PDF download Unduh PDF PDF download Unduh PDF

Saat terus-menerus meminta maaf, Anda menampilkan diri sebagai orang yang menyedihkan di hadapan orang-orang di sekitar Anda. Walaupun meminta maaf harus dilakukan setelah melakukan kesalahan, terlalu sering meminta maaf akan memupuk rasa bersalah karena telah menjadi diri sendiri. Awalnya, mungkin maksud Anda memang bagus, Anda ingin menjadi seorang yang baik, penyayang, dan sensitif. Ironisnya, orang-orang di sekitar Anda akan merasa terasing dan bingung akibat permintaan maaf Anda yang berlebihan. Oleh karenanya, mulailah perubahan dalam diri Anda dan kurangi kebiasaan meminta maaf.

Bagian 1
Bagian 1 dari 3:

Memahami Kebiasaan Meminta Maaf

PDF download Unduh PDF
  1. Meminta maaf secara berlebihan mengisyaratkan rasa malu dan sesal karena menjadi diri sendiri. Hal ini tampak jelas ketika Anda tidak melakukan kesalahan sama sekali (misalnya, meminta maaf karena menyenggol kursi). Jika tidak ada yang dirugikan, kenapa harus minta maaf?
    • Orang-orang yang jiwanya sensitif lebih peduli terhadap perasaan dan pengalaman orang lain daripada diri sendiri sehingga cenderung sering meminta maaf. Hal ini bisa mengakibatkan tumbuhnya rasa tidak hormat atau penyangkalan kepada nilai diri sendiri dengan kuat namun samar.[1]
    • Penelitian menyatakan bahwa meminta maaf secara berlebihan mencerminkan rasa malu alih-alih rasa bersalah akibat kesalahan yang dilakukan.[2]
  2. Wanita cenderung lebih sering meminta maaf dibandingkan laki-laki, dan penelitian menyatakan bahwa hal ini dikarenakan wanita lebih sensitif terhadap perilaku yang menyinggung perasaan orang lain. [3] Laki-laki lebih sulit merasa tersinggung. Oleh karenanya, wanita lebih sering merasa bertanggung jawab karena mengetahui lebih banyak hal yang dapat menyinggung perasaan orang lain.
    • Wanita yang terlalu banyak meminta maaf dapat diakibatkan kondisi isu sosial lingkungan sehingga kebiasaan meminta maaf bukanlah merupakan kesalahan Anda. Mengubah kebiasaan ini cukup sulit, tetapi setidaknya Anda bisa tenang karena kebiasaan ini bukan akibat “kelainan” dalam diri Anda.
  3. Bagaimana tanggapan orang lain di sekitar ketika Anda minta maaf terlalu sering? Anda tidak hanya dianggap sebagai orang yang payah dan tidak kompeten, tetapi orang-orang terdekat Anda juga akan menerima akibatnya. [4] Terlalu sering meminta maaf mungkin akan menyebabkan orang lain merasa terasingkan karena tidak tahu salahnya apa, atau mungkin telah bersikap terlalu keras dan agresif.
    • Sebagai contoh, jika Anda berkata, “Maaf, aku datang terlalu cepat,” lawan bicara akan merasa telah membuat Anda takut. Mungkin juga dia akan merasa Anda tidak disambut dengan baik dan diabaikan ketika datang.
    Iklan
Bagian 2
Bagian 2 dari 3:

Menelusuri dan Mengubah Kebiasaan Minta Maaf Anda

PDF download Unduh PDF
  1. Seberapa banyak meminta maaf yang terlalu banyak? Jika permintaan maaf Anda mulai terdengar mirip, biasanya Anda sudah kelewatan. Perlu diingat, beberapa permintaan maaf berikut adalah alasan untuk keadaan dan aktivitas yang normal dan tidak menyinggung siapa-siapa.[5]
    • ”Maaf, aku tidak ingin mengganggu”
    • ”Maaf, aku baru saja lari pagi dan sekarang penuh keringat.”
    • Maaf, rumahku sedang sangat berantakan.”
    • ”Maaf, aku lupa menambahkan garam ke popcorn ini.”
  2. [6] Buat catatan baik mental maupun tertulis terhadap permintaan-permintaan maaf Anda dan perhatikan dengan saksama. Tanyakan pada diri apakah hal yang dilakukan memang disengaja atau membahayakan. Kesalahan yang disengaja maupun berbahaya memang mewajibkan Anda meminta maaf.
    • Coba telusuri permintaan maaf Anda selama seminggu.
    • Anda mungkin menemukan bahwa sebagian besar permintaan maaf dikarenakan Anda ingin menghindari perselisihan atau ingin terlihat rendah hati dan sopan.
  3. [7] Perhatikan apakah permintaan maaf menyelesaikan masalah dengan orang lain atau standar untuk diri Anda. Coba rasakan kapan permintaan maaf dilakukan dengan sangat mudah, seakan Anda meminta izin untuk tindakan dan opini Anda dengan halus.
    • Jika Anda merasa bingung, buatlah garis batas peran Anda di suatu kejadian dan taati batas tersebut. Hal ini sulit dilakukan jika Anda meminta maaf untuk orang lain demi menghindari perselisihan. Tetapi, meminta maaf atas perbuatan orang lain sering memunculkan rasa benci, karena Anda telah mengambil tanggung jawab milik orang lain.[8]
    • Waktu meminta maaf yang tepat selalu merupakan keputusan setiap orang dan masing-masing orang mengambil keputusan yang berbeda-beda.
  4. Ketika Anda mulai mengucapkan permintaan-permintaan maaf yang tidak perlu, gantilah dengan kata-kata konyol seperti “ecapede” atau “yawla”. Dengan demikian, permintaan maaf akan terasa jenaka dan Anda bisa menelusuri permintaan maaf dengan lebih mudah. [9]
    • Dengan mengurangi penggunaan kata “maaf”, Anda sudah berusaha memperbaiki kebiasaan buruk Anda.
    • Gunakan cara ini untuk menelusuri permintaan maaf Anda. Mulailah dengan mengganti permintaan maaf dengan ekspresi kepedulian yang lebih bermakna.
  5. Pada situasi tertentu, lebih baik Anda mengucapkan “terima kasih.” Sebagai contoh, seorang teman telah membuang sampah sebelum Anda sempat mengerjakannya. Alih-alih meminta maaf karena terlambat mengerjakan tugas, berterimakasihlah karena teman telah berbaik hati membantu Anda. Berfokuslah pada perbuatan baik teman alih-alih pada kesalahan Anda.[10]
    • Dengan demikian, Anda akan menghindari rasa bersalah dan tanggung jawab yang tidak perlu, serta tidak membebani teman dengan perasaan bersalah Anda.
  6. Empati adalah kemampuan seseorang untuk menempatkan diri di posisi orang lain. Empati digunakan untuk membangun solidaritas (yang mungkin merupakan alasan Anda meminta maaf).[11] Empati akan lebih dihargai oleh orang-orang yang dikasihi karena Anda menunjukkan keprihatinan tanpa merendahkan diri sendiri.
    • Buatlah orang-orang di sekitar Anda merasa didengarkan dan dipahami, alih-alih merasa bersalah karena permintaan maaf Anda.[12]
    • Anda boleh mengungkapkan perasaan yang sama dengan lawan bicara terkait situasi yang terjadi. Misalnya, ketika teman Anda mengalami hari yang buruk di kantor, coba ucapkan, “Aku tahu seperti apa rasanya diomeli oleh atasan”. Dengan demikian, teman Anda tahu Anda telah mendengarkan dan mengerti perasaannya.
  7. Sering kali Anda bisa mengungkapkan ekspresi kesalahan tanpa permintaan maaf. Misalnya, Anda menumpahkan kopi atau mengajak makan di restoran yang sudah tutup. Alih-alih meminta maaf akibat kesalahan, tertawakanlah diri Anda. Rasa humor cukup efektif untuk meredakan ketegangan dan menenangkan orang-orang di sekitar Anda.[13]
    • Dengan menertawakan kesalahan alih-alih meminta maaf, Anda dan orang-orang di sekitar Anda mengakui kesalahan tanpa menjadikannya terlalu serius.
    Iklan
Bagian 3
Bagian 3 dari 3:

Mencari Akar Permasalahan untuk Perubahan Jangka Panjang

PDF download Unduh PDF
  1. [14] Apa tujuan Anda meminta maaf? Anda berusaha mengecilkan diri? Atau, Anda sedang mencoba menghindari konflik atau ingin merasa diterima. Jelajahilah seluruh pertanyaan ini secara menyeluruh. Coba tuliskan jawaban Anda untuk melihat opini Anda terkait permasalahaan ini.
    • Selain itu, kepada siapa Anda paling sering meminta maaf? Pasangan Anda? Bos di kantor? Periksa semua hubungan ini dan lihatlah dampak permintaan maaf kepada orang-orang tersebut.
  2. Ketika Anda terlalu sering meminta maaf, perasaan Anda mungkin akan semakin tertahan. Permintaan maaf mungkin diucapkan berdasarkan pandangan orang lain alih-alih perasaan diri sendiri terhadap situasi yang terjadi. Galilah perasaan Anda ketika akan meminta maaf dan perhatikan hal-hal yang Anda temukan.
    • Sering kali permintaan maaf berhubungan dengan rasa malu dalam diri yang bisa diatasi dengan cara menerima diri sendiri dan memperbarui pandangan terhadap kekuatan dan nilai diri Anda.[15]
    • Anda bisa memperoleh bantuan ahli kejiwaan atau ahli terapi untuk menyesuaikan kebiasaan terkait harga diri Anda.[16]
  3. Semua orang pasti pernah melakukan kesalahan. Artinya, Anda tidak perlu minta maaf akibat kesalahan-kesalahan yang sangat kecil.[17] Semua kesalahan tersebut mungkin memang memalukan, tetapi ketahuilah bahwa semua orang pasti pernah melakukannya dan hal ini bukanlah masalah yang besar sehingga Anda tidak perlu benar-benar terpaku dibuatnya. Alihkanlah fokus Anda untuk berkembang dan berubah menjadi lebih baik.
    • Mengakui kesalahan akan membantu perkembangan diri Anda. Jika suatu kesalahan mengakibatkan ketidaknyamanan atau bahkan rasa sakit, selalu ada kesempatan untuk belajar dari pengalaman dan berkembang.
  4. Terlalu sering meminta maaf dan menyalahkan diri sendiri adalah pertanda Anda menjadi orang yang selalu merasa bersalah alih-alih sekadar merasa bersalah akibat kesalahan yang dilakukan.[18] Perbaikilah rasa bersalah Anda dengan mulai mencintai diri sendiri, sesuaikan standar yang tidak realistis, dan mengakui bahwa ada hal-hal yang tidak mampu Anda kontrol.
    • Sebagai contoh, Anda mungkin merasa “harus” menjadi orang yang ceria setiap saat, dan merasa bersalah ketika Anda kurang ceria. Hal ini merupakan standar yang tidak realistis yang Anda tanamkan pada diri sendiri. Tunjukkanlah rasa cinta terhadap diri Anda ketika merasa agak sedih. Katakan pada diri Anda, “Tidak apa-apa hari ini saya tidak ceria karena hari ini adalah hari yang sulit.”
    • Ingat, Anda bisa mengendalikan tindakan dan respons diri Anda. Sebagai contoh, jika Anda telah berangkat lebih awal tetapi masih terlambat mengikuti pertemuan akibat macet di jalan, hal ini bukanlah kesalahan Anda. Kemacetan tersebut tidak dapat Anda kendalikan. Anda bisa menjelaskan kejadiannya, tetapi jangan merasa bersalah karenanya.
  5. [19] Minta maaf secara berlebihan terkadang menunjukkan kurangnya pemahaman Anda terhadap nilai-nilai diri. Hal ini dikarenakan permintaan maaf berfokus pada reaksi orang lain untuk menentukan benar dan salah. Alih-alih mendasarkan diri pada nilai-nilai orang lain, mulailah mengembangkan nilai-nilai Anda sendiri.
    • Mendefinisikan nilai-nilai Anda akan memperjelas cara-cara mengatasi berbagai situasi dan membuat keputusan berdasarkan nilai-nilai diri.
    • Sebagai contoh, teladanilah orang-orang yang Anda kagumi. Apa nilai yang Anda hormati dari orang tersebut? Bagaimana Anda bisa menerapkan nilai-nilai tersebut di kehidupan Anda.[20]
  6. Sering meminta maaf bisa merusak hubungan Anda dengan orang-orang di sekitar. Seiring usaha Anda mengurangi permintaan maaf, biarkan orang-orang di sekitar mengetahui usaha Anda dan alasannya. Tanpa meminta maaf atas tindakan Anda di masa lalu, katakanlah bahwa Anda ingin melakukan perubahan yang diharapkan membawa dampak positif pada diri Anda dan orang lain.
    • Anda bisa mengatakan, “Aku sadar sudah meminta maaf terlalu banyak, dan akibatnya orang-orang tersayangku merasa gelisah ketika bersamaku. Aku sedang berusaha keras untuk memperbaikinya.”
    • Bagikanlah ilmu yang yang Anda pelajari terkait minta maaf secara berlebihan atau sesuatu terkait diri Anda yang relevan dengan orang lain. Pastikan bahwa Anda telah semakin percaya diri, sehingga orang lain bisa tahu bahwa Anda memang ingin memperbaiki hubungan Anda.
    • Jika Anda memiliki hubungan yang bergantung kepada perilaku Anda yang suka meminta maaf atau melakukan kesalahan, hubungan ini tidak sehat dan harus ditindaklanjuti.
  7. Kata “maaf” juga dapat digunakan untuk membuat pernyataan langsung, atau menyatakan pendapat Anda tanpa terkesan sok tahu atau menyinggung perasaan. Anda sudah cukup sering meminta maaf sehingga seharusnya kata “maaf” telah mahir digunakan. [21] Rangkullah kelebihan Anda dengan menyadari bahwa sebenarnya Anda bukan orang yang kasar maupun egois.
    • Sebaliknya, kekuatan Anda bisa memberikan dampak kepada orang lain dengan menjadi diri Anda sendiri. Kekuatan ini membuat Anda memiliki pengaruh terhadap dunia di sekitar Anda.[22]
    • Perhatikan dan syukuri kemampuan dan kualitas yang Anda miliki dan diakui orang lain. Hargailah kekuatan Anda dan jangan menyangkalnya.
    • Jika Anda ingin mengungkapkan pendapat, jangan awali dengan, “Maaf mengganggu.” Katakanlah pendapat Anda secara langsung, percaya diri dan penuh hormat. Sebagai contoh, “Aku punya beberapa ide yang ingin kusampaikan. Apakah kalian bisa meluangkan waktu sebentar?” Pendapat tidak diungkapkan dengan memaksa atau agresif, namun tidak pula perlu bernada maaf.
  8. terkadang, permintaan maaf digunakan untuk mencari penghiburan dari orang-orang yang disayang. Kita merasa masih dicintai dan diterima oleh teman, keluarga, atau orang lain yang dihormati ketika mereka mengatakan “tidak apa-apa” atau “jangan dipikirkan”. Berikut adalah beberapa cara lain memperoleh penghiburan tanpa harus meminta maaf kepada orang lain:
    • Afirmasi adalah mantra kepada diri sendiri untuk membantu memperoleh kepercayaan diri dan membuat suatu perubahan yang positif. Sebagai contoh, “Aku sudah cukup baik sebagai diri sendiri.”
    • Berbicara hal positif kepada diri sendiri akan mengubah pikiran negatif yang menggerogoti pikiran menjadi ide-ide positif yang menyemangati dan membantu Anda. Sebagai contoh, saat pikiran Anda mengkritik diri, tantanglah dengan penyataan positif “Aku punya ide yang bagus dan layak didengar orang lain.
    Iklan

Tentang wikiHow ini

Trudi Griffin, LPC, MS
Disusun bersama :
Konselor Profesional
Artikel ini disusun bersama Trudi Griffin, LPC, MS. Trudi Griffin adalah konselor profesional berlisensi di Wisconsin dengan spesialisasi kecanduan dan kesehatan mental. Dia memberikan terapi bagi mereka yang mengalami masalah kecanduan, kesehatan mental, dan trauma di sarana kesehatan masyarakat dan klinik swasta. Dia memperoleh gelar MS di bidang konseling kesehatan mental klinis dari Marquette University pada 2011. Artikel ini telah dilihat 5.002 kali.
Daftar kategori: Kesehatan
Halaman ini telah diakses sebanyak 5.002 kali.

Apakah artikel ini membantu Anda?

Iklan