[go: up one dir, main page]

0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
213 tayangan26 halaman

Referat Pendekatan Klinis Pasien Dengan Kejang

Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai pendekatan klinis pasien dengan kejang. Ringkasannya adalah: (1) kejang merupakan gejala neurologi yang umum dijumpai di IGD, (2) langkah awal adalah memastikan diagnosis kejang dan mengidentifikasi penyebabnya, (3) tatalaksana meliputi stabilitas pasien, pengobatan penyebab akut, dan observasi lanjutan.

Diunggah oleh

Tiara Andarini
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai PPTX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
213 tayangan26 halaman

Referat Pendekatan Klinis Pasien Dengan Kejang

Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai pendekatan klinis pasien dengan kejang. Ringkasannya adalah: (1) kejang merupakan gejala neurologi yang umum dijumpai di IGD, (2) langkah awal adalah memastikan diagnosis kejang dan mengidentifikasi penyebabnya, (3) tatalaksana meliputi stabilitas pasien, pengobatan penyebab akut, dan observasi lanjutan.

Diunggah oleh

Tiara Andarini
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai PPTX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 26

REFERAT

“PENDEKATAN KLINIS PASIEN DENGAN


KEJANG”
Disusun oleh :
Tiara Andarini
2014730090

Pembimbing :
dr. Irfan Taufik, Sp.S

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF


RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA PONDOK KOPI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2018
KEJANG (SEIZURE)

• Kejang merupakan keadaan dimana adanya berubahnya aktivitas motorik dan perilaku
diakibatkan oleh aktivitas elektrik abnormal.
• Kejang merupakan suatu kedaruratan neurologi yang banyak dijumpai di instalasi gawat
darurat.
• Langkah awal dalam menghadapi kejang adalah memastikan apakah gejala saat ini kejang
atau bukan. Selanjutnya melakukan identifikasi kemungkinan penyebabnya. Tatalaksana
kejang meliputi stabilitas pasien, identifikasi dan pengobatan penyebab akut, serta
pengamatan lanjutan yang baik.
ME MB E DAKAN K E J ANG DAN B UK AN K E J ANG DAR I K E ADAAN K L I NIS ( SMI T H
DK K , 1 9 9 8)

Keadaan Kejang Bukan kejang

Onset tiba-tiba Gradual

Kesadaran Terganggu tidak terganggu

Gerakan ekstremitas Sinkron Asinkron

Sianosis Sering Jarang

Gerakan abnormal mata Selalu Jarang

Serangan khas Sering Jarang

Lama detik-menit beberapa menit

Dapat diprovokasi Jarang hampir selalu

Ictal EEG abnormal Selalu tidak pernah


ANAMNESIS

Pre-iktal Iktal Post-iktal


Apakah ada kejadian yang merangsang  Berapa lama kejang berlangsung?  Apakah langsung sadar setelah kejang
terjadinya kejang seperti keadaan stress? berhenti?
 Seperti apa bentuk kejang yang
Apakah sebelum kejang terjadi, terdapat terjadi?  Apakah merasa lemas, mual, muntah
aura seperti mencium bau – bauan, melihat
cahaya yang sangat terang, mendengar suara  Apakah kehilangan kesadaran saat setelah kejang berhenti atau tampak
– suara, mual, merasa ketakutan dan kejang? seperti tidak terjadi apa – apa?
sebagainya?  Berapa kali kejang terjadi dan berapa  Apakah dapat mengingat kejadian saat
Apa yang dilakukan sesaat sebelum kejang lama setiap satu episode kejang kejang berlangsung?
terjadi? terjadi?
Apakah beberapa jam atau beberapa menit
sebelum kejang mengkonsumsi obat –  Apabila kejang terjadi lebih dari satu
obatan tertentu? kali, apakah tetap sadar atau tidak
Apakah sedang menderita penyakit sadar, di antara epdisode kejang yang
tertentu? Apakah sedang demam sebelum terjadi?
kejang terjadi?
Apakah pernah mengalami kejang
sebelumnya?
Jika pernah mengalami kejang, apakah
bentuk kejang terdahulu sama seperti
bentuk kejang yang baru saja terjadi?
Jika pernah mengalami kejang, apakah anak
berobat rutin dan mengkonsumsi obat anti
kejang secara teratur?
Apakah pernah mengalami trauma, terutama
di bagian kepala, beberapa jam atau hari
sebelum kejang?
DATA DARI ANAMNESIS

1. Kejang Parsial (fokal, lokal)


• Kejang parsial sederhana : kejang parsial dengan kesadaran tetap normal.
• Dengan gejala motorik
- Fokal motorik tidak menjalar : kejang sebatas pada satu bagian tubuh saja.
- Fokal motorik menjalar : kejang dimulai dari satu bagian tubuh dan menjalar meluas ke daerah lain. Disebut juga epilepsi Jackson
- Versif : kejang disertai gerakan memutar kepala, mata, tubuh
- Postural : kejang disertai dengan lengan atau tungkai kaku dalam sikap tertentu
- Disertai gangguan fonasi : kejang disertai arus bicara yang terhenti atau pasien mengeluarkan bunyi-bunyi tertentu.
• Dengan gejala somatosensoris atau sensoris spesial; kejang disertai halusinasi sederhana yang mengenai kelima pancaindera dan
bangkitkan yang disertai vertigo.
- Somatosensoris: timbul rasa kesemutan atau seperti ditusuk-tusuk jarum
- Visual: terlihat cahaya
- Auditoris: terdengar sesuatu
- Gustatoris: terkecap sesuatu
- Disertai vertigo
DATA DARI ANAMNESIS

• Dengan gejala atau tanda gangguan saraf otonom (sensasi epigastrium, pucat, berkeringat, memberat, dilatasi pupil)
• Dengan gejala psikis (gangguan fungsi luhur)
- Disfasia : gangguan bicara misalnya mengulang suatu suku kata, kata atau bagian kalimat.
- Demensia : gangguan proses ingatan misalnya merasa seperti sudah mengalami, mendengar, melihat, atau sebaliknya tidak
pernah mengalami, mendengar, melihat, mengetahui sesuatu. Mungkin mendadak mengingat suatu peristiwa di masa lalu,
merasa melihatnya lagi.
- Kognitif : gangguan orientasi waktu, merasa diri berubah.
- Afektif : merasa sangat senang, susah, marah, takut.
- Ilusi : perubahan persepsi benda yang dilihat tampak lebih kecil atau lebih besar.
- Halusinasi kompleks (berstruktur) : mendengar ada yang bicara musik, melihat statu fenomena tertentu dan lain-lain.
DATA DARI ANAMNESIS

1. Kejang Parsial (fokal, lokal)


• Kejang parsial kompleks : kejang parsial dengan gangguan kesadaran.
- Serangan parsial sederhana diikuti gangguan kesadaran: kesadaran mula-mula baik kemudian baru menurun.
- Dengan gejala parsial sederhana diikuti menurunya kesadaran
- Timbul automatisme. Automatisme yaitu gerakan-gerakan, perilaku yang timbul dengan sendirinya, misalnya dengan
gerakan mengunyah-nguyah, menelan-nelan, wajah muka berubah seringkali seperti ketakutan, menata-nata sesuatu,
memegang-megang kancing baju, berjalan dan berbicara tak menentu.
- Serangan parsial sederhana dengan penurunan kesadaran sejak serangan; kesadaran menurun sejak permulaan serangan.
• Hanya dengan penurunan kesadaran
• Dengan automatisme.
• Kejang parsial yang berkembang menjadi bangkitan umum (tonik-klonik, tonik, klonik)
• Kejang parsial sederhana yang berkembang menjadi kejang generalisata
• Kejang parsial kompleks yang berkembang menjadi kejang generalisata
• Kejang parsial sederhana yang menjadi kejang parsial kompleks lalu berkembang menjadi kejang generalisata.
DATA DARI ANAMNESIS

1I. Kejang Generalisata (konvulsif, nonkonvulsif)


• Kejang Absence
- Pada kejang ini, kegiatan yang sedang dilakukan terhenti, muka tampak seperti melamun dan pandangan kosong, bola mata
dapat memutar ke atas, tidak ada reaksi bila diajak bicara. Biasanya serangan ini berlangsung selama ±1/2 menit dan
biasanya dijumpai pada anak.
- Hanya penurunan kesadaran
- Dengan komponen klonik ringan. Gerakan klonis ringan biasanya dijumpai pada kelompok mata atas, sudut mulut, atau
otot-otot lainnya bilateral.
- Dengan komponen atonik. Pada kejang ini, dijumpai otot-otot leher, lengan, tangan, tubuh mendadak melemas hingga
tampak mengulai.
- Dengan komponen tonik. Pada kejang ini, dijumpai otot-otot ekstremitas, leher, atau punggung mendadak mengejang,
kepala, badan, badan menjadi melengkung ke belakang, lengan dapat mengetul atau mengedang
- Dengan automatisme
- Dengan komponen autonomy
Gejala-gejala tersebut dapat berdiri sendiri atau dengan kombinasi.
DATA DARI ANAMNESIS

1I. Kejang Generalisata (konvulsif, nonkonvulsif)


• Kejang Absence tidak khas
Dapat disertai:
- Gangguan tonus yang lebih jelas
- Permulaan dan berakhirnya bangkitan tidak mendadak.
III. Kejang mioklonik
Pada kejang mioklonik terjadi kontraksi mendadak, sebentar, dapat kuat atau lemas sebagian otot atau semua otot-
otot, sesekali atau berulang-ulang. Kejang ini dapat terjadi pada semua umur.
IV. Kejang klonik
Pada kejang ini tidak ada komponen tonik, hanya terjadi kejang klojot. Dijumpai terutama pada anak.
V. Kejang tonik
Pada kejang ini tidak ada komponen klonik, otot-otot hanya menjadi kaku, juga terdapat pada anak.
DATA DARI ANAMNESIS

VI. Kejang tonik-klonik


• Kejang ini sering dijumpai pada usia diatas balita yang terkenal dengan nama grand mal. Serangan dapat diawali dengan aura
yaitu tanda-tanda yang mendahului suatu kejang. Pasien mendadak jatuh pingsan, otot-otot seluruh badan kaku. Kejang kaku
berlangsung kira-kira ±1/2 menit diikuti kejang klojot di seluruh badan.
• Serangan ini biasanya berhenti sendiri. Tarikan napas menjadi dalam beberapa saat lamanya. Bila pembentukan ludah ketika
kejang meningkat, mulut menjadi berbusa kerena hembusan nafas. Mungkin pula pasien miksi ketika mendapat serangan.
Setelah kejang berhenti pasien tertidur beberapa lamanya, dapat pula bangun dengan kesadaran yang masih rendah, atau
menjadi sadar dengan keluhan badan pegal-pegal, lelah, dan nyeri kepala.
VII. Kejang atonik
Pada keadaan ini otot-otot seluruh badan mendadak melemas sehingga pasien terjatuh. Kesadaran dapat tetap baik atau
menurun sebentar. Kejang ini terutama tejadi pada anak-anak.
VIII. Kejang tak tergolongkan
Termasuk golongan ini adalah serangan pada bayi berupa gerakan bola mata yang ritmik, mengunyah-ngunyah, gerakan
seperti berenang, menggigil, atau pernapasan yang mendadak berhenti sementara.
DATA DARI ANAMNESIS

Untuk anak pertimbangkan jika didahului oleh demam


Tanda dan Gejala Klinis:
1. Kejang Demam Sederhana (KDS)
1. Kejang demam berlangsung singkat,
• kejang demam yang berlangsung singkat serangan kejang klonik atau tonik-
• Kurang dari 15 menit dan umumnya akan berhenti sendiri
klonik bilateral
2. Seringkali kejang berhenti sendiri
• Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik tanpa gerakan fokal 3. Setelah kejang berhenti, anak tidak
• Kejang tidak berulang dalam 24 jam memberikan reaksi apapun untuk
sejenak
• 80% dari seluruh kejadian kejang demam 4. Setelah beberapa detik atau menit
2. Kejang Demam Kompleks (KDK) anak terbangun dan sadar kembali
tanpa deficit neurologis
• Kejang demam yang berlangsung > 15 menit
5. Peningkatan suhu tubuh mendadak
• Kejang fokal atau parsial satu sisi atau kejang umum didahului kejang parsial hingga ≥ 38ºC
• Berulang lebih dari 1 kali dalam 24 jam
• Diantara bangkitan anak tidak sadar
PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik harus dilakukan secara menyeluruh. Tanda – tanda vital meliputi denyut nadi, laju
pernapasan, dan terutama suhu tubuh harus diperiksa, karena demam merupakan penyebab utama
kejang pada anak – anak. Periksa kepala apakah ada kelainan bentuk, tanda – tanda trauma kepala, serta
tanda – tanda peningkatan tekanan intrakranial. Periksa leher apakah terdapat kaku kuduk.
Pemeriksaan neurologis secara menyeluruh juga penting dilakukan.
1. Kaku kuduk (nuchal rigidity)

• Tangan pemeriksa ditempatkan di bawah kepala


pasien yang sedang berbaring
• Kepala di fleksi dan diusahakan dagu mencapai dada

Kaku kuduk (+) bila didapatkan tahanan


PEMERIKSAAN FISIK

2. Kernig sign

• Fleksikan pada pasien pada persendian panggul


sampai membuat sudut 90 derajat
• Tungkai bawah diekstensikan pada persendian lutut.
Biasanya ekstensi dapat mencapai sudut 135 derajat.

Kernig sign (+) bila didapatkan tahanan sebelum tercapai


sudut 135 derajat

3. lasegue sign
• Pasien diminta berbaring lurus
• Satu tungkai diangkat lurus, dibengkokkan pada
persendian panggulnya
• Normalnya dapat mencapai sudut 70 derajat

Lasegue test (+) bila didapatkan tahanan sebelum


tercapai sudut 70 derajat
PEMERIKSAAN FISIK

4. Brudzinski
Brudzinski 1
• Tangan ditempatkan di bawah kepala pasien yang sedang berbaring
• Tekukkan kepala sejauh mungkin sampai dagu mencapai dada. Tangan
yang satunya lagi ditempatkan di dada pasien pasien
Brudzinski 1 (+) fleksi kedua tungkai

Brudzinski II
• Satu tungkai difleksikan pada persendian panggul, sedangkan tungkai
yang satu berada dalam keadaan lurus
Brudzinski II (+) tungkai yang satunya juga ikut fleksi

Brudzinski III
• Menekan os. Zygomatikum maka akan terjadi fleksi pada kedua lengan

Brudzinski IV
• Menekan symphysis pubis maka akan terjadi fleksi pada kedua tungkai
ETIOLOGI

Kejang

Infeksi non-Infeksi

gangguan
Intrakranial Ekstrakranial
metabolik

kejang demam gangguan


meningitis
sederhana elektrolit

kejang demam gangguan


ensefalitis
kompleks kardiovaskular

Infeksi viral paling sering ditemukan pada


meningoensefalitis keganasan kejang demam. Hal ini mungkin disebabkan
karena infeksi viral memang lebih sering
menyerang pada anak.
epilepsi
DIAGNOSIS BANDING

1.Paroxysmal
Syncope movement 1.Pseudoseizures
disorders

1.Breath holding 1.Gangguan tidur :


1.Migrain
spells Narcolepsy
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium
Lumbal pungsi
darah

Neuroimaging EEG
TATALAKSANA

ALGORITME PENANGANAN KEJANG AKUT & STATUS KONVULSIF 3


Diazepam 5-
Prehospital 10mg/rekt max 2x 0-10 mnt
jarak 5 menit

Hospital/ED Diazepam 0,25-0,5mg/kg/iv/io Monitor


Airway 10-20 mnt
(kec 2mg/mnt, max dosis 20mg) Tanda vital
Breathing, O2
Circulation atau EKG
Midazolam 0,2mg/kg/iv bolus Gula darah
atau Elektrolit serum
NOTE : JIKA DIAZ RECTAL 1X PRE
Lorazepam 0,05-0,1mg/kg/iv (Na, K, Ca, Mg, Cl)
HOSPITAL BOLEH RECTAL 1X
(rate <2mg/mnt) Analisa Gas Darah
KEJANG (-) Koreksi kelainan
5 – 7 mg/kg
12 jam kemudian Fenitoin Pulse oxymetri
20mg/kg/iv
20-30 mnt Kadar obat darah
ICU/ED Note : Aditional (20mnt /50ml NS)
5-10mg/kg/iv Max 1000mg

KEJANG (-) Phenobarbitone


4 – 5 mg/kg 30-60 mnt
20mg/kg/iv
12 jam kemudian
(rate >5-10min; max 1g)

ICU Refrakter

Midazolam 0,2mg/kg/iv bolus Pentotal - Tiopental Propofol 3-5mg/kg/infusion


Dilanjut infus 0,02-0,4 mg/kg/jam 5 – 8 mg/kg/iv
PATOFISIOLOGI
KEJANG

Lepasnya muatan listrik di otak secara berlebihan akibat kelainan anatomi, fisiologi, biokimia, atau gabungannya itulah
yang disebut dengan kejang. Manifestasi klinis intermiten khas pada kejang adalah gangguan atau kehilangan kesadaran,
aktivitas motorik yang abnormal, kelainan perilaku, dan gangguan sensoris atau otonom.
PATOFISIOLOGI
KEJANG

Demam
(kenaikan suhu tubuh 1oC)

↑Metabolisme ↑kebutuhan O2 kenaikan suhu tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan


basal (10-15%) (±20%) dari membran dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi ion
Kalium dan Natrium melalui membran sel, dengan akibat
lepasnya muatan listrik yang demikian besar sehingga dapat
Perubahan keseimbangan meluas keseluruh sel maupun ke membran sel tetangga dengan
(membran sel neuron)
bantuan neurotransmitter dan terjadilah kejang.

Difusi melalui membran


(ion K+ -------- ion Na+)

Lepas muatan listrik

Kejang
TERAPI JANGKA PANJANG
• ANTIPIRETIK
o Paracetamol 10-15 mg/kgBB/kali 4x sehari tidak boleh > 5 kali per hari.
o Ibuprofen 5-10 mg/kgBB/kali 3-4 kali/hari.
• Pengobatan rumatan
• Indikasi pemberian pengobatan rumatan :
o Kejang lama >15 menit
o Ada kelainan neurologis sebelum atau setelah kejang
o Kejang fokal
o Kejang berulang dalam waktu 24 jam
o Terjadi pada bayi < 12 bulan
o Kejang demam terulang 4x dalam setahun
• Fenobarbital 3–4 mg/kgBB/hari 1-2 dosis atau asam valproat 15 – 40 mg/kgBB/hari, setiap hari efektif
menurunkan risiko berulangnya kejang.
EDUKASI KEPADA ORANGTUA/KELUARGA PASIEN

• Meyakinkan bahwa kejang umumnya memiliki prognosis baik, kembali pada keadaan pasien
• Memberi tahu tata cara penanganan kejang ketika di rumah ‘prehospital’
• Memberikan informasi kemungkinan kejang kembali; biasanya pada pasien kejang demam
• Menjelaskan tentang sebab dan akibat dari kejang
• Menjelaskan kemungkinan terjadinya epilepsy akibat dari kejang yang berulang
Bila kejang terjadi kembali :
• Tetap tenang dan tidak panik pada setiap kejang
• Kendorkan pakaian yang ketat terutama disekitar leher
• Bila sadar, posisikan terlentang dan kepala miring yang bertujuan agar lidah tidak terjatuh ke belakang dan menghambat jalan nafas serta
tidak tersedak oleh ludah pasien sendiri.
• Jika pasien menggigit lidahnya sendiri, tidak diperbolehkan memasukkan apapun kedalam mulut pasien karena akan mengakibatkan
kerusakan, obstruksi, dan tersedak
• Bersihkan jalan nafas untuk mencegah adanya sumbatan yang menghambat jalan nafas
• Tetap bersama pasien selama kejang
• Bawa ke dokter atau rumah sakit jika kejang terjadi tanpa dibatasi oleh waktu
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai