Akrura
अक्रुर | |
---|---|
Tokoh Purana & Mahabharata | |
Nama | Akrura |
Ejaan Dewanagari | अक्रुर |
Ejaan IAST | Akrura |
Nama lain | Babru |
Kitab referensi | Mahabharata, Bhagawatapurana, Hariwangsa |
Kediaman | Dwaraka |
Golongan | Yadawa |
Kasta | kesatria |
Klan | Wresni |
Ayah | Swapalka |
Ibu | Gandini |
Istri | Sutanu |
Anak | Dewaka dan Upadewa |
Akrura (Dewanagari: अक्रुर; IAST: Akrura ) alias Babru[1] adalah salah satu tokoh dalam mitologi Hindu, seorang kesatria bangsa Yadawa, keturunan Yadu. Ia merupakan putra Swapalka dan Gandini, bangsawan Yadawa dari klan Wresni. Dalam lingkungan bangsa Yadawa, ia merupakan salah satu panglima perang. Ia dikenal sebagai sesepuh Yadawa yang menjaga permata berharga bernama Syamantaka, setelah kematian Satrajit.
Keluarga
[sunting | sunting sumber]Dalam Bhagawatapurana dikisahkan bahwa Akrura (nama dari bahasa Sanskerta, akrur, berarti "tidak kejam")[2] merupakan salah satu putra Swapalka dan Gandini (alias Nandini). Kakeknya bernama Presni[3] dan ibunya merupakan putri dari kerajaan Kashi.[1] Meskipun ada beberapa bagian Purana yang hilang, dan yang masih ada tidak cukup jelas, tetapi ada kesepahaman bahwa garis keturunan Yadu menuju Akrura sebagai berikut: Yadu, Krostu, Satvata, Wresni, Yudajit, Presni, SWapalka, Akrura. Dalam garis keturunan Wresni, Akrura memiliki kakek moyang yang sama dengan Kresna.[4]
Akrura menikahi Sutanu, putri Ahuka, dan memiliki dua putra: Dewaka (alias Dewawat) dan Upadewaka (atau Upadewa).[1]
Penjemputan Kresna
[sunting | sunting sumber]Diceritakan dalam kitab Bhagawatapurana dan Hariwangsa, saat berkuasa di Mathura, Kangsa mendapat ramalan bahwa nyawanya akan melayang di tangan putra Dewaki, yaitu Kresna dan Baladewa. Ia pun mengirimkan berbagai raksasa untuk membunuh kedua anak tersebut, tetapi senantiasa menemui kegagalan. Maka dari itu, ia memutuskan untuk membunuh mereka dengan tangannya sendiri. Kangsa berencana membunuh mereka di Mathura secara langsung, dengan kedok undangan menyaksikan upacara Capapuja dan pertandingan gulat.[5] Ia mengutus Akrura untuk menjemput mereka berdua.
Saat bertemu dengan Kresna, Akrura merasa takzim setelah menyaksikan penampakan bahwa Kresna sesungguhnya bukan manusia biasa. Kresna dan Baladewa pun tak ragu untuk datang ke Mathura bersama Akrura, tetapi perjalanan mereka dihadang oleh para gopi atau gadis penggembala. Pada akhirnya, mereka berhasil bertolak ke Mathura. Di sana, Kangsa dibunuh oleh Kresna dalam suatu pertandingan gulat.
Permata Syamantaka
[sunting | sunting sumber]Dalam kitab Bhagawatapurana dan Wisnupurana diceritakan bahwa Akrura ingin menikahi Satyabama, putri Satrajit, bangsawan Yadawa. Sejak Satyabama menikah dengan Kresna, ia merasa cemburu. Selain Akrura, ada dua orang kesatria Yadawa lainnya yang mencintai Satyabama bernama Satadanwa dan Kertawarma. Akrura dan Kertawarma menghasut Satadanwa untuk membunuh Satrajit, dan Satadanwa pun melakukannya. Karena takut akan pembalasan Kresna dan Baladewa, ia kabur dari Kerajaan Dwaraka. Saat kabur, Satadanwa pergi menemui Akrura dan memberikan permata Syamantaka milik Satrajit.
Akrura menyembunyikan permata Syamantaka di tempat yang menurutnya aman. Saat permata itu tersembunyi, Akrura melakukan berbagai yadnya (ritual suci). Selama ia melakukannya, tidak ada penyakit di kerajaan Dwaraka, dan ia pun dianggap orang suci oleh para penduduk. Namun, setelah beberapa kerabat Akrura kabur karena membunuh kesatria Yadawa, Akrura pun ikut pergi dari Dwaraka. Setelah kepergiannya, penduduk Dwaraka tidak kebal lagi terhadap penyakit, sebab permata Syamantaka dibawa menjauh oleh Akrura dari kota tersebut. Tapi para penduduk menganggap bahwa itu terjadi karena orang suci seperti Akrura telah pergi meninggalkan Dwaraka. Maka dari itu, mereka membujuk Akrura agar kembali ke Dwaraka. Setelah Akrura kembali, penyakit pun lenyap dari Dwaraka.
Kresna berprasangka bahwa ketenangan menyelimuti Dwaraka bukan karena keberadaan Akrura, melainkan karena permata Syamantaka yang dibawa olehnya. Kresna merundingkan hal tersebut bersama para pemuka bangsa Yadawa, kemudian Akrura diminta untuk menghadiri rapat tersebut. Kresna menyuruhnya untuk mengaku, sebab Baladewa mencurigai Kresna sebagai pembawa permata itu. Akhirnya Akrura mengakui perbuatannya sekaligus menunjukkan permata Syamantaka yang disembunyikannya kepada para Yadawa. Kresna berkata bahwa permata itu akan mendatangkan kedamaian dan ketenangan pada orang yang berhati suci. Bagi orang yang tidak berhati suci, maka permata itu akan mendatangkan kematian. Kresna menyarankan agar Akrura tetap menjaga permata tersebut, sebab tidak ada penyakit di Dwaraka selama Akrura menyimpannya. Kresna tidak mau membawanya, sebab ia memiliki 16.000 istri, sedangkan Baladewa suka minum minuman yang memabukkan. Para Yadawa pun menyetujui usul Kresna.
Galeri
[sunting | sunting sumber]-
Ilustrasi adegan Akrura mengundang Kresna dan Baladewa ke Mathura. Lukisan dari Agra, India. Dibuat sekitar abad ke-16.
-
Ilustrasi penjemputan Kresna dan Baladewa oleh Akrura. Litograf tahun 1895, menggambarkan Kresna dan Baladewa hendak berangkat menuju Mathura dengan mengendarai kereta yang dikemudikan Akrura, tetapi para gopi menghalangi perjalanan mereka.
Silsilah
[sunting | sunting sumber]Silsilah keturunan Yadu (bangsa Yadawa) dalam Mahabharata dan Purana | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
|
Referensi
[sunting | sunting sumber]Daftar pustaka
[sunting | sunting sumber]- Garg, Gaṅgā Rām (1992). Encyclopaedia of the Hindu world, Volume 2. Concept Publishing Company. ISBN 978-81-7022-375-7.
- Pargiter, F. E. (1922). Ancient Indian Historical Tradition. Oxford University Press.
- Parmeshwaranand, Swami (2001). Encyclopaedic Dictionary of Puranas, Volume 3. Sarup & Sons. ISBN 978-81-7625-226-3.