LAPORAN PRAKTIKUM
PERENCANAAN SUMBERDAYA HUTAN
                          ACARA III
        PENGUJIAN JANGKA WAKTU PENEBANGAN (JWP)
 DAN PENYUSUNAN BAGAN TEBANG HABIS SELAMA DAUR (BTHSD)
                          Disusun oleh:
                Nama         : Galuh Sekar Ardhanariswari
                NIM          : 19/442295/KT/08993
                Shift        : Jumat, 13.00
                Co-ass       : Salsabila Firdausia
     LABORATORIUM PERENCANAAN PEMBANGUNAN HUTAN
LABORATORIUM SISTEM INFORMASI SPASIAL DAN PEMETAAN HUTAN
             DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
                   FAKULTAS KEHUTANAN
                UNIVERSITAS GADJAH MADA
                         YOGYAKARTA
                             2021
                                     ACARA III
            PENGUJIAN JANGKA WAKTU PENEBANGAN (JWP)
      DAN PENYUSUNAN BAGAN TEBANG HABIS SELAMA DAUR (BTHSD)
I.      TUJUAN
          Tujuan dari praktikum pada kali adalah sebagai berikut :
            1. Mahasiswa dapat melaksanakan pengujian JWP untuk perkiraan etat yang
               telah benar atau diperbaiki.
            2. Mahasiswa dapat memahami kepentingan pembuatan bagan tebang habis
               selama daur (BTHSD) dan menyajikan bagan tebang habisnya.
            3. Mahasiswa dapat menyampaikan argumentasi dan pertimbangan yang
               dipakai dalam menyusun BTHSD, serta menganalisis kelemahan-kelemahan
               yang terdapat didalamnya.
II.     ALAT DAN BAHAN
          Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
              - Alat tulis
              - Kalkulator
              - Tabel WvW
              - Microsoft Excel
          Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
               - File PDE KPH Yogyakarta
               - Data Praktikum Acara 2 (Tabel Perhitungan Etat berdasarkan Instruksi
               1974)
III.   CARA KERJA
         Langkah – langkah yang harus dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai
        berikut:
             Disiapkannya data praktikum acara 2 dan kemudian disalin
       Dilakukan Pengujian JWP pada masing-masing kelas hutan berdasarkan
                                        data I'74
                   Dibuatnya tabel 1 yang berisi rekapitulasi pengujian
                      Dibuatnya tabel 2 yang berisi JWP kumulatif
           Dibuatnya tabel 3 yang berisi data volume untuk penentuan etat
          Dibuatnya tabel 4 yang berisi BTHSD berdasarkan luas tetap I'74
        Dibuatnya tabel 5 yang berisi BTHSD berdasarkan volume tetap I'74
          Yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut. Yang pertama adalah
        digunakannya data praktikum acara 2 yaitu tabel perhitungan etat Instruksi 1974
        dan CPC. Pada data Instruksi 1974 dilakukan tahap pengujian JWP pada setiap
        kelas hutan. Pengujian ini dilakukan dengan menghitung selisih antara UTRV dan
        UTRL, dengan batas 0,175. Apabila nilai selisih tersebut lebih dari 0,175, maka
        dilakukan pengujian pada tahap selanjutnya. Kemudian, dilakukan perhitungan
        JWP kumulatif dari hasil pengujian yang telah dilakukan sebelumnya. Nilai JWP
        kumulatif dapat digunakan apabila nilainya berada diantara 68,25 sampai 71,75
        yaitu merupakan toleransi +1,75 dari nilai daur 70. Selanjutnya, dilakukan
        perhitungan besarnya etat luas dan etat volume. Lalu, disusun BTHSD berdasarkan
        luas tetap dan volume tetap, yang dihitung berdasarkan data Instruksi 1974.
IV.   DATA
      (Terlampir)
V.    PEMBAHASAN
           Pada pratikum acara 3 perencanaan sumberdaya hutan ini membahas tentang
      pengujian jangka waktu penebangan (JWP) serta penyusunan bagan tebang habis
      selama daur (BTHSD). Menurut Wulan dkk (2020), penebangan merupakan kegiatan
      pemanenan pohon yang dimana pohon tersebut sudah memenuhi kriteria pohon yang
      akan ditebang pada suatu wilayah hutan. Kegiatan penebangan ini dioptimalkan dari
      mulai kegiatan pembuatan rencana kerja. Maka dari itu pentingnya kegiatan
      penebangan ini maka dibutuhkan waktu yang tepat dalam pelaksanaan kegiatan
      penebangan, sehingga dibutuhkanya jangka waktu penebangan (JWP).
           Jangka waktu penebangan merupakan waktu yang dibutuhkan untuk
      menghabiskan stok tebangan pada suatu unit kawasan hutan. Fungsi jangka waktu
      penebangan (JWP) yaitu untuk mengetahui, etat yang diperloh dapat bermanfaat
      selama jangka waktu perusahaan.kemudian jangka waktu minimal 40-60 tahun serta
      tidak lebih dari 8 pohon per hektar yang ditebang, yang bertujuan agar terjaminya
      regenerasi hutan lestari (Barus dkk., 2016).
           Prosedur pengujian Jangka Waktu Penebangan, diawali dengan menguji nilai
      Miskin Riap, lalu dilanjutkan pengujian untuk semua kelas umur. Dari pengujian
      tersebut, akan diperoleh data umur riap tebang (UST) masing-masing KU, JWPL
      (JWP tiap KU berdasarkan etat luas), UTRL, Vst UTRL, Volume UTRL, JWPV
      (JWP tiap KU berdasarkan etat volume), dan Volume UTRV. Dalam pengujian JWP,
      selisih mutlak dari UTRV dan UTRL harus dibawah 0.175. Apabila selisih melebihi
      0.175, maka harus dilakukan pengujian lanjutan pada tahap uji 1. Apabila pada tahap
      uji 1 selisih mutlak masih lebih dari 0.175, maka dilanjutkan pada tahap uji 2, dan
      seterusnya sampai selisih mutlak UTRV dan UTRL tidak lebih besar dari 0.175.
           Kemudian perhitungan dilanjutkan untuk JWP perhitungan akhir. Batas toleransi
      untuk JWP kumulatif. Batas tolerasi tersebut diperoleh dari toleransi 2.5% dari umur
      daur 60 tahun. Lalu apabila JWP kumulatif tidak berada dalam batas toleransi, maka
      harus dilakukan revisi etat. Revisi etat diperoleh dengan cara menghitung JWP
      kumulatif dibagi dengan daur dan dikalikan dengan etat volume sebelumnya. Apabila
      dilakukan revisi etat, maka harus dilakukan perhitungan kembali nilai JWP dengan
      cara yang sama dengan perhitungan JWP sebelumnya.
           Pada praktikum ini, JWP kumulatif yang diperoleh adalah 59,48109707. Dan
      nilai JWP tersebut masih dalam batas toleransi, sehingga tidak perlu dilakukan revisi
      etat. Tahap uji JWP hanya dilakukan sampai tahap uji 2. Kemudian nilai JWP
      kumulatif menunjukkan berapa besarnya etat yang akan ditebang. Apabila JWP
      kumulatif memiliki nilai kurang dari batas toleransi, berarti etatnya terlalu besar,
      sehingga stok tebangan akan habis sebelum daur berakhir dan dapat menyebabkan
      terjadinya penebangan pada tanaman muda. Sedangkan apabila nilai JWP kumulatif
      lebih besar dari batas toleransi, berarti etat terlalu kecil, yang dapat menyebabkan
      adanya kelimpahan tegakan karena penebangan yang dilakukan terlalu sedikit.
      Perhitungan etat yang tepat adalah ketika nilai JWP tersebut sama dengan nilai daur,
      yang berarti jumlah penebangan yang dilakukan tidak berlebihan maupun terlalu
      sedikit.
           Setelah dilakukan perhitungan JWP dilakukan perhitungan BHTHSD. Bagan
      tebang habis selama daur merupakan bagan yang dijadikan sebagai acuan dalam
      melakukan perhitungan etat volume serta etat luas dalam bagan tebang habis selama
      daur. Adanya bagan ini juga berfungsi sebagai acuan jangka waktu penebangan pada
      masing-masing kelas hutan berdasarkan dengan skala prioritas yang sudah ditetapkan
      dalam cutting time test (JWP). Kemudian dalam bagan ini menggambarkan
      bagaimana struktue luas hutan yang akan terbentuk di akhir daur (Purwanto dan
      Permadi., 2005).
           Selanjutnya setelah dilakukan perhitungan BTHSD, maka dapat dilakukan
      perhitungan ATP mandor yaitu kemampuan mandor dalam melakukan kegiatan
      penanaman dalam satu jangka penebangan. Lalu dari data yang ada besarnya ATP
      mandor adalah 600 m3 dengan luas areal tidak produktif sebesar 2747,9 m3.
      Besarnya luas areal tidak produktif melebihi besarnya ATP mandor, maka
      penanaman tidak bisa diselesaikan dalam satu jangka. Berdasarkan penyusunan
      BTHSD dengan luas tetap, penanaman dilakukan dalam tiga jangka dengan jangka
      pertama dan jangka kedua besarnya sama dengan ATP mandor, sedangkan jangka
      ketiga adalah volume penanaman yang tersisa.. Alasan penyusunan BTHSD tersebut,
      yaitu agar penanaman dapat segera diselesaikan.
           Adanya pengaturan dalam penyusunanan BTHSD dan perhitungan ATP mandor,
      hal tersebut dikarenakan dalam kegiatan penanaman hutan biasanya perusahaan akan
      melakukan kegiatan penanaman pada luas areal yang tidak produktif terlebih dahulu,
      yang memiliki tujuan yaitu agar areal tersebut bisa dilakukan dalam satu jangka, agar
      jangka berikutnya akan lebih optimal dalam menanam pada areal produktif (Simon,
      2007).
VI.   KESIMPULAN
         Dari pratikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa ;
      1. Nilai JWP per kelas dari semua kelas umur (KU I – KU IX dan MR), memiliki
         nilai JWP kumulatif berada pada range 58,5 - 61,5. Kemudian didapatkan nilai
         JWP kumulatif sebesar 59,48109707, nilai JWP setelah dilakukan revisi. Nilai
         tersebut berada pada batas toleransi, sehingga dapat dikatakan penebangan tidak
         akan berlebihan atau terlalu sedikit.
      2. Bagan Tebang Habis Selama Daur (BTHSD) adalah jangka waktu penebangan
         masing-masing kelas hutan menurut skala prioritas yang sudah ditetapkan dalam
         cutting time test. Penyusunan BTHSD diperlukan untuk melihat bagaimana
         struktur luas hutan yang akan dibentuk pada akhir daur.
      3. Penentuan kapasitas kelas umur yang akan ditebang dalam satu jangka, didasari
         oleh etat tebangan yang telah dihitung, dipastikan tidak melebihi atau terlalu
          sedikit agar hasil panen optimal. Biasanya, kelas hutan tidak produktif lebih
          diprioritaskan untuk ditebang, selama tidak melebihi kapasitas atau kemampuan
          mandor, juga tidak melebihi etat selama jangka tersebut. Hal tersebut dilakukan
          agar areal tidak produktif bisa segera dialih fungsinya menjadi lahan yang lebih
          produktif. Kelemahan penyusunan BTHSD seperti tersebut adalah dalam jangka
          pertama akan lebih banyak hasil kayu yang kurang ideal, juga adanya
          kemungkinan hasil panen tidak terlalu maksimal.
VII.   DAFTAR PUSTAKA
          Barus, Ramsi M., A. Syahrin, S. Arifin, dan M. Hamdan. 2016.
                Pertanggungjawaban Pidana Illegal Logging (Pembalakan Liar) sebagai
                Kejahatan Kehutanan Berdasarkan Undang-Undang No. 41 tahun 1999
                tentang Kehutanan dan Undang-Undang No. 18 tahun 2013 tentang
                Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan. USU Law Journal.
                Vol. 3 (2) : 106 – 114.
          Purwanto, R H. dan Dwiko B. Permadi. 2005. Buku Ajar Pengaturan Hasil
                Hutan. Yogyakarta : Fakultas Kehutanan UGM.
          Simon, H. 2007. Metode Inventore Hutan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
          Wulan, D. R., Itta, D., & Rezekiah, A. A. (2020). Analisis Waktu Efektif
                Penebangan Jenis Akasia (Acacia mangium) di Areal IUPHHK-HT PT
                INHUTANI II Pulau Laut Kalimantan Selatan. Jurnal Sylva
                Scienteae, 3(1), 104-111.