[go: up one dir, main page]

Lompat ke isi

Abu Thalhah al-Anshari

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Abu Thalhah al-Anshari
radhiyallahu anhu
Nama asli Zaid bin Sahl
Lahir 585
Madinah
Meninggal 654 (umur 68–69)
Madinah
Kebangsaan Suku Khazraj
Kabilah Bani Najjar
Istri Ummu Sulaim

Abu Thalhah al-Anshari (bahasa Arab:أبو طلحة الأنصاري, lahir di Madinah, 585 - wafat di Madinah, 654) adalah seorang sahabat Nabi Muhammad.[1][2][3] Abu Thalhah termasuk veteran Perang Badar. Sebelum Nabi hijrah, dia mengikuti Baiat Aqabah yang kedua, bahkan menjadi di antara dua belas pemimpin terpilih pada malam Baiat Aqabah tersebut.[4] Dia mendapat pujian Nabi karena suaranya yang sangat lantang: "Sungguh, suara Abu Thalhah dalam pasukan perang lebih baik daripada kekuatan seribu orang."[4] Abu Thalhah juga dikenal sebagai penunggang kuda Nabi Muhammad.[5]

Abu Thalhah adalah sahabat Nabi Muhammad yang paling banyak berpuasa.[6]

Kehidupan

[sunting | sunting sumber]

Namanya adalah Zaid bin Sahl bin al-Aswad bin Haram bin Amr bin Zaid Manah bin Amr bin Malik bin Adi bin Amr bin Malik bin an-Najjar al-Anshari al-Khazraji (زيد بن سهل بن الأسود بن حرام بن عمرو بن زيد مناة بن عمرو بن مالك بن عديّ بن عمرو بن مالك بن النّجار الأنصاريّ الخزرجيّ), kunyahnya Abu Thalhah.[2] Lahir di Madinah, 36 tahun sebelum hijrah.[3] Dia berkerabat dengan Nabi Muhammad melalui ayahnya, karena dia adalah sepupu (anak paman) Nabi dari pihak ibu.[4]

Masa Kenabian Muhammad

[sunting | sunting sumber]

Pernikahannya dengan Ummu Sulaim

Ummu Sulaim adalah seorang janda dari laki-laki bernama Malik yang meninggal terbunuh di Syam dalam keadaan kafir ketika dakwah Islam sudah memasuki masa dakwah secara terang-terangan.[7][8] Kepergian Malik meninggalkan Ummu Sulaim bersama anaknya yang bernama Anas bin Malik.[9] Abu Thalhah segera melamar Ummu Sulaim.[9] Ummu Sulaim meminta Abu Thalhah agar masuk Islam sehingga menjadikan keislamannya sebagai maskawin.[10] Untuk itu, Abu Thalhah pergi menemui Nabi Muhammad pada kesempatan Baiat Aqabah yang kedua dan menyatakan keislamannya.[10]

Setelah Nabi hijrah

Setelah hijrah ke Madinah, Nabi mempersaudarakan Abu Thalhah dengan Al-Arqam bin Abi al-Arqam[11] atau dengan Abu Ubaidah bin al-Jarrah menurut Ibnu Ishaq.[12] Pada periode ini, Abu Thalhah mengikuti Perang Badar, Perang Uhud, Perang Khandak, dan semua perang bersama Nabi Muhammad.[11]

Tahun wafat Abu Thalhah diperselisihkan. Menurut Al-Waqidi, diikuti oleh Ibnu Numair dan Yahya bin Bukair, Abu Thalhah wafat di Madinah, 34 H (654 M) Utsman bin Affan menjadi imam dalam salat jenazahnya. Menurut Abu Zur'ah ad-Dimasyqi, Abu Thalhah hidup selama empat puluh tahun setelah Nabi wafat. Abu Zur'ah mengambil pendapatnya dari sebuah riwayat dari Syu'bah bin Tsabit.[a][13]

Periwayatan hadis

[sunting | sunting sumber]

Meriwayatkan darinya: Anas bin Malik, Zaid bin Khalid al-Juhani, Abdullah bin Abbas, Sa'id bin Yassar, dan Abu Ishaq Abdullah bin Abi Thalhah.[13][1]

Diriwayatkan darinya sekitar dua puluh hadis.[14]

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]

Catatan Kaki

  1. ^ Az-Zarkali (2002), hlm. 58 menyebutkan bahwa riwayat tersebut lemah menurut syarat Imam Muslim

Kutipan

  1. ^ a b Adz-Dzahabi 2006, hlm. 356.
  2. ^ a b Al-Asqalani, hlm. 502.
  3. ^ a b Az-Zarkali 2002, hlm. 58.
  4. ^ a b c Al-Mishri 2015, hlm. 55.
  5. ^ Tsiqat Ibnu Hibban, volume 3
  6. ^ "Sahih al-Bukhari 2828 - Fighting for the Cause of Allah (Jihaad) - كتاب الجهاد والسير - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)". sunnah.com. Diakses tanggal 2024-05-19. 
  7. ^ Az-Zarkali 2002, hlm. 33.
  8. ^ Adz-Dzahabi 2006, hlm. 358.
  9. ^ a b Al-Mishri 2015, hlm. 56.
  10. ^ a b Al-Mishri 2015, hlm. 57.
  11. ^ a b Ibn Sa'ad 1990, hlm. 383.
  12. ^ Al-Jazari 1994, hlm. 178.
  13. ^ a b Al-Asqalani, hlm. 503.
  14. ^ Adz-Dzahabi 2006, hlm. 357.

Daftar Pustaka

  • Adz-Dzahabi, Abu Abdillah Syamsuddin (2006). Siyar A’lam an-Nubalā‘ (dalam bahasa bahasa Arab). Jilid 3. Kairo: Dar al-Hadits. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-09-03. Diakses tanggal 2017-07-23. 
  • Al-Asqalani, Ibnu Hajar. Adil Ahmad Abdul-Maujud; Ali Muhammad Mu'awwidh, ed. Al-Iṣābah fī Tamyīz aṣ-Ṣaḥābah (dalam bahasa bahasa Arab). Jilid 2. 1415 H. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-11-25. Diakses tanggal 2017-07-25. 
  • Al-Jazari, Abu al-Hasan Ali bin Muhammad bin Muhammad bin Abdul-Karim bin Abdul-Wahid asy-Syaibani (1994). Asad al-Gābah fī Ma’rifah aṣ-Ṣaḥābah (dalam bahasa bahasa Arab). Jilid 6. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah. 
  • Al-Mishri, Mahmud (2015). Muhammad Ali, Lc, ed. Ensiklopedi Sahabat: Biografi Profil Teladan 104 Sahabat Nabi Generasi Terbaik Umat Islam Sepanjang Sejarah. Jilid 2. Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi'i. ISBN 978-602-9183-91-7. 
  • Az-Zarkali, Khairuddin bin Mahmud bin Muhammad (2002). Al-A’lām (dalam bahasa bahasa Arab). Jilid 3. Beirut: Dar el-Ilm Lilmalayin. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-08-09. Diakses tanggal 2017-07-25. 
  • Ibn Sa'ad, Abu Abdillah Muhammad (1990). Aṭ-Ṭabaqāt al-Kubrā (dalam bahasa bahasa Arab). Jilid 3. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-12-10. Diakses tanggal 2017-07-31.