dari pendidik dan peserta didik. Dari uraian tersebut peneliti berkesimpulan bahwa, saat ini pengajaran sejarah membutuhkan satu inovasi yang sesuai dengan semangat dan j...
Penelitian ini dilatar belakangi oleh 1) Permendiknas No 22 Tahun 2006, 2) Dalam lingkungan sekolah yang multikultur pembelajaran sejarah memiliki tantangan dalam menumbuhkembangkan sikap nasionalisme siswa, 3) Pembelajaran yang perlu... more
Penelitian ini dilatar belakangi oleh 1) Permendiknas No 22 Tahun 2006, 2) Dalam lingkungan sekolah yang multikultur pembelajaran sejarah memiliki tantangan dalam menumbuhkembangkan sikap nasionalisme siswa, 3) Pembelajaran yang perlu dievaluasi. Penelitian ini berfokus kepada perencanaan, implementasi, sikap nasionalisme, dan kendala dalam proses pembelajaran sejarah di Kelas XI SMA Semesta Bilingual Boarding School Semarang. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, dengan model Kualtitatif-Evaluatif. Metode pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian ini adalah 1) Proses perencaaan pembelajaran sejarah yang dilakukan di SMA Semesta Bilingual Boarding School Semarang kurang lebih sama seperti yang diterapkan di SMA lainnya, prosesnya adalah mempersiapkan RPP sesuai Prota dan Promes, mempersiapkan materi dan media pembelajaran, mempersiapkan video tentang nasionalisme dan mempersiapkan evaluasi pembelajaran. Harusnya pada...
Dialektika tentang pembelajaran sejarah di Abad 21 ini dibuka dengan iklim akademik yang memicu inovasi dalam berbagai aspek pendidikan. Materi ajar adalah satu diantaranya. Nitisemito, yang merupakan Raja Kretek dari Kota Kudus adalah... more
Dialektika tentang pembelajaran sejarah di Abad 21 ini dibuka dengan iklim akademik yang memicu inovasi dalam berbagai aspek pendidikan. Materi ajar adalah satu diantaranya. Nitisemito, yang merupakan Raja Kretek dari Kota Kudus adalah salah satu Pahlawan Lokal (Local Heroes) yang kisah hidupnya berpotensi untuk membangkitkan gairah wirausaha dan kebangsaan bagi para siswa. Menjadikannya materi ajar adalah sebuah langkah konkret untuk dapat mentransmisikan nilai dan mentransformasikan kepribadian siswa ke arah yang lebih baik. Penelitian ini dikaji menggunakan metode kualitatif dengan desain studi kasus. Temuan di lapangan menunjukan, setelah Nitisemito masuk kelas sejarah dengan diajarkan menggunakan model dialog interaktif, siswa lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran. Terbukti dari banyaknya siswa yang menanyakan siapa sebenarnya Nitisemito dan bagaimana kisah hidupnya. Di balik itu, untuk mencegah mitologisasi tokoh Nitisemito, pendidikan adalah jalan yang tepat karena di d...
This study aims to see how far the oral tradition plays a role in becoming a social science education media in Gunungpati society Begining from the problem of social change which is increasingly happening has changed the social... more
This study aims to see how far the oral tradition plays a role in becoming a social science education media in Gunungpati society Begining from the problem of social change which is increasingly happening has changed the social orientation of the original traditional Gunungpati community into a semi-modern society with the mastery of technology and modern science. The question is how the oral tradition in the 21st Century is able to provide value education in society. The discussion is not address formal social science education, but social science education in society. The research method used is qualitative method with case study design. This design is chosen, given the object being studied is very distinctive and needs to be participated in participating to obtain accurate data. Key findings in this study include; 1) Basically an oral tradition has benefits in social science education in society, since humans are basically educandum beings which means can be educated and must get...
Research Interests:
Environmental ethics has not become the mainstream in Indonesian social studies. This study intends to explore the extent to which social studies learning addresses environmental ethics in secondary schools. This is a qualitative project... more
Environmental ethics has not become the mainstream in Indonesian social studies. This study intends to explore the extent to which social studies learning addresses environmental ethics in secondary schools. This is a qualitative project with a critical ethnographic design. The sources of data were from informants and learning activities. This research used in-deep interview and observation for collecting the data. The participants involved in this study were 23 students which from different socio-cultural background. The validity of the data was checked by using triangulation. Data analysis using ethnographic data analysis. The results showed that students whose living environment was close to sustainable nature had better knowledge of environmental ethics than students who lived in the city center. Environmental ethics in the minds of students are reflected in the behavior of maintaining, caring for, and campaigning for a sustainable environment. Students agree that environmental ...
Pembelajaran sejarah seharusnya mampu mendorong proses transfer nilai dan pengetahuan mengalami problematika dalam pembelajaran daring. Penelitian ini berusaha menganalisa problematika yang dihadapi guru sejarah dalam pelaksanaan... more
Pembelajaran sejarah seharusnya mampu mendorong proses transfer nilai dan pengetahuan mengalami problematika dalam pembelajaran daring. Penelitian ini berusaha menganalisa problematika yang dihadapi guru sejarah dalam pelaksanaan pembelajaran secara daring. Motode penelitian menggunakan studi kualitatif dengan desain deskriptif. Sumber data penelitian berasal dari guru sejarah, setidaknya terdapat 7 (tujuh) guru dari SMA di kota Semarang yang terlibat dalam penelitian ini. Data dikumpulkan dengan teknik wawancara mendalam dan observasi langsung. Analisis data penelitian menggunakan model interaktif. Temuan penting penelitian yaitu: a) guru mengalamikendala dalammengorganisasi kelas sejarah dalam sistem daring; b) jam belajar yang begitu pendek membuat guru sulit melakukan inovasi; c) guru mengandalkan metode ceramah secara dominan pada pelaksasnaan pembelajaran; dan d) guru mengalami kesulitan dalam menerapkan beberapa pendekatan untuk mengaktifkan kelas. Kesimpulan penelitian guru ...
This paper departs from the restlessness of some scientists about the dominant of the big man in Indonesia's historical narrative. It also becomes a form of public memory about the meaning of heroism which is more likely to be... more
This paper departs from the restlessness of some scientists about the dominant of the big man in Indonesia's historical narrative. It also becomes a form of public memory about the meaning of heroism which is more likely to be cultured rather than understanding academically. This article was composed an academic criticism of the conditions mentioned above, the political term historiography or historical writing that is used as a political interest is the most appropriate in describing Indonesia's current historiographic conditions. The dominance of the big man in history requires to be distorted and historiography needs to provide a place for stories of local heroes. Besides, memory politics also requires to be dammed through a counter-narrative that can be presented through critical historical studies, so that the desire to remember the forgotten will continue to live and become a guide for thinkers and activists of history.
E-Majalah RISALAH NUSA merupakan majalah elektronik tiga bulanan yang diterbitkan oleh Lembaga Ta'lif wan Nasyr (LTN) Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Semarang berisi seputar informasi kegiatan yang dilaksanakan oleh PCNU,... more
E-Majalah RISALAH NUSA merupakan majalah elektronik tiga bulanan yang diterbitkan oleh Lembaga Ta'lif wan Nasyr (LTN) Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Semarang berisi seputar informasi kegiatan yang dilaksanakan oleh PCNU, lembaga-lembaga di bawah naungan PCNU, badan otonom NU dan pesantren NU di Kota Semarang. Redaksi menerima tulisan dari warga NU dan masyarakat umum yang sesuai dengan visi dan misi NU. Redaksi berhak mengedit tulisan tanpa mengurangi inti tulisan.
This study aims to investigate the thought construction of the leaders of three countries, namely Indonesia, the United States and Russia about women's leadership. This research was done by descriptive method. The data for this study... more
This study aims to investigate the thought construction of the leaders of three countries, namely Indonesia, the United States and Russia about women's leadership. This research was done by descriptive method. The data for this study was obtained from the official tweets of the presidents of three countries on Twitter. The keywords in the data search were: leadership, women, politics, human rights, and justice. Data analysis was carried out with the Nvivo 12 Pro. The results show that Joe Biden has a stronger thinking construct about women's state leadership with as many as 51, discussed by Joko Widodo in the second position with as many as 49 and Vladimir Putin in the last position with as many as 25. This also answers the thesis that with a liberal democratic system more open to women's leadership compared to the Pancasila democratic system and socialist democracy.
Narasi sejarah kepahlawanan masih didominasi oleh keberadaan orang-orang besar. Selain itu, sejarah masih diajarkan dengan menitikberatkan pada aspek politik, sehingga hal ini membentuk konstruk berpikir yang lebih dekat dengan kultus... more
Narasi sejarah kepahlawanan masih didominasi oleh keberadaan orang-orang besar. Selain itu, sejarah masih diajarkan dengan menitikberatkan pada aspek politik, sehingga hal ini membentuk konstruk berpikir yang lebih dekat dengan kultus daripada edukasi, padahal kepahlawanan tidak hanya sebatas itu, pahlawan memiliki pengertian yang luas dan khas, tetapi diktum yang disusun pemerintah telah membatasi kerangka kerja guru di dalam proses pengembangan dan internalisasi nilai-nilai kepahlawanan. Penelitian ini bertujuan untuk: (i) mendeskripsikan pemahaman guru dan siswa tentang makna kepahlawanan; (ii) mendeskripsikan konformitas antara memori dan sosial kognitif siswa dalam proses pembelajaran sejarah bermuatan nilai-nilai kepahlawanan; dan (iii) menjelaskan apakah empati sejarah yang dimiliki oleh siswa dapat bertumbuh melalui proses konformitas antara memori dan sosial kognitif dalam pembelajaran sejarah bermuatan nilai-nilai kepahlawanan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ad...
Pasca Proklamasi 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia memasuki babak baru dalam pergerakan kebangsaan. Suatu keadaan yang ternyata telah memaksa banyak orang dari beragam golongan terlibat aktif pada dinamika yang dalam sejarah resmi dikenal... more
Pasca Proklamasi 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia memasuki babak baru dalam pergerakan kebangsaan. Suatu keadaan yang ternyata telah memaksa banyak orang dari beragam golongan terlibat aktif pada dinamika yang dalam sejarah resmi dikenal dengan istilah “revolusi”.
Mulai pertengahan September 1945 hingga seterusnya keadaan di daerah-daerah kembali memanas, Sekutu dan NICA (Nederlands Indies Civil Administration), satu paket kekuatan pemenang Perang Dunia II datang ke Indonesia dengan maksud mengembalikan tatanan lama di wilayah ini.
In the online era, the role of the media in facilitating learning history is very important. Learning in the online era is considered to return to conventional models that lack the use of innovative media. This study aims to analyze the... more
In the online era, the role of the media in facilitating learning history is very important. Learning in the online era is considered to return to conventional models that lack the use of innovative media. This study aims to analyze the development of historical knowledge of students in learning history using national hero infographic. This study uses qualitative methods with descriptive designs. The data source of this research came from teachers and students. Data were collected using in-depth interview and observation techniques. Data analysis uses an interactive model. The results study are: 1) students' knowledge about national heroes develops after learning using the national hero infographic; 2) the unit of knowledge development lies in the way students identify heroes, understand the role of heroes, and the reflective attitude of students after learning with national hero infographics; and 3) factors that play a role in developing students' historical knowledge about heroism are ideology and social context. The conclusion of this research is that relevant national hero infographics are used in the effort to develop students 'heroes' knowledge in the history class.
The objective of this article is to analyze the basic understanding of Vocational High School teachers about the essence of nationalism and critical pedagogy. The research questions are 1) what is the significance of nationalism for... more
The objective of this article is to analyze the basic understanding of Vocational High School teachers about the essence of nationalism and critical pedagogy. The research questions are 1) what is the significance of nationalism for Vocational High School teachers? And 2) how do teachers understand critical pedagogy? This research is of qualitative project executed under phenomenological framework. This research involved 40 Vocational High School teachers from various regions in Central Java. The main results of this research are: 1) nationalism is the students' social capital in dealing with the working world, especially in resisting the idea and practice of industrial capitalism; 2) critical education functions to raise students' critical awareness in order to be open and analytical towards phenomena in the working world, such as the practice of capitalism which is detrimental and threatening public welfare; 3) the vocational education of Indonesia faces a major task of reducing capitalism in the practice of industrialization in society. Therefore, an understanding of nationalism and criticism must always be encouraged at all times. It is recommended that the Vocational High School curriculum to strengthen the content of nationalism through the addition of citizenship and history subjects, while critical pedagogy can become a vocational learning approach to build students' critical awareness.
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengkritik narasi sejarah kepahlawanan secara tekstual. Fokus kajian ini adalah pahlawan lokal secara filosofis, bila pahlawan lokal masuk kelas sejarah dan apresiasi dari civitas akademik mengenai... more
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengkritik narasi sejarah kepahlawanan secara tekstual. Fokus kajian ini adalah pahlawan lokal secara filosofis, bila pahlawan lokal masuk kelas sejarah dan apresiasi dari civitas akademik mengenai konsep tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan desain critical etnografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa; 1) Sejatinya konsep Local Hero jika dibaca dalam wacana filosofi sangat relevan bagi pengajaran sejarah lokal; 2) Kelas sejarah menjadi lebih menarik ketika konsep-konsep populer masuk ke dalam bagian dari materi, mengingat generasi milenial sudah tidak begitu tertarik mempelajari sejarah yang terlalu politis dan elitis, sehingga Local Hero memiliki determi-nasi tersendiri dalam hal ini; dan 3) Di Kelas, konsep tersebut mendapatkan apresiasi positif dari pendidik dan peserta didik. Dari uraian tersebut peneliti berkesimpulan bahwa, saat ini pengajaran sejarah membu-tuhkan satu inovasi yang sesuai dengan semangat dan jiwa zaman. ABSTRACT This study aims to criticize the narrative of heroic history textually. This research focuses on the philosophy of the Local Hero, Local Heroes entering the history class and appreciation from the academic community regarding the concept of the Local Hero. The research method used is a qualitative method with ethnographic critical design. The results of the study show that; 1) Indeed the Local Hero concept if read in philosophical discourse is very relevant for the teaching of local history; 2) Historical classes become more interesting when popular concepts fall into part of the material, considering the millennial generation is not very interested in learning history that is too political and elitist, so the Local Hero has its own determination in this matter; and 3) In class, the concept gets positive appreciation from educators and students. From the description, the researcher concluded that, at present history teaching requires an innovation that is in accordance with the spirit and soul of the times.
Capitalism has become a big wave that changes the socio-cultural face of global and local communities. This article discusses the symptoms of capitalism and the conditions of social wisdom in the Semarang community. Important findings of... more
Capitalism has become a big wave that changes the socio-cultural face of global and local communities. This article discusses the symptoms of capitalism and the conditions of social wisdom in the Semarang community. Important findings of this study are 1) people in rural Semarang still maintain social wisdom in an effort to care for cultural heritage. The surviving social wisdoms are mutual cooperation, deliberation, nerimo ing pandhum (accepting the gift), and tepo seliro (keeping other's feeling); and 2) capitalism has disrupted the agricultural economy in rural Semarang, the Semarang community has now changed its orientation in terms of work, initially the community worked as farmers and regenerated, but now that after many industries have been established, people are more interested in becoming factory workers. The implication of this research is that capitalism has a negative impact on rural agrarian societies. The influence of capital can change the orientation of society to be materialistic.
This paper aims to uncover capitalism's intervention in cultural ecological preservation in Semarang. The research questions included that1) what are the cultural ecological conditions in Kulitan Town of Semarang? and 2) how is activism... more
This paper aims to uncover capitalism's intervention in cultural ecological preservation in Semarang. The research questions included that1) what are the cultural ecological conditions in Kulitan Town of Semarang? and 2) how is activism in Semarang in preventing cultural ecological damage by the impact of capitalism? This research was qualitative project with a case study framework. This study involved 15 informants with 3 categories, namely 6 activists for cultural preservation, 6 general people living in historical heritage environments, and 3 company owners. The data were analyzed by using an interactive model. The findings of this study indicate the existence of historical environmental damage caused bycapitalism and this is the main problem of preservation of cultural ecology in Semarang. The most obvious damage is the loss of authenticity of historical heritage buildings. In addition, people's memories of the cultural ecology also began to fade, with indications of apathy towards the ongoing process of conservation. Activism in the context of cultural ecological preservation is carried out through community forums concerned with history and culture. The strategy is to conduct studies, correspondence, and plan actions. The implication of this research is that cultural ecology in Semarang must be protected through Law Number 11 of 2010, considering that the cultural ecology is a symbol of the identity and cultural richness of the people of Semarang.
Historical learning should be able to encourage the process of transferring value and knowledge into problems in online learning. This research seeks to analyze the problems faced by history teachers in the implementation of online... more
Historical learning should be able to encourage the process of transferring value and knowledge into problems in online learning. This research seeks to analyze the problems faced by history teachers in the implementation of online learning. Motode research uses qualitative studies with descriptive designs. The source of research data comes from history teachers, there are at least 7 (seven) teachers from high school in Semarang who are involved in this study. Data is collected with in-depth interview techniques and direct observation. Analyze research data using interactive models. The study's key findings are: a) teachers experience it in organizing history classes in online systems; b) such short learning hours make it difficult for teachers to innovate; c) teachers rely predominantly on learning methods; and d) teachers have difficulty in implementing several approaches to activate the classroom. The conclusion of the history teacher's research is still not adapted to the maximum in the online learning process. Abstrak Pembelajaran sejarah seharusnya mampu mendorong proses transfer nilai dan pengetahuan mengalami problematika dalam pembelajaran daring. Penelitian ini berusaha menganalisa problematika yang dihadapi guru sejarah dalam pelaksanaan pembelajaran secara daring. Motode penelitian menggunakan studi kualitatif dengan desain deskriptif. Sumber data penelitian berasal dari guru sejarah, setidaknya terdapat 7 (tujuh) guru dari SMA di kota Semarang yang terlibat dalam penelitian ini. Data dikumpulkan dengan teknik wawancara mendalam dan observasi langsung. Analisis data penelitian menggunakan model interaktif. Temuan penting penelitian yaitu: a) guru mengalamikendala dalammengorganisasi kelas sejarah dalam sistem daring; b) jam belajar yang begitu pendek membuat guru sulit melakukan inovasi; c) guru mengandalkan metode ceramah secara dominan pada pelaksasnaan pembelajaran; dan d) guru mengalami kesulitan dalam menerapkan beberapa pendekatan untuk mengaktifkan kelas. Kesimpulan penelitian guru sejarah masih belum beradaptasi secara maksimal dalam proses pembelajaran secara daring.
Beberapa kajian tentang Revolusi Indonesia masih terfokus pada wilayah administrasi yang luas, seperti Provinsi atau Kabupaten/Kota. Padahal, desa juga memiliki potensi untuk dikaji tentang keterlibatannya dalam proses perubahan cepat... more
Beberapa kajian tentang Revolusi Indonesia masih terfokus pada wilayah administrasi yang luas, seperti Provinsi atau Kabupaten/Kota. Padahal, desa juga memiliki potensi untuk dikaji tentang keterlibatannya dalam proses perubahan cepat yang terjadi pasca kekalahan Jepang melawan Sekutu dalam Perang Asia Timur Raya (PATR). Kampung Tulung di Kota Magelang merupakan contoh kasus, dimana desa ikut terlibat merasakan percikan api revolusi yang membakar semangat rakyat untuk merdeka. Kondisi Magelang yang darurat, kemudian disikapi oleh pemerintah pusat dengan menjadikan daerah Magelang sebagai daerah darurat militer. Saat Jepang melakukan pawai milter dari Semarang dan tiba di Kampung Tulung. Dalam waktu sangat singkat Tentara Kido Butai telah sampai di belakang Kelurahan, dan oleh para Pemuda yang berada di Kelurahan mengira bahwa itu adalah kawan sendiri yang berasal dari Tentara Keamana Rakyat (BKR). Para Pemuda sibuk menyiapkan makan siang bagi para pejuang, karena di Kelurahan itu adalah penyelenggara Dapur Umum. Kedatangan mendadak para Tentara Kido Butai menyerang para pemuda yang tidak bersenjata untuk melawan. Akibatnya, penduduk Kampung Tulung yang berada di sekitar dan dalam Kantor Kelurahan dibantai dengan kejam. Jumlah penduduk Kampung Tulung tewas yang berhasil teridentifikasi berjumlah 42 orang, pemuda 42 orang, 16 pejuang, dan 26 anggota TKR berasal dari Kelurahan Magelang. Penyerangan tersebut disinyalir dilatarbelakangi oleh faktor kebrutalan situasi perang. Jepang yang sudah terdesak oleh Sekutu dan Tentara Republik mencoba bertindak agresif, sehingga mereka tidak segan melakukan penjarahan bahkan pembunuhan. Abstract ___________________________________________________________________ Some studies on the Indonesian Revolution are still focused on a wide administrative area, such as a province or a district / city. In fact, the village also has the potential to be studied about its involvement in the rapid change process that occurred after the defeat of Japan against the Allies in the Greater East Asia War (PATR). Tulung Village in Magelang City is an example of a case where villages are involved in the sparks of a revolution that ignites the spirit of the people for independence. Magelang's emergency condition, then addressed by the central government by making the Magelang region as a military emergency area. When Japan performs a militia march from Semarang and arrives in Kampung Tulung. In a very short time the Kido Butai Army had reached the back of the Village, and by the Youths in the Village thought that it was their own comrade who came from the People's Security Army (BKR). The Youth are busy preparing lunch for the fighters, because in the Village is the organizer of the Public Kitchen. The sudden arrival of the Kido Butai Army attacked unarmed youths to fight. As a result, Tulung Village residents around and inside the Village Office were brutally murdered. The number of residents of Kampung Tulung killed were 42, 42 youths, 16 fighters and 26 TKR members from Magelang urban village. The attack was allegedly motivated by the brutality of the war situation. Japan that has been pressed by the Allies and Republican Army tries to act aggressively, so they do not hesitate to loot even murder.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji secara keseluruhan tentang proses pembelajaran sejarah di SMA Semesta Bilingual Boarding School Semarang. Hal yang menjadi fokus kajian adalah perencanaan, implementasi, sikap nasionalisme siswa dan... more
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji secara keseluruhan tentang proses pembelajaran sejarah di SMA Semesta Bilingual Boarding School Semarang. Hal yang menjadi fokus kajian adalah perencanaan, implementasi, sikap nasionalisme siswa dan kendala Guru dalam melakukan pembelajaran sejarah. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, dengan model Kualitatif-Evaluatif. Metode pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian ini adalah 1) Proses perencaaan pembelajaran sejarah yang dilakukan di SMA Semesta Bilingual Boarding School Semarang kurang lebih sama seperti yang diterapkan di SMA lainnya, prosesnya adalah mempersiapkan RPP sesuai Prota dan Promes, mempersiapkan materi dan media pembelajaran, mempersiapkan video tentang nasionalisme dan mempersiapkan evaluasi pembelajaran. Hal ini sudah cukup ideal untuk sebuah pembelajaran yang efektif dan terstruktur. 2) Implementasi pembelajaran sejarah nasionalisme Indonesia menunjukan bahwa Guru menggunakan beberapa variasi dalam memanfaatkan metode pembelajaran yang ada. 3) Sikap nasionalisme di kalangan siswa SMA Semesta Bilingual Boarding School Semarang dalam hal kebanggaan menjadi bangsa Indonesia, rela berkorban, menerima kemajemukan dan bangga kepada budaya Indonesia, dan menghargai jasa para pahlawan secara keseluruhan sudah tumbuh di kalangan siswa.
This study aims to see how far the oral tradition plays a role in becoming a social science education media in Gunungpati society Begining from the problem of social change which is increasingly happening has changed the social... more
This study aims to see how far the oral tradition plays a role in becoming a social science education media in Gunungpati society Begining from the problem of social change which is increasingly happening has changed the social orientation of the original traditional Gunungpati community into a semi-modern society with the mastery of technology and modern science. The question is how the oral tradition in the 21st Century is able to provide value education in society. The discussion is not address formal social science education, but social science education in society. The research method used is qualitative method with case study design. This design is chosen, given the object being studied is very distinctive and needs to be participated in participating to obtain accurate data. Key findings in this study include; 1) Basically an oral tradition has benefits in social science education in society, since humans are basically educandum beings which means can be educated and must get education from an early age and wherever located, and 2) Gunungpati society still feel the usefulness of the oral tradition in the transmission process social values that function for entertainment, education, recollections of the Past (historical learning), solidarity and togetherness, social control, protest function and social criticism, and finally religious functions. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk melihat sejauh mana tradisi lisan berperan dalam menjadi media pendidikan ilmu sosial di masyarakat Gunungpati. Berangkat dari permasalahan tentang perubahan sosial yang semakin cepat terjadi telah merubah orientasi sosial masyarakat Gunungpati yang semula tradisional menjadi masyarakat yang semi modern dengan penguasaan teknologi dan ilmu pengetahuan modern. Pertanyaannya adalah bagaimana tradisi lisan di Abad 21 ini mampu memberikan pendidikan nilai di masyarakat. Pembicaraan tidak menyinggung soal pendidikan ilmu sosial secara formal, melainkan pendidikan ilmu sosial di masyarakat. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan desain studi kasus. Desain ini dipilih, mengingat objek yang diteliti sangat khas dan perlu di dalami secara partisipatif untuk memperoleh data yang akurat. Temuan penting dalam penelitian ini meliputi; 1) Pada dasarnya tradisi lisan memiliki manfaat dalam pendidikan ilmu sosial di masyarakat, mengingat manusia pada dasarnya merupakan makhluk educandum yang berarti bisa dididik dan harus mendapat pendidikan sedari dini dan dimanapun berada, dan 2) Masyarakat Gunungpati masih merasakan kebermanfaatan dari tradisi lisan dalam proses transmisi nilai sosial yang berfungsi untuk hiburan, pendidikan, mengenang Masa Lalu (belajar sejarah), solidaritas dan kebersamaan, pengendalian sosial, fungsi protes dan kritik sosial, dan terakhir fungsi religius. Kata kunci : Tradisi Lisan, Pendidikan Ilmu Sosial, Masyarakat.
Abstrak: Folklore sebagai bagian dari sejarah lokal merupakan nilai kearifan lokal yang mampu memberikan pengaruh positif bagi siswa, apabila dijelaskan dengan penuh penjiwaan oleh guru dan didukung oleh materi yang kreatif dan inovatif.... more
Abstrak: Folklore sebagai bagian dari sejarah lokal merupakan nilai kearifan lokal yang mampu memberikan pengaruh positif bagi siswa, apabila dijelaskan dengan penuh penjiwaan oleh guru dan didukung oleh materi yang kreatif dan inovatif. Penelitian ini dikaji dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Proses pengum-pulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan studi dokumen. Hasil penelitian menunjukan pentingnya folklore untuk dikedepankan dalam materi pembelajaran Sejarah lokal merupakan sarana untuk pembentukan jati diri bangsa melalui kesadaran sejarah dan kesadaran budaya, juga sebagai pendekatan seorang guru atau pengajar untuk mengenalkan kepada anak didik tentang kearifan-kearifan lokal yang ada di sekitar mereka. Pembelajaran seperti ini akan menjadi-kan anak didik paham dengan sejarah diri atau lingkungannya, yang bisa menjadi-kan anak didik peka dengan apa yang terjadi di sekitarnya. Kata-kata kunci: folklore, sejarah lokal, kearifan lokal. Abstract: Folklore as a part of local history is local knowledge which will be able to provide a positive influence for students if the inspiration is explained by the teacher and supported by a creative and innovative materials. This study used qualitative approach. The data collection used observation, interview and enumer-ation. Finding shows that folklore is important to expose into teaching of local history and to form national identity through historical and cultural awareness, as well as a teacher or teaching approaches to introduce the students on local wisdom that exists around them. Learning will make the students familiar with their history and environment, which can make the students to be sensitive to what is happening around them.
This paper departs from the restlessness of some scientists about the dominant of the big man in Indonesia's historical narrative. It also becomes a form of public memory about the meaning of heroism which is more likely to be cultured... more
This paper departs from the restlessness of some scientists about the dominant of the big man in Indonesia's historical narrative. It also becomes a form of public memory about the meaning of heroism which is more likely to be cultured rather than understanding academically. This article was composed an academic criticism of the conditions mentioned above, the political term historiography or historical writing that is used as a political interest is the most appropriate in describing Indonesia's current historiographic conditions. The dominance of the big man in history requires to be distorted and historiography needs to provide a place for stories of local heroes. Besides, memory politics also requires to be dammed through a counter-narrative that can be presented through critical historical studies, so that the desire to remember the forgotten will continue to live and become a guide for thinkers and activists of history. Abstrak Tulisan ini berangkat dari keresahan beberapa ilmuwan tentang dominasi orang-orang besar dalam narasi sejarah Indonesia. Hal itu sekaligus menjadi pembentuk ingatan masyarakat tentang makna kepahlawanan yang lebih cenderung bersifat mengkultuskan ketimbang memahami secara akademis. Artikel ini lahir sebagai sebuah kritik akademis terhadap kondisi tersebut di atas. Istilah politik historiografi atau penulisan sejarah yang digunakan sebagai kepentingan politik adalah yang paling sesuai dalam menggambarkan kondisi historiografi Indonesia saat ini. Dominasi orang-orang besar dalam sejarah perlu didistorsi dan historiografi perlu memberikan tempat bagi kisah-kisah tokoh tingkat lokal. Selain itu politik ingatan juga perlu dibendung melalui counter narasi yang dapat dihadirkan melalui kajian-kajian sejarah kritis, sehingga hasrat mengingat yang dilupakan akan terus hidup dan menjadi pedoman baik bagi para pemikir maupun pegiat sejarah.
Esai ini membahas menganalisis perilaku korupsi dari segi filosofis dan tawaran penyelesaian masalah dari sudut idealisme.
Penelitian ini bertujuan menginvestigasi relevansi debat narasi Gerakan 30 September (G30S) 1965 yang ada di Twitter sebagai konten pembelajaran sejarah. Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif dengan pendekatan critical discourse... more
Penelitian ini bertujuan menginvestigasi relevansi debat narasi Gerakan 30 September (G30S) 1965 yang ada di Twitter sebagai konten pembelajaran sejarah. Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif dengan pendekatan critical discourse analysis (CDA). Hasil penelitian menunjukan bahwa debat narasi G30S di Twitter relevan sebagai sumber belajar sejarah siswa yang dapat dimanfaatkan bersamaan dengan penerapan G30S Inquiry Based Learning yang integral dengan pola pembelajaran regresif dan pendekatan kritis. Teks tentang G30S di Twitter dapat menjadi pemicu lahirnya dialog kritis tentang wacana sejarah bagi siswa, dalam misi paling penting yaitu mencari jalan keluar rekonsiliasi melalui proses pendidikan. Temuan penelitian menambah keyakinan bahwa pengajaran sejarah perlu dilakukan dari beragam aspek yang dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa seperti media sosial untuk menjadikan siswa menguasai kemampuan berpikir historis dan pemecahan masalah-masalah kesejarahan.
Ekstremisme global yang tengah mengancam integritas nasional bangsa Indonesia harus disikapi secara serius oleh seluruh elemen masyarakat. Lembaga pendidikan sebagai sebuah lembaga peradaban harus mampu memberikan solusi dalam... more
Ekstremisme global yang tengah mengancam integritas nasional
bangsa Indonesia harus disikapi secara serius oleh seluruh
elemen masyarakat. Lembaga pendidikan sebagai sebuah lembaga
peradaban harus mampu memberikan solusi dalam menyelesaikan
persoalan tersebut. Sejarah lokal, sebagai salah satu cabang
dari ilmu sejarah adalah solusi alternatif dalam membendung
paham-paham ekstrem yang masuk ke Indonesia. Bukan sekadar
materi yang diajarkan, sejarah lokal adalah media terbaik dalam
memberikan wawasan lokal yang memiliki muatan nilai sosial
di dalamnya. Muatan nilai ini adalah bangun pemikiran dari
masyarakat Indonesia secara luas. Dengan memahami sejarah
lokal, masyarakat dari mulai generasi yang paling tua hingga
yang paling muda akan memahami seluk beluk dari mana mereka
berasal. Kemudian, pemahaman tersebut adalah kekuatan paling
dasar yang akan menghalau segala pengaruh ekstremisme sejak
dari akar rumput. Hingga akhirnya, ekstremisme itu menemui
jalan buntu dalam proses penyebarannya.
Historical documentaries are part of learning resources that have not been explored by many teachers. This technology can trigger critical discussions in online history classes. This study aims to analyze the relevance of historical... more
Historical documentaries are part of learning resources that have not been explored by many teachers. This technology can trigger critical discussions in online history classes. This study aims to analyze the relevance of historical documentaries and their impact on students' knowledge of anti-colonialism. This research was done by descriptive method. Researchers involved 20 students as research participants. The data analysis applied is an interactive model. The results show that historical documentaries can bridge students' understanding of the present and the past, students can conduct criticism and in-depth discussions about historical events during the 1945 to 1950 revolution through these media. The students' understanding of anti-colonialism proved to be able to be stimulated, to encourage them to side with a humanist point of view. This research has implications for the need for the use of historical documentary technology in learning, videos with the theme of the history of the revolution have proven to make learning more relevant and interesting.
Artikel ini secara implisit adalah hasil penggalian proses pembelajaran sejarah yang ideal di Sekolah Internasional. Bukan tanpa maksud, mengingat pembelajaran sejarah yang ideal tersebut merupakan ujung pangkal keberhasilan dari sebuah... more
Artikel ini secara implisit adalah hasil penggalian proses pembelajaran sejarah yang ideal di Sekolah Internasional. Bukan tanpa maksud, mengingat pembelajaran sejarah yang ideal tersebut merupakan ujung pangkal keberhasilan dari sebuah pembelajaran. Keberhasilan itu dapat diartikan sebagai suksesnya transfer knowledge dan transfer value yang dilakukan guru pada siswa. Studi pendahuluan yang dilakukan menghasilkan gambaran awal tentang objek penelitian, yaitu adanya perbedaan mendasar dari pembelajaran sejarah di Sekolah Internasional dan Sekolah Umum. Untuk melanjutkan narasi tersebut, kemudian peneliti meninjau fenomena di SMA Semesta Bilingual Boarding School Semarang yang dianggap memiliki standar internasional dalam pembelajarannya termasuk dalam pembelajaran sejarahnya. Penting kiranya, pembelajaran sejarah lokal sebagai medium untuk menanamkan nilai kearifan lokal di suatu daerah perlu direvitalisasi kembali. Sehingga permasalahan yang menjadi fokus di dalam penelitian ini adalah; 1) Bagaimana perencanaan pembelajaran sejarah lokal di SMA Semesta Bilingual Boarding School Semarang?, 2) Bagaimana implementasi pembelajaran sejarah lokal di SMA Semesta  Bilingual Boarding School Semarang?, 3) Bagaimana proses penanaman nilai kearifan lokal melalui pembelajaran sejarah lokal di SMA Semesta  Bilingual Boarding School Semarang?, dan 4) Bagaimana evaluasi pembelajaran sejarah lokal oleh guru di SMA Semesta  Bilingual Boarding School Semarang?. Untuk meninjau proses pembelajaran sejarah lokal di Sekolah SMA Semesta Bilingual Boarding School Semarang digunakan metode kualitatif dengan desain studi fenomenologi. Data penelitian diperoleh melalui observasi, wawancara dan studi dokumen. Hasil penelitian ini sebagai berikut; 1) Aspek perencanaan dilakukan secara matang dengan mengandalkan koordinasi Tim Guru Sejarah di setiap Sekolah. SMA Semesta  Bilingual Boarding School Semarang menerapkan standar yang sama dan regulasi yang tidak jauh berbeda. Peneliti menemukan perbedaan mendasar dalam susunan RPP di Sekolah Internasional dan Sekolah Umum, yaitu pencantuman aspek karakter yang ingin dibentuk dalam setiap materi yang disampaikan. 2) Implementasi pembelajaran sejarah lokal di SMA Semesta Bilingual Boarding School Semarang di dukung oleh fasilitas sekolah yang sangat mumpuni. Selain itu guru juga sangat konsekuen dengan RPP yang telah disusun. Materi yang memuat sejarah lokal adalah Sejarah Hindu-Buddha di Indonesia. 3) Penanaman nilai kearifan lokal dilakukan secara laten, setiap guru yang diteliti mengangkat kisah sejarah daerah di lingkungan sekolah untuk memberikan akar budaya pada siswa, terutama darimana siswa berasal. Hal itu juga merupakan upaya membangun kesadaran sejarah siswa. Dan 4) SMA Semesta Bilingual Boarding School Semarang dalam evaluasi pembelajaran sejarahnya menggunakan alat berupa tugas dengan model investigasi group. Siswa dibagi dalam 5 kelompok kemudian diminta untuk mencari sejarah di sekitar lingkungan tempat tinggal mereka serta mendeskripsikan dalam tabel yang telah ditentukan sebelumnya.
The problem of weakening a social identity of the community marked by waning of memory about Local Heroes is a real threat to Indonesian national life. Local Heroes gait is no longer enter into the conversations in public spaces and in... more
The problem of weakening a social identity of the community marked by waning of memory about Local Heroes is a real threat to Indonesian national life. Local Heroes gait is no longer enter into the conversations in public spaces and in the educational environment. Researchers are trying to assess it because the urgency is, teaching Local Heroes in the classroom is a strategic step to reopen the discussions that have been dim. So hopefully, then the collective memory of Local Heroes will again be nurtured and maintained. This research focuses on 3 aspects, namely; 1) How does Local Heroes philosophy as a concept in teaching local history ?; 2) What if Local Heroes enters local history class ?; and 3) How is the appreciation of the academic community about the concept of Local Heroes ?. The research method used is qualitative method with critical ethnography design. The results showed that; 1) The true concept of Local Heroes if read in philosophical discourse is very relevant to the teaching of local history; 2) The class of history becomes more interesting when popular concepts fall into the passage of matter, since the millennial generation is less interested in studying too political and elitist history, so Local Heroes has its own determination in this respect; and 3) In Class, the concept gets a positive appreciation from educators and learners, even educators suggest a special guide book to teach Local Heroes as well as a handbook for researching Local Heroes. From the description of the researchers concluded that, currently teaching history requires an innovation in accordance with the needs of the times. Therefore, the concept of Local Heroes can be an alternative to meet those needs.
Dialektika tentang pembelajaran sejarah di Abad 21 ini dibuka dengan iklim akademik yang memicu inovasi dalam berbagai aspek pendidikan. Materi ajar adalah satu diantaranya. Nitisemito, yang merupakan Raja Kretek dari Kota Kudus adalah... more
Dialektika tentang pembelajaran sejarah di Abad 21 ini dibuka dengan iklim akademik yang memicu inovasi dalam berbagai aspek pendidikan. Materi ajar adalah satu diantaranya. Nitisemito, yang merupakan Raja Kretek dari Kota Kudus adalah salah satu Pahlawan Lokal (Local Heroes) yang kisah hidupnya berpotensi untuk membangkitkan gairah wirausaha dan kebangsaan bagi para siswa. Menjadikannya materi ajar adalah sebuah langkah konkret untuk dapat mentransmisikan nilai dan mentransformasikan kepribadian siswa ke arah yang lebih baik. Penelitian ini dikaji menggunakan metode kualitatif dengan desain studi kasus. Temuan di lapangan menunjukan, setelah Nitisemito masuk kelas sejarah dengan diajarkan menggunakan model dialog interaktif, siswa lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran. Terbukti dari banyaknya siswa yang menanyakan siapa sebenarnya Nitisemito dan bagaimana kisah hidupnya. Di balik itu, untuk mencegah mitologisasi tokoh Nitisemito, pendidikan adalah jalan yang tepat karena di dalamnya terdapat unsur saintifik dan rasionalitas. Penulis menilai ketauladanan seorang Nitisemito yang ulet, kreatif, dan berkepribadian kuat sebagai wirausahawan adalah bahan ajar sejarah yang memenuhi kriteria untuk dibawa masuk ke dalam Kelas Sejarah. Selain itu siswa juga bisa memaknai apa itu nasionalisme dan sikap kebangsaan dari sudut pandang yang lain, dari Pahlawan Lokal Nitisemito.
Sejarah perdagangan dan masyarakat Indonesia di zaman pramodem selalu menjadi hal yang menarik dan misterius. Meski pembacaan mengenai sejarah di zaman itu sebagian besar didasarkan pada bahan-bahan Portugal dan Belanda, yang rawan bias,... more
Sejarah perdagangan dan masyarakat Indonesia di zaman pramodem selalu menjadi hal yang menarik dan misterius. Meski pembacaan mengenai sejarah di zaman itu sebagian besar didasarkan pada bahan-bahan Portugal dan Belanda, yang rawan bias, namun tetap saja kita selalu dapat memperoleh pengetahuan yang luar biasa. J. C. van Leur, seorang intelektual kenamaan, dalam buku ini mengangkat keistimewaan masyarakat Asia, khususnya Indonesia dalam berbagai aspek di dunia kuno, termasuk di antaranya perdagangan dan pelayaran. Dengan demikian van Leur melalui buku ini ingin membangun sebuah pemahaman yang lebih baik mengenai Asia. Meski ia memberangkatkan kajiannya dari ilmu sosiologi dan banyak bertumpu kepada teori Max Weber, namun pembacaannya terhadap sejarah Indonesia sangatlah penting. Lebih dari itu, dalam buku ini kita dapat menemukan betapa pegetahuan van Leur begitu luas. Dalam pembahasan di beberapa bab di buku ini, ia tidak hanya memperbandingkan kelahiran dan perkembangan peradaban Indonesia dengan peradaban besar di luar Indonesia, melainkan juga menggunakan berbagai macam data dari ilmu sosial lainnya, termasuk arkeologi, antropologi, dan lain sebagainya. Sejatinya ia memang mencita-citakan penggunaan berbagai macam data dari berbagai bidang dalam usaha penelusuran sejarah Indoesia.