Pengendalian Vektor dan Binatang Pengganggu - B
PENGENDALIAN VEKTOR MALARIA
K E LOMPOK 2
1. AZHAAR DARIN M.
2 . C I N DY S E T I A W.
3 . M A N N A V I T TA U LT Y
4.
Vektor Malaria
Nyamuk
Anopheles sp.
Dengan ciri khas menungging saat hinggap
atau menghisap darah.
Nyamuk Anopheles mempunyai siklus
hidup sempurna.
terdiri dari telur (1-2 hari), jentik (6-8
hari), kepompong (1-2 hari) dan nyamuk
(2-3 bulan).
MENGAPA PERLU PENGENDALIAN VEKTOR ?
Besarnya peran vektor dlm dunia kedokteran (menimbulkan angka kesakitan dan angka kematian >>>
perlu dilakukan pengendalian)
TUJUAN
1. Mengurangi atau menekan populasi vektor serendahrendahnya
sehingga tidak berarti lagi sebagai penular penyakit.
2. Menghindarkan terjadinya kontak antara vektor dan manusia.
Pengendalian Vektor
Pengendalian vektor adalah tindakan untuk mengurangi atau melenyapkan
gangguan yang ditimbulkan oleh Arthropoda penular penyakit termasuk
reservoir (Depkes, 2006).
Menurut Macdonald (1957) pengedalian vektor adalah menjaga agar angka
reproduksi dari vektor tetap dibawah satu, sehingga generasi-generasi berikutnya
berkurang jumlah populasi dan secara bertahap penyakit yang ditularkan
(Malaria) menghilang.
Metode Pengendalian Vektor
Adapun prinsip dalam pengendalian vektor yang dapat dijadikan sebagai
pegangan adalah :
1. Pengendalian vektor harus menerapkan bermacam-macam cara
pengendalian agar vektor tetap berada di bawah garis batas yang tidak
merugikan/membahayakan.
2. Pengendalian vektor tidak menimbulkan kerusakan atau gangguan ekologis
terhadap tata lingkungan hidup. Pengendalain vektor merupakan salah satu
kegiatan utama dalam program pemberantasan penyakit malaria agar dapat
memutuskan rantai penularannya.
Beberapa cara pengendalian vektor
malaria adalah :
Manipulasi lingkungan
Manipulasi lingkungan adalah suatu bentuk kegiatan untuk menghasilkan keadaan sementara yang tidak
menguntungkan bagi nyamuk, untuk berkembang biak di habitatnya, seperti mengangkat lumut dari
laguna, pengubahan kadar garam dan sistem pengairan secara berkala dibidang pertanian (Depkes, 2002)
Menurut Depkes, (2006) bahwa tempat perkembangbiakan vektor malaria dibagi menjadi 2 tipe yaitu :
1. Tipe permanen seperti: Rawa-rawa, laguna, sawah non teknis dengan aliran air gunung, Mata air, Kolam.
2. Tipe temporer seperti: Muara sungai tertutup pasir di pantai, genangan air payau di pantai, kobakan air
di dasar sungai waktu musim kemarau, genangan air hujan, sawah tadah hujan. Laguna adalah
sekumpulan air payau yang terpisah dari laut oleh penghalang berupa pasir, karang dan semacamnya.
ciri khas laguna pesisir memiliki bukaan sempit ke laut sehingga kualitas airnya agak berbeda dengan air
laut (Nybakken, 1988). Menurut Dikes Lombok Utara (2009) laguna adalah sekumpulan air payau, air
tawar dekat pantai yang terpisah dari laut oleh penghalang berupa pasir.
Secara kimiawi
Upaya pengendalian vektor dilakukan secara kimiawi misalnya penyemprotan rumah serta
bangunan–bangunan lainnya dengan menggunakan fenitrothion, Dichloro Diphenyl Trichloroethane
(DDT) dan lain-lain, namun pengendalian ini membutuhkan biaya berlipat ganda, dan harus di sadari
bahwa dengan penyemprotan adalah suatu kebijaksanaan jangka pendek sedangkan jangka panjang
adalah pengelolaan lingkungan.
Secara hayati
Pengendalian jentik nyamuk Anopheles sp. secara hayati dilakukan dengan mengunakan beberapa
agent biologis seperti predator pemakan jentik (clarviyorous fish) yaitu gambusia, guppy, ikan nila dan
ikan kepala timah, patogen misalnya dengan virus yang bersifat cytoplasmic polyhedrosis, dengan
bakteri seperti Bacillus thuringiensis subsp. dengan protozoa seperti Nosema vavraia dan dengan
fungi seperti Coelomomyces (WHO, 1995; Sigit dan Hadi, 2006).
Predator
Predator adalah musuh alami yang berperan sebagai pemangsa jentik dalam suatu populasi nyamuk.
Fauna yang bersifat sebagai predator jentik nyamuk menurut Bates (1970) adalah filum Rotifera, filum
Annelida, filum Colenterata: Hydra, filum Mollusca: Limnea.