Skip to main content
Aulia Widya Sakina
  • Jalan Timoho No. 317 Yogyakarta 55225
  • +62274 561971
This study aims to analyze the parties involved in program innovation and their interests, identifies the parties who benefit and lose, and determine the sustainability of the development of Mina Wisata Technopark Sleman. This research... more
This study aims to analyze the parties involved in program innovation and their interests, identifies the parties who benefit and lose, and determine the sustainability of the development of Mina Wisata Technopark Sleman. This research used qualitative methods with Foucaultian's framework of genealogy of power or knowledge. The construction of the dynamics of relations and power relations can be seen from the discourse on the power of the actors involved in the management, such as the central and local governments as planners at the executive and driving levels; the company as the main key in the tourism industry; local communities in the development area as program objects; as well as the Lurah and the Village Apparatus as implementation and supervisors of development. The dynamics of developing a mina wisata  technopark resulted in the construction that the existence of a management agency was the result of communicative action through a long dialogue process. So, that power o...
Fenomena anak jalanan merupakan salah satu permasalahan krusial yang menyertai proses pembangunan. Dinamika kehidupan anak jalanan yang identik dengan budaya kemiskinan, dianggap menyimpang dari fungsi sosial anak karena berbagai... more
Fenomena anak jalanan merupakan salah satu permasalahan krusial yang menyertai proses pembangunan. Dinamika kehidupan anak jalanan yang identik dengan budaya kemiskinan, dianggap menyimpang dari fungsi sosial anak karena berbagai aktivitas yang dilakukan di jalanan. Selama 9 tahun terakhir, Kementerian Sosial telah mengimplementasikan kebijakan, strategi dan Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) yang bertujuan untuk memberdayakan dan memenuhi kebutuhan anak yang hidup di jalanan, namun demikian upaya tersebut dipandang belum berjalan secara optimal. Gaung �Gerakan Sosial Menuju Indonesia Bebas Anak Jalanan� sebagai bagian dari PKSA masih �asing� terdengar, meski data statistik menunjukkan penurunan jumlah anak jalanan realitanya masih banyak anak jalanan yang melakukan berbagai aktivitas di sudut-sudut kota seperti di traffict light, stasiun-stasiun, terminal dan di sekitar pusat-pusat perbelanjaan. Hal ini membuktikan bahwa program-program perlindungan dan pelayanan anak jalanan...
Difabel Siaga Bencana (Difagana) D.I.Yogyakarta sebagai Difagana pertama di Indonesia merupakan wadah berhimpun difabel terlatih dalam sistem manajemen bencana. Keberadaan Difagana sebagai bagian dari transformasi sistem manajemen bencana... more
Difabel Siaga Bencana (Difagana) D.I.Yogyakarta sebagai Difagana pertama di Indonesia merupakan wadah berhimpun difabel terlatih dalam sistem manajemen bencana. Keberadaan Difagana sebagai bagian dari transformasi sistem manajemen bencana berbasis masyarakat merupakan soft campaign dalam mewujudkan daerah tangguh bencana. Difagana dituntut untuk bisa meningkatkan modal sosial inklusif dalam menghadapi situasi bencana bagi diri sendiri, keluarga maupun tetangga, sehingga permasalahan penanggulangan bencana bisa dipahami sebagai upaya meningkatkan kemampuan Difagana dalam mengurangi resiko bencana di sekitar kehidupannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi modal sosial inklusif Difagana dalam sistem manajemen bencana berbasis masyarakat di D.I.Yogyakarta. Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa penguatan modal sosial Difagana terlihat dari adanya sikap saling percaya, terbentuknya kerja sama dan kohesifitas, pranata sosial yang kuat, saling tukar kebaikan, perluasan jaringan, serta peningkatan partisipasi guna peningkatan daya saing kolektif secara berkelanjutan. Kekuatan modal sosial Difagana dibangkitkan oleh nilai yang membentuk jaringan mutual trust, mutual respect dan mutual benefit. Hal ini dapat dipahami menggunakan tiga kerangka modal sosial yakni social bonding, social bridging, dan social linking. Keberadaan Difagana dengan kondisi modal sosial yang baik, diikuti dengan semangat juang yang tinggi dan kepemimpinan yang kuat, ternyata belum sepenuhnya mengakomodasi sistem manajemen bencana yang inklusif. Pembentukan struktur yang diciptakan oleh pemerintah ini masih berfokus pada pemenuhan hasil dibanding pemenuhan kebutuhan masing-masing kriteria disabilitas. Belum optimalnya pemanfaatan modal sosial yang merupakan nilai-nilai dan hubungan-hubungan sosial yang mengakar dalam struktur Difagana mengakibatkan pelaksanaan program belum bisa dilaksanakan, berkesinambungan antar waktu, antar generasi dan antar kalangan.
This article examines the integration of the sister village program in the emergency response to the Mount Merapi disaster during the COVID-19 pandemic using the analysis of the AGIL functions- Adaptation (A), Goal attainment (G),... more
This article examines the integration of the sister village program in the emergency response to the Mount Merapi disaster during the COVID-19 pandemic using the analysis of the AGIL functions- Adaptation (A), Goal attainment (G), Integration (I), and Latency (L). This study uses a descriptive narrative method. Primary and secondary data were collected through interviews, observations, documentation and FGDs in order to support and strengthen the results. The study findings show that according to the functionalism perspective, the condition of Nggargomulyo Village and Tamanagung Village people which are bound by the MoU sister village still has not shown harmonization. The community involvement of Tamanagung Village actively in the management of the evacuation is relatively low. Whereas community involvement in the sister village program is the basic principle of achieving the goals of this village fraternity cooperation. This condition resulted in the people of Ngargomulyo Village ...
Pemberdayaan pengelolaan sampah merupakan upaya yang berkelanjutan serta  menjadi solusi dalam mengatasi rusaknya lingkungan karena sampah. Kesadaran warga dalam pengelolaan sampah keluarga masih kurang. Oleh karena itu, pengabdian ini... more
Pemberdayaan pengelolaan sampah merupakan upaya yang berkelanjutan serta  menjadi solusi dalam mengatasi rusaknya lingkungan karena sampah. Kesadaran warga dalam pengelolaan sampah keluarga masih kurang. Oleh karena itu, pengabdian ini dilakukan memberikan motivasi, edukasi, penyuluhan dan pelatihan swakelola sampah keluarga di PKK Desa Trimulyo, Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul. Tujuan dari pengabdian ini adalah untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat melalui ibu-ibu PKK tentang pentingnya penanganan sampah rumah tangga, meningkatkan keterampilan mitra dalam pengolahan sampah secara 4R (reduce, reuse, recycle, replace) agar menjadi produk bernilai ekonomis, dan mengorganisasi masyarakat agar memiliki kesadaran dalam membentuk kelompok pengelola sampah mandiri (KPSM) di Desa Trimulyo. Metode kegiatan melalui sosialisasi tentang swakelola sampah yang dilanjutkan dengan pelatihan sampah organik. Kegiatan diikuti oleh ibu-ibu PKK perwakilan tiap  pedukuhan. Hasil dari kegiatan pe...
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses optimalisasi pengembangan inisiatif masyarakat rusunawa berbasis dinamika internal melalui penguatan kelembagaan sosial yang dilakukan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan... more
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses optimalisasi pengembangan inisiatif masyarakat rusunawa berbasis dinamika internal melalui penguatan kelembagaan sosial yang dilakukan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif analitis. Temuan di lapangan menunjukkan bahwa optimalisasi pengembangan inisiatif masyarakat rusunawa belum bisa dilakukan secara maksimal karena kelembagaan sosial yang ada di lingkungan masyarakat penghuni rusunawa ternyata belum seluruhnya terbentuk atas dasar kebutuhan dan inisiasi masyarakat secara mandiri sehingga pola aktivitas keseharian masyarakat belum bisa sejalan dengan proses pemenuhan kebutuhan bersama. Kelembagaan sosial yang ada justru melakukan eksklusi terhadap inisiatif, pemikiran dan nilai-nilai yang membuka peluang untuk keluar dari keterbatasan. Keberadaan kelembagaan sosial mengalami defisit makna karena adanya ketimpangan relasi kuasa, di mana pelaku kebijakan lebih mendominasi wacana dan pemaknaan, serta mer...
Kaum difabel merupakan kelompok beresiko tinggi yang cenderung tidak �terlihat� selama terjadi bencana. Apalagi diikutsertakan dalam usaha-usaha kesiapsiagaan dan tanggap darurat. Hal ini dikarenakan keterbatasan mereka dalam mengakses... more
Kaum difabel merupakan kelompok beresiko tinggi yang cenderung tidak �terlihat� selama terjadi bencana. Apalagi diikutsertakan dalam usaha-usaha kesiapsiagaan dan tanggap darurat. Hal ini dikarenakan keterbatasan mereka dalam mengakses lingkungan fisik, informasi dan komunikasi, pengetahuan, serta keterbatasan keterampilan maupun kemampuan. Mereka cenderung dianggap menjadi beban dan seringkali diabaikan oleh sistem. Berdasarkan permasalahan tersebut maka mainstreaming disabilitas dalam manajemen bencana inklusif harus terwujud agar keseluruhan sistem bisa seimbang dan dapat bekerja dengan baik. Terlebih saat ini dunia global sedang menghadapi bencana Pandemi COVID-19 yang menuntut kesiapan seluruh lapisan masyarakat, khususnya penyandang disabilitas untuk melakukan upaya mitigasi dan antisipasi risiko bencana pandemi sesuai dengan perannya masing-masing. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperkaya diskursus inklusi disabilitas dalam manajemen risiko bencana yang masih sangat...
Fenomena anak jalanan merupakan salah satu permasalahan krusial yang menyertai proses pembangunan. Dinamika kehidupan anak jalanan yang identik dengan budaya kemiskinan, dianggap menyimpang dari fungsi sosial anak karena berbagai... more
Fenomena anak jalanan merupakan salah satu permasalahan krusial yang menyertai proses pembangunan. Dinamika kehidupan anak jalanan yang identik dengan budaya kemiskinan, dianggap menyimpang dari fungsi sosial anak karena berbagai aktivitas yang dilakukan di jalanan. Selama 9 tahun terakhir, Kementerian Sosial telah mengimplementasikan kebijakan, strategi dan Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) yang bertujuan untuk memberdayakan dan memenuhi kebutuhan anak yang hidup di jalanan, namun demikian upaya tersebut dipandang belum berjalan secara optimal. Gaung “Gerakan Sosial Menuju Indonesia Bebas Anak Jalanan” sebagai bagian dari PKSA masih “asing” terdengar, meski data statistik menunjukkan penurunan jumlah anak jalanan realitanya masih banyak anak jalanan yang melakukan berbagai aktivitas di sudut-sudut kota seperti di traffict light, stasiun-stasiun, terminal dan di sekitar pusat-pusat perbelanjaan. Hal ini membuktikan bahwa program-program perlindungan dan pelayanan anak jalanan belum berjalan secara efektif dan belum terintegrasi dengan baik.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana manifestasi PKSA dalam mewujudkan kesejahteraan sosial anak jalanan di Rumah Singgah Anak Mandiri (RSAM) Yogyakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan menggunakan deskriptif analisis. Setelah data terkumpul maka teknik analisis data dilakukan dengan tahapan seleksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Agar hasil penelitian dapat dipercaya maka dilakukan triangulasi guna menguji keabsahan data penelitian. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pelaksanaan PKSA di RSAM Yogyakarta memiliki dampak yang positif bagi anak jalanan. Hal ini dapat dilihat dari tercapainya kebutuhan dasar anak jalanan yang menjadi binaan, tercapainya pendidikan dasar anak jalanan karena sebagian besar anak jalanan bisa kembali bersekolah, dan berkurangnya waktu anak berada di jalanan.

Kata kunci: PKSA, Kesejahteraan Sosial, Anak Jalanan, RSAM.
Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan dunia industri yang semakin pesat, muncul sebagai sarana pemenuhan kebutuhan manusia. Selain menghasilkan maksimalisasi cara berpikir, pembangunan industri juga berdampak positif bagi meningkatkan... more
Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan dunia industri yang semakin pesat, muncul sebagai sarana pemenuhan kebutuhan manusia. Selain menghasilkan maksimalisasi cara berpikir, pembangunan industri juga berdampak positif bagi meningkatkan produktivitas ekonomi. Bidang-bidang usaha yang beragam semakin memperluas lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Apalagi didukung dengan adanya kebijakan otonomi daerah yang menjadikan daerah ikut berlomba-lomba memajukan dirinya dengan memberi kesempatan bagi perusahaan-perusahaan untuk menjadi asset pembangunan di daerahnya.
Dampak positif perkembangan dunia industri di Indonesia yang seharusnya seiring-sejalan dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat, ternyata justru memarginalkan masyarakat di sekitar pengoperasian perusahaan. Sesuatu yang tidak bisa dihindarkan adalah ketika perusahaan menghasilkan dampak yang merugikan bagi alam, lingkungan dan habitat hidup masyarakat sekitar, sementara ketidakseimbangan pengelolaan keuntungan perusahaan dengan pengelolaan sosialnya cenderung mendorong munculnya konflik industri di berbagai daerah.

Tulisan ini menawarkan gagasan bagi resolusi konflik industri yang lebih berkeadilan dengan menekankan pada proses pemberdayaan masyarakat yang dapat mengekspresikan nilai-nilai keadilan, akuntabilitas, kesempatan, partisipasi, kerjasama, kesetaraan dan proses belajar berkelanjutan. Strategi perusahaan melaksanakan CSR melalui praktek community development bertujuan untuk mengelola dan  mereduksi kesenjangan serta dampak sosial yang terjadi antara perusahaan dengan masyarakat lokal sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Investasi program CSR yang dilaksanakan perusahaan dengan mengaplikasikan konsep keadilan dan pemerataan, merupakan upaya penguatan modal sosial yang nantinya dapat mengarah pada positif peace. Tidak hanya sebatas meredam konflik tetapi juga memungkinkan terjalinnya kolaborasi dan kerjasama yang kohesif antar pemangku kekuasaan (perusahaan, masyarakat dan pemerintah).

Pengintegrasian CSR bisa memberikan harapan baru bagi suksesnya pembangunan berkelanjutan sehingga konflik industri bisa dihindarkan, akses masyarakat dalam memperoleh sumber penghidupan dan peningkatan kesejahteraan semakin terbuka, serta jaminan keamanan bagi perusahaan dalam proses produksi bisa menghasilkan keuntungan maksimal. Disinilah pentingnya CSR sebagai jembatan dan upaya resolusi konflik, sehingga tidak berlebihan jika pada akhirnya program CSR melalui praktek community development bisa mengakomodir berbagai kepentingan.

Kata Kunci:  CSR; konflik industri; resolusi konflik
Difabel Siaga Bencana (Difagana) D.I.Yogyakarta sebagai Difagana pertama di Indonesia merupakan wadah berhimpun difabel terlatih dalam sistem manajemen bencana. Keberadaan Difagana sebagai bagian dari transformasi sistem manajemen bencana... more
Difabel Siaga Bencana (Difagana) D.I.Yogyakarta sebagai Difagana pertama di
Indonesia merupakan wadah berhimpun difabel terlatih dalam sistem manajemen
bencana. Keberadaan Difagana sebagai bagian dari transformasi sistem manajemen
bencana berbasis masyarakat merupakan soft campaign dalam mewujudkan daerah
tangguh bencana. Difagana dituntut untuk bisa meningkatkan modal sosial inklusif
dalam menghadapi situasi bencana bagi diri sendiri, keluarga maupun tetangga,
sehingga permasalahan penanggulangan bencana bisa dipahami sebagai upaya
meningkatkan kemampuan Difagana dalam mengurangi resiko bencana di sekitar
kehidupannya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi modal sosial inklusif Difagana
dalam sistem manajemen bencana berbasis masyarakat di D.I.Yogyakarta. Metode
yang digunakan adalah kualitatif deskriptif. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa
penguatan modal sosial Difagana terlihat dari adanya sikap saling percaya,
terbentuknya kerja sama dan kohesifitas, pranata sosial yang kuat, saling tukar
kebaikan, perluasan jaringan, serta peningkatan partisipasi guna peningkatan daya
saing kolektif secara berkelanjutan. Kekuatan modal sosial Difagana dibangkitkan
oleh nilai yang membentuk jaringan mutual trust, mutual respect dan mutual benefit.
Hal ini dapat dipahami menggunakan tiga kerangka modal sosial yakni social
bonding, social bridging, dan social linking.
Keberadaan Difagana dengan kondisi modal sosial yang baik, diikuti dengan
semangat juang yang tinggi dan kepemimpinan yang kuat, ternyata belum
sepenuhnya mengakomodasi sistem manajemen bencana yang inklusif.
Pembentukan struktur yang diciptakan oleh pemerintah ini masih berfokus pada
pemenuhan hasil dibanding pemenuhan kebutuhan masing-masing kriteria
disabilitas. Belum optimalnya pemanfaatan modal sosial yang merupakan nilai-nilai
dan hubungan-hubungan sosial yang mengakar dalam struktur Difagana
mengakibatkan pelaksanaan program belum bisa dilaksanakan, berkesinambungan
antar waktu, antar generasi dan antar kalangan.