Konsep Kelestarian Hutan
Latar Belakang Lahirnya Asas Kelestarian Hutan
Perkembangan Konsep Kelestarian Hutan
Konsep Pengelolaan Hutan Lestari dalam Praktek??
Latar Belakang Lahirnya Konsep Kelestarian
Hutan
Praktek penambangan kayu dari hutan alam
(timber extraction) di berbagai belahan bumi
telah berujung pada kerusakan hutan.
Kerusakan hutan melahirkan pemikiran
perlunya pengelolaan hutan secara lestari
HEINRICH VON COTTA
(1816) Asas
kelestarian hasil
(sustained yield
principles) : Hasil
hutan kurang lebih
sama setiap tahun
agar suplai bahan
baku industri
perkayuan dapat
terjamin.
Society of American Foresters (1958)
Kelestarian hutan : suatu pengelolaan hutan untuk
menghasilkan kayu yang berkesinambungan dengan
selalu menyeimbangkan antara pertumbuhan dan
panenan.
OSMASTON (1967)
Kelestarian hasil hutan : suplai hasil hutan yang
teratur dan berkesinambungan (kontinyu) sesuai
dengan kapasitas maksimal suatu kawasan hutan.
(hasil hutan bukan hanya kayu tangible dan
intangible.
Wiebecke dan Peters (1984)
Kelestarian hutan : Upaya untuk menyediakan
secara kontinyu danoptimal semua pengaruh hutan
baik tangible maupun intangible untuk manfaat saat
ini dan yang akan datang
Perkembangan Konsep Kelestarian
Hutan
Kelestarian Hasil Hutan/Kelestarian Statik
hasil kayu yang tetap dari tahun ke tahun.
2. Kelestarian Potensi Hasil Hutan/Kelestarian
Dinamik memaksimumkan produktifitas
kayu, hutan sbg pabrik kayu
3. Kelestarian Sumber Daya Hutan Hutan
sebagai penghasil kayu dan non kayu
(Forest Resources Management)
4. Kelestarian Ekosistem Hutan Hutan
sebagai kesatuan ekosistem -- Forest
Ecosystem Management
1.
Perkembangan Konsep Kelestarian
Kelestrarian Hasil Hutan
Dikembangkan oleh COTTA dan Rimbawan segenerasinya.
Menitikberatkan pada hasil kayu yang sama
(tahunan atau periodik)
Orientasi : kayu sebagai hasil hutan
Operasionalnya : konsep hutan normal, sistem
silvikultur, penentuan rotasi/daur dan teknik
penebangan.
Kelestarian Potensi Hasil Hutan
Orientasi : hutan sebagai pabrik kayu
Pengelola hutan berupaya untuk
memaksimumkan produktivitas kawasan hutan
Kelestarian Sumber Daya Hutan
Sejak dasawarsa 70-an potensi kayu, hasil hutan noin
kayu, dan juga jasa hutan semakin langka.
Khusus untuk jasa hutan (keindahan, udara segar, air
bersih, dll), hutan monokultur diragukan peranannya.
Kelestarian SDH menuntut ekosistem hutan yang
mendekati hutan alam
Kelestarian SDH Hutan yang mampu menjamin
kebutuhan masyarakat sepanjang masa dengan
memperhatian produktivitas, stabilitas, kelestarian,
serta keharmonisan lingkungan fisik maupun sosial.
Orientasi Kelestarian SDH Hutan sebagai ekosistem
yg menghasilkan kayu, non kayu, pelindung tata air dan
kesuburan tanah, penjaga kelestarian lingkungan, serta
sebagai gudang untuk kelangsungan hidup berbagai
macam sumber genetic baik flora maupun fauna.
Pandangan terhadap Pengelolaan Hutan Lestari
PHL dianggap sebagai hal yang ideal dalam
pengelolaan hutan
Banyak interpretasi terhadap PHL sehingga
muncul banyak standard
Schanz (1996) memberikan pernyataan
yang menarik mengenai standard PHL
bahwa tidak ada standard benar atau
salah mengenai PHL, setiap pengaturan
standard sifatnya hanya sementara,
sehingga pencapaian PHL tidak dapat
dipertahankan selamanya.
Syarat Terwujudnya Asas Kelestarian (Simon, 1994)
Telah dirumuskan sistem permudaan
yang menjamin permudaan kembali
kawasan bekas tebangan yang berhasil
baik.
Telah dirumuskan sistem perhitungan etat
yang menjamin tidak over cutting untuk
kemudian disusun rencana tebangan
tahunan yang konsekuen dengan jiwa dan
tujuan asas kelestarian.
Adanya jaminan kepastian batas
kawasan hutan yang tetap dan diakui
oleh semua fihak, baik rakyat, lembaga
sawasta maupun badan-badan
pemerintah.
Pandangan terhadap PHL
Davis, et.al. (2001) menggambarkan ada
empat pandangan kelestarian hutan yaitu :
kelestarian hasil dengan fokus hasil kayu,
kelestarian aneka hasil hutan (kayu, air,
rekreasi, dan lain-lain),
kelestarian fungsi ekosistem hutan alami,
dan
kelestarian ekosistem hutan dan manusia.
Indikator Kelestarian Hutan
Perkembangan konsep kelestarian telah
menghasilkan beberapa rumusan praktis untuk
implementasinya berupa seperangkat kriteria
dan indikator pengelolaan hutan lestari.
Forest Stewardship Council (FSC) tahun 1993
mengeluarkan 10 prinsip pengelolaan hutan
lestari.
Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI)
mengembangkan seperangkat prinsip, kriteria,
dan indikator aspek produksi, ekologi, dan sosial
Warsito (2010) indikator yang dapat diukur dan
efektif untuk memantau kelestarian tegakan
adalah tandon (stock) tegakan hutan.
Indikator Kelestarian Hutan
Warsito (2010) indikator yang dapat
diukur dan efektif untuk memantau
kelestarian tegakan adalah tandon (stock)
tegakan hutan.
Etat tebangan sebagai pengendali
kelestarian tegakan hutan, bukan sebagai
indikator kelestarian hutan.