Laporan Praktikum Sifat Kayu
Laporan Praktikum Sifat Kayu
Disusun oleh
NIM : 19/445504/KT/09102
          FAKULTAS KEHUTANAN
        UNIVERSITAS GADJAH MADA
             YOGYAKARTA
                   2020
                                HALAMAN PENGESAHAN
       Laporan resmi Praktikum Sifat-sifat Dasar Kayu ini telah diajukan kepada co-asisten
sebagai prasyarat untuk menempuh ujian responsi Praktikum Perlindungan dan Kesehatan
Hutan yang telah disetujui dan disahkan pada :
Hari : Rabu
Mengetahui,
Co-Asisten Praktikan
               Laporan resmi ini diselesaikan dengan banyak bantuan dari berbagai pihak,
maka tidak lupa penyusun sampaikan terima kasih kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya yang sangat tidak ternilai harganya
   2. Orangtua serta seluruh anggota keluarga tercinta atas segala dukungan moral dan
        material
   3. Mba Retno Pertiwi selaku co-ass Praktikum Sifat-sifat Dasar Kayu yang sangat sabar
        memberikan waktu dan ilmunya
   4. Teman-teman sekelompok atas bantuan dan kerjasamanya
   5. Diri saya sendiri karena telah berjuang menyelesaikan semua laprak ini
   6. Seluruh pihak yang telah membantu dalam praktikum dan penyusunan Laporan Resmi
        Sifat-sifat Dasar Kayu
        Sekali lagi penyusun mengucapkan terima kasih atas bantuan dan bimbingan yang telah
penyusun terima selama ini sehingga dapat menyelesaikan praktikum hingga tersusunnya
laporan ini. Penyusun berharap laporan ini selanjutnya dapat berguna bagi berbagai pihak.
Amin.
Penyusun
                                                                   Graciela Arcadia
                                  KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,atas izin dan karunia-Nya,
saya dapat menyelesaikan makalah tepat waktu tanpa kurang suatu apapun.
Penulisan ‘Laporan Resmi Sifat-sifat Dasar Kayu bertujuan untuk memenuhi kegiatan
wajib yang dilaksanakan oleh Fakultas Kehutanan. Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-
besarnya kepada bapak/ibu dosen dan co-assisten yang telah memberikanmateri sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang kehutanan. Penulis juga mengucapkan
terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan laporan ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.
                                   DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan
Kata Pengantar
Daftar Isi
Laporan Sifat-sifat Dasar Kayu Acara I
Laporan Sifat-sifat Dasar Kayu Acara II
Laporan Sifat-sifat Dasar Kayu Acara III
Laporan Sifat-sifat Dasar Kayu Acara IV
Laporan Sifat-sifat Dasar Kayu Acara V
Laporan Sifat-sifat Dasar Kayu Acara VI
Penutup
           LAPORAN PRAKTIKUM
PENYIAPAN SAMPEL
Disusun oleh:
NIM : 19/445504/KT/09102
FAKULTAS KEHUTANAN
                    2020
                                     ACARA I
PENYIAPAN SAMPEL
 I.   TUJUAN
      Tujuan dari praktikum acara ini yaitu :
      1. Memahami proses pembuatan sampel uji fisika, mekanika, dan kimia.
      2. Memahami hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan sampel uji sifat
         fisika, mekanika dan kimia.
             Sifat fisik kayu merupakan salah satu sifat dasar kayu yang berguna
      sebagai pertimbangan dalam penggunaan suatu jenis kayu. Penggunaan kayu
      yang tepat memerlukan persyaratan tertentu. Persyaratan tersebut secara langsung
      maupun tidak langsung akan selalu berhubungan dengan sifat fisik a dan
      mekaniknya (Simangunsong dkk., 2016). Sifat mekanik kayu adalah sifat yang
      berhubungan dengan ukuran kemampuan kayu untuk menahan gaya luar yang
      membebani kayu. Kayu yang dibebani ini akan menyebabkan tegangan dalam kayu
       tersebut dan dapat merubah bentuk kayu. MOE dan MOR merupakan bagian dari
       sifat mekanika kayu yang harus diketahui sebelum menggunakan kayu. Dengan
       diketahuinya sifat fisik dan mekanik kayu membuka peluang penggunaan berbagai
       jenis kayu untuk mebel (Fernandes dan Amiril, 2013).
              Komposisi kimia kayu terdiri dari karbohidrat, selulosa, lignin, dan zat
       ekstraktif. Selulosa merupakan komponen kayu terbesar dan merupakan komponen
       struktur utama dinding sel tumbuhan (Haygreen & Bowyer, 1996). Lignin
       merupakan bagian terbesar kedua, terletak di antara sel-sel dan di dalam dinding
       sel. Komponen kimia kayu penting lainnya adalah zat ekstraktif. Zat ekstraktif
       adalah bahan organik dan anorganik yang pada awalnya merupakan cairan yang
       terdapat dalam rongga sel (protoplasma) pada waktu sel-sel masih hidup (Wibisono
       dkk, 2018). Komposisi kayu akan menentukan sifat kimia kayu. Sifat kimia penting
       untuk diketahui karena dapat menentukan proses awal hingga proses akhir dari
       sebuah pengerjaan kayu
V.    HASIL
      Tabel 1. Penyiapan Sampel Untuk Menguji Sifat Fisika Mekanika dan Kimia Kayu
Kingdom : Plantae
Filum : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malvales
Famili : Malvaceae
Genus : Pterospermum
VII.   KESIMPULAN
          Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
       1. Dalam acara penyiapan sampel dibuat sampel untuk uji fisika kayu, uji
          mekanika kayu dan uji kimia kayu. Sampel untuk uji sifat fisika dibuat dua
          sampel yaitu kayu berukuran 2 x 2 x 2 cm sebanyak 3 buah kayu untuk
          pengujian kadar air dan berat jenis, kemudian kayu berukuran 2 x 2 x 4 cm
          sebanyak 3 buah untuk pengujian perubahan dimensi kayu. Uji sifat mekanika
          dibuat satu sampel dari kayu yaitu berukuran 2 x 2 x 30 cm sebanyak 3 buah
   untuk pengujian lengkung statik kayu. Sedangkan pada uji sifat kimia, serbuk
   yang dihasilkan dari penggergajian sampel fisika kayu dikumpulkan dalam
   wadah tertutup (plastik) Selanjutnya dikeringudarakan di tempat terbuka
   dibawah atap. (Individu).
2. Hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan sampel adalah pemilihan kayu
   pengujian atau kayu sampel harus dengan kondisi yang sehat, tidak terserang
   hama atau penyakit, dan lurus tidak bengkok.
VIII.   DAFTAR PUSTAKA
        Dumanauw, JF. 2001. Mengenal Kayu,. Jakarta : Gramedia
        Fernandes, A., & Amiril, S. (2013). Sifat Fisik Dan Mekanik Kayu Shorea
               Macroptera Ssp. Sandakanensis (Sym.) Ashton Sebagai Bahan Baku
               Mebel. Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa, 7(1), 1-6
        Haygreen, J., & Bowyer, J. (1996). Hasil hutan dan ilmu kayu: Suatu Pengantar.
               (Forest Product and Wood Science : An Introduction). Yogyakarta : Gadjah
               Mada University Presss
        Marsoem, S.N., 1996. Sifat-Sifat Kayu Untuk Bahan Baku Industri. Fakultas
                  Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
        Mutmainnah, 2011. Sifat Fisis dan Mekanis Kayu Kawista (Limonia acisdissima
               Correa) Asal Bima Nusa Tenggara Barat. Bogor : Fakultas Kehutanan
               Institut Pertanian Bogor
        Rahmanto, D. E., Fitroni, E. H., & Rudiyanto, B. (2020). Pemanfaatan Daun Biduri
               (Calotropis Gigantea) Sebagai Perekat Pada Pembuatan Briket Serbuk
               Gergaji Kayu Bayur (Pterospermum Javanicum). Jurnal Ilmiah dan
               Penerapan Keteknikan Pertanian, 13(1), 24-39
        Record, S.J. 1914. The Mechanical Properties of Wood. OKFN, Yale Universit,
                  India.
        Sari, Nurmala, Erniwati, dan Abdul Hapid. 2015. Sifat Mekanika Kayu Kemiri
               (Aleurites muloccana Willd) Asal Sulawesi Tengah Arah Aksial. Jurnal
               Warta Rimba. Vol 3 (2) : 73-79
        Simangunsong, Arnita Sari, Abdul Hapid, dan Muthmainnah. 2016. Variasi Sifat
               Fisika Kayu Kemiri (Aleurites moluccana). Jurnal Warta Rimba. Vol 4 (1)
               : 16-20
        Suprapto, E. 2007. Variasi Aksial dan Radial Sifat Fisika dan Mekanika Kayu
               Jati. Yogyakarta : Fakultas Kehutanan UGM.
        Wibisono, Heru S., Jasni dan Wa Ode Muliastuty Arsyad. 2018. Komposisi Kimia
               dan Keawetan Alami Delapan Jenis Kayu di Bawah Naungan. Jurnal
               Penelitian Hasil Hutan. Vol 36 (1) : 59-65.
Williamson, G. B., & Wiemann, M. C. (2010). Measuring wood specific gravity.
      American Journal of Botany, 97(3), 519-524.
                LAPORAN PRAKTIKUM
ACARA II
Disusun oleh :
NIM : 19/445504/KT/09102
FAKULTAS KEHUTANAN
YOGYAKARTA
                            2020
                                     ACARA II
 I.   TUJUAN
      Tujuan dari praktikum ini adalah
       1.    Mengetahui cara menentukan kadar air kayu pada berbagai macam
             kondisi kayu (basah dan kering udara )
       2.    Mengetahui variasi kadar air kayu dalam pohon
II.   DASAR TEORI
      Sifat fisik kayu merupakan salah satu sifat dasar       kayu    yang    berguna
      sebagai pertimbangan dalam penggunaan suatu jenis kayu. Penggunaan kayu
      yang tepat memerlukan persyaratan tertentu. Persyaratan tersebut secara langsung
      maupun tidak langsung akan selalu berhubungan dengan sifat fisika dan
      mekaniknya (Simangunsong dkk., 2016). Kayu memiliki sifat higroskopis yang
      pada mekanisme penyerapannya air pada akan diserap oleh dinding sel dan
      berikatan dengan gugus hidroksil lalu air baru memasuki pada bagian rongga sel.
      Hal ini menyebabkan kadar air sangat mempengaruhi kekuatan dan stabilitas dari
      kayu itu sendiri (Fredriksson, 2019).
             Kadar air kayu adalah banyaknya air yang terdapat di dalam kayu atau
      produk kayu biasanya yang dinyatakan secara kuantitatif dalam persen (%)
      terhadap berat kayu bebas air atau berat kering tanur (BKT), namun dapat juga
      dipakai satuan terhadap berat basahnya (Panshin dan de Zeeuw, 1980). Kadar air
      didefinisikan sebagai berat air yang dinyatakan sebagai persen berat kayu bebas
      air atau kering tanur (Haygreen dan Bowyer, 1996). Kadar air segar (KAS) yang
      merupakan ukuran banyaknya air saat pohon berdiri merupakan parameter
      penting misalnya dalam proses pengeringan kayu atau pengangkutan log. Nilai
      kadar air kayu yang baru saja dipotong berkisar antara 33-249% (dari berat kayu
      kering mutlak) bergantung pada bagian kayu, tempat tumbuh, umur, musim
      panen, dan ukuran pohon. KAS yang lebih rendah tentunya lebih diinginkan
      dalam pemanfaatan kayunya (Marsoem dkk, 2014).
             Pada umumnya kadar air pohon berdiri tertinggi pada bagian pangkal,
      selanjutnya bagian tengah dan paling terkecil pada bagian ujung (Uar dkk, 2015).
      Kecenderungan kadar air pada arah aksial pangkal pohon biasanya memiliki kadar
      air tertinggi dan akan menurun secara teratur ke arah ujung pohon. Diduga hal ini
       disebabkan oleh besarnya rongga sel pada bagian pangkal sehingga memiliki
       kerapatan terendah. Variasi kadar air pada hasil penilitian yang tidak terlalu
       berbeda diasumsikan bahwa peralihan musim. Musim sangat berpengaruh
       terhadap kadar air segar, pada musim penghujan kadar air akan lebih tinggi
       dibandingkan pada musim kemarau. Selain itu tempat tumbuh, lokasi geografis,
       iklim, maupun spesies itu sendiri merupakan faktor yang mempengaruhi kadar
       air, faktor tersebut dapat berpengaruh terhadap kapasitas sel yang mana
       berpengaruh terhadap kapasitas menampung molekul air dalam sel.
       Deskripsi :
                                                                          Pada praktikum ini pengujian kadar air kayu dilakukan menggunakan
                                                          metodo British Standar nomo 373 (1957). Contoh uji kadar air dibuat disk pada
                                                          bagian pangkal, tengah, dan ujung. Lalu dibuat contoh uji berukuran 2x2x2 cm.
                                                          Setelah itu contoh uji basah ditimbang terlebih dahulu, kemudian dikering
                                                          anginkan sampai beratnya konstan. Contoh uji yang telah dikering anginkan
                                                          kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 103±℃. Setelah 12 jam coontoh uji
                                                          dikeluarkan dari oven dan dimasukkan ke dalam desikator selama 10-15 menit
                                                          lalu ditimbang beratnya dan dicatat nilainya. Pengeringan menggunakan oven dan
                                                          penimbangan tersebut dilakukan berulang-ulang sampai mencapai kondisi kering
                                                          tanur.
            2
                                                                       Series1
        1,5
            1                                                          Linear (Series1)
        0,5
          0
        16/10/202021/10/202026/10/202031/10/202005/11/202010/11/2020
                                  Tanggal
                                                      BKU - BKT
                          Tanggal                    1        2           3
                           09/11/2020        3,269      2,596     3,831
                           10/11/2020        2,803      2,253     3,301
                           11/11/2020        2,814      2,265     3,318
                           12/11/2020        2,794      2,251     3,295
                           13/11/2020        2,798      2,262     3,303
                           16/11/2020        2,791      2,244     3,293
                           17/11/2020        2,791      2,244     3,293
          3
                                                                              Series1
        2,9
        2,8                                                                   Linear (Series1)
                                     y = -0,033x + 1460
        2,7                              R² = 0,3077
        2,6
        07/11/2020
                09/11/2020
                        11/11/2020
                                13/11/202015/11/202017/11/2020
                                                            19/11/2020
                                   Tanggal
         2,4
        2,35                                                                  Series1
         2,3                                                                  Linear (Series1)
        2,25                       y = -0,0244x + 1078,6
         2,2                             R² = 0,3157
        2,15
         07/11/2020
                 09/11/2020
                         11/11/2020
                                 13/11/2020 15/11/2020
                                                     17/11/2020
                                                             19/11/2020
                                    Tanggal
      Contoh Perhitungan
      Perhitungan kadar air kondisi basah dan kering tanur pada bagian 11
      Perhitungan kadar air pada kondisi basah
                 (𝐵𝐵−𝐵𝐾𝑇)
       KA(%) =              × 100%
                    𝐵𝐾𝑇
                             (6,245−2,791)
         •   KA 1 Basah =                    × 100% = 123,775%
                                 2,791
                             (3,483−2,244)
         •   KA 2 Basah =                    × 100% = 55,214%
                                 2,244
                             (4,834−3,293)
         •   KA 3 Basah =                    × 100% = 46,796%
                                 3,293
VI.   PEMBAHASAN
             Pada praktikum kali ini membahas tentang kadar air kayu. Kadar air kayu
      adalah banyaknya air yang terkandung dalam sepotong kayu dinyatakan dalam
      persen dari berat kayu kering tanur. Nilai kadar air kayu dipengaruhi oleh sifat
      hygrokospis jenis kayu, faktor kondisi kayu ditempatkan (suhu dan kelembaban)
      dan sifat-sifat kayu yang digunakan seperti jumlah pori-pori, tekstur, struktur
      kayu, kelas kuat, kekerasan, berat jenis dan sebagainya. Sifat higroskopis yaitu
      sifat yang menyebabkan kayu dapat menyerap (adsorps) dan melepaskan
      (desorps) air untuk menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungannya.
      Kemampuan adsorpsi dan desorpsi kayu ini berakibat pada besarnya kadar air
      yang selalu berubah tergantung pada suhu dan kelembaban lingkungan sekitarnya.
             Air yang terdapat didalam kayu tersimpan di dalam rongga sel dan dinding
      sel. Air yang terdapat dalam rongga sel kayu disebut sebagai air bebas (free
      water), sedangkan air yang terdapat di dalam dinding sel disebut air terikat (bound
      water). Kadar air pada kayu ini menjadi penciri bahwa kayu memiliki sifat
      higroskopis yang pada dasarnya kayu akan mempertahankan kadar air
      kesetimbangan dengan lingkunganya melalui pelepasan atau penyerapan air.
      Kayu akan melepaskan air ke udara apabila tekanan uap air didalam kayu lebih
      tinggi dibandingkan tekanan uap yang ada di udara dan kayu akan menyerap air
      dari udara apabila tekanan uap air di dalam kayu lebih rendah dibandingkan
      tekanan uap di udara. Oleh karena itu, kadar air di dalam kayu aan sangat
      berfluktuasi tergantung pada kondisi atmosfer yang ada di sekitarnya terutama
      perubahan yang terjadi pada suhu dan kelembapnnya. Rendahnya kadar air yang
      terdapat pada kayu akan meningkatkan kekuatan yang ada pada kayu. Hal ini
      disebabkan karena semakin berkurangnyanya kadar air yang terdapat pada rongga
sel dan dinding sel, kerapatan yang ada pada kayu akan semakin meningkat
sehingga kayu akan menjadi semain kuat. Sedangkan tingginya kadar air yang
terdapat pada kayu akan meningkatkan hasil rendemen yang ada pada kayu. Selain
itu, tingginya kadar air ini akan menyebabkan kayu menjadi tidak efisien untuk
digunakan sebagai bahan baku pembuatan furniture karena masih bisa terjadi
penyusutan dan pengembangan karena kesetimbangan kau belum tercapai.
       Hasil penelitian yang sudah dilakukan pengujian terhadap dua jenis kadar
air yaitu kadar air segar dan kadar air kering udara. Kadar air segar merupakan
kadar air yang dimiliki suatu kayu ketika baru saja ditebang, dan belum pernah
mengering. Sedangkan kadar air kering udara atau sering disebut juga kadar air
seimbang adalah kadar air yang dimiliki kayu dalam kondisi kering udara, pada
kondisi ini jumlah air yang terserap sama dengan jumlah air yang dikeluarkan.
Sample yang digunakan adalah kayu berukuran 2cm x 2cm x 2cm. Pengujian
kadar air kayu dilaksanakan dengan mempersiapkan sampel terlebih dahulu,
sampel yang akan digunakan direndam selama ± 72 jam, yang mana kemudian
beratnya ditimbang dan dijadikan sebagai berat basah. Setelah itu sampel dikering
anginkan hingga didapati berat konstan dan dicaatat yang kemudian digunakan
sebagai berat kering udara. Sampel yang sudah konstan berat kering udaranya
dioven selama ±12 jam, kemudian dikeluarkan dan dimasukan kedalam desikator
selama 10-15 menit setelah itu ditimbang, desikator sendiri merupakan wadah
kedap udara yang berfungsi untuk menghilangkan air dan kristal hasil pemurnian.
Proses pengovenan dan penimbangan berlangsung hingga didapatkan berat
konstan yang mana digunakan sebagai Berat Kering Tanur (BKT) kayu. Setelah
seluruh data berat didapat baru dilakukan pengukuran kadar air. Untuk kadar segar
ditentukan melalui persentase perbandingan antara selisih berat awal (BB) dan
Berat kering tanur (BKT) dengan Berat Kering Tanur (BKT), sedangkan kadar air
kayu pada kering udara dihitung dengan rumus yang sama hanya saja mengganti
nilai berat awal dengan berat kering udara (Bku). Pada jenis kayu bayur
didapatkan nilai kadar air kayu bayur pada bagian 1 yang pada kondisi basah
sebesar 123,755% dan kadar air pada kondisi kering udara sebesar 17,126%.
Untuk bagian 2 kadar air pada kondisi basah sebesar 55,214% dan kadar air pada
kondisi kering udara sebesar 15,686%. Dan yang terakhir bagian 3, kadar air pada
kondisi basah sebesar 46,796%dan kadar air pada kondisi kering tanur sebesar
16,338%. Dapat diketahui bahwa kadar air yang terdapat pada kayu basah lebih
besar dibandingkan pada kayu kering udara. . Pada kayu basah yang baru
ditebang, kadar air dapat mencapai 40% hingga 200%. Kondisi dimana dinding
sel jenuh dengan air sedangkan rongga sel kosong dinamakan kondisi kadar air
titik jenuh serat (Simpson dan A ten Wolde, 1999). Hal ini dikarenakan pada
kondisi kadar air basah dinding sel maupun rongga selnya masih terisi oleh air
dan belum mencapai titik konstan, sedangkan pada kayu kering udara dinding sel
dan ronggaa udaranya masih terisi air namun sudah mencapai titik konstan.
       Kadar air yang terkandung di dalam bagian jenis kayu berupa kayu gubal,
teras, juvenile, dewasa, kayu awal, dan kayu akhir memiliki perbedaan. Kayu teras
memiliki diameter serat, diameter lumen, dan tebal dinding serat yang lebih kecil
dibandingkan dengan kayu gubal karena kayu gubal memiliki serat atau sel yang
masih berkembang sedangkan kayu teras selnya sudah tidak aktif kembali atau
mati. Sehingga pada tingkat kadar airnya, kayu gubal memiliki kadar air yang
lebih tinggi karena rongga sel tebal dinding serat pada kayu gubal lebih besar dan
mampu menyimpan air lebih banyak dibandingkan kayu teras. Pada dasarnya
seiring berjalannya waktu dan bertambahnya umur, kayu akan terus mengalai
pertumbuhan dan perkembangan. Semain tua umur pada suatu pohon maka akan
mengindikasikan kayu tersebut sebagai kayu dewasa yang akan menjadi kayu
teras sehingga penyimpanan air yang ada pada kayu dewasa ini akan semakin
sedikit. Hal ini juga sejalan dengan bagian kayu gubal yang disebut sebagai kayu
muda atau kayu juvenil akan memiliki penyimpanan air yang lebih tinggi. Lalu
pada kayu awal juga akan memiliki kadar air yang lebih tinggi dibandingkan
dengan kayu akhir karena kayu awal masih tumbuh dalam pertumbuhan yang baik
sehingga memiliki pertumbuhan rongga yang besar dan diameter sel yang besar
sedangkan pada kayu akhir terbentuk pada pertumbuhan yang rendah sehingga
rongga sel dan diameter sel yang terbentuk kecil.
       Presentase kadar air pada kayu ini tentunya akan mempengaruhi beberapa
sifat fisika kayu lainnya. Pada bagian fisika kayu dihitung nilai kadar air kayu dan
berat jenis dari suatu kayu sehingga nilai perubahan dimensi pada kayu dapat
ditentukan. Hal ini dikarenakan pada kondisi dimana kadar air di dalam kayu
tinggi, makan akan lebih mudah terjadi penyusutan dan pengembangan pada kayu
sehingga tingkat terjadinya perubahan dimensi pada kayu masih dapat terjadi.
Selain itu kadar air kayu ini akan mempengaruhi kerapatan yang ada pada kayu
sehingga berat jenis yang ada pada kayu juga memperbesar nilai Berat jenisnya.
Gagasan ini diperkuat oleh Haygreen dan Bowyer (1989) yang mengatakan bahwa
makin banyak zat yang terdapat pada dinding sel akan semakin besar nilai berat
       jenisnya dan semain besar pula perubahan dimensi yang mungkin terjadi pada
       perubahan kadar air yang sama
VII.   KESIMPULAN
       Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
          1. Penentuan kadar air kayu kondisi basah dilakukan dengan mengetahi nilai
              dari berat kayu dalam keadaan basah dan berat kayu dalam keadaan kering
              tanur lalu dihitung dengan menggunakan rumus :
                               (𝐵𝐵−𝐵𝐾𝑇)
                     KA(%) =              × 100%
                                 𝐵𝐾𝑇
           2. Variasi kadar air kayu pada pohon menunjukan bahwa kayu gubal, kayu
             juvennil, dan kayu awal memiliki kadar air yang lebih tinggi karena rongga
             sel dan diameter sel memiliki ukuran yang besar. Sedangkan pada kayu
             teras, kayu dewasa, dan kayu akhir memiliki kadar air yang rendah karena
             rongga sel dan diameter sel memiliki ukuran yang kecil
VIII.   DAFTAR PUSTAKA
        Fredriksson, Maria. 2019. On Wood-Water Interactions in the Over-Hygroscopic
             Moisture Range- Mechanisms, Methods , and Inflluence of Wood
             Modification. Journal Forest . Vol. 10(9) : 779
        Haygreen, J. G. 1989. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu Suatu Pengantar. Universitas
             Gadjah Mada Press. Yogyakarta
        Haygreen, J.G dan J.L Bowyer. 1996. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu. Gadjah Mada
             University Press. Yogyakarta
        Marsoem, Sri Nugroho., Vendy Eko Prasetyo, Joko Sulistyo, Sudaryono, dan
             Ganis Lukmandaru. 2014. Studi Mutu Kayu Jati di Hutan Rakyat
             Gunungkidul III Sifat Fisika Kayu. Jurnal Ilmu Kehutanan. Vol 8 (2) :
             75-88
        Panshin AJ. de Zeeuw C. 1980. Textbook of Wood Technology. New York:
             McGraw-Hill Book Co
        Simangunsong, Arnita Sari, Abdul Hapid, dan Muthmainnah. 2016. Variasi Sifat
             Fisika Kayu Kemiri (Aleurites moluccana). Jurnal Warta Rimba. Vol 4 (1)
             : 16-20
        Simpson, A ten Wolde. 1999. Physical Properties and Moisture Relations of
             Wood. Wood as An Engineering Materiak. Forest Product Laboratory
             General Technical Report FDL-GTR-11. USDA Forest Science (US).
             Forest Laboratory US
        Uar, Ningsie Indah Suary., M. S. Tuharea, Nurfitri Hentihu. 2015. Pengaruh
             Sifat Fisi Kayu Jabon. Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan. Vol 8 (2) :
             46-52
                LAPORAN PRAKTIKUM
              SIFAT-SIFAT DASAR KAYU
                     ACARA IV
           PENENTUAN PENYUSUTAN KAYU
Disusun oleh:
NIM : 19/445504/KT/09102
               FAKULTAS KEHUTANAN
             UNIVERSITAS GADJAH MADA
                    YOGYAKARTA
                        2020
                                ACARA IV
 I.   TUJUAN
      Tujuan pada praktikum ini adalah :
       a. Mengetahui cara mengukur penyusutan kayu
       b. Mengetahui penyusutan kayu pada 3 arah berbeda
             Sifat fisik kayu merupakan salah satu sifat dasar kayu yang berguna
      sebagai pertimbangan dalam penggunaan suatu jenis kayu. Sifat fisika pada
      kayu meliputi kadar air, berat jenis, dan perubahan dimensi kayu berdasarkan
      arah aksial (Rahmayanti dkk, 2016). Penggunaan kayu secara tepat selalu
      memerlukan persyaratan tertentu, dimana persyaratan itu baik secara langsung
      maupun tidak langsung akan selalu berhubungan dengan sifat fisik dan
      mekaniknya. Di antara sifat fisik yang cukup penting untuk diketahui adalah
      berat jenis dan kembang susut kayu (Simangunsong, dkk., 2016).
       Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu contoh uji kayu berukuran
       2x2x4 cm.
       Langkah Kerja :
Langkah      yang    perlu   dilakukan   pada    praktikum    ini,   antara   lain
    Disiapkan sampel berukuran 2x2x4 cm. Diukur
    dimensi pada ketiga arah (longitudinal, radial,
    dan tangensial) dalam kondisi Ds, Du, dan Dk,
    lalu diberi tanda garis pengukuran
                Keterangan :
                Ds : Dimensi contoh uji pada tiga arah utama dalam keadaan basah (cm)
                Du :Dimensi contoh uji pada tiga arah utama dalam keadaan kering udara
                (cm)
                Dk : Dimensi contoh uji pada tiga arah utama dalam keadaan kering tanur
                (cm).
                                             Dimensi Basah
Kelompok                1                         2                           3
            R           L       T          R      L        T         R        L      T
   1        2,07     4,11       2,14       2,15    4,43      2,18    2,1     4,11    2,12
   2       2,101    4,114      2,186      2,125   4,086     2,171   2,149   4,082   2,193
   3       2,106    4,441      2,141       2,14   4,103     2,164   2,145   4,451   2,172
   4        2,1     4,338      2,131      2,149   4,425     2,186   2,145   4,306   2,208
   5       2,128    4,433      2,124      2,158   4,4314    2,125   2,139   4,208   2,179
   6       2,142    4,507      2,154      2,147   4,464     2,163   2,151   4,453   2,136
   7       2,095    4,408      2,099      2,145   4,339     2,165   2,097   4,232   2,248
   8       2,145    4,309      2,205      2,157   4,354     2,134   2,146   4,393   2,166
   9       2,152    4,445      2,139      2,132   4,427     2,127    2,16   4,538   2,624
  10       2,129    4,454      2,066       2,12    4,33     2,149   2,144   4,324    2,16
  11       2,163    4,421      2,115      2,208   4,419     2,147   2,132   4,316   2,113
  12       2,135    4,267      2,149      2,146   4,343     2,209   2,154   4,359   2,131
  13        2,14     4,39       2,17       2,15    4,49      2,06    2,12    4,35    2,08
  14       2,145    4,476      2,135      2,094     4,1     2,118   2,145   4,461   2,161
  15        2,14     4,37       2,15      2,159   4,251      2,14   2,144   4,337   2,179
         Tabel 2. Tabel Dimensi Kering Udara
                             Dimensi Kering Udara
           1                           2                        3
  R        L        T        R         L        T       R       L       T
2,010    4,100    2,050    2,100    4,400     2,080   2,050   4,100   2,020
2,070    4,110    2,119    2,080    4,056     2,071   2,100   4,072   2,101
2,066    4,341    2,041    2,094    4,090     2,080   2,100   4,421   2,091
2,080    4,308    2,031    2,109    4,405     2,086   2,099   4,296   2,108
2,098    4,424    2,024    2,090    4,400     2,055   2,090   4,197   2,103
2,102    4,497    2,074    2,070    4,464     2,063   2,092   4,433   2,036
2,025    4,400    2,009    2,095    4,309     2,065   2,047   4,232   2,148
2,105    4,309    2,105    2,107    4,334     2,070   2,106   4,373   2,060
2,122    4,415    2,039    2,092    4,407     2,067   2,107   4,508   2,324
  2,09    4,4      1,9     2,081      4,32     2,12    2,13    4,3     2,13
  2,14    4,35    2,075    2,145      4,35     2,08   2,105    4,3     2,07
 2,021    4,17     2,12     2,1       4,3      2,15   2,105   4,345   2,105
 2,099    4,3      2,14     2,1       4,47    1,975     2      4,35     2
  2,13    4,39     2,12     2,02      4,11     2,08    2,1     4,38    2,11
  2,11    4,37    2,135    2,105     4,245    2,065   2,115    4,31    2,05
                                     Penyusutan (%)
              Basah - Kering Udara              Kering Udara - Kering Tanur
                 1           2             3          1           2           3
              0,24        0,68          0,24       0,49        1,16        0,39
              0,10        0,73          0,24       2,55        1,38        0,86
              2,25        0,32          0,67       0,94        0,49        0,43
              0,69        0,45          0,23       0,46        0,11        0,47
              0,20        0,71          0,26       0,84        2,16        1,22
              0,22        0,00          0,45       1,91        0,18        0,20
              0,18        0,69          0,00       0,50        0,46        0,26
              0,00        0,46          0,46       0,16        0,69        0,39
              0,67        0,45          0,66       0,14        0,52        0,24
              1,21        0,23          0,56       1,36        0,46        0,47
              1,61        1,56          0,37       0,85        1,01        0,42
              2,27        0,99          0,32       1,49        0,26        0,81
              2,05        0,45          0,00       0,05        0,34        0,55
              1,92       -0,24          1,82       1,57        2,58        0,82
              0,00        0,14          0,62       0,32        0,33        0,16
     Tabel 6. Perhitungan Penyusutan Dimensi Basah-Kering Udara(Tangensial )
                                           Penyusutan (%)
                      Basah - Kering Udara            Kering Udara - Kering Tanur
                         1           2           3          1           2           3
                      4,21        4,59        4,72       3,90        3,85        5,54
                      3,06        4,61        4,20       5,57        3,57        4,76
                      4,67        3,88        3,73       5,93        3,85        3,73
                      4,69        4,57        4,53       4,48        3,84        4,89
                      4,71        3,29        3,49       3,16        5,64        4,56
                      3,71        4,62        4,68       3,38        5,14        2,16
                      4,29        4,62        4,45       6,92        4,36        6,61
                      4,54        3,00        4,89       4,89        4,15        3,93
                      4,68        2,82       11,43       3,24        2,85        4,39
                      8,03        1,35        1,39       2,89        3,68        5,02
                      1,89        3,12        2,04       3,33        4,47        3,48
                      1,35        2,67        1,22       4,58        2,42        3,85
                      1,38        4,13        3,85       4,86        3,24        5,10
                      0,70        1,79        2,36       4,86        3,75        6,73
                      0,70        3,50        5,92       3,47        3,10        7,46
           (Tangensial)
                                                  Penyusutan Tangensial (%)
Kelompok       Basah - Kering Udara              Kering Udara - Kering Tanur              Basah - Kering Tanur
             1           2           3             1          2            3            1           2           3
   1       4,21        4,59        4,72          3,90       3,85         5,54         7,94        8,26       10,00
   2       3,06        4,61        4,20          5,57       3,57         4,76         8,46        8,01        8,76
   3       4,67        3,88        3,73          5,93       3,85         3,73         10,32       7,58        7,32
   4       4,69        4,57        4,53          4,48       3,84         4,89         8,96        8,23        9,19
   5       4,71        3,29        3,49          3,16       5,64         4,56         7,72        8,75        7,89
   6       3,71        4,62        4,68          3,38       5,14         2,16         6,96        9,52        6,74
   7       4,29        4,62        4,45          6,92       4,36         6,61         10,91       8,78       10,77
   8       4,54        3,00        4,89          4,89       4,15         3,93         9,21        7,03        8,63
   9       4,68        2,82       11,43          3,24       2,85         4,39         7,76        5,59       15,32
  10       8,03        1,35        1,39          2,89       3,68         5,02         10,70       4,98        6,34
  11       1,89        3,12        2,04          3,33       4,47         3,48         5,15        7,45        5,44
  12       1,35        2,67        1,22          4,58       2,42         3,85         5,86        5,02        5,02
  13       1,38        4,13        3,85          4,86       3,24         5,10         6,18        7,23        8,75
  14       0,70        1,79        2,36          4,86       3,75         6,73         5,53        5,48        8,93
  15       0,70        3,50        5,92          3,47       3,10         7,46         4,14        6,50       12,94
Pengujian 1
                       (2,1−2,080)
•   Radial         :                  × 100% = 0,95
                             2,1
                       (4,338−4,308)
•   Longitudinal :                     × 100% = 0,69
                             4,338
                       (2,131−2,031)
•   Tangensial     :                   × 100% = 4,69
                             2,131
Pengujian 2
                       (2,149−2.145)
•   Radial         :                   × 100% = 1,86
                             2,109
                       (4,425−4,405)
•   Longitudinal :                     × 100% = 0,45
                             4,425
                       (2,186−2,086)
•   Tangensial     :                   × 100% = 4,57
                             2,186
Pengujian 3
                       (2,145−2,099)
•   Radial         :                   × 100% = 2,14
                             2,145
                       (4,306−4,296)
•   Longitudinal :                     × 100% = 0,23
                             4,306
                       (2,208−2,108)
•   Tangensial     :                   × 100% = 4,53
                             2,208
Pengujian 1
                       (2,080−2,002)
•   Radial         :                   × 100% = 3,75
                             2,080
                       (4,308−4,288)
•   Longitudinal :                     × 100% =0,46
                             4,308
                       (2,031−1,940)
•   Tangensial     :                   × 100% = 4,48
                             2.031
Pengujian 2
                       (2,109−2,030)
•   Radial         :                   × 100% = 3,75
                             2,109
                       (4,405−4,400)
•   Longitudinal :                     × 100% = 0,11
                             4,405
                       (2,086−2,006)
•   Tangensial     :                   × 100% = 3,84
                             2.086
Pengujian 3
                       (2,099−2,022)
•   Radial         :                   × 100% = 3,67
                             2,099
                        (4,296−4,276)
•   Longitudinal :                      × 100% = 0,47
                              4,296
                        (2,108−2,005)
•   Tangensial      :                   × 100% = 4,89
                              2.108
       Ada tiga alasan penyusutan kayu arah radial selalu lebih kecil
dibanding penyusutan arah tangensial, yaitu adanya struktur jari-jari kayu
      pada arah radial yang dapat berfungsi sebagai tahanan; penyebaran noktah
      berbatas lebih banyak terdapat pada bidang radial; sudut mikrofibril lebih
      besar pada dinding radial dibanding dinding tangensial. Hal-hal tersebut dapat
      dijadikan dasar untuk menjelaskan penyusutan kayu arah radial selalu lebih
      kecil dibanding penyusutan arah tangensialnya (Pandit dan Istie, 2007).
      Menurut Panshin dan de Zeeuw (1969), salah satu faktor anatomi yang
      berperan dalam proses pengeluaran air dari dalam kayu adalah jari-jari kayu.
      Jari-jari yang lebar pada kayu sangat membantu pengeluaran air dari dalam
      kayu secara transversal, namun harus didukung oleh sifat anatomi lainnya
      seperti banyaknya ceruk atau noktah pada dinding sel, dinding serat tipis, arah
      serat lurus, diameter pembuluh cukup besar dan tidak ada endapan atau tilosis
      pada pembuluh ataupun isi sel lainnya pada jari-jari.
VI.   KESIMPULAN
         Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
      1. Penyusutan kayu dapat diukur dengan menggunakan sampel 2x2x4 cm
         lalu mengukur dimensi kayu pada tiga arah utama yaitu radial, tangensial,
         dan longitudinal menggunakan caliper. Dimensi kayu diukur saat kayu
         dalam kondisi segar, kondisi kering udara, dan kondisi kering tanur. Besar
         penyusutan dihitung dengan hasil selisih dimensi kayu kondisi segar
         dengan kondisi kering udara atau kering tanur dibagi dimensi kayu segar
         dan dikalikan seratus persen karena besar penyusutan dinyatakan dalam
         persen.
      2. Pada penyusutan segar ke kering udara didapat hasil penyusutan arah
         radial pada pengujian 1,2, dan 3 sebesar 0,95%; 1,86%; 2,14%, arah
         tangensial sebesar 4,69%; 4,57%; 4,53%,arah longitudinal sebesar 0,69%;
         0,45%; 0,23%. Sedangkan pada kondisi kering udara ke kering tanur
         didapat hasil arah radial sebesar 3,75%; 3,75%; 3,67%, arah tangensial
         4,48%; 3,84%; 4,89% dan arah longitudinal 0,46%; 0,11%; 0,47%.
         Penyusutan kondisi segar ke kondisi kering udara dan penyusutan kondisi
         kering udaraa ke kering tanur terbesar ada pada arah tangensial.
         Sedangkan penyusutan terkecil ada pada arah longitudinal.
VII.   DAFTAR PUSTAKA
       Anggoro,Yunivia.Adi Santosa dan Celline Junica P. 2019. Perancangan
            Produk Interior Premium Berbasis Optimasi Penerapan Karakteristik
            Fisik Kayu Kelapa.Jurnal Dimensi Interior, vol 17 (1) : 1-3
       Barber, N. F., & Meylan, B. A. 1964. The anisotropic shrinkage of wood. A
            theoretical model. Holzforschung-International Journal of the Biology,
            Chemistry, Physics and Technology of Wood, 18(5), 146-156.
       Lempang, M. 2014. Sifat Dasar dan Potensi Kegunaan Kayu Jabon Merah.
            Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea. Vol. 3 (2): 163 – 175.
       Praptoyo, Harry. 2010. Sifat Anatomi dan Sifat Fisika Kayu Mindi (Melia
            Azadarach LInn) Dari Hutan Rakyat di Yogyakarta. Jurnal Ilmu
            Kehutanan. Vol. 4 No. 1.
       Rahmayanti., Erniwati., dan Abdul Hapid. 2016. Sifat Fisika Kayu Jabon
                 (Anthocephaluscadamba) Berdasarkan Arah Aksial dari Desa
                 Alindau Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah. Jurnal Warta
                 Rimba, Vol.4(1): 57-60
Simangunsong, Arnita Sari, Abdul Hapid, dan Muthmainnah. 2016. Variasi
     Sifat Fisika Kayu Kemiri (Aleurites moluccana). Jurnal Warta Rimba.
     Vol 4 (1) : 16-20.
ACARA V
Disusun oleh :
NIM : 19/445504/KT/09102
FAKULTAS KEHUTANAN
YOGYAKARTA
                     2020
                                   ACARA V
 I.   TUJUAN
      Tujuan dari praktikum acara ini adalah :
         1. Memahami cara pengukuran kemampuan kayu menahan beban
             tegak lurus serat atau keteguhan lengkung statik
         2. Mengetahui besarnnya kemampuan kayu menahan beban tegak
             lurus serat atau keteguhan lengkung statik
II.   DASAR TEORI
             Kualitas kayu dapat ditentukan melalui sifat fisika kayu, sifat
      mekanika kayu, sifat kimia kayu dan sifat pengerjaan kayu. Semakin besar
      berat jenis kayu (BJ) maka kayu akan semakin berat dan kuat. Kekuatan
      kayu juga dapat dipengaruhi umur dan kecepatan tumbuh yang akan
      meningkat dengan menyesuaikan kandungan zat ekstraktif dalam kayu.
      Semakin keras kayu (BJ kayu tinggi dan dinding sel tebal) sifat pengerjaan
      kayu akan semakin sulit (sulit dipotong, dibelah, maupun dibubut)
      (Purwanta dkk, 2015). Sifat fisis dan mekanik kayu merupakan salah satu
      indikator yang menentukan kualitas kayu terutanama kayu pertukangan,
      sifat mekanis disebut juga dengan kekuatan kayu yaitu sifat-sifat kayu yang
      dihubungkan dengan kemampuan kayu untuk menahan beban muatan yang
      diberikan kepada kayu tersebut. Dalam berbagai penggunaan kayu,
      kekuatan kayu sangat penting untuk diketahui terutama jenis-jenis kayu
      yang diperdagangkan dengan kegunaannya sebagai kayu konstruksi
      (Husain dkk, 2019). Kekuatan atau sifat mekanika kayu adalah kemampuan
      kayu untuk menahan gaya eksternal yaitu gaya di luar kayu yang berusaha
      untuk mengubah bentuk dan ukuran kayu. Sifat mekanika kayu merupakan
      salah satu dasar dalam penilaian kemungkinan penggunaan kayu sebagai
      bahan baku industri khususnya industri bangunan. Selain itu, biasanya sifat
      mekanika ini digunakan sebagai kriteria pemilihan bahan. Macam
      pengujian sifat mekanika kayu antara lain kadar air kayu, berat jenis kayu,
      pengerutan, tekanan sejajar serat, tekanan tegak lurus serat, lengkung statis,
keteguhan geser, keteguhan belah, keteguhan tarik tegak lurus serat, dan
kekerasan (Hasrudy dan Masdania, 2019).
         Sifat-sifat kayu yang dihasilkan dari spesies pohon yang sama
kerapkali dianggap identik, namun kenyatannya potongan kayu yang
berbeda bahkan berasal dari pohon yang sama tidak pernah identik dan
hanya sama pada batas-batas yang lebar. Sifat mekanika kayu dalam pohon
adalah beragam, artinya memiliki kisaran nilai. Variasi ini dapat terjadi
dalam arah radial (Prawirohatmodjo, 2001). Terdapat beberapa sifat
mekanika kayu, yaitu kuat tarik kayu, kuat tekan kayu, kuat lentur kayu, dan
kuat geser kayu. Kuat tarik kayu merupakan sifat mekanika kayu pada saat
menerima gaya aksial tarik, ada dua jenis sifat mekanika kayu pada saat
kayu menerima beban aksial tarik yaitu kuat tarik kayu sejajar serat dan kuat
tarik kayu tegak lurus serat. Kuat tekan kayu merupakan sifat mekanika
kayu pada saat menerima gaya aksial tekan, ada dua jenis sifat mekanika
kayu pada saat kayu menerima beban aksial tekan yaitu kuat tekan kayu
sejajar serat dan kuat tekan kayu tegak lurus serat. Kuat lentur kayu
merupakan sifat mekanika kayu pada saat menerima gaya yang berusaha
melenturkan kayu. Sedangkan kuat geser kayu merupakan merupakan sifat
mekanika kayu dalam hal kemampuan untuk menahan gaya-gaya yang
membuat bagian kayu tersebut bergeser ke bagian lain didekatnya, ada tiga
jenis kuat geser kayu yaitu kuat geser sejajar arah serat, kuat geser tegak
lurus serat, dan kuat geser miring serat (Insan dkk, 2020).
         Pengujian sifat fisika dan mekanika kayu dilakukan dengan metode
British Standard nomor 373 tahun 1975. Parameter yang diamati antara lain
kadar air, berat jenis, Keteguhan Lengkung Statik sampai Batas Proporsi
(BP), Keteguhan Lengkung Statik sampai Modulus Elastisitas (MOE),
Keteguhan Lengkung Statik sampai Batas Maksimum (MOR) (Hapid,
2019). Keuntungan pengujian non-destruktif khususnya MoE berfungsi
untuk grading mutu kayu, terutama dalam komponen kayu baik itu untuk
pohon yang masih hidup atau dalam bentuk log, pengetahuan mengenai sifat
mekanika kayu, perkiraan usia, serta prediksi sisa kekuatan kayu (Aji dkk,
2017).
III.     ALAT DAN BAHAN
         Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum acara ini adalah :
         Alat :
                 1. Alat tulis
                 2. Kaliper
                 3. Alat Uji Mekanika (UTM)
         Bahan :
                 1) Sample Kayu Bayur Ukuran 2 x 2 x 30 cm
                                                                      Pembebanan
                       Penumpu                           Sebelum       dilakukan
                                       Contoh uji
  sampel kayu         pada alat uji                   pembebanan           dan         Hasil
                                        dipasang
 berukuran 2 x         disiapkan                         dimulai,      dihentikan   didapatkan,
                                      pada alat uji
   2 x 30 cm            dengan                           pastikan        setelah    diolah, lalu
                                       mekanika
   disiapkan           bentangan                       jarum skala        beban      dianalisis
                                          kayu
                      bebas 28 cm                     berada di nol    maksimum
                                                                         dicapai
V. HASIL PENGAMATAN
                                TBP = 3𝑃₁𝐿⁄
                                             2𝑏𝑑²
                            •   TBP 4.1 = 3 × 51 × 28⁄                     = 253,1099
                                                      2 × 2,002 × (2,056)²
                            •   TBP 4.2 = 3 × 52 × 28⁄                     = 251,3465
                                                      2 × 2,022 × (2,073)²
                            •   TBP 4.3 = 3 × 58 × 28⁄                     = 269,9230
                                                      2 × 2,074 × (2,086)²
                         Perhitungan Tegangan pada Modulus Patah (kg/cm²)
                                MoR = 3𝑃𝐿⁄
                                          2𝑏𝑑²
             MoE = 𝑃₁𝐿³⁄
                        4∆𝑏𝑑³
                               51 ×28³
         •   MoE 4.1 = 4×0,26×2,002×(2,056)³ = 61869,6311
                               52×28³
         •   MoE 4.2 = 4×0,24×2,022×(2,073)³ = 66012,6469
                               58×28³
         •   MoE 4.3 = 4×0,26×2,074×(2,086)³ = 65030,4986
VI. PEMBAHASAN
VI. KESIMPULAN
      Dari hasil praktikum yang sudah didapatkan maka dapat disimpulkan bahwa
      :
          1) Dalam pengukuran kemampuan kayu menahan beban tegak lurus
             serat atau keteguhan lengkung statik dilakukan dengan alat bantuan
             Uji mekanika kayu atau siebut sebgaai UTM (Universal Testing
             Machine) yang akan menampilkan grafik berupa kurva dan nilai
             defleksi untuk menghitung untuk menghitung titik batas proporsi
             (TBP), Modulus Patah (MoR), dan Modulus Elastisitas (MoE).
          2) Pada perhitungan nilai titik batas proporsi (TBP), Modulus Patah
             (MoR), dan Modulus Elastisitas (MoE) didapatkan nilai TBP paling
             besar pada percobaan ke 3 sebesar 269,9230, lalu nilai MoR paling
             besar pada percobaan ke 2 sebesar 600,1133, dan yang terakhir nilai
             MoE paling besar pada percobaan ke 2 sebesar 66012,6469.
ASANMPU
VIII. DAFTAR PUSTAKA
ACARA VI
Disusun oleh :
NIM : 19/445504/KT/09102
FAKULTAS KEHUTANAN
YOGYAKARTA
                          2020
                                  ACARA VI
 I.   TUJUAN
             Tujuan pada praktikum acara ini adalah memahami cara penentuan
      kadar ekstraktif dalam air panas
II.   DASAR TEORI
             Kayu merupakan materi yang berasal dari perkembangan atau
      pembelahan kambium yang terdisi atas tipe dan fungsi yang berbeda-beda.
      Kayu di dalam pohon ini berupa xylem yang terbentuk kearaha dalam
      jaringan (Yunianti dkk, 2020). ). Kayu memiliki beberapa sifat dasar
      antara lain sifat fisika kayu, sifat kimia kayu dan sifat mekaninka kayu.
      Salah satu sifat dasar kayu adalah sifat fisika kayu yang meliputi:
      kerapatan, kadar air, dan perubahan dimensi yang dijadikan sebagai
      parameter dalam mengetahui kualitas kayu dan dapat memprediksi sifat-
      sifat kayu lainnya (Marsoem dan Mohamad, 2007). Komposisi sifat kimia
      kayu terdiri atas Hemiselulosa, selulosa, lignin, dan zat ekstraktif. Variasi
      komponen kimia yang ada pada kayu ini dipengaruhi oleh faktor tempat
      tumbuh, iklim, dan letaknya yang berada di dalam batang atau didalam
      cabang. Pengetahuan mengenai sifat kimia kayu berperan untuk
      mengetahui pemanfaatan kayu sebagai penghara industri dalam bidang
      pulp dan kertas, rayon, papan serat, papan semen, dan keawetan kayu
      (Putra dkk, 2018).
             Kayu menjadi sumber lignin terbesar yang ada di dunia yang
      dimana lignin ini mennyumbang sekitar 30% dari berat kayu dan
      memberika sifat kekakuan dan antimikroba terhadap kayu (Tribot et all,
      2019). Lalu selulosa dan hemiselulosa merupakan ikatan polimer dari
      karbohidrat yang tersusun hampir pada seluruh sel tumbuhan. Fungsi
      konkrete lignin adalah sebagai rangka dari selulosa yang terdapat pada
      batang dan ranting pohon dan memiliki fungsi utama sebagai penetrasi
      enzim-enzim perusak dan mikro didalam sel (Casey,1960). Zat ekstraktif
      merupakan senyawa kompleks yang terdiri atas bahan organik maupun
      bahan anorganik yang pada awalnya merupakan cairan yang terdapat pada
       rongga sel (protoplasma) pada waktu sel-sel masih hidup dan ketika sel-sel
       tua mati makan cairan akan menempel pada dinding sel berupa getah, lilin,
       zat warna, gelatin, dan mineral (Fengel dan Wegener, 1995). Selain itu, zat
       ekstraktif ini memiliki peranan penting dalam meningkatkan keawetan
       kayu (Roszaini et all, 2016). Zat ekstraktif yang ada di dalam kayu ini
       mempunyai sifat fungisida atau insektisida, selain itu zat ini juga dapat
       mendeteksi organisme yang menyebabkan kayu menjadi rusak berasal dari
       jamur, serangga atau binatang lain (Martawijaya, 1996). Kandungan atau
       komposisi dari ekstraktif pada tiap spesies kayu berbeda beda, tergantung
       pada tapak topografi dan musim tumuhanya pohon. ekstraktif ini
       terkonsentrasi pada saluran resin dan sel-sel parenkim jari-jari, lalu dalam
       jumlah yang sedikit tersebar pada lamela tengah, interseluler dan dinding
       sel trakeid serta serabut libriform (Fangel dan Wegener, 1995).
                                                                           Setelah 100º
                 Hasil saringan               Erlenmeyer
                                                                       dilanjutkan proses
                    kemudian                dikeluarkan dari
                                                                     ekstraksi selama 3 jam
                   dipanaskan                waterbath dan
                                                                    dan dipasang saluran air
                 diatas kompor            ekstraknya disaring
                                                                       sebagai pendingin
                hingga menguap            dengan kertas saring
                                                                      ketika proses ekstrasi
                     Hasil ektraksi
                dimasukan kedalam vial
                   dan dimasukan ke
                  dalam oven kembali
                    selama 1-2 hari
V.   HASIL DAN PERHITUNGAN
     Hasil data yang didapatkan pada praktikum acara ini adalah :
     Tabel 1. Perhitungan Kadar air, BB setara BKT, dan Kadar ekstraktif pada
     kayu Bayur (Pteroseprmum javanicum)
                                                                      Berat setara kering                     Berat Vial dan   Persentase
     Kelompok   Berat Basah (g)    Berat Kering (g)   Kadar Air (%)                          Berat Vial (g)
                                                                           tanur (g)                           ekstrak (g)     ekstrak(%)
         1           1,16               1,008            15,079              2,302              12,579           12,679          4,345
         2          1,234                1,11            11,171              2,223               9,491            9,574          3,733
         3          0,872               0,775            12,516              2,250               9,909            9,971          2,755
         4          1,059               0,956            10,774              2,215              10,453           10,499          2,076
         5          1,235               1,099            12,375              2,247               9,484            9,545          2,714
         6          1,186               1,002            18,363              2,367              11,347           11,399          2,197
         7          0,803               0,721            11,373              2,227              10,795           10,873          3,502
         8          1,268               1,122            13,012              2,260              12,487           12,555          3,009
         9          1,214               1,099            10,464              2,209               9,62             9,706          3,893
        10          1,274                1,12            13,750              2,275              11,635           11,689          2,374
        11          0,919               0,776            18,428              2,369               9,439             9,49          2,153
        12          0,942               0,801            17,603              2,352              12,395           12,447          2,211
        13          1,009               0,898            12,361              2,247               9,403            9,496          4,138
        14          0,871               0,772            12,824              2,256               9,914            9,986          3,191
        15          1,043               0,887            17,587              2,352              11,637           11,694          2,424
     Contoh Perhitungan :
     Perhitungan pada bagian 6 didapatkan sebagai berikut :
         1. Kadar Air Kayu
                                  (𝐵𝐵−𝐵𝐾𝑇)
                KA(%) =                          × 100%
                                    𝐵𝐾𝑇
                                                1,059 − 0,956
                     •      KA (%) =                                  × 100% = 10,774
                                                      0,956
                                                                                 10,774
                     •      BB Setara BKT = 2 × (1 +                                      ) = 2,215
                                                                                  100
         3. Presentase Ekstraksi
                                                              (𝐵−𝐶)
                Presentase Ekstraksi (%)=                              × 100%
                                                                  𝐴
                                                                          (10,499−10,453)
                     •      Presentase Eksraksi (%) =                                                × 100% = 2,076
                                                                                     2,215
                Keterangan :
                      KA                 = Kadar Air
                      BB                 = Berat Basah
                      BKT                = Berat Kering Tanur
                      A                  = BB setara BKT
                    B       = Berat Vial dan Ekstrak
                    C       = Berat Vial
VI.   PEMBAHASAN
              Berdasarkan hasil data yang sudah didapatkan pada praktikum
      acara ini maka dapat diketahui bahwa sifat kimia kayu merupakan
      cerminan dari kondisi zat kimia di dalam kayu. Secara umum sifat kayu
      terdiri dari beberapa komponen kimia, yaitu unsur karbohidrat (selulosa
      dan hemiselulosa), non-karbohidrat (lignin), unsur endapan (ekstraktif)
      dan bahkan zat anorganik. Selain dari kondisi bawaan genetik, sifat kimia
      kayu juga dapat bervariasi karena perbedaan dalam laju pertumbuhan,
      misalnya kadar ekstraktif atau kadar lignin yang ada pada kayu. Variasi
      komponen kimia yang ada pada kayu ini dipengaruhi oleh faktor tempat
      tumbuh, iklim, dan letaknya yang berada di dalam batang atau didalam
      cabang. Pengetahuan mengenai sifat kimia kayu berperan untuk
      mengetahui tingkat keawetan yang ada pada kayu untuk menentukan
      pemanfaatan kayu sebagai penghara industri dalam bidang pulp dan kertas,
      rayon, papan serat, ataupun papan semen (Putra dkk, 2018). Komponen
      yang ada pada kayu ini terbagi atas komponen primer dan komponen
      sekunder. Komponen primer ini merupakan komponen yang terkandug did
      alam strutktur pada dinding sel seperti selulosa, hemiselulosa, dan lignin.
      Sedangkan komponen sekunder merupakan komponen yang terkandung
      pada struktur luar sel atau rongga sel seperti zat anorganik dan zat
      ekstraktif.
VII.   KESIMPULAN
              Berdasarkan hasil praktikum maka dapat disimpulkan bahwa
       penentuan kadar ekstraktif pada kayu dilakukan dengan bantuan alat yang
       dinamakan Waterbath dan alat penguap lainnnya seperti kompor dan oven
       untuk mendapatkan ekstraksi dari kayu denga yang hasilnya ditentukan
       dalam presentase berupa persen.
VIII.
 IX.    DAFTAR PUSTAKA
        Gurning, B., Evy Vardeenar, dan Harnani Husni. 2017. Analisis Kimia
            Jenis kayu Kecing Bunga (Lithocarpus elegans) dann Kayu NipisKulis
            (Memecylon garcinioides) Berdasarkan Ketinggian Batang. Jurnal
            Hutan Lestari Vol.5(2). 319-329.
Sokanandi, A., Pari G., Setiawan D., dan Saepuloh. 2014. Komponen
    Kimia Sepulu Jenis Kayu Kurang Dikenal: Kemungkinan Penggunaan
    Sebagai Bahan Baku Pembuatan Bioetanol. Jurnal Penelitian Hasil
    Hutan Vol.32(3). 209-220
Yunianti, D., Syahidah, Agussalim, dan Suhasman. 2020. Buku Ajar Ilmu
    Kayu.   Penerbit   Faultas   Kehutanan    Universitas   Hassanuddin.
    Makassar.
                                        PENUTUP
KESAN :
Praktikumnya cukup menyenangkan, Cuma terlalu pagi, dan bingung kenapa harus pake jas
lab. Penjelasan Co-Ass juga sangat membantu, apalagi Co-Ass kesayangan alias mba Retno si
baik hati. SSDK jadi salah satu praktikum favorit karena mba Retno baik banget, bikin nyaman
kalo mau nanya atau bingung, karena sangat amat terbuka dan menerima masukkan dari
praktikan. Love u mba Retno banyak-banyak!
PESAN :
Semangat tim Co-Ass, apalagi mba Retno untuk kedepannya, sukses selalu!