Referat Pneumonia Dan Atelektasis
Referat Pneumonia Dan Atelektasis
PENDAHULUAN
Gangguan pada sistem pernapasan merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas.
Hal ini dapat disebabkan oleh karena kelainan paru bawaan, trauma pada saluran nafas, infeksi
pada saluran pernapasan yang sering terjadi, ataupun oleh karena berkembangnya proses
keganasan.
Infeksi saluran pernafasan bawah akut (ISNBA) menimbulkan angka kesakitan dan
kematian yang tinggi. ISNBA dapat di jumpai dalam berbagai bentuk, tersering adalah dalam
bentuk pneumonia.
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Juga
bisa didefinisikan peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis
yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan
paru dan gangguan pertukaran gas setempat. Dan menimbulkan angka kesakitan yang tinggi,
dengan gejala-gejala batuk, demam, dan sesak nafas.
Atelektasis adalah istilah yang berarti pengembangan paru-paru yang tidak sempurna
dan menerangkan arti bahwa alveolus pada bagian paru-paru yang terserang tidak mengandung
udara dan kolaps. Kolaps ini dapat meliputi subsegmen paru atau seluruh paru. Atelektasis dapat
terjadi pada wanita atau pria dan dapat terjadi pada semua ras.
Komplikasi pada paru relatif sering terjadi pascaoperasi dan dapat dikaitkan dengan
peningkatan morbiditas dan mortalitas, yang paling umum terjadi adalah setelah operasi
thorakoabdominal, dan operasi jantung. Kejadian ini dilaporkan bahwa komplikasi paru
pascaoperasi berkisar 5 hingga 80%, diantaranya adalah: atelektasis, bronkospasme, pneumonia,
dan penyakit parueksarserbasi kronis. Komplikasi pada paru merupakan resiko pasca
operasi,dimana keadaan ini tergantung oleh faktor anastesia, faktor bedah, dan pasiennya sendiri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
ANATOMI PARU-PARU
Paru-paru merupakan organ yang elastic, berbentuk kerucut, dan letaknya berada di dalam
rongga dada atau thorax. Kedua paru-paru saling terpisah oleh mediastinum sentral yang berisi
jantung dan beberapa pembuluh darah besar. Setiap paru-paru mempunyai apeks (bagian atas
paru-paru) dan basis.
Paru-paru kanan lebih besar dari pada paru-paru kiri. Paru-paru kanan dibagi menjadi 3
lobus yaitu lobus superior, lobus medius, dan lobus inferior. Paru-paru kanan terbagi lagi atas 10
segmen yaitu pada lobus superior terdiri atas 3 segmen yakni segmen pertama adalah segmen
apical, segmen kedua adalah segmen posterior, dan segmen ketiga adalah segmen anterior.
Pada lobus medius terdiri atas 2 segmen yakni segmen keempat adalah segmen lateral,
dan segmen kelima adalah segmen medial. Pada lobus inferior terdiri atas 5 segmen yakni
segmen keenam adalam segmen apical, segmen ketujuh adalah segmen mediobasal, segmen
kedelapan adalah segmen anteriobasal, segmen kesembilan adalah segmen laterobasal, dan
segmen kesepuluh adalah segmen posteriobasal.
Paru-paru kiri terbagi atas dua lobus yaitu lobus superior dan lobus inferior. Paru-paru
kiri terdiri dari 8 segmen yaitu pada lobus superior terdiri dari segmen pertama adalah segmen
apikoposterior, segmen kedua adalah segmen anterior, segmen ketiga adalah segmen superior,
segmen keempat adalah segmen inferior.
Pada lobus inferior terdiri dari segmen kelima segmen apical atau segmen superior,
segmen keenam adalah segmen mediobasal atau kardiak, segmen ketujuh adalah segmen
anterobasal dan segmen kedelapan adalah segmen posterobasal.
Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang tipis, disebut pleura.
Selaput bagian dalam yang langsung menyelaputi paru-paru disebut pleura
dalam (pleura visceralis) dan selaput yang menyelaputi rongga dada yang
bersebelahan dengan tulang rusuk disebut pleura luar (pleura parietalis).
Gambar.paru-paru
Antara selaput luar dan selaput dalam terdapat rongga berisi cairan
pleura yang berfungsi sebagai pelumas paru-paru. Cairan pleura berasal dari
plasma darah yang masuk secara eksudasi. Dinding rongga pleura bersifat
permeabel terhadap air dan zat-zat lain.
Paru-paru tersusun oleh bronkiolus, alveolus, jaringan elastik, dan
pembuluh darah. Paru-paru berstruktur seperti spon yang elastis dengan
daerah permukaan dalam yang sangat lebar untuk pertukaran gas.
Di dalam paru-paru, bronkiolus bercabang-cabang halus dengan
diameter  1 mm, dindingnya makin menipis jika dibanding dengan bronkus.
Bronkiolus ini memiliki gelembung-gelembung halus yang disebut alveolus.
Bronkiolus memiliki dinding yang tipis, tidak bertulang rawan, dan tidak
bersilia.
Alveolus terdapat pada ujung akhir bronkiolus berupa kantong kecil
yang salah satu sisinya terbuka sehingga menyerupai busa atau mirip sarang
tawon. Oleh karena alveolus berselaput tipis dan di situ banyak bermuara
kapiler darah maka memungkinkan terjadinya difusi gas pernapasan (Setiadi,
2007).
Peredaran darah paru-paru berasal dari arteri bronkialis dan arteri pulmonalis. Sirkulasi
bronchial menyediakan darah teroksigenasi dari sirkulasi sistemik dan berfungsi memenuhi
kebutuhan metabolisme jaringan paru-paru. Arteri bronkialis berasal dari aorta torakalis dan
berjalan sepanjang dinding posterior bronkus. Vena bronkialis yang besar mengalirkan darahnya
ke dalam sistem azigos, yang kemudian bermuara pada vena cava superior dan mengembalikan
darah ke atrium kanan. Vena bronkialis yang lebih kecil akan mengalirkan darah vena
pulmonalis. Sirkulasi bronkial tidak berperan pada pertukaran gas, sehingga darah yang tidak
teroksigenasi mengalami pirau sekitar 2 sampai 3% curah jantung.
Arteri pulmonalis yang berasal dari ventrikel kanan mengalirkan darah vena campuaran
keparu-paru di mana darah tersebut mengambil bagian dalam pertukaran gas. Jalinan kapiler
paru-paru yang halus mengitari dan menutupi alveolus, merupakan kontak erat yang diperlukan
untuk proses pertukaran gas antara alveolus dan darah. Darah yang teroksigenasi kemudian
dikembalikan melalui vena pulmonalis ke ventrikel kiri, yang selanjutnya membagikannya
kepada sel-sel melalui sirkulasi sistemik.
2. 2
Pneumonia
2.2.3 PATOFISIOLOGI
Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi sampai usia
lanjut. Pecandu alcohol, pasien pasca operasi, orang-orang dengan gangguan penyakit
pernapasan, sedang terinfeksi virus atau menurun kekebalan tubuhnya , adalah yang paling
berisiko.
Sebenarnya bakteri pneumonia itu ada dan hidup normal pada tenggorokan yang sehat.
Pada saat pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit, usia lanjut, dan malnutrisi,
bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan merusak organ paru-paru.
Kerusakan jaringan paru setelah kolonisasi suatu mikroorganisme paru banyak
disebabkan oleh reaksi imun dan peradangan yang dilakukan oleh pejamu. Selain itu, toksintoksin yang dikeluarkan oleh bakteri pada pneumonia bakterialis dapat secara langsung merusak
sel-sel system pernapasan bawah. Ada beberapa cara mikroorganisme mencapai permukaan:
1. Inokulasi langsung
2. Penyebaran melalui pembuluh darah
3. Inhalasi bahan aerosol
4. Kolonisasi dipermukaan mukosa
Dari keempat cara tersebut diatas yang terbanyak adalah cara Kolonisasi. Secara inhalasi
terjadi pada infeksi virus, mikroorganisme atipikal, mikrobakteria atau jamur. Kebanyakan
bakteri dengan ukuran 0,5  2,0 nm melalui udara dapat mencapai bronkus terminal atau alveoli
dan selanjutnya terjadi proses infeksi. Bila terjadi kolonisasi pada saluran napas atas (hidung,
orofaring) kemudian terjadi aspirasi ke saluran napas bawah dan terjadi inokulasi
mikroorganisme, hal ini merupakan permulaan infeksi dari sebagian besar infeksi paru. Aspirasi
dari sebagian kecil sekret orofaring terjadi pada orang normal waktu tidur (50%) juga pada
keadaan penurunan kesadaran, peminum alkohol dan pemakai obat (drug abuse).
Basil yang masuk bersama sekret bronkus ke dalam alveoli menyebabkan reaksi radang
berupa edema seluruh alveoli disusul dengan infiltrasi sel-sel PMN dan diapedesis eritrosit
sehingga terjadi permulaan fagositosis sebelum terbentuknya antibodi.
Pneumonia bakterialis menimbulkan respon imun dan peradangan yang paling mencolok.
Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-paru, ataupun seluruh lobus, bahkan
sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru kanan, dan dua di paru-paru kiri)
menjadi terisi cairan. Dari jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh
melalui peredaran darah. Bakteri pneumokokus adalah kuman yang paling umum sebagai
penyebab pneumonia.
2.2.4
KLASFIKASI
Sering disebabkan aspirasi benda asing atau oleh infeksi bakteri (Staphylococcus), jarang
pada bayi dan orang tua. Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen
kemungkinan sekunder disebabkan oleh obstruksi bronkus misalnya pada aspirasi benda
asing atau proses keganasan. Pada gambaran radiologis, terlihat gambaran gabungan
konsolidasi
berdensitas
tinggi
pada
satu
segmen/lobus
atau
bercak
yang
mengikutsertakan alveoli yang tersebar. Air bronchogram adalah udara yang terdapat
pada percabangan bronchus, yang dikelilingi oleh bayangan opak rongga udara. Ketika
terlihat adanya bronchogram, hal ini bersifat diagnostik untuk pneumonia lobaris/
2. Bronko pneumonia (Pneumonia lobularis)
Inflamasi paru-paru biasanya dimulai di bronkiolus terminalis. Bronkiolus terminalis
menjadi tersumbat dengan eksudat mukopurulen membentuk bercak-bercak konsolidasi
di lobulus yang bersebelahan. Penyakit ini seringnya bersifat sekunder, mengikuti infeksi
dari saluran nafas atas, demam pada infeksi spesifik dan penyakit yang melemahkan
sistem pertahanan tubuh. Pada bayi dan orang-orang yang lemah, Pneumonia dapat
muncul sebagai infeksi primer.
3. Pneumonia interstisial
Terutama pada jaringan penyangga, yaitu interstitial dinding bronkus dan peribronkil.
Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan mycoplasma. Terjadi edema
dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstisial prebronkial. Radiologis berupa
bayangan udara pada alveolus masih terlihat, diliputi perselubungan yang tidak merata
2.2.5
DIAGNOSIS
Penegakan diagnosis pneumonia dapat dilakukan melalui:
2.2.6 Gambaran Klinis
1.
2.
3.
4.
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit, biasanya >10.000/ul serta
terjadi peningkatan LED. Untuk menentukan diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan dahak,
kultur darah dan serologi. Kultur darah dapat positif pada 20-25% penderita yang tidak diobati.
Anlalisa gas darah menunjukkan hipoksemia dan hiperkarbia, pada stadium lanjut dapat terjadi
asidosis respiratorik.
2.2.8 Gambaran Radiologis
Gambaran Radiologis pada foto thorax pada penyakit pneumonia antara lain:
 Perselubungan homogen atau inhomogen sesuai dengan lobus atau segment paru secara
anantomis.
Batasnya tegas, walaupun pada mulanya kurang jelas.
Volume paru tidak berubah, tidak seperti atelektasis dimana paru mengecil. Tidak tampak
hilang, berarti lesi tersebut berdampingan dengan jantung atau di lobus medius kanan.
Seringkali terjadi komplikasi efusi pleura.
Bila terjadinya pada lobus inferior, maka sinus phrenicocostalis yang paling akhir terkena.
Pada permulaan sering masih terlihat vaskuler.
Pada masa resolusi sering tampak Air Bronchogram Sign (terperangkapnya udara pada
bronkus karena tiadanya pertukaran udara pada alveolus).
Foto thorax saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia, hanya
merupakan petunjuk ke arah diagnosis etiologi, misalnya penyebab pneumonia lobaris
tersering disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa sering
memperlihatkan infiltrat bilateral atau gambaran bronkopneumonia sedangkan Klebsiela
pneumonia sering menunjukan konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat
mengenai beberapa lobus
1.Pneumonia Lobaris
Foto Thorax
Tampak gambaran gabungan konsolidasi berdensitas tinggi pada satu segmen/lobus (lobus
kanan bawah PA maupun lateral)) atau bercak yang mengikutsertakan alveoli yang tersebar.
Air bronchogram biasanya ditemukan pada pneumonia jenis ini.
CT Scan
Hasil CT dada ini menampilkan gambaran hiperdens di lobus atas kiri sampai ke perifer.
1. Bronchopneumonia (Pneumonia Lobularis)
Foto Thorax
Merupakan Pneumonia yang terjadi pada ujung akhir bronkiolus yang dapat tersumbat
oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi dalam lobus. Pada
gambar diatas tampak konsolidasi tidak homogen di lobus atas kiri dan lobus bawah kiri.
CT Scan
Tampak gambaran opak/hiperdens pada lobus tengah kanan, namun tidak menjalar
sampai perifer.
2. Pneumonia Interstisial
Foto Thorax
Terjadi
edema
dinding
bronkioli
juga
dan
edema
jaringan
interstitial prebronkial.
Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat, diliputi oleh
perselubungan yang tidak merata.
CT Scan
Gambaran CT Scan pneumonia interstitiak pada seorang pria berusia 19 tahun. (A)
Menunjukan area konsolidasi di percabangan peribronkovaskuler yang irreguler. (B) CT
Scan pada hasil follow up selama 2 tahun menunjukan area konsolidasi yang irreguler
tersebut berkembang menjadi bronkiektasis atau bronkiolektasis (tanda panah)
2.8.4 Pemeriksaan Bakteriologis
Bahan berasal dari sputum, darah, aspirasi nasotrakeal/transtrakeal, torakosintesis, bronkoskopi,
atau biopsi. Kuman yang predominan pada sputum disertai PMN yang kemungkinan penyebab
infeksi.
2.9 PENATALAKSANAAN
Dalam mengobati penderita pneumonia perlu diperhatikan keadaan klinisnya. Bila keadaan klinis
baik dan tidak ada indikasi rawat dapat dirawat dirumah.
Penderita yang tidak dirawat di RS
1) Istirahat ditempat tidur, bila panas tinggi di kompres
2) Minum banyak
3) Obat-obat penurunan panas, mukolitik, ekspektoran
4) Antibiotika
Penderita yang dirawat di Rumah Sakit, penanganannya di bagi 2 :
Penatalaksanaan Umum
 Pemberian Oksigen
 Pemasangan infuse untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit
 Mukolitik dan ekspektoran, bila perlu dilakukan pembersihan jalan nafas
 Obat penurunan panas hanya diberikan bila suhu > 400C, takikardi atau kelainan jantung.
 Bila nyeri pleura hebat dapat diberikan obat anti nyeri.
Pengobatan Kausal
Dalam pemberian antibiotika pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan MO
(Mikroorganisme) dan hasil uji kepekaannya, akan tetapi beberapa hal perlu diperhatikan:
 Penyakit yang disertai panas tinggi untuk penyelamatan nyawa dipertimbangkan pemberian
Tampak gambaran cavitas pada paru lobus atas kanan pada foto thorax proyeksi PA
C. Efusi Pleura
Memberi gambaran yang mirip dengan pneumonia, tanpa air bronchogram. Terdapat
penambahan volume sehingga terjadi pendorongan jantung, trakea, dan mediastinum kearah
yang sehat. Rongga thorax membesar. Pada edusi pleura sebagian akan tampak meniscus sign,
tanda khas pada efusi pleura.
Definisi
Atelektasis berasal dari bahasa yunani atel (inkomplit atau tidak lengkap) dan
ecatasisa (ekspansi atau dilatasi), yang berarti ekspansi tidak lengkap.
Atelektasis adalah suatu keadaan paru atau sebagian paru yang mengalami hambatan
berkembang secara sempurna sehingga aerasi paru berkurang atau sama sekali tidak berisi udara.
Atelektasis merupakan suatu istilah untuk menyatakan kolapsnya paru yang ditandai
dengan pengurangan volume paru akibat tidak memadainya ekspansi rongga dada.
Etiologi
Biasanya atelektasis merupakan akibat suatu kelainan paru yang dapat disebabkan:
1. Bronkus tersumbat, penyumbatan bisa berasal di dalam bronkus (tumor bronkus, benda
asing, cairan sekresi yang massif) dan penyumbatan bronkus akibat penekanan dari luar
bronkus ( tumor sekitar bronkus, kelenjar membesar).
2. Tekanan ekstrapulmoner biasa diakibatkan oleh pneumotoraks, cairan pleura, peninggian
diafragma, herniasi alat perut kedalam rongga toraks, dan tumor intratoraks tapi
ekstrapulmoner (tumor mediastinum).
3. Paralisis atau paresis gerak pernapasan, akan menyebabkan pengembangan paru yang
tidak sempurna, misalnya pada kasus poliomielitis dan kelainan neurologik lainnya.
Gerak nafas yang terganggu akan mempengaruhi kelancaran pengeluaran sekret bronkus
dan ini akan menyebakan penyumbatan bronkus yang berakhir dengan memperberat
keadaan atelektasis.
4. Hambatan gerak pernafasan oleh kelainan pleura atau trauma toraks yang menahan rasa
sakit. Keadaan ini juga akan menghambat pengeluaran sekret bronkus yang dapat
memperhebat terjadinya atelektasis.
Patofisiologi
Mekanisme kolapsnya paru menurut Fraser dan Pare :
1. Relaksasi atau atelektasis pasif. Mekaniskme ini terjadi dimana paru-paru cenderung
untuk menarik hilus ketika terdapat udara atau peningkatan cairan yang terkumpul dalam
ruang pleura. Efusi pleura atau pneumotoraks menghilangkan kontak antara pleura
parietal dan viseral, dan menyebabkan atelektasis pasif. Elastisitas pada paru-paru normal
mempertahankan bentuk, bahkan setelah adanya atelektasis. Efusi pleura lebih sering
menyebabkan kolaps pada lobus tengah dan lobus bawah sedangkan pada lobus atas
lebih dipengaruhi oleh pneumotoraks.
2. Atelektasis sikatriks. Atelektasis sikatrik dapat terjadi akibat adanya jaringan parut yang
luas pada parenkim paru. Pengembangan paru yang normal bergantung terhadap balance
antara tekanan luar pada rongga dada dengan kekuatan elastis dari paru. Ketika paru-paru
tidak elastis atau kaku dimana keseimbangan terganggu, pengembangan paru berkurang
dan volume paru juga berkurang. Hal ini terjadi pada fibrosis paru
3. Atelektasis adhesif. Atelektasis adhesif disebabkan karena defisiensi surfaktan. Surfaktan
berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan alveoli, sehingga berperan penting
dalam mencegah alveoli kolaps. Penurunan produksi atau inaktivasi surfaktan, seperti
pada sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS) menyebabkan ketidakstabilan alveolar
dan atelektasis. Hal ini sering terjadi pada bayi-bayi prematur dimana jumlah surfaktan
yang dihasilkan masih sangat kurang. Akibatnya, tegangan permukaan cairan alveolus
meningkat sangat tinggi sehingga menyebabkan paru bayi cenderung mengempis, atau
menjadi terisi cairan.
4. Atelektasis resopsi. Sebab utama dari atelektasis adalah penyumbatan pada bronkus.
Penyumbatan juga bisa terjadi pada saluran pernapasan yang lebih kecil. Penyumbatan
bisa disebabkan oleh adanya gumpalan lendir, tumor atau benda asing yang terhisap ke
dalam bronkus atau bronkus bisa tersumbat oleh sesuatu yang menekan dari luar, seperti
tumor atau pembesaran kelenjar gerah bening. Jika saluran pernafasan tersumbat, udara
dalam alveoli akan terserap ke dalam aliran darah sehingga alveoli akan menciut dan
memadat. Derajat kolaps bergantung daripada letak obstruksi, sumbatan pada bronkus
utama akan menimbulkan gejala yang lebih berat daripada dibagian distal dan juga
dengan adanya infeksi dan akumulasi daripada sekret. Jika obstruksi kronik, terjadi
resopsi sekresi intra alveolar dan eksudat dapat mengakibatkan kolaps lengkap. Ini adalah
mekanisme kolaps yang terjadi pada karsinoma bronkus.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang berupa pencitraan.
Gejala klinis sangat bervariasi, tergantung pada sebab dan luasnya atelektasis. Pada
umumnya atelektasis yang terjadi pada penyakit tuberculosis, limfoma, neoplasma, asma dan
penyakit yang disebabkan infeksi misalnya bronchitis, bronkopmeumonia, dan pain-lain jarang
menimbulkan gejala klinis yang jelas, kecuali jika ada obstruksi pada bronkus utama. Jika daerah
atelektsis itu luas dan terjadi sangat cepat akan terjadi dipsneu dengan pola pernapasan yang
cepat dan dangkal, takikardi dan sering sianosis, temperatur yang tinggi, dan jika berlanjut akan
menyebabkan penurunan kesadaran atau syok.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan perbedaan gerakan dinding thorak, gerak sela
iga dan diafragma dimana berkurangnya gerakan pada sisi yang sakit, pada palpasi vocal
fremitus berkurang, trakea dan jantung bergeser ke arah sisi yang sakit, pada perkusi pekak pada
sisi yang sakit, batas jantung dan mediastinum akan bergeser, letak diafragma mungkin
meninggi, dan suara pernafasan sangat melemah sampai tidak terdengar.
Pemeriksaan penunjang diperlukan untuk menegakkan diagnosis atelektasis. Pemeriksaan
itu antara lain pencitraan seperti fototoraks PA dan lateral dan CT-Scan.
Pencitraan
Radiografi dada pada umumnya cukup untuk mendiagnosis lobar atlektasis ataupun
atelektasis komplit. Namun, dalam beberapa situasi, temuan radiografi dada mungkin memiliki
kesulitan untuk mendiagnostik ketika terdapat cairan pleura paru bersamaan dengan adanya
massa yang besar, computed tomography (CT)scan adalah pencitraan yang berguna untuk kasus
seperti ini. CT scan digunakan untuk menilai atelektasis obstruktif, dan juga membantu dalam
mengevaluasi mediastinum, dinding dada, hilus, pleura, dan paru-paru yang berdekatan. Efusi
pleura, massa pleura, paru-paru atau massa yang besar dapat membatasi kegunaan radiografi
dada dalam mendiagnosis atelektasis. Bila terdapat gambaran radiopak pada daerah basal paru
atau hemithorax, dan tanda-tanda atelektasis tidak jelas untuk menentukan gambaran tersebut,
dalam hal ini Ct-scan berperan besar.
Radiografi
Gambaran radiologi dada paru yang kolaps atau atelektasis tergantung pada mekanisme
terjadinya kolaps, derajat kolaps, ada atau tidakya konsolidasi dan keadaan pleura sebelumnya.
Pengurangan volume bagian paru baik lobaris, segmental atau seleuruh paru, dengan akibat
kurangnya aerasi sehingga memberi bayangan lebih suram(densitas tinggi) dengan penarikan
mediastinum ke arah atelektasis, sedangkan diafragma tertarik ke atas dan sela iga menyempit.
Dengan adanya atelektasis, maka bayangan paru sekitarnya mengalami suatu emfisema
kompensasi yang kadang-kadang begitu hebatnya sehingga terjadi herniasi hemitoraks yang
sehat ke arah hemitoraks yang atelektasis.
Tanda dari kolaps dapat dipertimbangkan sebagai tanda langsung (direct) atau tanda tidak
langsung (indirect). Tanda tidak langsung merupakan perubahan yang terjadi sebagai kompensasi
akibat respon hilangnya volume udara pada paru.
Tanda Langsung dari kolaps :
 Perpindahan posisi dari fissura interlobar. Tanda ini disadari sebagai tanda yang paling
dipercaya dan derajat perpindahannya tergantung dari luasnya bagian yang kolaps.
Hilangnya aerasi. Peningkatan densitas pada area paru yang kolaps mungin tidak jelas
sampai seluruh paru mengalami kolaps. Namun jika paru yang kolaps berbatasan dengan
mediastinum atau diafragma, struktur yang berbatasan dengan kolaps akan menjadi
kabur, hal ini dapat mengindikasikan hilangnya aerasi.
Tanda vaskular dan bronkial. Jika sebuah lobus mengalami kolapas parsial, corakan
vaskuler akan terlihat ramai; jika air bronkogram terlihat, bronkus mungkin akan terlihat
lebih ramai.
Penarikan mediastinum. Pada atelektasis lobus atas, trakea dapat tertarik ke sisi yang
sakit dan pada atelektasis lobus bawah jantung akan tertarik ke sisi yang sakit.
Perpindahan hilus. Hilus akan tertarik ke atas pada atelektasis lobus atas dan tertarik ke
bawah pada atelektasis lobus bawah.
Hiperinflasi kompensasi. Pada bagian paru yang normal dapat terjadi hiperinflasi dan
terlihat hipertransradian, dengan ukuran pembuluh darah lebih besar dibandingkan area
pada paru kontralateral. Jika terjadi kolaps pada seluruh paru, akan terjadi kompensasi
dimana paru kontralateral akan hiperinflasi dengan herniasi yang menyilang garis tengah.
biasanya dilapangan bawah paru yang sering sulit dibedakan dengan proses fibrosis.
Karena hanya sebagian kecil paru terkena, maka biasanya tidak ada keluhan.
CT-Scan
Gambaran radiologi atelektasis lobaris lebih jelas pada CT-scan daripada radiografi dada.
Pada pemeriksaan atelektasis CT-scan merupakan pemeriksaan tambahan dalam membantu
mengidentifikasi dan menentukan lesi bronkus yang mengalami obstruksi. Berhubungan dengan
pemeriksaan radiografi thoraks, ct berperan untuk menganalisa lebih baik pada daerah-daerah
tertentu seperti mediastinum, hilus dan pleura.
Hal-hal utama yang mengalami perubahan pada atelektasis lobaris yang terlihat pada CT-scan
adalah sebagai berikut:
-
Lobus menjadi seperti pie shaped bukan hemispherical pada cross sectional
Proyeksi lobus dapat berbentuk V atau V shaped pada daerah apeks paru pada bronkus
yang terkena
Pola dari kolaps dipengaruhi oleh perlekatan pleura sebelmnya dan cairan atau udara di
ruang pleura.
Kemungkinan terdapat infiltrasi pada seluruh lobus oleh tumor, memberikan gambaran
lobular (bulat) daripada berbentuk seperti baji (wedge-shape).
Atelektasis lobus atas kanan atau right upper lobe collapse (RUL)
Fisura horizontal yang normal biasanya berada pada costa ke 4 anterior sebelah kanan. Pada
atelektasis lobus atas kanan fisura horizontal bagian lateralnya bergerak ke arah atas dan
mendekati mediastinum superior, dan bagian anteriornya bergerak ke atas menuju apex. Separuh
fisura obliq bagian atas bergerak ke arah anterior. Kedua fisura terlihat berbentuk konkaf
(cekung). Pada kondisi kolaps yang lebih berat lobus paru dapat berbentuk datar berada di
sebelah mediastinum superior yang dapat terlihat seperti pola hilus bagian atas. Tanda lain
berupa peninggian letak hilus sebelah kanan, dimana terlihat gambaran hilus sebelah kanan
sejajar dengan sebelah kiri. Defiasi trakea kesebelah kanan biasanya terjadi, dan hiperinflasi
kompensasi dari lobus medial dan bawah mungkin terlihat.
Atelektasis lobus medial kanan atau right middle lobe collapse (RML)
Pada kolaps lobus medial kanan fisura horizontal dan bagian bawah dari fisura obliq bergerak
saling mendekati satu sama lain. Hal ini dapat dilihat lebih baik pada posisi lateral. Fisura
horizontal bersifat lebih mobile dan oleh karena itu biasanya akan menunjukan perubahan posisi
yang jauh lebih besar. Tanda dari atelektasis lobus medial kanan kurang dapat dikenali dari
proyeksi depan karena fisura horizontal sulit dilihat dari depan dan peningkatan densitas opaq
biasanya belum terlihat sebelum kolaps menjadi bersifat total. Bagaimanapun juga, pengaburan
dari batas jantung kanan sering kali terlihat dengan gambaran segitiga yang berbentuk opaq
walaupun tidak begitu jelas dan ini merupakan satu-satunya petunjuk yang dapat terlihat pada
proyeksi depan. Dalam hal ini foto lordotic AP akan lebih menunjukan perpindahan posisi dari
tiap fisura dan mungkin akan menunjukan gambaran yang lebih meyakinkan pada atelektasis
lobus medial kanan.
Radiografi PA menunjukan gambaran segitiga opaq yang mengaburkan batas daripada jantung
kanan.
Atelektasis lobus bawah kanan menyebabkan gambaran triangle opacity atau radioopak
berbentuk segitiga yang mengaburkan gambaran arteri pulmonal pada lobus bawah. Struktur
mediastinum bergeser ke kanan, menyebabkan tanda segitiga pada bagian superior. Kolaps lobus
bawah kanan akan menyebabkan penurunan fisura horizontal, yang akan tampak pada proyeksi
depan. Peningkatan opasitas dari lobus yang kolaps biasanya akan terlihat pada proyeksi depan.
Pada kolaps lobus bawah kanan yang lebih berat dapat memberikan gambaran lobus yang
mendatar dan bergabung dengan mediastinum, membentuk sebuah bayangan dengan tepi yang
tegas.
Radiografi PA menunjukan lobus bawah kolaps ke arah jantung dan mediastinum dan
menghilangkan sinus cardiophrenicus.
Atelektasis lobus atas kiri atau left upper lobe collapse (LUL)
Menyebabkan pergerseran ke anterior dan superior. Pada satu setengah dari kasus, segmen
superior dari lobus kiri bawah hiperekspansi di antara lobus atas atelektasis dan arkus aorta.
Sehingga memberikan gambaran seperti bulan sabit, disebut sebagai tanda luftsichel. Pada
proyeksi PA, menghasilkan gambaran radioopak yang samar di hemithorax kiri atas,
menghilangkan batas jantung kiri.
Foto toraks PA menunjukan gambaran hiperlusens berbentuk sabit pada paraaorta berbatas jelas
luftsichel sign (Istilah berasal dari bahas jerman ; luft : udara, sichel : sabit).
Ct menunjukan atelektasis lobus atas kiri sebagai segitiga opaq dengan apexnya mengarah ke
posterior. Segmen superior yang mengalami hiperinflasi dari lobus bawah kiri yang mengembang
secara berlebihan ke arah medial membentuk gambaran luftsichel sign.
Atelektasis lobus bawah kiri atau left lower lobe collapse (LLL)
Pada atelektasis lobus bawah sebelah kiri bayangan dari bagian paru yang kolaps akan tertutup
oleh jantung karena letaknya yang lebih dibelakang, oleh karenanya foto keras PA (foto toraks
PA dengan mAs ditingkatkan 2 kali lipat) dibutuhkan untuk melihat keadaan ini. Jika masih
meragukan, foto obliq dengan film di sebelah kanan akan menunjukan gambaran paru yang
kolaps berada diantara vertebrae dan diafragma. Bagian hilus tertekan dan berrotasi ke arah
medial dan hiperinflasi dari lobus atas akan terlihat.
Radiografi PA menunjukan hilus yang mengecil pada sebelah kiri dan corakan vaskuler pada
paru sebelah kiri berkurang. Bagian lateral dari lobus bawah kiri yang mengalami kolaps
seringkali salah dinilai sebagai aorta descending.
Radiografi lateral menunjukan gambaran opaks didaerah antara vertebrae dan diafragma.
CT menunjukan gambaran atelektasis lobus bawah sebelah kiri sebagai daerah opaks dengan air
bronkogram di daerah paravertebrae kiri.
Atelektasis pada seluruh paru-paru ditandai dengan kolapsnya seluruh paru-paru, yang
menunjukan gambaran radioopak (opacification) pada seluruh hemithorax dan pergeseran
mediastinum ipsilateral (ke arah yang sakit), disertai dengan hiperinflasi kompensasi pada paru
kontralateral. Pergeseran mediastinum membedakan atelektasis dari efusi pleura masif.
Diagnosa banding
1. Pneumonia lobaris
Pneumonia adalah bayangan opak rongga udara pada suatu lobus paru. Rongga udara
alveolar terisi dengan eksudat inflamatorik, sementara bronkus dan bronkiolus tetap terbuka.
Sering kali disebabkan oleh Streptococcus pneumonia. Pola yang harus dikenali adalah
bayangan opak lobus paru dengan adanya air bronchogram yang tampak seperti cabang pohon
yang tidak berdaun. Air bronchogram adalah udara yang terdapat pada percabangan bronkus
yang dikelilingi oleh bayangan opak rongga akibat proses peradangan. Ketika terlihat adanya
air bronchogram, hal ini bersifat diagnostik untuk pneumonia.
Untuk melokalisasi suatu pneumonia lobaris secara anatomis, dapat digunakan
hilangnya siluet. Pneumonia lobus tengah paru kanan akan menyebabkan batas jatung kanan
menghilang dan pneumonia lingula lobus atas paru kiri menyebabkan hilangnya gambaran
batas jantung kiri. Pada pneumonia lobus bawah, hemidiafragma tidak akan terlihat.
Pada pneumonia tidak terdapat penambahan ataupun pengurangan volume paru, hal ini
dapat membedakan pneumonia dengan atelektasis dimana terjadi tarikan pada sisi yang sakit
dan efusi pleura dimana terjadi pendorongan mediastinum ke sisi yang sehat. Hal ini berguna
untuk menegakan diagnosis terutama untuk membedakan atelektasis masif, pneumonia dan
efusi pleura masif.
Foto toraks
proyeksi PA
Tampak gambaran perselubungan tidak
homogen pada lobus atas sebelah kanan
dengan gambaran air bronchogram.
Foto thoraks proyeksi PA
Tampak perselubungan opak tidak homogen
pada hemithoraks kiri, gambaran air
bronchogram dan mediastinum tidak
bergeser.
2.
Foto toraks PA
Tampak perselubungan homgen pada paru kiri, gambaran meniscus sign, mediastinum bergeser
ke kanan.
Foto thoraks proyeksi right lateral decubitus pada efusi pleura. Panah A menunjukan gambaran
cairan pada rongga pleura. Panah B menunjukan ukuran normal dari paru pada rongga dada.
Peniaian dari pleura pada sudut pandang lateral menunjukan gambaran cairan yang menanjak
keatas pada rongga pleura. Penemuan dari foto PA sebelumnya dan pada posisi lateral
menunjukan gambaran efusi pleura.
Pemberian oksigenasi harus diberikan pada penderita sesak dan sianosis. Terapi yang
diberikan biasanya simptomatis seperti anti sesak, bronkodilator, antibiotik dan kortikosteroid.
Fisioterapi sangat berguna seperti perubahan posisi, masase, latihan pernapasan sangat
membantu dalam pengembangan kembali paru yang kempis.
Prognosis
Pada umumnya atelektasis dapat hilang jika penyebab obstruksi telah dihilangkan kecuai
jika ada infeksi sekunder. Cepat lambatnya penyembuhan tergantung pula pada luasnya daerah
atelektasis, letak atelektasis. Pada daerah atelektasis umumnya mudah terjadi infeksi, karena
gerakan mukosilier pada bronkus yang bersangkutan terganggu, sehingga efek batuk tidak
bekerja. Jika infeksi ini berlangsung lebih lanjut, dapat pula mengakibatkan bronkiektasis atau
abses paru.
BAB III
KESIMPULAN
Paru-paru adalah salah satu organ yang paling sering terlibat dalam berbagai komplikasi
pada pasien dengan immunocompromised. Di antarakomplikasi paru yang terjadi pada pasien
tersebut, infeksi adalah yang palingumum terjadi dan berhubungan dengan tingkat morbiditas
dan mortalitas yangtinggi.Penyakit pneumonia pada pasien immunocompromised melibatkan
infeksidan
radang
pada
saluran
pernapasan
bagian
bawah.
Terlepas
dari
alasan
pneumonia,terkait
dengan
adanya
faktor-faktor
berikut:
Keganasan,
HIV,
American thoracic society. Guidelines for management of adults with communityacquired pneumonia. Diagnosis, assessment of severity, antimicrobial therapy, and
prevention. Am J Respir Crit.Care Med 2001; 163: 1730-54.
American thoracic society. Guidelines for management of adults with Guidelines for the
Management of Adults with Hospital-acquired, Ventilator-associated, and Healthcareassociated Pneumonia. Am J Respir Crit.Care Med 2005; 171: 388-416.
Aru W, Bambang, Idrus A, Marcellus, Siti S, ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid
II. Edisi 4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen IPD RSCM; 2007.
Barlett JG, Dowell SF, Mondell LA, File TM, Mushor DM, Fine MJ. Practice
guidelines for management community-acquiredd pneumonia in adults. Clin infect Dis 2000;
31: 347-82
Mandell LA, IDSA/ATS consensus guidelines on the management of communityacquired pneumonia in adults, CID 2007;44:S27
Mylotte JM, Nursing home-associated pneumonia, Clin Geriatr Med 2007;23:553
Menendez R, Treatment failure in community-acquired pneumonia, 2007;132:1348
Niederman MS, Recent advances in community-acquired pneumonia inpatient and
outpatient, Chest 2007;131;1205
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pedoman Diagnosis dan penatalaksanaan
Pneumonia Komuniti.2003
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pedoman Diagnosis dan penatalaksanaan
Pneumonia Nosokomial.2003
BAB III
KESIMPULAN
Atelektasis adalah suatu keadaan paru atau sebagian paru yang mengalami hambatan
berkembang secara sempurna sehingga aerasi paru berkurang atau sama sekali tidak terisi udara.
Penyebab dari atelektasis bisa bersifat obstruktif maupun nonobstruktf. Penyebab
obstruktif bisa berasal dari dalam saluran nafas maupun dari luar saluran nafas. Sedangkan
penyebab non-obstruktif bisa disebabkan oleh adanya kompresi jaringan paru dan pengembangan
alveoli yang tidak sempurna dan akhirna mengalami kolaps.
Diagnosa atelektasis ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik dan hasil
pemeriksaan lanjutan seperti foto thorax dan ct  scan sesuai dengan kebutuhan. Secara
radiografi atelektasis akan menunjukan suatu bayangan yang lebih suram (densitas tinggi)
dengan penarikan mediastinum ke arah atelektasis, perubahan posisi dari fisura horizontal dan
obliq, hiperinflasi kompensasi paru kontralateral dan sela iga menyempit.
Penatalaksanaan atelektasis terutama ditujukan sesuai dengan etiologi yang mendasarinya
disertai dengan terapi symtomatis dan suportif.