Pendugaan Cadangan Karbon Tegakan Meranti (Shorea
Pendugaan Cadangan Karbon Tegakan Meranti (Shorea
Lia Yunita
Balai Pemantauan Pemanfaatan Hutan Produksi Wilayah XI Banjarbaru
ABSTRACT. The research objectives were to analyzed/ estimated the carbon stock in the different age
of S.leprosula stand and increased of carbon stock along with the stand age increased, to analyzed CO2
absorption inside meranti stand. on intensive silviculture area. This result of research showed that total
carbon stock were produced from S. leprosula stand with 0,067(D)2,859, at the age of 6, 8 and 10 years old
each were 7,63 ton/ha, 47,10 ton/ha and 74,89 ton/ha. The tendency explained that the total carbon stock
were increased along with the age increment. Its average was 16,82 ton/ha/year. That estimated showed that
Meranti forest at 6, 8 and 10 years old could adsorb CO2 each 28,01 ton/ha, 172,83 ton/ha and 274,86 ton/ha.
Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis besarnya cadangan karbon yang tersimpan pada tegakan
meranti yang berbeda umurnya dan besarnya peningkatan cadangan karbon dengan adanya pertambahan
umur tegakan meranti, banyaknya CO2 yang terserap oleh tegakan meranti di hutan alam pada area silin.
Pengukuran biomassa pohon Shorea leprosula dilakukan melalui pengukuran diameter pada tegakan yang
berumur 6, 8 dan 10 tahun lalu dikonversikan dengan memakai alometrik 0,067(D)2,859 .Hasil penelitian
menunjukkan cadangan karbon total yang dihasilkan dari tegakan Shorea leprosula dengan menggunakan
alometrik 0,067 (D)2,859, diperoleh pada tegakan meranti umur 6, 8 dan 10 tahun masing-masing sebesar
7,63 ton/ha, 47,10 ton/ha dan 74,89 ton/ha. Kecenderungannya cadangan karbon total meningkat seiring
bertambahnya umur. Peningkatan cadangan karbon yang didapatkan dengan adanya pertambahan umur
tegakan meranti rata-rata sebesar 16,82 ton/ha per tahun. Hutan meranti berumur 6, 8 dan 10 tahun diduga
dapat menyerap gas CO2 berturut-turut sebanyak 28,01 ton/ha, 172,83 ton/ha dan 274,86 ton/ha.
187
Jurnal Hutan Tropis Volume 4 No. 2, Edisi Juli 2016
Schlamadinger & Marland (1998) yang dikutip Kalimantan Barat (lahan gambut), Kalimantan Timur
oleh Hilmi (2003) mengemukakan bahwa vegetasi (lahan bekas kebakaran) dan Kalimantan Selatan
dapat memberikan potensi serasah batang, serasah (lahan dataran rendah). Kegiatan yang dilaksanakan
cabang, akar kasar dan halus. Proses humifikasi ke pada model ini meliputi penerapan sistem silvikultur
tanah dari potensi tersebut dapat mengeluarkan intensif (TPTI Intensif) atau yang lebih dikenal
karbon ke udara, selain pengeluaran langsung ke dengan SILIN, yang lebih mengutamakan kegiatan
udara melalui penggunaan bahan bakar kayu. pemeliharaan intensif terhadap tegakan yang
Nugroho et al. (2012) menyatakan bahwa diharapkan dapat meningkatkan produktivitas hutan.
dalam rangka mengurangi dampak perubahan iklim, SILIN merupakan sebuah teknik silvikultur
Indonesia dapat meningkatan stok karbon pada skim yang bertujuan meningkatkan produktivitas lahan
REDD+ (Reducing Emission from Deforestation and yang tercermin dari peningkatan riap dan potensi
Forest Degradation Plus) melalui sustainable forest tegakan, menjaga keseimbangan ekologi dengan
management atau SFM, dengan cara: (1) penurunan mempertahankan keanekaragaman hayati serta
emisi karbon dari deforestasi (pada konversi hutan), memberikan jaminan kepastian hukum dan
(2) penurunan emisi dari degradasi hutan (pada keamanan berusaha melalui pengakuan tenurial
praktek pengelolaan hutan lestari), (3) penahanan dari berbagai pihak. Sementara secara teknis, SILIN
emisi/stok karbon (pada hutan konservasi), dan (4) adalah teknik silvikultur yang berusaha memadukan
peningkatan stok karbon (pada kegiatan reforestasi tiga elemen utama silvikultur, yaitu (1) pembangunan
dan restorasi ekosistem). hutan tanaman dengan jenis terpilih dan kemudian
Salah satu peranan hutan sebagai fungsi melakukan pemuliaan jenis, (2) elemen manipulasi
perlindungan dalam konteks perubahan iklim lingkungan bagi optimalisasi pertumbuhan, dan (3)
adalah sebagai penyimpan karbon/rosot karbon elemen pengendalian hama terpadu.
(carbon sink) yaitu vegetasi hidup di dalam hutan Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis
melalui proses fotosintesis mampu menyerap gas (1) besarnya cadangan karbon yang tersimpan
CO2 dan menyimpannya dalam bentuk biomassa. pada tegakan meranti yang berbeda umurnya dan
Di samping pengendalian terhadap laju deforestasi, menganalisis besarnya peningkatan cadangan
upaya mitigasi perubahan iklim dilakukan untuk karbon dengan adanya pertambahan umur tegakan
mengedepankan fungsi hutan sebagai carbon meranti, dan (2) banyaknya CO2 yang terserap oleh
sink, yaitu meningkatkan produktivitas kemampuan tegakan meranti di hutan alam pada area silin.
hutan dalam mereduksi emisi CO2 di atmosfer dan
menyimpannya sebagai cadangan karbon (carbon METODE PENELITIAN
stock).
Penelitian dilakukan pada lokasi PMUMHM
Kementerian Kehutanan dengan pendekatan PT Inhutani II Pulau Laut Provinsi Kalimantan
prinsip PHPL melakukan uji coba pembangunan Selatan. Obyek penelitian ini adalah Biomassa, dan
model pengelolaan hutan produksi pada areal bekas Nekromassa. Biomass yaitu pohon/tiang/pancang
tebangan melalui proyek Pembangunan Model dan tumbuhan bawah/semak. Pengukuran biomassa
Unit Manajemen Hutan Meranti (PMUMHM) pada pohon dilakukan dengan cara tidak merusak pohon
4 (empat) lokasi, yaitu PT Inhutani IV (Sumatera (non destructive). Sementara untuk tumbuhan
Barat), PT Inhutani II (Kalimantan Barat dan bawah/semak perlu dilakukan metode pengrusakan.
Kalimantan Selatan) dan PT ITCI Kartika Utama Bahan Organik Mati atau Nekromassa, dibagi
(Kalimantan Timur). Proyek Pembangunan Model menjadi dua kelompok yaitu nekromassa berkayu
Unit Manajemen Hutan Meranti (PMUMHM) di (kayu mati), dan nekromassa tidak berkayu, yaitu:
empat provinsi tersebut mewakili karakteristik hutan Semua biomassa mati dengan ukuran >2mm dan
berbeda, yaitu Sumatera Barat (lahan pegunungan), diameter kurang dari sama dengan 10 cm, rebah
188
Lia Yunita: Pendugaan Cadangan Karbon …………………(4): 187-197
dalam berbagai tingkat dekomposisi. Bahan organik dikompositkan atau sebanyak 4 sampel setiap
tanah (sisa makhluk hidup yang telah mengalami petak, sehingga keseluruhannya berjumlah 12
pelapukan), yaitu: semua bahan organik tanah sampel tanah. Sampel nekromassa dan serasah
dalam kedalaman tertentu (30 cm untuk tanah diambil pada kedua ujung plot setiap jalur, sehingga
mineral). Termasuk akar dan serasah halus dengan keseluruhannya berjumlah 18 plot untuk sampel
diameter kurang dari 2 mm, karena sulit dibedakan. nekromassa dan serasah.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini
adalah GPS (Global Positioning System) untuk
merekam posisi geografi plot contoh, kompas
untuk menentukan arah plot contoh, Tali rafia
untuk membatasi plot ukur, Pita ukur (meteran)
untuk mengukur diameter batang pohon, Alat tulis
menulis untuk mencatat data di lapangan, Kuadran 50 m
189
Jurnal Hutan Tropis Volume 4 No. 2, Edisi Juli 2016
dikembangkan berdasarkan kondisi tapak maupun tahun sebesar 0,54 ton/ha , pada tegakan meranti umur
jenis atau kelompok jenis (Basuki, et al., 2009). 8 tahun diperoleh simpanan karbon sebesar 35,32 ton/
Persamaan alometrik dari hubungan antara ha , dan pada tegakan meranti umur 10 tahun diperoleh
diameter (D) dengan biomassa total organ pohon jenis simpanan karbon sebesar 65,21 ton/ha.
Shorea leprosula yang digunakan yaitu 0,067 (D)2,859 Hal ini sesuai dengan peningkatan biomassa
dengan coefficient correlation (R ) adalah 0,997 dan
2
yang berkaitan erat dengan proses fotosintesis
standard error of the estimate (SE) adalah 0,109 pada tanaman, yaitu biomassa dan karbon semakin
((Hardjana, 2011). Persamaan alometrik ini digunakan bertambah karena tumbuhan menyerap CO2 dari
karena kondisi tapak di Kalimantan Timur yaitu udara dan mengubahnya menjadi senyawa organik
pada areal PMUMHM di PT ITCIKU serupa dengan sebagai hasil fotosintesis yang digunakan tanaman
kondisi tapak pada areal PMUMHM di PT Inhutani II untuk melakukan pertumbuhan, baik secara
Pulau Laut Kalimantan Selatan dan mempunyai nilai horizontal maupun vertikal. Fink (1969) yang dikutip
koefisien determinasi terkoreksi (adjusted R ) tertinggi
2
oleh Pretzsch (2009) menyatakan biomassa organik
dibandingkan alometrik lainnya, yaitu sebesar 0,997, pada vegetasi hutan terdiri dari 90-95% unsur C,
artinya 99,7% kandungan biomassa total organ pohon H, O dengan proporsi 44-59% C, 42-46% O dan
Shorea leprosula sangat dipengaruhi oleh variabel 5-7% H, yang jumlahnya pada tiap organ meningkat
diameter, sedangkan sisanya oleh faktor lainnya. seiring laju pertumbuhannya.
Hal tersebut disebabkan pertumbuhan pohon searah Husch et al. yang dikutip oleh Kamalludin
lateral (pertambahan diameter) akan sekaligus diiringi (2012) menyatakan bahwa pertumbuhan pohon
dengan peningkatan parameter pertumbuhan lainnya dipengaruhi oleh kemampuan genetis dari individu
(tinggi dan volume pohon) sehingga meningkatkan yang berinteraksi dengan lingkungan. Pengaruh
jumlah kandungan biomassa pohon. lingkungan meliputi: faktor tanah (sifat fisik kimia
Berdasarkan hasil penelitian pada plot tanah, kelembaban dan mikroorganisme); faktor
berukuran 3 x 50 m untuk tiap jalur, diperoleh data iklim (suhu udara, curah hujan, angin dan sinar
besarnya biomassa dan karbon dengan memakai matahari); topografi (kelerengan, ketinggian) serta
alometrik Hardjana (2011) seperti pada Gambar 2. kompetisi (pengaruh individu pohon lain, pengaruh
jenis tanaman lain dan binatang).
Berdasarkan pengamatan di lapangan,
pertumbuhan Shorea leprosula yang tidak sesuai
harapan disebabkan kurang terbukanya naungan di
wilayah jalur tanam serta banyak terdapat tanaman
pengganggu di sekitar tanaman.
Pembukaan naungan yang kurang pada jalur
tanam menyebabkan terbatasnya cahaya yang masuk
Keterangan: ke dalam jalur tanam sehingga kebutuhan tanaman
I = jalur 1 S. leprosula terhadap intensitas cahaya yang cukup
II = jalur 2 tidak terpenuhi. Menurut Mok (1993) yang dikutip
III = jalur 3 oleh Kamalludin (2012), jenis S. leprosula merupakan
jenis yang membutuhkan setengah naungan pada
Gambar 2. Dugaan cadangan karbon pada tegakan Shorea waktu muda dan selanjutnya membutuhkan cahaya
leprosula berdasarkan alometrik Hardjana (2011).
penuh untuk pertumbuhannya. Priadjati (2003)
Gambar 2 menunjukkan bahwa cadangan karbon dalam Kamalludin (2012) juga menyatakan bahwa S.
meranti pada umur 6, 8 dan 10 tahun berturut-turut leprosula merupakan jenis yang memerlukan cahaya
meningkat nilainya. Pada tegakan meranti umur 6 pada awal pertumbuhannya 60-70% (intensitas
190
Lia Yunita: Pendugaan Cadangan Karbon …………………(4): 187-197
191
Jurnal Hutan Tropis Volume 4 No. 2, Edisi Juli 2016
meranti, semakin besar pula kandungan karbon pada Nekromassa berkayu yang ditemui pada plot
tumbuhan bawah dan serasah kasarnya. Namun hasil penelitian merupakan bekas potongan kayu ulin
yang sebaliknya terjadi pada serasah halus, meskipun yang sebelumnya ditebang pada saat pembersihan
nilai prosentase karbonnya tidak berbeda jauh. Hasil lahan guna penerapan teknik silin pada areal
ini menunjukkan nilai kadar karbon tumbuhan bawah, PMUMHM.
serasah kasar dan serasah halus yang lebih mendekati Hasil penelitian memperlihatkan bahwa
tetapan menurut Hairiyah (1999) bahwa untuk karbon meningkatnya umur tanaman meranti tidak
tersimpan tumbuhan bawah, nekromassa dan serasah memberikan kecenderungan yang nyata (positive
adalah 40% biomassa. Keberadaan tumbuhan bawah trend) atau bersifat fluktuatif terhadap meningkatnya
sangat dipengaruhi oleh kondisi kesuburan tanah pada kandungan biomassa dan karbon nekromassa
masing-masing lokasi tempat tumbuh, kondisi iklim dan berkayu. Karena nilainya yang sangat kecil, maka
pengaruh lingkungan sekitar (Satriyo, 2012). Brown karbon nekromassa berkayu diabaikan dalam
(1997) menyatakan jumlah biomassa dan karbon penelitian ini.
tumbuhan bawah pada hutan sekunder atau hutan
terganggu memiliki nilai persentase bervariasi berkisar Karbon bahan organik tanah
antara 3% sampai dengan 30% tergantung umur dari Karbon di dalam tanah merupakan indikator
kelas hutan sekunder dan keterbukaan tajuk. Meskipun kesuburan tanah. Karbon merupakan komponen
nilai persentasenya kecil, namun keberadaan tumbuhan paling besar dalam bahan organik. Tingginya
bawah tidak bisa diabaikan dan memiliki kontribusi karbon dalam tanah akan mempengaruhi sifat tanah
terhadap total biomassa dan pembentukan unsur hara menjadi lebih baik, baik secara fisik, kimia maupun
tanah. biologi. Karbon merupakan sumber makanan
mikroorganisme tanah, sehingga keberadaan
Karbon nekromassa
unsur ini dalam tanah akan memacu kegiatan
Nekromassa berkayu diukur pada plot mikroorganisme tanah, sehingga meningkatkan
berukuran 3 x 50 m pada jalur yang sama dengan proses dekomposisi tanah dan juga reaksi-reaksi
plot pengukuran diameter pohon meranti. Pada plot- yang memerlukan bantuan mikroorganisme,
plot yang diukur hampir tidak ditemui nekromassa misalnya pelarutan P, fiksasi N dan sebagainya.
berkayu, kecuali pada plot meranti berumur 8 dan 6 Penambatan karbon dari atmosfer menjadi karbon
tahun seperti yang tercantum pada Gambar 4. jaringan tanaman dan bahan organik tanah penting
untuk menurunkan konsentrasi gas rumah kaca
(Hanafi, 2008).
Bahan organik adalah bagian dari tanah yang
merupakan suatu sistem kompleks dan dinamis,
yang bersumber dari sisa tanaman dan atau
binatang yang terdapat di dalam tanah yang terus
menerus mengalami perubahan bentuk, karena
dipengaruhi oleh faktor biologi, fisika dan kimia.
Bahan organik memiliki peran penting dalam
Keterangan: menentukan kemampuan tanah untuk mendukung
I = jalur 1 tanaman, sehingga jika kadar bahan organik tanah
II = jalur 2 menurun, kemampuan tanah dalam mendukung
III = jalur 3 produktivitas tanaman juga menurun. Sumber
utama bahan organik adalah jaringan tanaman
Gambar 4. Pendugaan cadangan karbon pada nekromassa berupa akar, batang, ranting, daun dan buah. Bahan
berkayu di sekitar tegakan Shorea leprosula.
192
Lia Yunita: Pendugaan Cadangan Karbon …………………(4): 187-197
organik dihasilkan oleh tumbuhan melalui proses ditemukan di permukaan atas. Jumlahnya tidak
fotosintesis sehingga unsur karbon merupakan besar, hanya sekitar 3-5 % akan tetapi pengaruhnya
penyusun utama dari bahan organik tersebut. Unsur terhadap sifat-sifat tanah besar sekali, yaitu dalam
karbon ini berada dalam bentuk senyawa-senyawa memperbaiki struktur tanah, sumber unsur hara
polisakarida, seperti selulosa, hemiselulosa, pati dan sebagai sumber energi bagi mikroorganisme.
dan bahan-bahan pektin dan lignin (Hanafi, 2008). Bahan organik tersebut sebagian besar berasal dari
Pengaruh bahan organik terhadap tanah jaringan tumbuhan atau serasah dan nekromassa
tergantung pada proses dekomposisinya. Secara yang merupakan penyumbang rosot karbon melalui
umum faktor-faktor yang mempengaruhi proses proses dekomposisi oleh aktivitas mikroorganisme.
dekomposisi meliputi faktor bahan organik dan faktor
tanah. Faktor-faktor organik meliputi komposisi Tabel 2. Kadar karbon di tanah
kimiawi, nisbah C/N, kadar lignin dan ukuran UMUR TANAMAN KEDALAMAN
NO C organik (%)
MERANTI (tahun) (cm)
bahan, sedangkan faktor tanah meliputi temperatur,
kelembaban, tekstur, struktur dan suplai oksigen, 1 10 0-5 1,99
193
Jurnal Hutan Tropis Volume 4 No. 2, Edisi Juli 2016
Keterangan:
Gambar 5. Pendugaan cadangan karbon di tanah I = jalur 1
II = jalur 2
Salah satu komponen pokok tempat
III = jalur 3
penyimpanan C adalah bahan organik. Jumlah
C yang tersimpan pada bahan organik kecil
Gambar 6. Pendugaan cadangan karbon total tegakan S.
dibandingkan jumlah total karbon pada hutan leprosula umur 6, 8 dan10 tahun pada area silin.
tersebut. Hal ini dikarenakan bahan organik tersebut
berada dalam proses pelapukan aktif dan menjadi Pada Gambar 6 terlihat bahwa antara tanaman
mangsa serangan jasad mikro sehingga bahan meranti berumur 6 tahun, 8 tahun dan 10 tahun
organik tersebut mengalami perubahan secara terjadi peningkatan cadangan karbon dalam masing-
terus-menerus dan tidak mantap (Lubis, 2011). masing plot, atau terjadi kenaikan cadangan karbon
total seiring bertambahnya umur. Nilai cadangan
Dijelaskan juga oleh Lubis (2011) bahwa hasil
karbon yang paling berpengaruh adalah cadangan
uji korelasi antara karakteristik atau kualitas tempat
karbon dalam biomassa pohon. Pada tegakan
tumbuh terhadap simpanan karbon (C-stock)
meranti umur 10 tahun diperoleh karbon total
menunjukkan pH, C-organik, BO, N-total, dan kalium
sebesar 74,89 ton/ha, umur 8 tahun sebesar 47,10
tanah memiliki korelasi atau pengaruh terhadap
ton/ha dan umur 6 tahun sebesar 7,63 ton/ha.
karbon tersimpan.
Jika dibandingkan dengan hasil penelitian
Karbon total pengukuran cadangan karbon total tegakan Acacia
mangium didapatkan 155,967 ton/ha, sedangkan
Karbon total didapatkan dengan cara menjumlah
pada Eucalyptus pellita besarnya cadangan karbon
karbon tanah, karbon serasah dan tumbuhan bawah
77,1 ton/ha (Araujo, 2010), maka lebih kecil. Pada
serta karbon S. leprosula. Kadar karbon tanah,
hasil penelitian Hanafi (2008), sistem agroforestri
serasah dan tumbuhan bawah didapatkan dari hasil
tradisional menghasilkan total cadangan C sebesar
uji laboratorium sedangkan karbon S. leprosula
196,61 ton/ha untuk dukuh cempedak, 134,11 ton/
didapatkan dari pengukuran diameter tegakan yang
ha untuk dukuh durian dan 109,08 ton/ha untuk
dikonversikan menggunakan alometrik 0,067(D)2,859.
dukuh langsat. Dibandingkan dengan ketiga dukuh
Selanjutnya hasil perhitungan kandungan karbon
cempedak, total cadangan karbon karbon S. leprosula
total pada tegakan S. leprosula dapat dilihat pada
berumur 10 tahun pada area silin lebih kecil.
Gambar 6.
Penelitian potensi simpanan karbon pada
tegakan pinus (Pinus merkusii Jungh. Et de Vriese)
berumur 15 tahun menghasilkan 50,09 ton/ha dan
umur 16 tahun 43,40 ton/ha (Saharjo & Wardhana,
194
Lia Yunita: Pendugaan Cadangan Karbon …………………(4): 187-197
2011). Jika dibandingkan dengan total cadangan tahun pada area silin di Sumatera Barat berkisar
karbon karbon S. leprosula berumur 10 tahun 0,03-1,05 ton/ha/tahun (Fajri & Dewi, 2010). Jika
pada area silin lebih besar daripada tegakan pinus dibandingkan dengan hasil penelitian ini, yaitu S.
berumur 15 tahun dan 16 tahun. leprosula berumur 6 tahun, 8 tahun dan 10 tahun
Potensi kandungan karbon tegakan S. leprosula pada area silin di Kalimantan Selatan, peningkatan
umur 2-7 tahun di Sumatera Barat pada area silin cadangan karbon per tahun lebih besar.
berkisar 0,99-7,33 ton/ha (Fajri & Dewi, 2010), lebih Ola-Adams (1993) yang dikutip oleh Satriyo
kecil jika dibandingkan dengan tegakan S. leprosula (2012) menyatakan peningkatan produksi biomassa
pada penelitian ini, yaitu umur 6 tahun sebesar 7,63 pohon total dipengaruhi oleh tipe hutan, jenis,
ton/ha dan umur 8 tahun sebesar 47,10 ton/ha. kerapatan, umur, kondisi tempat tumbuh (site
condition), dan praktek pengelolaan tegakan.
Peningkatan Cadangan Karbon seiring Secara umum, potensi penyimpanan biomassa dan
Pertambahan Umur Tegakan Shorea leprosula karbon untuk tiap kelas umur dipengaruhi oleh umur
Peningkatan cadangan karbon dengan adanya tegakan, bonita (site indeks), kerapatan tegakan,
pertambahan umur tegakan meranti terlihat pada ukuran pohon dan perlakuan silvikultur (termasuk
Gambar 7. jarak tanam) (Simon dkk., 2009; Pambudi, 2011
yang dikutip oleh Satriyo, 2012).
195
Jurnal Hutan Tropis Volume 4 No. 2, Edisi Juli 2016
Brown & Lugo (1984) yang dikutip oleh yang bukan area silin PT Inhutani II Pulau Laut
Satriyo (2012) menyatakan hutan hujan tropis Kalimantan Selatan sehingga bisa dibandingkan
diperkirakan dapat menyediakan 176 ton C/ha dengan cadangan karbon pada area silin.
atau penyerapan CO2 sekitar 644,16 ton/ha. Brown
et al. (1986) meyakini bahwa di masa yang akan DAFTAR PUSTAKA
datang pelepasan karbon dari kegiatan pemanenan
Araujo, N. D. 2010. Pendugaan Cadangan
di hutan tanaman akan dapat diimbangi dengan
Karbon pada Hutan Tanaman Industri di
strategi terarah dalam peningkatan pembangunan Desa Sebuhur Kabupaten Tanah Laut
dan pertumbuhan tanaman. Provinsi Kalimantan Selatan. Tesis.
Karbondioksida (CO2) dibutuhkan dalam jumlah Program Studi Ilmu Kehutanan Universitas
besar untuk fotosintesis dan selanjutnya dikeluarkan Lambung Mangkurat. Banjarbaru. Tidak
dalam kuantitas yang besar dalam respirasi tumbuh- dipublikasikan.
tumbuhan dan hewan (Soetrisno, 1998 yang dikutip Basuki, T.M., van Laake, P.E., Skidmore, A.K. and
oleh Fajri & Dewi, 2010). Jumlah gas karbondioksida Hussin, Y.A. 2009. Allometric Equations
di udara berubah-ubah dan berbeda-beda dari satu for Estimating the Above-ground Biomass
tempat, tetapi rata-rata berkisar 0,03% (Soemarwoto, in Tropical Lowland Dipterocarp Forests.
1991 yang dikutip oleh Fajri & Dewi, 2010). Hujan dan Forest Ecology and Management, 257:
kabut akan mempertinggi kandungan karbondioksida. 1684-1694.
Karbondioksida akan dikembalikan ke atmosfer Bismark M, N.M. Heriyanto, dan Sofian I. 2008.
apabila kayu atau serasah hutan menjadi busuk atau Biomassa dan Kandungan Karbon pada
dibakar. Hutan Produksi di Cagar Alam Biosfer Pulau
Siberut, Sumatera Barat. Pusat Litbang Hutan
SIMPULAN DAN SARAN dan Konservasi Alam. Bogor. Jurnal Peneltian
Hutan dan Konservasi Alam 5 (5) : 397-407.
196
Lia Yunita: Pendugaan Cadangan Karbon …………………(4): 187-197
Berbasis Kopi sebagai Cadangan Karbon. Penyerapan Karbon, Stok Karbon, dan
Agroteksos 12 (2): 145-150. Malang. Produk Ramah Lingkungan. Kementerian
Kehutanan RI. Jakarta.
Hairiah, K dan Rahayu, S. 2007. Pengukuran Karbon
Tersimpan di Berbagai Macam Penggunaan Pretzsch, H. 2009. Forest Dynamics, Growth and
Lahan. World Agroforestry Centre. ICRAF Yield. Springer. Verlag Berlin Heidelberg.
Southeast Asia Regional Office Bogor.
Saharjo, B.H. dan Wardhana, H.F.P. 2011.
Hanafi, Nanang. 2008. Analisis Karbon (Carbon Pendugaan Potensi Simpanan Karbon pada
Stock) pada Sistem Agroforestri Tradisional Tegakan Pinus (Pinus merkusii Jungh. Et de
Dukuh di Kabupaten Banjar Kalimantan Vriese) di KPH Cianjur Perum Perhutani Unit
Selatan. Tesis. Program Studi Ilmu III Jawa Barat dan Banten. Jurnal Silvikultur
Kehutanan. Universitas Labung Mangkurat. Tropika 1 (5): 96-100.
Banjarbaru. Tidak dipublikasikan.
Satriyo, Untung. 2012. Inventarisasi Biomassa
Hardjana, A.K. 2011. Membangun Persamaan dan Karbon Batang, Cabang, Daun dan
Alometrik Biomassa Tanaman Shorea Tumbuhan Bawah di Hutan Tanaman Jati
leprosula di Areal IUPHHK-HA PT ITCIKU KPH Kebonharjo, Perum Perhutani Unit I
Kalimantan Timur. Jurnal Penelitian Jawa Tengah. Tesis. Universitas Gadjah
Dipterokarpa 1(5): 1-11. Samarinda. Mada. Yogyakarta. Tidak dipublikasikan.
Hilmi, E. 2003. Model Penduga Kandungan Karbon Schroeder, P. 1992. Carbon Storage Potential of
pada Pohon Kelompok Jenis Rhizopora Short Rotation Tropical Tree Plantations.
spp. dan Bruguiera spp. dalam Tegakan Forest Ecology and Management, 50: 31-
Hutan Mangrove Studi Kasus di Indragiri 41.
Hilir Riau. Disertasi. Program Pascasarjana,
Siregar, C.A. dan N.M. Heriyanto. 2010. Akumulasi
Institut Pertanian Bogor. Bogor. Tidak
Biomassa pada Skenario Hutan Sekunder di
dipublikasikan.
Maribaya, Bogor, Jawa Barat. Pusat Litbang
Kamalludin. 2012. Pertumbuhan Tanaman Meranti Hutan dan Konservasi Alam. Bogor. Jurnal
(Shorea leprosula) pada Teknik Silvikultur Peneltian Hutan dan Konservasi Alam Vol:
Intensif di Kabupaten Kapuas. Tesis. VII No.3 : 215-226.
Program Studi Ilmu Kehutanan. Universitas
Siringoringo, H.H. dan Siregar, C.A. 2006. Model
Labung Mangkurat. Banjarbaru. Tidak
Persamaan Allometri Biomassa Total untuk
dipublikasikan.
Estimasi Akumulasi Karbon pada Tanaman
Lasco RD. 2006. Carbon Stocks Assesment of A Sengon. Jurnal Penelitian Hutan dan
Selectively Logged Dipterocarp Forest and Konservasi Alam. 3(5):541-553.
Wood Processing Mill in The Philipines.
SNI 7724. 2011. Pengukuran dan Penghitungan
Journal Tropical Forest Science18 (4) : 166-
Cadang Karbon-Pengukuran lapangan
172
untuk Penaksiran Cadangan Karbon Hutan
Lubis, R. S. 2011. Pendugaan Korelasi Antara (Ground Based Forest Carbon Accounting).
Karakteristik Tanah Terhadap Cadangan Badan Standarisasi Nasional. Jakarta.
Karbon (Carbon Stock) Pada Hutan
Soekotjo, 2008. Teknik Silvikultur Intensif (SILIN),
Sekunder. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Bogor. Tidak dipublikasikan.
Yuniawati. 2011. Pendugaan Potensi Massa Karbon
Nugroho, B., Sukadri, D. dan Widyantoro, B. 2012.
dalam Hutan Tanaman Kayu Serta di Lahan
Studi dan Analisis Peraturan Perundangan
Gambut. Tesis. Institut Pertanian Bogor.
Terkait dengan Pengelolaan yang Lestari
Bogor. Tidak dipublikasikan.
pada Hutan, Hutan Berbasis Karbon,
197