[go: up one dir, main page]

0% found this document useful (0 votes)
29 views7 pages

2183 8675 5 PB

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1/ 7

DOI : http://dx.doi.org/10.26630/rj.v14i2.

2183 71

HUBUNGAN PENERAPAN 5 PILAR SANITASI TOTAL BERBASIS


MASYARAKAT (STBM) DAN KEJADIAN DIARE DI DESA TAMAN BARU
KECAMATAN PENENGAHAN KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
Deta Zalva Monica1, Mei Ahyanti2*, Nawan Prianto3
1,2,3
Department of Environmental Health, Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang

Artikel Info : Abstract


Diarrhea affects the death of several people around the world. In Lampung Province, the
Received 8 Agustus 2020 morbidity rate for all age groups tended to increase in 2005-2014. The increase in cases also
Accepted 20 September 2020 occurred in South Lampung Regency from 2016-2018, and the most in Taman Baru Village,
Available online 31 Desember Penengah District. The study used a cross-sectional design with a sample of 267 households,
2020 which are all households in Taman Baru Village. Primary data were collected through a survey
using a questionnaire and checklist. The collected data were processed and analyzed in a
Editor: Prayudhy Yushananta bivariate manner with the help of a computer program. The results showed a relationship
between knowledge and application of the five pillars of STBM and the incidence of diarrhea.
Community leaders and village officials fully support STBM activities. The people of Taman
Key word :
Baru Village have not carried out liquid waste management and household waste
management, this factor can be the cause of the increasing incidence of diarrhea.
STBM, ODF, diarrhea, family
Diare berpengaruh terhadap kematian sejumlah orang di seluruh dunia. Di Provinsi Lampung,
Kata Kunci : angka kesakitan pada semua kelompok umur cenderung meningkat tahun 2005-2014.
Peningkatan kasus juga terjadi di Kabupaten Lampung Selatan dari tahun 2016-2018, dan
STBM, ODF, diare, keluarga terbanyak di Desa Taman Baru Kecamatan Penengahan. Penelitian menggunakan rancangan
cross sectional dengan sampel berjumlah 267 KK yang merupakan keseluruhan KK yang ada di
Desa Taman Baru. Data primer dikumpulkan melalui survei menggunakan kuesioner dan
checklist. Data yang terkumpul diolah dan dianalisa secara bivariat dengan bantuan program
komputer. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan dan penerapan
lima pilar STBM dengan kejadian diare. Tokoh masyarakat dan aparat desa sepenuhnya
Ruwa Jurai: Jurnal
Kesehatan Lingkungan is licensed
mendukung kegiatan STBM. Masyarakat Desa Taman Baru belum melakukan pengelolaan
under a Creative Commons limbah cair dan pengelolaan sampah di rumah tangga, faktor ini dapat menjadi penyebab
Attribution-NonCommercial 4.0 meningkatnya angka kejadian diare.
International License.


Corresponding author : Mei Ahyanti
Jl. Soekarno-Hatta No 6, Bandar Lampung, Provinsi Lampung
Email : meiahyati@poltekkes-tjk.ac.id

PENDAHULUAN Pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga


Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang (Kementerian Kesehatan RI, 2014).
selanjutnya disebut STBM adalah perilaku Ada sekitar 375 juta kasus diare akut di
higienis dan saniter yang digunakan sebagai Amerika Serikat setiap tahun (1,4 episode
acuan dalam penyelenggaraan STBM. STBM perorang per tahun). Di seluruh dunia, penyakit
memiliki 5 pilar yaitu, berhenti Buang Air Besar diare berpengaruh terhadap 5 miliar orang per
Sembarangan (Stop BAB), Cuci Tangan Pakai tahun, terhitung hampir 10 juta kematian di
Sabun (CTPS), Pengelolaan Minuman dan negara-negara berkembang. Sebuah laporan
Makanan, Pengamanan Sampah Rumah Tangga, tahun 2009 dirilis oleh United Nations Children's
dan Organisasi Kesehatan Dunia mengindikasi-

Monica, Deta Z/Jurnal Ruwa Jurai Volume 14, Number 2, 2020 (page 71-77)
72 DOI : http://dx.doi.org/10.26630/rj.v14i2.2183

kan bahwa diare merenggut nyawa sekitar 1,5 informasi terkait variabel penelitian. Pengumpul-
juta anak-anak kurang dari 5 tahun setiap tahun an data dilakukan pada bulan Maret sampai
(Seupaul, 2019). April 2020. Data primer tentang kejadian diare,
Penyakit diare ditandai dengan tinja atau pengetahuan, dukungan tokoh masyarakat,
feses berubah lembek atau cair, biasanya terjadi pemaparan petugas kesehatan dan penerapan
paling sedikit tiga kali dalam 24 jam. Target pilar STBM dikumpulkan melalui wawancara
cakupan pelayanan penderita diare semua umur menggunakan kuesioner dan pengamatan
(SU) yang datang kesarana kesehatan adalah menggunakan checklist. Selanjut-nya data yang
10% dari perkiraan jumlah penderita (insiden telah terkumpul dianalisa secara univariat dan
diare semua umur dikali jumlah penduduk di bivariate dengan uji chi square dan disajikan
satu wilayah kerja dalam waktu satu tahun). dalam bentuk tabel.
Tahun 2017 jumlah penderita diare SU yang
dilayani di sarana kesehatan sebanyak 4.274.790 HASIL
penderita dan terjadi peningkatan pada tahun
Penerapan 5 Pilar STBM digambarkan pada
2018 yaitu menjadi 4.504.524 penderita atau
tabel 1. Hasil penelitian mendapatkan frekuensi
62,93% dari perkiraan diare di sarana kesehatan.
buang air besar sembarangan sebesar 37.1%,
Secara nasional Insiden diare pada semua
tidak melakukan cuci tangan pakai sabun
kelompok umur adalah 270/1.000 penduduk
sebanyak 19.9%, seluruh responden telah
(Rapid Survey Diare Tahun 2015). Terjadi 10 kali
melakukan pengelolaan makanan dan minuman
KLB Diare pada tahun 2018 yang tersebar di 8
dengan aman (100%), terdapat 93,6% responden
provinsi, 8 kabupaten/kota. Kabupaten Tabanan
dengan pengelolaan sampah rumah tangga
dan Kabupaten buru masing-masing terjadi 2
yang tidak baik, dan pengelolaan limbah cair
KLB. Jumlah penderita 756 orang dan kematian
rumah tangga yang tidak baik sebesar 86.9%.
36 orang (CFR 4,76%) (Kemenkes RI, 2018).
Tabel 2 menyajikan hasil analisis secara
Terdapat kecenderungan peningkatan
bivariat untuk melihat hubungan antara dua
Insidens Rate diare untuk semua kelompok umur
variabel. Dari hasil analisis dapat dijelaskan ada
di Provinsi Lampung dari tahun 2005 – 2014,
hubungan yang bermakna antara perilaku BAB
yaitu dari 9,8 per 1000 penduduk menjadi 21,4
(p=0,000), perilaku cuci tangan (p=0,001) dan
per 1000 penduduk tahun 2013. Peningkatan
pengelolaan limbah rumah tangga (p = 0,004)
kasus diare juga terjadi di wilayah Kabupaten
dengan kejadian diare. Sedangkan variabel yang
Lampung Selatan dari tahun 2016 – 2018 (Dinas
tidak berhubungan secara bermakna adalah
Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan, 2017).
pengelolaan sampah rumah tangga (p =0,087).
Distribusi kasus per wilayah kerja Puskesmas
Analisis secara bivariat tidak dapat dilakukan
yang ada di Kabupaten Lampung Selatan kasus
terhadap variabel pengelolaan makanan,
diare terbanyak yaitu di Puskesmas Rawat Inap
disebabkan 100% responden telah melakukan
Penengahan Kecamatan Penengahan. Penyakit
pengolahan makanan dan minuman yang aman
diare dipengaruhi oleh kondisi sanitasi yang
di tingkat rumah tangga.
kurang. Program STBM telah dicanangkan oleh
Dari lima pilar kemudian digabungkan
pemerintah namun kejadian diare semakin
menjadi variabel penerapan STBM. Hasil analisis
meningkat, maka tujuan dari penelitian ini
mendapatkan p value = 0,000, maka dapat
adalah mengkaji penerapan 5 pilar STBM dan
dinyatakan terdapat hubungan yang bermakna
kejadian diare.
antara penerapan STBM dengan kejadian diare.

METODE
PEMBAHASAN
Penelitian menggunakan rancangan Cross
sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh 1. Perilaku Buang Air Besar
KK di desa Taman Baru Kecamatan Penengahan Desa Taman Baru sedang dalam proses Open
Kabupaten Lampung Selatan berjumlah 267 KK. Deffecation Free (ODF) pada tahun 2020. Dari
Sampel adalah total populasi yaitu 267 KK. wawancara yang dilakukan, sebagian responden
Sebagai responden adalah kepala keluarga atau yang mengatakan masih berperilaku BABS yaitu
anggota keluarga yang dapat memberikan di sungai dan di kebun atau dijamban cemplung

Monica, Deta Z/Jurnal Ruwa Jurai Volume 14, Number 2, 2020 (page 71-77)
DOI : http://dx.doi.org/10.26630/rj.v14i2.2183 73

yang dibuat di belakang rumah, dan beberapa jamban dan mencemari sumber air. Stop BABS
rumah disana mempunyai jamban tetapi saluran adalah suatu kondisi dimana setiap orang dalam
penampungan tinja atau septictanknya langsung suatu kelompok masyarakat sudah melakukan
ke sungai, setiap keluarga harus memiliki jamban perilaku buang air besar pada tempatnya,
sehat karena perilaku BAB di sungai dan kebun sehingga tidak berpotensi menyebarkan
dapat menyebabkan penyakit karena kotoran/ penyakit (Yushananta, Ahyanti, & Hasan, 2018).
tinja merupakan tempat perkembang-biakan Penggunaan toilet yang tidak sehat dan
kuman salah satunya adalah kuman penyebab pembuangan yang tidak aman tinja
diare. Menggunakan jamban tanpa septictank, berkontribusi terhadap penyebaran diare (Pahmi,
tinja dapat merembes kedalam tanah sekitar 2019).

Tabel 1. Distribusi Responden Berdaraskan 5 Pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat


Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Frekuensi Persentase
Buang Air Besar Sembarangan
BABS 168 62.9
Tidak BABS 99 37.1
Cuci Tangan Pakai Sabun
Tidak CTPS 53 19.9
CTPS 214 80.1
Pengelolaan Makanan dan Minuman
Tidak Aman 0 0
Aman 267 100
Pengamanan Sampah Rumah Tangga
Tidak Aman 250 93.6
Aman 17 6.4
Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga
Tidak Aman 232 13.1
Aman 35 86.9

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian- (septictank) fungsinya sebagai pengolah dan
penelitian lain yang menyatakan terdapat pengurai kotoran/tinja agar pencemaran atau
hubungan bermakna antara BABS dengan kontaminasi dari tinja melalui vektor pembawa
kejadian diare (Entianopa et al., 2017; Mukti et penyakit, baik secara langsung maupun tidak
al., 2016; Prayitno & Widati, 2018; Syam & langsung dapat dicegah.
Asriani, 2019). Dalam Permenkes RI no. 3 tahun
2018 disebutkan bahwa buang air besar di 2. Perilaku cuci tangan pakai sabun
jamban yang sehat sangat efektif untuk Budaya cuci tangan dengan sabun terutama
memutus mata rantai penularan diare. sebelum makan dan setelah BAB merupakan
Pembangunan jamban sehat harus diupayakan, sarana penghindar penyakit diare. Tangan yang
sehingga keluarga miliki akses terhadap jamban, tidak dibersihkan dengan benar, mengandung
serta digunakan oleh keluarga. Jamban dapat kuman penyakit dan menjadi media masuknya
ditempatkan di dalam rumah atau di luar rumah penyakit kedalam tubuh manusia (Nugraheni,
agar mudah dijangkau oleh penghuni rumah. 2012).
Syarat standar yang harus dimiliki jamban agar Penelitian ini menunjukkan bahwa ada
menjamin kesehatan bangunan jamban antara hubungan antara penerapan cuci tangan pakai
lain : memiliki atap, fungsinya agar pemakai sabun dengan kejadian diare. Hasil observasi
terlindung dari gangguan cuaca dan gangguan diketahui bahwa pada rumah responden sudah
lainnya. Terdapat lubang pembuangan kotoran tersedia air mengalir di dalam rumah untuk
dengan konstruksi leher angsa atau bukan leher mencuci tangan, tersedia sabun untuk mencuci
angsa berpenutup dengan lantai jamban kedap tangan di dalam rumah, namun perlengkapan
air, tidak licin, dan dilengkapi SPAL pada khusus CTPS di dalam rumah, dan waktu cuci
bangunan tengah jamban, dan pada bangunan tangan bagi keluarga masih kurang tepat.
bawah jamban, terdapat bak penampungan Waktu-waktu penting CTPS adalah sebelum dan

Monica, Deta Z/Jurnal Ruwa Jurai Volume 14, Number 2, 2020 (page 71-77)
74 DOI : http://dx.doi.org/10.26630/rj.v14i2.2183

sesudah makan, sesudah buang air besar, makan anak dan sebelum makan, mempunyai
sesudah menceboki dan membuang tinja, dan dampak dalam kejadian diare (menurunkan
sebelum menyajikan makanan. Mencuci tangan angka kejadian diare sebesar 47%) (Djarkoni,
dengan sabun, terutama sesudah buang air Lampus, Siagian, Kaunang, & Palandeng, 2014;
besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum Kody & Landi, 2016; Risnawaty, 2017;
menyiapkan makanan, sebelum menyuapi Yushananta & Usman, 2018).

Tabel 2. Hubungan 5 Pilar STBM Dengan Kejadian Diare


BABS Diare Tidak Diare
N %
N % N %
Perilaku BAB
BABS 52 31 116 69 168 100
0.000
Tidak BABS 60 60,6 39 39,4 99 100
Perilaku CTPS
Tidak CTPS 33 62,3 20 37,7 53 100
0.001
CTPS 79 36,9 135 63,1 214 100
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
Tidak aman 101 40,4 149 59,6 250 100
0.087
Aman 11 64,7 6 35,3 17 100
Pengelolaan Limbah Rumah Tangga
Tidak aman 89 38,4 143 61,6 232 100
0.004
Aman 23 65,7 12 34,3 35 100
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
Tidak diterapkan 59 56,7 45 43,3 104 100
0.000
Diterapkan 53 32,5 110 67,5 163 100

Mencuci tangan dengan baik dan benar baik yaitu menggunakan air minum/air yang
hendaknya menggunakan sabun. Sabun akan dimasak sebelum dikonsumsi, menggunakan air
membunuh mikroorganisme merugikan bagi minum yang sudah diolah ditempatkan di wadah
tubuh. Cuci tangan saja tidak cukup karena air yang tertutup rapat, Secara rutin membersihkan
mengalir tidak membunuh bakteri yang terdapat wadah air minum (setidaknya seminggu sekali),
pada tangan. Sabun mengandung zat menyimpan makanan yang sudah dimasak
desinfektan seperti TCC dan triclosan. Zat ini dalam wadah tertutup dan bersih, dan selalu
lebih efektif membunuh kuman dibandingkan mencuci bahan makanan sebelum diolah
hanya mengandalkan aliran air dan gesekan saat dengan air yang mengalir dan bersih. Sehingga
mencuci tangan dalam membasmi kuman. Maka kemungkinan vektor lalat atau vektor lain untuk
diharapkan untuk mempunyai tempat cuci hinggap di makanan cukup kecil.
tangan yang tersedia air mengalir dan sabun. Pengelolaan air minum rumah tangga yang
Serta cuci tangan pakai sabun yang baik selama efektif yaitu pengelolaan air baku, pengelolaan
20-30 detik setiap waktu-waktu penting, untuk air untuk minum, wadah penyimpanan air
menurangi tingkat penyakit dan terhindar dari minum, dan hal penting dalam pengelolaan air
kuman penyakit (Kody & Landi, 2016; minum makanan rumah tangga (PAMM-RT).
Purwandari, Ardiana, & Wantiyah, 2013; Utomo, Pengelolaan makanan rumah tangga yang
2013). efektif mengikuti 6 prinsip hygiene sanitasi
makanan yaitu, pemilihan bahan makanan,
3. Pengelolaan Makanan dan Minuman di rumah penyimpanan bahan makanan, pengolahan
tangga makanan, penyimpanan makanan matang,
Penyakit yang menyerang manusia dapat pengangkutan makanan, dan penyajian
disebarkan melalui air sehingga trjadi makanan. Apabila 6 prinsip pengelolaan
penyebarab wabah. Seluruh responden telah makanan minuman diterapkan dirumah tangga,
melakukan pengelolaan makanan dan minuman- dapat mencegah terjadinya penyakit diare
nya dengan baik atu pada kriteria aman (100%). (Ikrimah, Maharso, & Noraida, 2019; Rostina &
Pengelolaan makanan dan minuman dengan Mutiana, 2018).

Monica, Deta Z/Jurnal Ruwa Jurai Volume 14, Number 2, 2020 (page 71-77)
DOI : http://dx.doi.org/10.26630/rj.v14i2.2183 75

4. Pengelolaan sampah rumah tangga mendaur ulang kembali barang lama menjadi
Penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada barang baru.
hubungan antara pengelolaan sampah rumah
tangga dengan kejadian diare. Hasil ini dapat 5. Pengelolaan limbah cair rumah tangga
disebabkan oleh sebagaian besar rumah tangga Limbah cair rumah tangga berupa air bekas
tidak melakukan pengelolaan sambah dengan yang dihasilkan dari buangan dapur, kamar
baik. Sampah padat rumah tangga dibuang mandi, dan sarana cuci tangan harus disalurkan
berserakan dihalaman rumah, tempat sampah ke saluran pembuangan air limbah. Tidak adanya
dirumah tidak terpisah antara sampah organik saluran air limbah atau jenis saluran yang
dan anorganik, sampah yang terkumpul dirumah digunakan terbuka, akan menyebabkan air
tidak diangkut ke tempat pembuangan akhir limbah merembes ke tanah yang dilaluinya dan
secara rutin karena masih dalam proses menyebabkan pencemaran. Air limbah juga
pembuatan lahan TPA maka sampah masih dapat mencemari jika ada sumber air bersih
dibakar dihalaman rumah atau dibuang disekitar air limbah. Jenis penampungan air
disungai, dan sampah padat rumah tangga tidak limbah sebaiknya adalah sumur serapan atau
dikelolah dengan didaur ulang atau dijadikan selokan umum, penampungan air limbah di
pupuk. pekarangan, kebun, atau sawah juga dapat
Pengelolaan sampah rumah tangga yang mencemari tanah dan mengundang binatang
aman meliputi proses pengumpulan sampah seperti lalat. Air limbah yang mengandung
menggunakan wadah yang tertutup, kuman diare dapat masuk ke air bersih ataupun
pengangkutan dari dalam rumah ke tempat makanan.
pengumpulan sementara yang ada di luar Berdasarkan observasi hampir seluruh
rumah, untuk sampah organic dapat dilakukan responden masuk kedalam kriteria tidak aman
proses pengomposan (dibuat lubang di dalam hal pengelolaan limbah cair rumah
pekarangan rumah untuk menimbun sampah tangga. Limbah cair tidak diolah dan langsung
organic), melakukan daur ulang untuk sampah dibuang ke sungai, air limbah dari kamar mandi
anorganik atau pembuangan dari material dan dapur tercampur dengan air jamban. Pada
sampah dengan cara yang tidak membahayakan tingkat rumah tangga diperlukan sarana berupa
kesehatan masyarakat. Supaya rumah aman dari sumur resapan dan saluran pembuangan air
gangguan sampah, maka sebaiknya sampah limbah rumah tangga. Limbah cair rumah tangga
tidak berada di dalam rumah dan harus dibuang yang berupa tinja dan urine disalurkan ke tangki
setiap hari, pemilahan dalam bentuk septic yang dilengkapi dengan sumur resapan
pengelompokkan dan pemisahan sampah sesuai agar tidak mengundang vektor seperti lalat. Air
dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah, limbah yang mengandung kuman diare dapat
pemilahan sampah dilakukan terhadap 2 (dua) masuk ke air bersih ataupun makanan
jenis sampah, yaitu organik dan anorganik. Menurut Langit (2016) berdasarkan hasil
Untuk itu perlu disediakan tempat sampah penelitian tidak adanya saluran air limbah atau
tersebut. Tempat sampah harus tertutup rapat, jenis saluran yang digunakan terbuka, akan
sampah diambil dan dikumpulkan kemudian dapat menyebabkan air limbah merembes ke
dipindahkan dari rumah ke tempat tanah – tanah yang dilaluinya dan menyebabkan
penampungan sementara atau tempat pencemaran. Air limbah juga dapat mencemari
pengolahan sampah terpadu, sampah yang telah jika ada sumber air bersih di sekitar air limbah.
dikumpulkan di tempat penampungan Jenis penampung air limbah sebaiknya adalah
sementara atau tempat pengolahan sampah sumur resapan atau selokan umum (Langit,
terpadu diangkut ke tempat pemrosesan akhir. 2016).
Prinsip pengamanan sampah rumah tangga
yaitu reduce adalah mengurangi sampah dengan 6. Penerapan 5 pilar STBM
mengurangi pemakaian barang atau benda yang STBM merupakan sebuah pendekatan dalam
tidak terlalu dibutuhkan, reuse adalah mengarahkan perilaku masyarakat kearah yang
memanfaatkan barang yang sudah tidak terpakai lebih baik yaitu perilaku yang higienis dan
tanpa mengubah bentuk, dan recycle adalah saniter melalui upaya pemberdayaan dengan

Monica, Deta Z/Jurnal Ruwa Jurai Volume 14, Number 2, 2020 (page 71-77)
76 DOI : http://dx.doi.org/10.26630/rj.v14i2.2183

memicu masyarakat. Upaya telah dilakukan oleh Makanan Rumah Tangga Dengan Kejadian
pemerintah dalam melakukan pendekatan Diare. JURNAL KESEHATAN LINGKUNGAN:
tersebut. Akan tetapi praktiknya di masyarakat Jurnal Dan Aplikasi Teknik Kesehatan
kadang kala tidak sesuai harapan. Hal ini Lingkungan, 15(2), 655.
dibuktikan dengan hasil penelitian ini, terdapat https://doi.org/10.31964/jkl.v15i2.134
hubungan yang bermakna antara penerapan Kemenkes RI. (2018). Profil Kesehatan Indonesia
STBM dengan kejadian diare. Tahun 2018.
https://doi.org/https://doi.org/10.1002/qj
Hasil analisa STBM melalui 5 pilar
Kementerian Kesehatan RI. (2014). Peraturan
menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang
Menteri Kesehatan RI No. 03 Tahun 2014
bermakna antara penerapan STBM dengan
tentang Sanitasi Total Berbasis MAsyarakat.
kejadian diare. 5 pilar harus dilaksanakan
Kody, M. M., & Landi, M. (2016). Kebiasaan
dengan benar dan secara bersama-sama antara
Mencuci Tangan dengan Kejadian Diare pada
masyarakat, petugas kesehatan, tokoh Anak Sekolah Dasar Negeri Kota Waingapu
masyarakat dan aparat desa agar kajadian diare Kabupaten Sumba Timur. Jurnal Kesehatan
dapat dikendalikan. Primer, 1(1), 47–55.
Langit, L. S. (2016). Hubungan Kondisi Saitasi Dasar
SIMPULAN Rumah dengan Kejadian Diare pada Baita di
Terdapat hubungan yang bermakna antara Wilayah Kerja Puskesmas Rembang 2. Jurnal
pengetahuan dan penerapan STBM dengan Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 4(2), 160–
kejadian diare di Desa Taman Baru Kecamatan 165.
Penengahan Kabupaten Lampung Selatan. Untuk Mukti, D., Raharjo, M., & Dewanti, N. (2016).
mengendalikan kejadian diare, perlu dilaksana- Hubungan Antara Penerapan Program Sanitasi
kan peningkatan pengetahuan melalui Total Berbasis Masyarakat (Stbm) Dengan
Kejadian Diare Di Wilayah Kerja Puskesmas
penyuluhan dan penerapan STBM secara benar
Jatibogor Kabupaten Tegal. Jurnal Kesehatan
dan bersama-sama antara masyarakat, petugas
Masyarakat Universitas Diponegoro, 4(3), 767–
kesehatan, tokoh masyarakat dan aparat desa.
775.
Nugraheni, D. (2012). Hubungan Kondisi Fasilitas
DAFTAR PUSTAKA Sanitasi Dasar Dan Personal Hygiene Dengan
Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan. Kejadian Diare Di Kecamatan Semarang Utara
(2017). Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat.
Selatan. Kalianda: Dinas Kesehatan Kabupaten Pahmi, L. (2019). Household Risk Factors For
Lampung Selatan. Diarrhoea Disease In Children Under Five Years
Djarkoni, I. H., Lampus, B. ., Siagian, I. E., Kaunang, Old In Indonesia. Jurnal Ilmu Kesehatan
W. P. ., & Palandeng, H. (2014). Hubungan Masyarakat, 10(March), 50–58.
Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun Dengan Prayitno, J., & Widati, S. (2018). Kajian Strategi
Kejadian Diare Di Sd Advent Sario Kota Promosi Kesehatan Sanitasi Total. Jurnal
Manado. Jurnal Kedokteran Komunitas Dan Kesehatan Lingkungan, 11(3), 267–274.
Tropik, 2(3), 95–98. Purwandari, R., Ardiana, A., & Wantiyah. (2013).
Entianopa, M., Marisdayana, R., Andriani, L., & Hubungan antara Perilaku Mencuci Tangan
Hendriani, V. (2017a). Analisis Pelaksanaan dengan Insiden Diare pada Anak Usia Sekolah
Program STBM Pilar Pertama Stob Buang Air 77 di Kabupaten Jember. Jurnal Keperawatan, 4(2),
Besar Sembarangan di Desa Ampelu Kabupaten 122–130.
Batanghari. Jurnal Kesehatan Terpadu, Vol. 1. Risnawaty, G. (2017). Faktor Determinan Perilaku
https://doi.org/10.36002/jkt.v1i2.267 Cuci Tangan Pakai Sabun (Ctps) Pada
Entianopa, M., Marisdayana, R., Andriani, L., & Masyarakat Di Tanah Kalikedinding. Jurnal
Hendriani, V. (2017b). Analisis Pelaksanaan PROMKES, 4(1), 70.
Program Stbm Pilar Pertama Stop Buang Air https://doi.org/10.20473/jpk.v4.i1.2016.70-81
Besar Sembarangan Di Desa Ampelu Kabupaten Rostina, & Mutiana, R. (2018). Hubungan Perilaku
Batanghari. Jurnal Kesehatan Terpadu, 1(2), 49– Penjamah Maknan dengan Keberadaan MPN
53. https://doi.org/10.36002/jkt.v1i2.267 Coliform pada Minuman di Angkringan
Ikrimah, I., Maharso, M., & Noraida, N. (2019). Kabupaten Barru. Jurnal Sololipu : Media
Hubungan Pengelolaan Air Minum dan Komunikasi Sivitas Akademica Dan Masyarakat,

Monica, Deta Z/Jurnal Ruwa Jurai Volume 14, Number 2, 2020 (page 71-77)
DOI : http://dx.doi.org/10.26630/rj.v14i2.2183 77

18(2), S-102. Kecamatan Todanan Kabupaten Blora. Jurnal


Seupaul, R. A. (2019). Diarrhea Red flags Anatomic Keperawatan, 6(1), 1–10.
essentials. https://doi.org/10.1007/s11340-009-9279-9
Syam, S., & Asriani, A. (2019). Penerapan Sanitasi Yushananta, P., Ahyanti, M., & Hasan, A. (2018).
Total Berbasis Masyarakat (Stbm) Pilar 1 Stop Sanitasi Total Berbasis Masyarakat di Desa
Buang Air Besar Sembarangan (Stop Babs) Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten
Dengan Kejadian Penyakit Diare Di Kelurahan Pesawaran. Sakai Sambayan Jurnal Pengabdian
Lakkang Kecamatan Tallo Kota Makassar. Kepada Masyarakat, 2(2), 76.
Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika https://doi.org/10.23960/jss.v2i2.79
Dan Masyarakat, 19(1), 109. Yushananta, P., & Usman, S. (2018). The Incidence
https://doi.org/10.32382/sulolipu.v19i1.1035 of Diarrhea in Babies Affected through the
Utomo, A. M. dkk. (2013). Hubungan Perilaku Cuci Cleanliness of Eating Utensils and Hands.
Tangan Pakai Sabun (CTPS) Dengan Kejadian Journal of Medical Science And Clinical Research,
Diare Anak Usia Sekolah Di Sdn 02 Pelemsengir 6(9). https://doi.org/10.18535/jmscr/v6i9.137

Monica, Deta Z/Jurnal Ruwa Jurai Volume 14, Number 2, 2020 (page 71-77)

You might also like