LAPORAN PRAKTIKUM PENGOLAHAN HASIL HUTAN KAYU
SEMESTER GASAL 2020-2021
PENGAWETAN
KELOMPOK A3
A. TIM PENGGERGAJIAN
1. Baiq Maya Lispiani_C1L018079_(Bertanggung Jawab Untuk Penggregajian)
2. Zoul Fakar_C1L018101_(Bertanggung Jawab Untuk Penggregajian)
B. TIM PENGERINGAN
1. Irpan Maulana_C1L018029_(Bertanggung Jawab Untuk Pengeringan)
2. Reza Maulana_C1L018057_(Bertanggung Jawab Untuk Pengeringan)
3. Adrianti Puteri L.T_C1L018003_(Bertanggung Jawab Untuk Pengeringan)
C. TIM PENGAWETAN
1. Ainun Awallunisa Fatimah_C1L018075_(Bertanggung Jawab Untuk Pengawetan)
2. Hulma Naziah_C1L018025_(Bertanggung Jawab Untuk Pengawetan)
3. Kristi Joy Oktofifteen D._C1L018073_(Bertanggung Jawab Untuk Pengawetan)
D. TIM FINISHING
1. Annisa Nurul Shanty_C1L018007_(Bertanggung Jawab Untuk Finishing)
2. Naniq_C1L018053_(Bertanggung Jawab Untuk Finishing)
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2020
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kayu merupakan hasil hutan yang sangat dibutuhkan manusia dalam berbagai
bentuk penggunaannya, pada bahan konstruksi maupun bahan non-konstruksi bangunan.
Ketersediaan kayu yang berkualitas baik dan berdiameter besar yang berada di alam
semakin berkurang dikarena eksploitasi yang berlebihan serta konversi lahan secara
besar-besaran. Hal ini yang menyebabkan kayu yang berkualitas baik semakin sulit
diperoleh dan semakin mahal. Untuk memenuhi kebutuhan kayu-kayu tersebut, banyak
digunakan kayu-kayu muda, kayu kurang komersial, dan kayu buah-buahan yang
memiliki kelas awet rendah sehingga kayu-kayu tersebut mudah terserang oleh
organisme perusak kayu (Forest Watch Indonesia, 2001).
Kayu buah-buahan dapat dijadikan sebagai alternatif dalam efisiensi
pemanfaatan kayu komersil yang semakin langka. Misalnya kayu nangka yang memiliki
potensi untuk dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan dan perkakas rumah tangga.
Menurut Isrianto (1997), kayu nangka memiliki berat jenis maksimum 0,71 dan berat
jenis minimum 0,55 dengan berat jenis rata-rata 0,61 sehingga dapat dimasukkan ke
dalam golongan kayu yang memiliki kelas awet II dan termasuk kayu kelas kuat II – III.
Hal inilah yang mendorong untuk melakukan upaya pengawetan kayu,
diantaranya dengan mengisi kayu dengan bahan beracun sehingga kayu tidak diserang
organisme perusak. Banyak cara untuk mengawetkan kayu, salah satu cara pengawetan
yang cukup sederhana adalah dengan metode perendaman. Upaya pencegahan
kerusakan kayu sangat penting karena dapat meningkatan mutu dan kualitas pakai.
Salah satu metode yang digunakan dalam memperpanjang umur pakai atau yang dapat
mempertahankan umur komponen kayu adalah melalui penerapan teknologi pengawetan
kayu sehingga lebih efisien apabila diawetkan terlebih dahulu. Metode pengawetan
Kayu diantaranya, metode rendaman, metode pencelupan, metode penmulasan, dan
metode vakum dan tekanan. (Dumanauw, 1984). Oleh sebab itu, dilakukannya
praktikum ini bertujuan untuk mengetahui nilai absorbsi dan retensi yang dari pengawet
yang diserap oleh kayu selama masa perendaman.
Tujuan Praktikum
Tujuan dilakukannya praktikum pengawetan ini adalah 1) Untuk mengetahui
bahan yang digunakan dalam pengawetan kayu. 2) Untuk mengetahui nilai absorbsi,
retensi dari masing-masing kayu yang telah diawetkan. 3) Untuk mengetahui metode
digunakan dalam pengawetan kayu.
METODOLOGI PRAKTIKUM
Lokasi dan Waktu
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 09 Desember 2020. Bertempat di
Laboratorium Teknologi Hasil Hutan, Jurusan Kehutanan, Universitas Mataram.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu : Amplas yaitu untuk
menghaluskan permukaan kayu, timbangan untuk menimbang berat kayu, caliper untuk
mengukur perubahan dimensi kayu, penggaris untuk mengukur panjang dan lebar kayu,
spidol untuk menulis kode pada kayu, kawat jaring/penahan sampel untuk meniriskan
kayu setelah diawetkan, beban/batu untuk menahan kayu saat proses pengawetan, bak
perendam sebagai wadah untuk merendam kayu dengan larutan pengawet, dan gelas
beker untuk mengukur jumlah air dan cairan pengawet. Sedangkan bahan yang
digunakan pada praktikum ini yaitu : sampel kayu yang sudah di gergaji sesuai dengan
ukuran yang telah ditentukan, bahan pengawet (Fungicide dan Insectiside), dan air.
Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah:
1. Sortimen dinamai sesuai yang telah di tentukan.
2. Diukur panjang, lebar dan tinggi sortimen.
3. Sortimen ditimbang menggunakan timbangan digital.
4. Dibuat larutan rendaman sortimen.
5. Sortimen direndam selama 24 jam.
6. Diangkat sortimen yang sudah direndam.
7. Ditmbang sortimen yang sudah diremdam.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Hasil praktikum dapat dilihat pada table berikut:
Tabel 4.1.1 Hasil Analisis Pengawetan Kayu
Kode Volum Berat Sortimen Arbsorbsi Retensi
No.
Sampel e Sebelum (gr) Sesudah (gr) (g/cm3) (%)
1 A3N1 822 854 879 0.03041 0.04044
2 A3N2 747 857 880 0.03079 0.04087
3 A3N3 347 348 358 0.02882 0.03833
4 A3N4 297 334 343 0.03584 0.04766
5 A3N5 216 213 222 0.04167 0.05542
6 A3N6 136 113 120 0.05147 0.06845
Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan pengawetan kayu dengan metode rendaman
dingin. Dalam pelaksanaan pengawetan kayu dengan metode perendaman merupakan
proses masuknya cairan pengawet kedalam pori-pori kayu sehingga menembus
permukaan kayu setebal beberapa mm kedalam kayu. Cairan yang digunakan pada
praktikum kali ini terdiri dari dua jenis yaitu yang pertama BioCide Insecticide
merupakan bahan kimia pengawet kayu dengan kandungan bahan aktif Cypermethrine
100 Ec (insectisida) yang berfungsi mengatasi munculnya berbagai jenis serangga dan
rayap. Cairan yang kedua yaitu BioCide Wood Fungicide yang merupakan pencegah
jamur (fungisida) dengan kandungan bahan aktif Methylene Bis Tiosianate (MBT) dan
2-thiocyanomethyl thiobenzothiazole (TCMBT).
Gambar Bahan Pengawet Biocide Insectisida Dan Biocide Wood Fungisida
Sebelum dilakukan proses pengawetan dengan metode perendaman, sortimen
ditimbang dan diukur dimensinya dengan penggaris untuk menentukan berat awal dan
volume sampel. Agar tidak mengalami selisih kadar air antara sebelum dan sesudah
pengawetan. Disiapkan bahan perendaman yang terdiri dari campuran air, BI, dan BWF
dengan perbandingan 1 : 3 : 300. Proses perendaman ini akan dilakukan selama 24 jam.
Setelah 24 jam tahap berikutnya yaitu mengeluarkan sampel dari bak perendaman dan
dilakukan penimbangan untuk mendapatkan berat setelah pengawetan. Pada praktikum
ini, kelompok 3 mendapatkan sortimen berupa kayu nangka (Artocarpus heterophyllus)
yang terbagi menjadi 6 sortimen. Sebelum dilakukan perendaman, berat sortimen dari
N1 hingga N6 secara berturut-turut dalam gram yaitu 854, 857, 348, 334, 213 dan 113.
Kemudian setelah perendaman berat semua sortimen bertambah, hal ini menandakan
cairan pengawet telah terserap oleh sortimen.
Gambar Proses Perendaman Sortimen
Setelah berat sebelum dan sesudah perendaman diketahui, maka nilai absorbsi
bisa dihitung. Nilai absorbsi untuk N1 adalah 0.03041, N2 = 0.03079, N3 = 0.02882, N4
= 0.03584, N5 = 0.04167 dan yang terakhir N6 dengan nilai 0.05147 dalam satuan gr/cm3.
Setelah diketahui nilai absorbsi untuk semua sortimen, maka penghitungan untuk
mengetahui nilai retensi teoritis bisa dilakukan dengan mengalikan nilai absorbsi
dengan 1.33% yang merupakan nilai konsentrasi dari larutan pengawet yang digunakan
untuk perendaman dan didapatkan hasil untuk retensi teoritis dari sortimen N1 hingga
sortimen N6 secara berturut-turut adalah 0.04087%, 0.04044%, 0.03833%, 0.04766%,
0.05542%, dan 0.06845%.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dan sesuai dengan tujuan dapat
disimpulkan bahwa:
a. Cairan yang digunakan pada praktikum ini terdiri dari dua jenis yaitu BioCide
Insecticide dan BioCide Wood Fungicide.
b. Nilai absorbsidan nilai retensi yang didapat yaitu, unuk nilai absorbsidan N1=
0.03041 gr/cm3, N2= 0.03079gr/cm3, N3 = 0.02882gr/cm3, N4 = 0.03584 gr/cm3,
N5 = 0.04167 gr/cm3dan N6 = 0.05147 gr/cm3. Sedangkan untuk nilai retensi teoritis
yang didapatkan yaitu N1= 0.04087%, N2= 0.04044%, N3= 0.03833%, N4= 0.04766%,
N5= 0.05542%, dan N6= 0.06845%.
c. Pada praktikum ini dilakukan pengawetan kayu dengan metode rendaman
dingin. perendaman merupakan proses masuknya cairan pengawet kedalam pori-
pori kayu sehingga menembus permukaan kayu setebal beberapa mm kedalam
kayu.
Saran
Saran yang dapat diberikan setelah dilakukannya praktikum ini adalah :
a. Untuk praktikan disarankan agar lebih tertib lagi terutama dalam melakukan
penimbangan agar tidak mengganggu jalannya praktikum dan agar data yang
didapat tidak keliru, selain itu diharap membawa peralatan yang lengkap agar
tidak saling meminjam.
b. Untuk para co-ass disarankan agar lebih terencana dalam pemberian arahan
kepada praktikan.
DAFTAR PUSTAKA
Fitriani, I. E., Istikowati, W. T., & Lusyani, L. (2019). PENGAWETAN KAYU
NANGKA (Artocarpus heterophyllus Lmk.) MENGGUNAKAN PENGAWET
BORON DENGAN METODE RENDAMAN DINGIN UNTUK
MENCEGAH SERANGAN RAYAP TANAH (Coptotermes
curvignathus). Jurnal Sylva Scienteae, 1(1), 72-80.
Ismanto, A. (2017). EFIKASI DESTILAT KAYU NANGKA (Artocarpus integra
Merr.) TERHADAP RAYAP KAYU KERING (Cryptotermes cynocephalus
Light). Jurnal Sains Natural, 5(1), 17-23.
Pangestuti, E. K., Lashari, L., & Hardomo, A. (2016). PENGAWETAN KAYU
SENGON MELALUI RENDAMAN DINGIN MENGGUNAKAN BAHAN
PENGAWET ENBOR SP DITINJAU TERHADAP SIFAT MEKANIK. Jurnal
Teknik Sipil dan Perencanaan, 18(1), 55-64.
Suhaendah, E., & Siarudin, M. (2014). Pengawetan kayu tisuk (Hibiscus macrophyllus
Roxb.) melalui rendaman dingin dengan bahan pengawet Boric Acid
Equivalent. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 32(2), 103-110.
Sumaryanto, A., Hadikusumo, S. A., & Lukmandaru, G. (2013). Pengawetan kayu
gubal jati secara rendaman dingin dengan pengawet boron untuk mencegah
serangan rayap kayu kering (Cryptotermes cynocephalus Light.). Jurnal Ilmu
Kehutanan, 7(2), 93-107.
LAMPIRAN
Analisis Data
a. Absorbsi
0.03041 gr/cm3
0.03079 gr/cm3
0.02882 gr/cm3
0.03584 gr/cm3
0.04167 gr/cm3
0.05147 gr/cm3
b. Retensi
Retensi teoritis
Retensi teoritis = Absorbsi x konsentrasi larutan
Konsentrasi (%)
=
=
= 0.03041 X 1.33 % = 0.04044 %
= 0.03079 X 1.33 % = 0.04087 %
= 0.02882 X 1.33 % = 0.03833 %
= 0.03584 X 1.33 % = 0.04766 %
= 0.04167 X 1.33 % = 0.05542 %
= 0.05147 X 1.33 % = 0.06845 %
Gambar 1. BioCide Insecticide dan BioCide Wood Fungicide
Gambar 2. Proses persiapan air sebagai pelarut
Gambar 3. Proses penakaran BI dan BWF
Gambar 4. Pencampuran larutan pengawet dan pelarut
Gambar 5. Proses penuangan cairan pengawet ke dalam susunan sortimen