Perbedaan sebenarnya merupakan gejala alamiah bahkan adanya perbedaan bisa dikatakan sebagai kehe... more Perbedaan sebenarnya merupakan gejala alamiah bahkan adanya perbedaan bisa dikatakan sebagai kehendak Tuhan. Dilihat dari segi etnis, budaya, bahasa , suku dan agama, Indonesia memang merupakan bangsa yang majemuk.Kemajemukan ini ibarat pisau bermata dua, bisa membawa berkah dan juga bisa membawa bencana.Kapan kemajemukan bisa membawa berkah dan kapan kemajemukan bisa membawa bencana amat tergantung pada cara bangsa Indonesia menyikapi kemajemukan itu. Akan tetapi mengingat mayoritas (lebih dari 85%) penduduk Indonesia adalah muslim, maka sikap dan cara pandang umat Islam terhadap kemajemukan menjadi sangat penting karena akan memiliki dampak yang signifikan bagi bangsa Indonesia secara keseluruhan. Pluralisme tidak bisa dipahami hanya dengan mengatakan bahwa masyarakat kita mejemuk, beraneka ragam, terdiri dari berbagai suku dan agama, yang justru hanya menggambarkan kesan fragmentasi, bukan pluralisme. Pluralisme juga tidak boleh dipahami sekadar sebagai “kebaikan negatif”, hanya hanya ditilik dari kegunaannya untuk menyingkirkan fanatisme, pluralisme harus dipahami sebagai petalian sejati kebhinekaan dalam ikatan-ikatan keadaan, bahkan pluralisme adalah suatu keharusan bagi keselamatan umat manusia, antara lain melalui mekanisme pengawasan dan pengimbangan yang dihasilkannya. Dalam kitab suci disebutkan bahwa Allah menciptakan mekanisme pengawasan dan pengimbangan antara sesama manusia untuk memelihara keutuhan bumi dan menciptakan salah satu wujud kemurahan yang melimpahkan kepada umat manusia.
Abstarct Intoleran yang mengarah ke radikal, survey yang dilakukan oleh Setara Institute for Demo... more Abstarct Intoleran yang mengarah ke radikal, survey yang dilakukan oleh Setara Institute for Democracy and Peace yang melibatkan hampir 700 (685) siswa sekolah menengah atas dari 76 sekolah di Jakarta dan 38 Sekolah di Bandung memperlihatkan bahwa sebanyak 9,5 persen dari mereka setuju dengan tindakan atau tujuan yang mau dicapai oleh Islamic State (IS). Paham-paham radilakilsme yang dibawa oleh kelompok Transnasional yang marak terjadi belakangan ini akhirnya menciptakan Sectarian Conflict. Masalah yang bernuansa budaya atau peradaban tercermin dalam clash of civilization Huntington, masalah yang bernuansa agama tercemin melalui sectarian conflict, sedang masalah yang bercampur antara agama dan budaya terlihat pada konflik yang mengandung unsur etnik dan agama (ethno-religious conflict). Pedoman toleransi menurut ajaran al-Qur'an, umat beragama mesti bisa menerima dengan ikhlas adanya perbedaan diantara mereka, karena perbedaan itu merupakan bagian dari " rencana " Tuhan, (QS 5:48). Intimidasi atau pemaksaan dalam urusan agama dan keyakinan tidak boleh ada atau tidak boleh terjadi, (QS.2: 256). Umat beragama tidak boleh menghina satu sama lain karena perbedaan system keyakinan yang dimilikinya, (QS 6:108). Perihal sesat menyesatkan antara satu agama dengan agama lain atau antara satu sekte dengan sekte lain sebaiknya diserahkan saja kepada Tuhan yang akan memutuskannya di hari akhir, karena dalam hal sesat menyesatkan pada akhirnya Allah yang paling tahu, (QS6: 159 dan QS 16: 125). Tentang urusan keselamatan di akhirat atau di surga, juga hendaknya diserahkan sebagai hak 'prerogative' Allah, (QS 2: 62 dan QS 5:69). Semua umat beragama hendaknya sama-sama menjunjung tinggi nilai kemanusiaan universal, karena semua manusia pada dasarnya sama sebagai anak Adam yang dimuliakan Allah, (QS. 49 : 9-13).
Sekarang ini NU sebagai ormas menghadapi arus perubahan yang sangat besar baik politik, ekonomi, ... more Sekarang ini NU sebagai ormas menghadapi arus perubahan yang sangat besar baik politik, ekonomi, budaya, teknologi dan lainnya. Sebagai entitas sosial Nahdlatul Ulama sejak kelahirannya selalu menghadapi adanya perubahan-perubahan. NU terbentuk sebagai bagian dari reaksi terhadap perubahan di lingkungan umat Islam, yaitu adanya pengaruh Wahabi ke masyarakat Indonesia, lalu memberi ancaman tradisi-tradisi Nahdliyin yang ada di Pesantren. Dewasa ini masih sering muncul wacana yang mempertentangkan Islam dan demokrasi, Islam dan Pancasila dengan tujuan melemahkan konsolidasi demokrasi dan Ideologi Pancasila. Hizbut Tahrir Indonesia adalah salah satu contoh kelompok yang sering mempertentangkan secara terbuka antara syariah dan demokrasi , antara kedualatan Tuhan dan kedaulatan rakyat yang ujungnya mau menggantikan Negara Pancasila dengan Negara Islam (khilafat) yang cenderung teokratis. Dewasa ini juga tampak fenomena menurunnya karakter bangsa yang ditandai dengan budaya instant dan prilaku korup yang terjadi di mana-mana. Organisasi Fund for Peace merilis indeks terbaru mereka mengenai Failed State Index 2012 di mana Indonesia berada di posisi 63. Sementara negara nomor 1 yang dianggap gagal adalah Somalia. Dalam membuat indeks tersebut, Fund for Peace menggunakan indikator dan subindikator, salah satunya indeks persepsi korupsi. Dalam penjelasan mereka, dari 182 negara, Indonesia berada di urutan 100 untuk urusan indeks korupsi tersebut. Indonesia hanya berbeda 82 dari negara paling korup berdasarkan indeks lembaga ini, Somalia. Negara yang dianggap paling baik adalah New Zealand. Kondisi demikian menjadikan lembaga pendidikan juga tidak lepas dari sasaran kritik. Sebab budaya instan dan prilaku korup juga sedikit banyaknya masuk kedalam di lingkungan pendidikan melalui prilaku permissive terhadap kecurangan dan ketidakjujuran. Jelaslah, kecurangan adalah bentuk lain dari ketidakjujuran. Dan ketidakjujuran adalah awal dari kejahatan. Manajemen negeri yang tidak efektif adalah sebagai konsekwensi dari hilangnya kejujuran. Jika kejujuran tidak lagi dipertahankan dalam praktek pendidikan maka pendidikan akan memberikan kontribusi besar bagi institusionalisasi kejahatan. Oleh karena itu problem pada ujian nasional mesti diletakkan dalam kerangka pendidikan karakter untuk pembangunan bangsa. Singkatnya, dewasa ini terdapat fenomena maraknya orang beragama tapi tidak memiliki karakter yang baik dan fenomena orang yang taat beragama tapi gagal menjadi warganegara yang baik. Inilah masalah serius yang dihadapi bangsa ini, termasuk yang dihadapi lembaga pendidikan yang memang bertugas mempersiapkan generasi penerus bangsa ini. Sebab jika fenomena ini tidak segera diatasi bersama maka kesenjangan antara cita-cita kemerdekaan Indonesia dengan kenyataan yang dialami oleh rakyat Indonesia akan terus melebar. Keinginan untuk menjadikan Islam sebagai dasar Negara, keinginan untuk mendapatkan jaminan eksplisit dari konstitusi untuk menjalankan syari'at Islam atau keinginan untuk mensyaratkan seorang kepala Negara secara formal beragama Islam, mesti dipahami dalam suasana psikologis seperti itu. Setiap keinginan yang muncul dari suasana psikologis yang cenderung emosional, meskipun bisa dimengerti tapi terkadang dirasa tidak tepat apabila kemudian ditimbang-timbang lagi dalam suasana yang lebih tenang dengan menggunakan pikiran yang lebih jernih. Memang, dengan menjadikan Islam sebagai dasar Negara atau dengan memberikan jabatan kepala Negara khusus kepada orang Islam, akan menjadikan status umat Islam naik menjadi warga Negara kelas satu. Akan tetapi andaikata kita kembalikan kepada cita-cita awal founding fathers yang menginginkan berdirinya Negara Indonesia yang didasari atas semangat unity, equality dan liberty, maka hal itu amat berpotensi melahirkan prilaku diskriminatif dan menjadikan kedudukan setiap warga Negara tidak lagi equal, sesuatu yang
Perbedaan sebenarnya merupakan gejala alamiah bahkan adanya perbedaan bisa dikatakan sebagai kehe... more Perbedaan sebenarnya merupakan gejala alamiah bahkan adanya perbedaan bisa dikatakan sebagai kehendak Tuhan. Dilihat dari segi etnis, budaya, bahasa , suku dan agama, Indonesia memang merupakan bangsa yang majemuk.Kemajemukan ini ibarat pisau bermata dua, bisa membawa berkah dan juga bisa membawa bencana.Kapan kemajemukan bisa membawa berkah dan kapan kemajemukan bisa membawa bencana amat tergantung pada cara bangsa Indonesia menyikapi kemajemukan itu. Akan tetapi mengingat mayoritas (lebih dari 85%) penduduk Indonesia adalah muslim, maka sikap dan cara pandang umat Islam terhadap kemajemukan menjadi sangat penting karena akan memiliki dampak yang signifikan bagi bangsa Indonesia secara keseluruhan. Pluralisme tidak bisa dipahami hanya dengan mengatakan bahwa masyarakat kita mejemuk, beraneka ragam, terdiri dari berbagai suku dan agama, yang justru hanya menggambarkan kesan fragmentasi, bukan pluralisme. Pluralisme juga tidak boleh dipahami sekadar sebagai “kebaikan negatif”, hanya hanya ditilik dari kegunaannya untuk menyingkirkan fanatisme, pluralisme harus dipahami sebagai petalian sejati kebhinekaan dalam ikatan-ikatan keadaan, bahkan pluralisme adalah suatu keharusan bagi keselamatan umat manusia, antara lain melalui mekanisme pengawasan dan pengimbangan yang dihasilkannya. Dalam kitab suci disebutkan bahwa Allah menciptakan mekanisme pengawasan dan pengimbangan antara sesama manusia untuk memelihara keutuhan bumi dan menciptakan salah satu wujud kemurahan yang melimpahkan kepada umat manusia.
Abstarct Intoleran yang mengarah ke radikal, survey yang dilakukan oleh Setara Institute for Demo... more Abstarct Intoleran yang mengarah ke radikal, survey yang dilakukan oleh Setara Institute for Democracy and Peace yang melibatkan hampir 700 (685) siswa sekolah menengah atas dari 76 sekolah di Jakarta dan 38 Sekolah di Bandung memperlihatkan bahwa sebanyak 9,5 persen dari mereka setuju dengan tindakan atau tujuan yang mau dicapai oleh Islamic State (IS). Paham-paham radilakilsme yang dibawa oleh kelompok Transnasional yang marak terjadi belakangan ini akhirnya menciptakan Sectarian Conflict. Masalah yang bernuansa budaya atau peradaban tercermin dalam clash of civilization Huntington, masalah yang bernuansa agama tercemin melalui sectarian conflict, sedang masalah yang bercampur antara agama dan budaya terlihat pada konflik yang mengandung unsur etnik dan agama (ethno-religious conflict). Pedoman toleransi menurut ajaran al-Qur'an, umat beragama mesti bisa menerima dengan ikhlas adanya perbedaan diantara mereka, karena perbedaan itu merupakan bagian dari " rencana " Tuhan, (QS 5:48). Intimidasi atau pemaksaan dalam urusan agama dan keyakinan tidak boleh ada atau tidak boleh terjadi, (QS.2: 256). Umat beragama tidak boleh menghina satu sama lain karena perbedaan system keyakinan yang dimilikinya, (QS 6:108). Perihal sesat menyesatkan antara satu agama dengan agama lain atau antara satu sekte dengan sekte lain sebaiknya diserahkan saja kepada Tuhan yang akan memutuskannya di hari akhir, karena dalam hal sesat menyesatkan pada akhirnya Allah yang paling tahu, (QS6: 159 dan QS 16: 125). Tentang urusan keselamatan di akhirat atau di surga, juga hendaknya diserahkan sebagai hak 'prerogative' Allah, (QS 2: 62 dan QS 5:69). Semua umat beragama hendaknya sama-sama menjunjung tinggi nilai kemanusiaan universal, karena semua manusia pada dasarnya sama sebagai anak Adam yang dimuliakan Allah, (QS. 49 : 9-13).
Sekarang ini NU sebagai ormas menghadapi arus perubahan yang sangat besar baik politik, ekonomi, ... more Sekarang ini NU sebagai ormas menghadapi arus perubahan yang sangat besar baik politik, ekonomi, budaya, teknologi dan lainnya. Sebagai entitas sosial Nahdlatul Ulama sejak kelahirannya selalu menghadapi adanya perubahan-perubahan. NU terbentuk sebagai bagian dari reaksi terhadap perubahan di lingkungan umat Islam, yaitu adanya pengaruh Wahabi ke masyarakat Indonesia, lalu memberi ancaman tradisi-tradisi Nahdliyin yang ada di Pesantren. Dewasa ini masih sering muncul wacana yang mempertentangkan Islam dan demokrasi, Islam dan Pancasila dengan tujuan melemahkan konsolidasi demokrasi dan Ideologi Pancasila. Hizbut Tahrir Indonesia adalah salah satu contoh kelompok yang sering mempertentangkan secara terbuka antara syariah dan demokrasi , antara kedualatan Tuhan dan kedaulatan rakyat yang ujungnya mau menggantikan Negara Pancasila dengan Negara Islam (khilafat) yang cenderung teokratis. Dewasa ini juga tampak fenomena menurunnya karakter bangsa yang ditandai dengan budaya instant dan prilaku korup yang terjadi di mana-mana. Organisasi Fund for Peace merilis indeks terbaru mereka mengenai Failed State Index 2012 di mana Indonesia berada di posisi 63. Sementara negara nomor 1 yang dianggap gagal adalah Somalia. Dalam membuat indeks tersebut, Fund for Peace menggunakan indikator dan subindikator, salah satunya indeks persepsi korupsi. Dalam penjelasan mereka, dari 182 negara, Indonesia berada di urutan 100 untuk urusan indeks korupsi tersebut. Indonesia hanya berbeda 82 dari negara paling korup berdasarkan indeks lembaga ini, Somalia. Negara yang dianggap paling baik adalah New Zealand. Kondisi demikian menjadikan lembaga pendidikan juga tidak lepas dari sasaran kritik. Sebab budaya instan dan prilaku korup juga sedikit banyaknya masuk kedalam di lingkungan pendidikan melalui prilaku permissive terhadap kecurangan dan ketidakjujuran. Jelaslah, kecurangan adalah bentuk lain dari ketidakjujuran. Dan ketidakjujuran adalah awal dari kejahatan. Manajemen negeri yang tidak efektif adalah sebagai konsekwensi dari hilangnya kejujuran. Jika kejujuran tidak lagi dipertahankan dalam praktek pendidikan maka pendidikan akan memberikan kontribusi besar bagi institusionalisasi kejahatan. Oleh karena itu problem pada ujian nasional mesti diletakkan dalam kerangka pendidikan karakter untuk pembangunan bangsa. Singkatnya, dewasa ini terdapat fenomena maraknya orang beragama tapi tidak memiliki karakter yang baik dan fenomena orang yang taat beragama tapi gagal menjadi warganegara yang baik. Inilah masalah serius yang dihadapi bangsa ini, termasuk yang dihadapi lembaga pendidikan yang memang bertugas mempersiapkan generasi penerus bangsa ini. Sebab jika fenomena ini tidak segera diatasi bersama maka kesenjangan antara cita-cita kemerdekaan Indonesia dengan kenyataan yang dialami oleh rakyat Indonesia akan terus melebar. Keinginan untuk menjadikan Islam sebagai dasar Negara, keinginan untuk mendapatkan jaminan eksplisit dari konstitusi untuk menjalankan syari'at Islam atau keinginan untuk mensyaratkan seorang kepala Negara secara formal beragama Islam, mesti dipahami dalam suasana psikologis seperti itu. Setiap keinginan yang muncul dari suasana psikologis yang cenderung emosional, meskipun bisa dimengerti tapi terkadang dirasa tidak tepat apabila kemudian ditimbang-timbang lagi dalam suasana yang lebih tenang dengan menggunakan pikiran yang lebih jernih. Memang, dengan menjadikan Islam sebagai dasar Negara atau dengan memberikan jabatan kepala Negara khusus kepada orang Islam, akan menjadikan status umat Islam naik menjadi warga Negara kelas satu. Akan tetapi andaikata kita kembalikan kepada cita-cita awal founding fathers yang menginginkan berdirinya Negara Indonesia yang didasari atas semangat unity, equality dan liberty, maka hal itu amat berpotensi melahirkan prilaku diskriminatif dan menjadikan kedudukan setiap warga Negara tidak lagi equal, sesuatu yang
Uploads
Papers
Pluralisme tidak bisa dipahami hanya dengan mengatakan bahwa masyarakat kita mejemuk, beraneka ragam, terdiri dari berbagai suku dan agama, yang justru hanya menggambarkan kesan fragmentasi, bukan pluralisme. Pluralisme juga tidak boleh dipahami sekadar sebagai “kebaikan negatif”, hanya hanya ditilik dari kegunaannya untuk menyingkirkan fanatisme, pluralisme harus dipahami sebagai petalian sejati kebhinekaan dalam ikatan-ikatan keadaan, bahkan pluralisme adalah suatu keharusan bagi keselamatan umat manusia, antara lain melalui mekanisme pengawasan dan pengimbangan yang dihasilkannya. Dalam kitab suci disebutkan bahwa Allah menciptakan mekanisme pengawasan dan pengimbangan antara sesama manusia untuk memelihara keutuhan bumi dan menciptakan salah satu wujud kemurahan yang melimpahkan kepada umat manusia.
Other
Talks
Pluralisme tidak bisa dipahami hanya dengan mengatakan bahwa masyarakat kita mejemuk, beraneka ragam, terdiri dari berbagai suku dan agama, yang justru hanya menggambarkan kesan fragmentasi, bukan pluralisme. Pluralisme juga tidak boleh dipahami sekadar sebagai “kebaikan negatif”, hanya hanya ditilik dari kegunaannya untuk menyingkirkan fanatisme, pluralisme harus dipahami sebagai petalian sejati kebhinekaan dalam ikatan-ikatan keadaan, bahkan pluralisme adalah suatu keharusan bagi keselamatan umat manusia, antara lain melalui mekanisme pengawasan dan pengimbangan yang dihasilkannya. Dalam kitab suci disebutkan bahwa Allah menciptakan mekanisme pengawasan dan pengimbangan antara sesama manusia untuk memelihara keutuhan bumi dan menciptakan salah satu wujud kemurahan yang melimpahkan kepada umat manusia.