[go: up one dir, main page]

0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
358 tayangan24 halaman

Acara Ke 3 - Agus Pamungkas - 20464035SV18354

Laporan praktikum ini membahas pengujian benih dan skarifikasi pada benih sengon laut. Mahasiswa melakukan pengujian kondisi benih, viabilitas benih, dan skarifikasi benih secara fisik, kimia, dan mekanis. Tujuannya adalah mengetahui kualitas benih dan mempercepat perkecambahan melalui berbagai metode skarifikasi.

Diunggah oleh

Agus Pamungkas
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online di Scribd
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
358 tayangan24 halaman

Acara Ke 3 - Agus Pamungkas - 20464035SV18354

Laporan praktikum ini membahas pengujian benih dan skarifikasi pada benih sengon laut. Mahasiswa melakukan pengujian kondisi benih, viabilitas benih, dan skarifikasi benih secara fisik, kimia, dan mekanis. Tujuannya adalah mengetahui kualitas benih dan mempercepat perkecambahan melalui berbagai metode skarifikasi.

Diunggah oleh

Agus Pamungkas
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 24

LAPORAN PRAKTIKUM SILVIKULTUR HUTAN TROPIKA

ACARA III
PENGUJIAN BENIH DAN SKARIFIKASI

Nama : Agus Pamungkas


NIM : 20/464035/SV/18354
Co.Ass : Candra Wigati Hayuningsih

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN PENGELOLAAN HUTAN


DEPARTEMEN TEKNOLOGI HAYATI DAN VETERINER
SEKOLAH VOKASI UGM
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2021
ACARA III
PENGUJIAN BENIH DAN SKARIFIKASI

I. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Sebuah biji agar dapat menjadi sebuah benih yang baik perlu
dilakukan pengujian benih dan skarifikasi untuk mendapatkan benih yang
unggul dan nantinya dapat menjadi sebuuah pohon yang berkualitas pula.
Skarifikasi merupakan salah satu upaya pre-treatment atau perlakuan awal
pada benih yang ditujukan untuk mematahkan dormansi dan mempercepat
terjadinya perkecambahan benih yang seragam. Skarifikasi benih adalah
cara untuk memberikan kondisi benih yang impermeabel menjadi
permeabel melalui penusukan, pembakaran, pemecahan, pengikiran,
penambahan bahan kimia seperti asam kuat dan penggoresan dengan
bantuan pisau, jarum, pemotong kuku, kertas, amplas, dan alat lainnya.
Struktur benih yang keras dapat menyebabkan air dan oksigen sulit untuk
menembus kulit benih dan mempersulit munculnya radikula dan plumula.
Perendaman benih dalam air panas dapat melunakkan dan membuka pori-
pori kulit benih yang kering dan keras, sehingga dapat meningkatkan proses
imbibisi pada benih. Proses imbibisi pada benih merupakan awal dari
perkecambahan. Dengan demikian, perlu dilakukan penelitian tentang
pengaruh ukuran benih dan skarifikasi dengan air panas terhadap
perkecambahan.

b. Tujuan

1. Mahasiswa mampu menilai dan menentukan kondisi benih tanaman


kehutanan
2. Mahasiswa mampu menentukan viabilitas benih tanaman kehutanan
3. Untuk mempercepat proses perkecambahan dan meningkatkan
persentase kecambah.
4. Untuk mengetahui berbagai macam cara skarifikasi (perawatan) baik
fisik, kemis maupun mekanis pada benih suatu jenis tanaman tertentu
dan pengaruhnya terhadap perkecambahan yang dihasilkan.
c. Manfaat

Setelah mengikuti praktikum mahasiswa dapat mengetahui mengenai


pengujian benih dan skarifikasi pada sampel benih sengon laut.

II. METODE
a. Waktu : Selasa, 9 Maret 2021
b. Tempat : Sub Lab. Budidaya Hutan Prodi Pengelolaan
Hutan dan rumah masing- masing praktikan

c. Alat dan Bahan :

Pengujian kondisi benih Pengujian viabilitas benih Skarifikasi

Benih sengon 100gr Benih sengon Benih sengon


Pisau yang tajam
Benih kacang hijau 1 genggam1 Air dengan berbagai suhu
sdm kerikil Kaca pembesar (Loupe) Gelas/mangkok
Bak kecambah
Cawan/ kertas Amplas
Timbangan Cawan kecambah Kertas dan alat tulis
Kertas saring (kapas)
Cairan tetrazolium
Germinator
d. Cara Kerja :

Gambar 1. Contoh pengambilan sampel benih


Pengujian kondisi benih

1. Menghitung kebersihan dan kemurnian benih :


▪ Campurkan 100 gram benih sengon, 2 sendok makan kacang hijau
dan 1 sendok makan kerikil.
▪ Pisahkan kedua benih dengan kotorannya dan hitung berat kotoran
▪ Pisahkan benih sengon dengan benih lain dan hitung berat benih
murninya
Penghitungan

Persentase berat masing-masing bagian dihitung dengan rumus:

dimana:

k1 : Berat benih murni; k2 : Berat benih lain; k3 : Berat kotoran


Persentase benih murni, benih lain dan kotoran harus dicatat dengan satu
angka desimal (misalnya 0,2 bukan 0,21). Untuk mengetahui berat tambahan
atau berat yang hilang selama analisis, jumlah berat ketiga komponen benih
dibandingkan dengan berat awal contoh kerja. Jika ada ketidaksesuaian lebih
dari 5% berat contoh kerja, pengujian ditolak dan pengujian ulang harus
dilaksanakan.

2. Menghitung kadar air benih :


▪ Dari benih yang telah murni tsb di atas (sebagai berat basah),
keringkan dalam oven sampai mendapatkan berat kering konstan,
dengan cara setiap hari ditimbang, sampai 3x pengamatan berturut-
turut sudah tetap.
▪ Hitunglah kadar air benih dengan cara : berat benih basah – berat
benih kering dibagi berat benih basah x 100%.
Catatan : kadar air yang baik adalah antara 8-14 %, gunanya menurunkan
kadar air adalah agar benih dapat disimpan
Pengujian viabilitas benih
Uji langsung / uji kecambah
1. Setiap kelompok menyiapkan 30 butir benih, kemudian lakukan
perlakuan skarifikasi dengan cara direndam dalam air panas selama
24 jam.
2. Setelah itu kecambahkanlah ke dalam bak kecambah/ nampan,
menggunakan media kapas/pasir yang telah diayak dan dibasahi.
3. Amati proses perkecambahan setelah 3-5 hari, hitung yang
berkecambah, kemudian hitung daya kecambah (viabilitas benih).
Uji tak langsung:

1. Uji belah
1. Siapkan 10 butir benih di ulang 2 kali (total 20 butir), kemudian
rendam dalam air hingga kulitnya menjadi lunak.
2. Setelah kulit menjadi lunak, belahlah 20 butir benih tersebut, amati
keadaan embrio, cadangan makanan (endosperm) atau bagian- bagian
lainnya.
3. Biji yang baik embrio dan cadangan makanannya berwarna putih
kekuningan.
4. Hitung benih yang baik dan yang jelek, kemudian hitung viabilitas benih
dengan cara:
% viabilitas benih = jumlah benih yang diamati – jumlah benih yang jelek x 100%

Jumlah benih yang diamati

2. Uji tetrazolium
1. Siapkan 10 butir benih di ulang 3 kali (total 30 butir), kemudian
rendam dalam air hingga kulitnya menjadi lunak.
2. Siapkan larutan tetrazolium di wadah yang lain kemudian masukkan
benih dalam larutan tetrazolium yang telah disiapkan, yaitu : 2, 3, 5
Triphenyl Tetrazolium Chlorida + aquades.
3. Setelah lebih dari 4 jam, amati perubahan warna benih yang terjadi,
yaitu berwarna merah terang untuk benih yang masih baik.
4. Hitunglah viabilitas benih dengan cara:
% viabilitas benih = jumlah benih yang diamati – jumlah benih yang jelek x 100%

Jumlah benih yang diamati

5. Bandingkan ketiga macam cara uji tersebut.


Skarifikasi

1. Pilihlah benih yang telah ditentukan, seragamkan ukuran,


kenampakan warna dan kesehatannya (tidak cacat fisiknya).
2. Untuk skarifikasi chemis / kimia, → Silakan meresume 1
artikel yang berkaitan dengan benih tanaman kehutanan yang
diskarifikasi secara kimia (chemis)
3. Untuk skarifikasi mekanis, lakukanlah 2 perlakuan. Perlakuan 1)
penggosokan benih pada ujung benih tempat radikula muncul dan (2)
kontrol/tidak dilakukan perlakuan. Untuk masing- masing perlakuan
dibutuhkan 30 butir benih.
4. Untuk skarifikasi fisis lakukanlah perendaman 30 benih pada :
a. air ledeng selama 12 jam
b. air ledeng selama 24 jam
c. air dengan suhu 100°C dibiarkan sampai dingin
d. air dengan suhu 100°C dibiarkan sampai 12 jam
e. air dengan suhu 100°C dibiarkan sampai 24 jam
5. Benih yang sudah diberi perlakuan (cara kerja poin 3 dan 4) ditabur
dalam waktu yang bersamaan, dengan menggunakan media kapas
atau tisu. Sebelum penaburan atau peletakan benih dilakukan,
kapas/tisu harus dibasahi terlebih dahulu.
6. Setelah selesai melakukan penaburan pasanglah label yang berisi :
perlakuan, tanggal penaburan, jenis benih, nama mahasiswa,
kelompok; an buatlah denah tempat meletakkan hasil percobaan.
Media disiram/disemprot dengan sprayer sampai lembab dan
penyiraman selanjutnya dilakukan setiap pagi dan sore selama 2
minggu.
III. TINJAUAN PUSTAKA

Benih adalah biji yang dipersiapkan dalam proses perbanyakan


tanaman yang telah mengalami proses seleksi sehingga diharapkan dapat
berkecambah menjadi tanaman yang unggul. Ada beberapa fase untuk
mencapai suatu tingkat kemasakan benih yaitu fase pembuahan, fase
penimbunan zat makanan, dan fase pemasakan. Fase pemasakan dimulai
sesudah proses penyerbukan, yang ditandai dengan pembentukan jaringan
daengan kadar air yang tinggi. Fase penimbunan makanan ditandai dengan
kenaikan berat kering benih, dan turunnya kadar air. Pada fase pemasakan,
kadar air benih akan mencapai keseimbangan dengan kelembaban udara
diluar dan setelah mencapai tingkat masak benih, berat benih tidak akan
banyak mengalami perubahan (Kartasapoetra, 2003). Kemurnian benih
diukur dalam berbagai aspek, tidak hanya diukur dari ada tidaknya
campuran pada benih tersebut. Kemurnian benih merupakan salah satu
kriteria benih yang bermutu. Kemurnian benih dapat ditingkatkan dengan
cara menyortir atau memilah benih (Yuniarti et al., 2015).

Kadar air merupakan salah satu faktor penting dalam pengujian mutu
benih karena kadar air dapat menentukan kemapuan benih dalam
mempertahankan viabilitasnya. Salah satu kriteria yang mendukung biji
untuk tumbuh baik adalah ukuran biji tersebut. Ukuran biji sangat
berpengaruh dalam perkecambahan karena di dalam biji terdapat endosperm
yang berfungsi sebagai penyuplai makanan bagi benih saat proses
perkecambahan. Kadar air benih juga digunakan sebagai tolak ukur yang
menandakan benih siap untuk ditanam atau tidak. Pengaruh yang dapat
ditimbulkan adalah menurunnya viabilitas benih selama penyimpanan jika
benih tidak memiliki kadar air yang cukup (Dinarto, 2010).

Usaha pembudidayaan tanaman perlu adanya penyiapan benih


dengan kualitas yang baik. Benih dengan kualitas baik adalah benih yang
memiliki mutu fisiologis yang sesuai. Mutu fisiologis benih berkaitan
dengan aktivitas perkecambahan benih. Mutu fisiologis benih dapat
diketahui dengan cara melakukan uji terhadap viabilitas benih.

Parameter viabilitas benih meliputi daya kecambah (%), laju


perkecambahan (hari), dan Indeks Kecepatan Perkecambahan (IKP). Benih
yang berkualitas tinggi memiliki viabilitas lebih dari 90%. Viabilitas benih
adalah daya hidup benih yang dapat ditunjukkan melalui gejala
metabiolisme dan atau gejala pertumbuhan, selain itu daya kecambah juga
merupakan tolak ukur parameter viabilitas potensial benih. Pada umumnya
viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi
kecambah. Istilah lain untuk viabilitas benih adalah daya kecambah benih,
persentase kecambah benih atau daya tumbuh benih.Perkecambahan benih
mempunyai hubungan erat dengan viabilitas benih dan jumlah benih yang
berkecambah dari sekumpulan benih merupakan indeks dari viabilitas benih
(Sadjad, 1993).

Untuk pengujian viabilitas benih secara tidak langsung


menggunakan uji belah dan uji tetrazolium. Uji tetrazolium atau uji
biokhemis benih merupakan uji viabilitas benih yang mendeteksi adanya
proses biokimia yang berlangsung di dalam sel-sel benih khususnya sel-sel
embrio. Tetrazolium adalah zat yang akan berwarna merah muda pada
jaringan yang melakukan respirasi (Pahan, 2006). Setiap sel hidup akan
berubah berwarna menjadi merah dengan uji tetrazolium (Zanzibar et al.,
2014). Uji tetrazolium bertujuan dalam membedakan antara sel atau jaringan
yang hidup dan mati dan merupakan salah satu cara untuk membuktikan
bahwa benih itu baik digunakan atau tidak serta mempermudah untuk
mengetahui kondisi sel dan jaringan pada benih dengan perubahan warna
merah pada benih yang hidup dan tanpa perubahan atau berwarna putih pada
benih yang mati (Satya et al., 2015).

Skarifikasi merupakan salah satu upaya pretreatment atau perlakuan


awal pada benih yang ditujukan untuk mematahkan dormansi dan
mempercepat terjadinya perkecambahan benih yang seragam (Schmidt,
2000). Skarifikasi (pelukaan kulit benih) adalah cara untuk memberikan
kondisi benih yang impermeabel menjadi permeabel melalui penusukan;
pembakaran, pemecahan, pengikiran, dan penggoresan dengan bantuan
pisau, jarum, pemotong kuku, kertas, amplas, dan alat lainnya (Schmidt,
2000).
Dormansi benih adalah keadaan biji yang tidak akan berkecambah
meskipun syarat-syarat berkecambah benih sudah terpenuhi. Benih dengan
kulit benih yang keras akan menyebabkan air dan gas tidak dapat masuk dan
disebabkan karena adanya substansi kimia yang ada di dalam benih sebagai
penghambat perkecambahan pada benih tersebut (Widhityarini et al., 2014).
Kulit benih yang permeabel memungkinkan air dan gas dapat masuk ke
dalam benih sehingga proses imbibisi dapat terjadi. Benih yang diskarifikasi
akan menghasilkan proses imbibisi yang semakin baik. Air dan gas akan
lebih cepat masuk ke dalam benih karena kulit benih yang permeabel. Air
yang masuk ke dalam benih menyebabkan proses metabolisme dalam benih
berjalan lebih cepat akibatnya perkecambahan yang dihasilkan akan
semakin baik.

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


1. Hasil Pengamatan

▪ Pengujian kondisi benih

Diketahui : k1 = 100 gram, k2 = 30 gram, k3 = 20 gram

100 + 30 + 20

100
= X 100%
100
=
150
x100 %

= 67 %

30
=
100 + 30 + 20
x100 %

30
=
150
x100 %

= 20 %
20
=
95 + 30 + 15
x100 %

20
=
150
x100 %

= 13 %

▪ Menghitung kadar air benih

Diketahui : Berat basah = 50 gram, Berat kering = 47,71 gram

50− 47,71
= x 100 %
50

= 2,29x 100 %
50

= 4,6 %

▪ Pengujian viabilitas benih


a. Uji langsung / uji kecambah

20
=
30
x100 %

= 67 %

b. Uji tak langsung

• Uji belah

= 20 – 4
20 X 100%

= 80 %
▪ Skarifikasi

⚫ Skarifikasi Mekanis

a. Penggosokan benih pada ujung benih tempat radikula muncul

4
= x 100 %
30

= 13 %

b. Kontrol/tidak dilakukan perlakuan

0
= x 100 %
30

=0%

⚫ Skarifikasi Fisis

Perendaman 30 benih pada :


a. air ledeng selama 12 jam

8
= x 100 %
30
= 27%

b. air ledeng selama 24 jam

0
= x 100 %
30
=0%
c. air dengan suhu 100°C dibiarkan sampai dingin

0
=
30
X 100 %

=0%

d. air dengan suhu 100°C dibiarkan sampai 12 jam

8
= x 100 %
30
= 27 %

e. air dengan suhu 100°C dibiarkan sampai 24 jam

15
= x 100 %
30
= 50 %
V. Pembahasan
Pada praktikum acara ketiga ini dilakukan pengujian pada benih Sengon
Laut (Paraserianthes falcataria). Yang di uji berupa kondisi benih seperti
kemurnian dan kadar airnya, pengamatan viabilitas atau daya kecambah benih
secara langsung dan tidak langsung dengan cara pembelahan dan perendaman
dengan cairan tetrazolium, dan skarifikasi secara kimia, mekanis, dan fisis.
Pengujian tersebut dilakukan agar mendapatkan benih sengon laut yang baik
dan berkualitas.

Pada pengujian pertama yaitu kemurniannya. Pengujian dilakukan dengan


cara menghitung berat benih sengon murni yang dicampur dengan benih lainnya
atau kacang ijo dan kotoran atau kerikil. Total berat campuran adalah 150 gram.
Kemudian berat benih sengon murni (K1) adalah 100, 30 gram benih lainnya
atau kacang ijo (K2), dan 20 gram kotoran atau kerikil (K3). Berikutnya setelah
dihitung persentase kemurniannya, didapatkan data persentase kemurnian benih
sengon adalah 67%. Untuk persentase berat benih lain adalah 20 % dan
persentase kotoran adalah 13%.

Kemudian untuk pengujian kadar air benih sengon laut dilakukan oleh tim
Coass dengan langkah pertama menimbang berat awal benih dan didapatkan
hasil 50 gram, kemudian mengoven benih sampai kering tanur (Berat kering
tanur benih dapat diperoleh ketika benih di keringkan secara terus menerus
hingga memperoleh angka berat yang sama dalam tiga kali pengamatan
berturut-turut). Pengovenan dilakukan selama 6 jam dengan suhu 70ºC.
Kemudian didapatkan berat kering tanur yaitu 47,71 gram. Dari data tersebut
dapat diketahui persentase kadar air benih tersebut dengan cara berat awal
dikurangi berat kering tanur lalu dibagi berat awal kemudian dikali 100%
sehingga didapatkan persentase kadar air benih sengon adalah 4,6%. Maka
dapat dikatakan bahwa benih Sengon Laut termasuk benih ortodoks karena
memiliki kadar air yang rendah dan dapat disimpan dalam waktu yang lama.

Lalu pada pengujian viabilitas benih dilakukan dengan dua cara yaitu
secara langsung dan tidak langsung. Untuk pengujian secara langsung dilakukan
dengan langkah awal merendam 30 butir benih sengon laut kedalam
air panas (100ºC) selama 24 jam untuk memecah masa dormansi benih
tersebut. Setelah itu benih diangkat dan diletakkan pada nampan yang diberi
tisu yang sudah dibasahi terlebih dahulu. Pengamatan dilakukan selama lima
hari dengan perlakuan penyiraman media sebanyak dua kali sehari untuk
menjaga kelembabannya. Setelah lima hari didapatkan 20 benih yang
berkecambah sehingga didapatkan persentase perkecambahan yaitu 67 %
dengan cara benih yang berkecambah dibagi benih total lalu dikali 100 %. Benih
tersebut termasuk benih yang lumayan baik, karena dapat berkecambah lebih
dari 50% total benih yang uji.

Berikutnya pada pengujian viabilitas benih secara tidak langsung


dilakukan dengan dua cara yaitu pembelahan benih dan perendaman benih
dengan cairan tetrazolium. Cara pertama dengan pembelahan benih dilakukan
untuk melihat kondisi embrio yang baik yaitu berwarna putih kekuningan.
Sebelum dibelah benih tersebut di rendam dengan air hingga melunak, total
benih yang di rendam adalah 20 benih. Setelah dilakukan pengamatan
didapatkan 16 benih dalam kondisi baik sehingga dapat diketahui persentase
viabilitas benih dengan membandingkan jumlah benih dengan embrio yang baik
dengan jumlah total benih, kemudian dikalikan 100% yaitu didapatkan hasil 80
%. Sedangkan pada pengujian dengan perendaman benih dengan cairan
tetrazolium, diamati pada perubahan warna pada benih tersbut. Langkah
awalnya yaitu benih direndam terlebih dahulu dengan air selama 24 jam. Benih
dengan viabilitas yang baik, permukaannya akan berubah menjadi warna merah
terang setelah direndam dengan cairan tetrazolium selama 4 jam. Uji
tetrazolium merupakan uji viabilitas benih untuk mendeteksi viabilitas benih
dengan berbasis respirasi dengan bantuan enzim dehidrogenase.

Lalu untuk pengujian terakhir yaitu dengan metode skarifikasi.


Skarifikasi dilakukan untuk mematahkan masa dormansi benih sengon laut.
Skarifikasi dibedakan menjadi 3 cara yaitu secara kimia, mekanis dan fisis. Pada
perlakuan mekanis dan fisis dilakukan pengecambahan dengan cara diletakkan
pada nampan yang sudah diberi tisu telah dibasahi terlebih dahulu serta
dilakukan penyiraman dua kali sehari selama 5 hari. Skarifikasi secara kimia
dapat dilakukan dengan merendam benih ke dalam larutan kimia berupa larutan
asam sulfat (H2SO4) seperti pada resume jurnal yang terlampir. Kemudian untuk
skarifikasi secara mekanis dilakukan dengan mengamplas bagian pinggir benih,
tepat pada tempat munculnya radikula dan plumula pada benih. Total benih
yang diuji adalah 60 benih dengan 30 benih sebagai control atau tanpa
perlakuan. Setelah dilakukan pengujian didapatkan hasil 4 benih yang
berkecambah pada kondisi dengan pengamplasan sehingga dapat diketahui
persentase perkecambahan yaitu 13 % sedangkan pada kondisi tanpa perlakuan
tidak diapati benih yang berkecambah. Selanjutnya pada skarifikasi fisis
dilakukan dengan cara merendam biji dengan air dalam berbagai kondisi. Air
yang digunakan adalah air ledeng (suhu ruangan) dan air panas (100ºC). Pada
kondisi pertama, benih direndam dalam air ledeng selama 12 jam didapatkan
hasil 8 benih yang berkecambah sehingga persentase perkecambahannya yaitu
27 %. Untuk kondisi kedua dengan perendaman selama 24 jam menggunakan
air ledeng tidak didapatkan benih yang berkecambah. Pada kondisi ketiga
dilakukan dengan merendam benih dengan air panas (100ºC) hingga air tersebut
suhunya menyesuaikan dengan suhu ruangan tidak didapatkan benih yang
berkecambah. Selanjutnya kondisi keempat benih direndam dalam air panas
selama 12 jam didapatkan hasil 8 benih yang berkecambah sehingga sehingga
persentase perkecambahannya yaitu 27 %. Yang terakhir pada kondisi kelima,
benih direndam dengan air panas selama 24 jam didapatkan hasil 15 benih yang
berkecambah sehingga persentase perkecambahannya yaitu 50 %. Pada
perlakuan skarifikasi secara mekanis dan fisis tidak didapatkan hasil yang
optimal karena berbagai faktor yaitu kesalahan pada pemakaian media, yaitu
menggunakan tisu yang mengandung pewangi atau terdapat kandungan bahan
kimia pada tisu tersebut, lalu benih kekurangan air (penyemprotan air pada
benih kurang menyeluruh) kedua faktor tersebut mempengaruhi perkembangan
benih menjadi tidak optimal. Namun masih dapat disimpulkan bahwa
perendaman menghasilkan persentase perkecambahan tertinggi pada benih
Sengon Laut yang diuji.
VI. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Berat kemurnian benih Sengon Laut yang diuji memiliki kondisi persentase
kemurnian 67% dan pada pengujian kadar air didapatkan persentase 4,6%

2. Pada pengujian viabilitas benih tanaman sengon laut dengan metode uji
langsung mendapatkan hasil 67 %. Sedangkan pada pengujian tidak
langsung yaitu dengan cara pembelahandidapatkat persentase 80 %.

3. Metode skarifikasi dapat digunakan untuk mempercepat proses


perkecambahan karena dapat mematahkan masa dormansi benih. Skarifikasi
terdapat berbagai cara yaitu secara kimia, mekanis, maupun fisis. Ketiga
cara tersebut dapat meningkatkan persentase perkecambahan benih.

4. Metode Skarifikasi dapat berupa secara kimia ( menggunakan H2SO4),


mekanis ( pengamplasan pada ujung benih tempat radikula muncul ), dan
juga secara fisis ( perendaman menggunakan air panas 100ºC dan air ledeng
pada suhu ruangan ). Untuk Jenis Sengon Laut yang diamati, Skarifikasi
yang paling efektif dan menghasilkan persentase perkecambahan yang
terbesar adalah skarifikasi secara fisis dengan perendaman air panas (100ºC)
yang ditunggu hingga menjadi dingin dan menyesuaikan suhu ruangan.
VII. DAFTAR PUSTAKA

Dinarto, W. 2010. Pengaruh Kadar Air dan Wadah Simpan terhadap


Viabilitas Benih Kacang Hijau dan Populasi Hama Kumbang Bubuk
Kacang Hijau (Callosobruchus chinensis L.). Jurnal AgriSains, 1 (1): 68
– 78.
Kartasapoetra, A.G. 2003. Teknologi Benih. Pengolahan Benih dan
Tuntunan Praktikum. PT. RadjaGrafindo Persada, Jakarta
Pahan, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya : Bogor.
Sadjad, Sjamsoe’oed. 1993. Dari Benih Kepada Benih. PT Gramedia
Widiasarana Indonesia, Jakarta.
Satya, I.I., Haryati, & T. Simanungkalit. 2015. Pengaruh Perendaman Asam
Sulfat (H2SO4) terhadap Viabilitas Benih Delima (Punica granatum L.).
Jurnal Agroekoteknologi, 3 (4): 1375-1380.
Schmidt, L. 2000. Pedoman Penanganan Benih Tanaman Hutan Tropis dan
Subtropis. Diterjemahkan oleh Direktorat Jendral Rehabilitasi Lahan
dan Perhutanan Sosial Departemen Kehutanan. PT Gramedia. Jakarta.
530 hlm.
Widhityarini, D., Suyadi., & A. Purwantoro. 2013. Pematahan Dormansi
Benih Tanjung (Mimusops elengi L.) dengan Skarifikasi dan
Perendaman Kalium Nitrat. Jurnal Vegetalika, 2 (1): 22 – 33.
Yuniarti, N., Megawati, & B. Leksono 2015. Sortasi Benih dengan Ayakan
untuk Meningkatkan Viabilitas Benih Eucalyptus pellita F. Mull. Jurnal
Penelitian Kehutanan Wallacea, 4(1): 35 – 40.
Zanzibar, M., A. Rohandi., N. Herdiana., S. Mokodompit., E. Rohani., & A.
Muharam. 2014. Pedoman Uji Cepat Viabilitas Benih Tanaman Hutan.
Cetakan kedua. Badan Penelitian dan Pengambangan Kehutanan :
Bogor.
VIII. LAMPIRAN

- Pengujian kondisi benih


- Pengujian viabilitas benih
⚫ Uji langsung / uji kecambah
⚫ Uji tak langsung:

➢ Uji belah

- Skarifikasi

⚫ Skarifikasi Fisis
⚫ Skarifikasi Mekanis
RESUME JURNAL SKARIFIKASI KIMIA
Pengaruh Perlakuan Pematahan Dormansi Secara Kimia Terhadap
Viabilitas
Benih Delima (Punica granatum L.)

Syahri Ramadhani, Haryati, Jonatan Ginting


Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, USU, Medan 20155

Delima merupakan tanaman asli Asia Tengah, tetapi karena sangat adaptif
terhadap berbagai iklim dan kondisi tanah, tanaman ini dapat juga ditanam di
berbagai wilayah geografis yang berbeda termasuk daerah Mediterania, Asia,
dan California (Holland, et al., 2009). Saat ini delima termasuk salah satu
tanaman obat yang begitu populer di berbagai industri. Hal ini dapat dilihat dari
semakin banyaknya dijumpai produk olahan yang mengandung ekstrak tanaman
delima, seperti produk minuman segar, bahan kosmetik kecantikan, serta produk
obat-obatan. Kesadaran masyarakat akan pentingnya tanaman delima muncul
seiring dengan banyaknya penelitian yang mengungkap khasiat kandungan
senyawa kimia pada tanaman delima. Menurut Bradley (2010) delima
mengandung anti-oksidan sangat tinggi, bahkan melebihi anggur merah dan teh
hijau. Antioksidan yang terdapat pada delima juga dapat melawan atherosclerosis,
yang disebabkan penumpukan lemak pada dinding arteri. Selain itu, delima juga
mengandung vitamin B, seperti riboflavin, tiamin dan niacin, serta vitamin C.
Holland, et al., (2009) juga menyebutkan bahwa jaringan buah, bunga, kulit
kayu, dan daun delima mengandung fitokimia bioaktif yang bersifat
antimikroba, mengurangi tekanan darah, dan dapat melawan penyakit seperti
diabetes dan kanker.
Dormansi pada benih delima dapat diatasi dengan perlakuan skarifikasi
kimia. Menurut Fahmi (2012) tujuan dari perlakuan skarifikasi kimia adalah
menjadikan kulit benih lebih mudah dimasuki air pada waktu proses imbibisi.
Perendaman pada larutan kimia yaitu asam kuat seperti KNO3, H2SO4, dan HCl
dengan konsentrasi pekat membuat kulit benih menjadi lebih lunak sehingga
dapat dilalui oleh air dengan mudah. Informasi mengenai perlakuan pematahan
dormansi yang tepat pada benih delima dibutuhkan untuk pengujian viabilitas
benih guna menghasilkan benih delima yang bermutu tinggi. Oleh karena itu
dilakukan penelitian tentang pengaruh perlakuan pematahan dormansi secara
kimia terhadap viabilitas benih delima.
Benih direndam sesuai urutan perlakuan yaitu kontrol (direndam di dalam
air selama 12 jam) (K0), benih delima direndam di dalam larutan H2SO4 70%
selama 15 menit (K1), benih delima direndam di dalam larutan H2SO4 80 %
selama 15 menit (K2), benih delima direndam di dalam larutan H2SO4 90%
selama 15 menit (K3), benih delima direndam di dalam larutan KNO3 0,1%
selama 40 menit (K4), benih delima direndam di dalam larutan KNO3 0,2%
selama 40 menit (K5), benih delima direndam di dalam larutan KNO3 0,3%
selama 40 menit (K6), benih delima direndam di dalam larutan HCl 50% selama
30 menit (K7), benih delima direndam di dalam larutan HCl 60% selama 30
menit (K8), benih delima direndam di dalam larutan HCl 70% selama 30 menit
(K9).
Pengecambahan benih dilakukan pada bak kecambah dengan ukuran 25 cm
x 22 cm x 4 cm sebanyak 30 benih per bak kecambah dengan kedalaman lubang
tanam pada media pasir sedalam 2 cm. Sebelum benih dikecambahkan, terlebih
dahulu benih dibilas dengan menggunakan air untuk menghilangkan sisa larutan
H2SO4, KNO3 atau HCl yang menempel pada kulit benih. Penyiraman
dilakukan pada pagi dan sore hari hingga media menjadi lembab dan dalam
kondisi kapasitas lapang, dilakukan pemeliharaan setiap hari sampai 30 hari
setelah ditanam pada bak perkecambahan.
kecambah normal tertinggi terdapat pada perlakuan H2SO4 70 % (K1) yang
tidak berbeda nyata dengan perlakuan H2SO4 80 % dan 90 % (K2 dan K3).
Kecambah normal yang tinggi pada perlakuan tersebut menyebabkan benih yang
belum tumbuh mengalami penurunan dibanding perlakuan lainnya. Hal ini
diduga karena struktur kulit benih pada perlakuan H2SO4 (K1, K2 dan K3)
mengalami kerusakan, sehingga air dengan mudah masuk dan embrio dapat
keluar dan berkecambah. Sesuai dengan literatur Ali, et al., (2011) yang
menyebutkan bahwa mekanisme perkecambahan biji yang dipengaruhi oleh
H2SO4 adalah karena kemampuan H2SO4 untuk memecah kulit biji yang
mengarah ke penyerapan air dan imbibisi benih. juga dapat dilihat bahwa indeks
vigor pada semua perlakuan H2SO4 (K1, K2 dan K3) berbeda nyata dengan
perlakuan lainnya. Perlakuan perendaman benih dengan H2SO4 mampu
meningkatkan indeks vigor benih dibanding perlakuan lainnya. Menurut
Kartasapoetra (1992) indeks vigor benih berhubungan erat dengan kecepatan
berkecambah dari suatu kelompok benih. Indeks vigor yang tinggi menunjukkan
kecepatan berkecambah benih juga tinggi dan lebih tahan terhadap keadaan
lingkungan yang kurang menguntungkan. Dapat disimpulkan bahwa perlakuan
pematahan dormansi secara kimia yang terbaik untuk meningkatkan kecambah
normal dan indeks vigor serta mempercepat laju perkecambahan adalah
perlakuan perendaman dengan H2SO4.

Anda mungkin juga menyukai