[go: up one dir, main page]

0% found this document useful (0 votes)
22 views9 pages

Zootec Vol. 40 No. 1: 299 - 307 (Januari 2020) pISSN 0852 - 2626 eISSN 2615 - 8698

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1/ 9

Zootec Vol. 40 No.

1 : 299 – 307 (Januari 2020) pISSN 0852 – 2626 eISSN 2615 – 8698

PENGARUH PENGGANTIAN JAGUNG DENGAN MOLASES TERHADAP


PERFORMA TERNAK KELINCI

Monica Sengkey, Y. L. R Tulung*, R. Tuturoong, Y. H. S Kowel

Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi Manado, 95115

ABSTRAK ABSTRACT
Penelitian ini bertujuan untuk THE EFFECT OF
mengetahui pengaruh penggunaan molases REPLACEMENT OF CORN IN
terhadap performa ternak kelinci. RATION WITH MOLASSES ON
Penelitian menggunakan 25 ekor kelinci RABBIT PERFORMANCE. This study
lepas sapih berumur 6 minggu dan conducted to determine effect of molasses
menggunakan kandang individu. Setiap use replacing corn in ration on the
unit kandang ditempati 1 ekor kelinci. performance of rabbits. The study used 25
Rancangan yang digunakan adalah weaned rabbits at age of 6 weeks old under
Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang individual cages. Each cage unit was
terdiri dari 5 perlakuan dan 5 ulangan occupied by 1 rabbit. The design used was
dengan tingkat pemberian molases dalam a Completely Randomized Design (CRD)
pakan yaitu R0: 0%, R1: 25%, R2: 50%, consisting of 5 treatments and 5 replications
R3: 75% dan R4: 100%. Variabel yang was applied in this study. Rates of giving
diukur yaitu, konsumsi pakan, pertambahan molasses in feed were as follows: Ration
berat badan, konversi pakan dan konsumsi containing corn without molasses (R0),
energi. Hasil penelitian menunjukkan Ration replacing corn of 25% with
rataan konsumsi pakan yaitu 78,07 – 95,20 molasses (R1), Ration replacing corn of
g.ekor-1.hari-1, pertambahan berat badan 9,7 50% with molasses (R2), Ration replacing
– 12,02 g.ekor-1.hari-1, konversi pakan 7,90 corn of 75% with molasses (R3), and
– 8,71 g.ekor-1.hari-1 dan konsumsi energi Ration replacing corn of 100% with
2732,54 – 3076,10 Kkal/Kg. Berdasarkan molasses (R4). The measured variables
hasil analisis keragaman, penggunaan were including feed consumption, weight
molases sebagai pengganti jagung gain, feed conversion and energy
memberikan pengaruh yang berbeda sangat consumption. The results showed that the
nyata (P<0,01) terhadap konsumsi pakan, averages of feed consumption were 78.07
pertambahan berat badan dan konsumsi to 95.20 g/head/day, weight gain were 9.7
energi. Berdasarkan penelitian ini dapat to 12.02 g/head/day, feed conversion were
disimpulkan bahwa molases dapat 7.90 to 8.71 g/head/day and energy
menggantikan jagung sampai dengan level consumption were 2732.54 to 3076.10
75% atau 35.25% dalam bahan pakan Kcal/Kg. Based on the results analysis, the
ternak kelinci. use of molasses substituting corn had a
significantly different effect (P <0.01) on
Kata kunci: Molases, jagung, kelinci,
feed consumption, weight gain and energy
konsumsi pakan, pertambahan berat badan,
consumption. Based on this research it can
be concluded that molasses can replace
*Korepondensi(corresponding author) corn up to the level of 75% or 35.25% in
Email: tulungyohannnis@gmail.com rabbit animal feed ingredients.

Keywords: Molasses, corn, rabbit, feed


intake, weight gain.

299
Zootec Vol. 40 No. 1 : 299 – 307 (Januari 2020) pISSN 0852 – 2626 eISSN 2615 – 8698

PENDAHULUAN berbentuk cair. Molases merupakan sumber


energi dengan kandungan gula didalamnya,
Kelinci adalah ternak yang sehingga telah banyak dimanfaatkan
memiliki prospek baik untuk sebagai bahan tambahan pakan ternak
dikembangkan. Kelinci memiliki dengan kandungan nutrisi atau zat gizi yang
kemampuan biologis yang tinggi, selang cukup baik. Molasses dapat dijadikan salah
beranak yang pendek dan mampu beranak satu bahan penyusun ransum ditinjau dari
banyak (Moningkey et al., 2016). Kelinci zat-zat makanan yang terkandung
memiliki kemampuan tumbuh dan didalamnya.
berkembang biak dengan cepat serta dapat Penelitian dilaksanakan untuk
memanfaatkan pakan yang berasal dari mengetahui pengaruh penggantian jagung
limbah pertanian maupun hasil samping dengan molasses terhadap konsumsi pakan,
industri pangan. pertambahan berat badan, konversi pakan
Pakan merupakan salah satu faktor dan konsumsi energi ternak kelinci.
yang mempengaruhi pertumbuhan kelinci,
karena pertumbuhan yang optimal MATERI DAN METODE
dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas PENELITIAN
pakan yang dikonsumsi ternak. Kelinci
dapat memanfaatkan hijauan dan limbah Penelitian ini menggunakan 25 ekor
industri pertanian dengan efisien dan dapat kelinci lokal lepas sapih umur 6 minggu
mencerna hijauan dengan kandungan serat dengan berat badan awal 500-600
kasar yang tinggi. Konsentrat yang gram/ekor yang diperoleh dari peternakan
diberikan biasanya meliputi jagung, kacang rakyat di desa Rurukan. Kandang yang
hijau, padi, kacang tanah, sorgum, dedak digunakan selama penelitian yaitu kandang
dan beberapa jenis bungkil. Salah satu individu yang terbuat dari balok, bambu
bahan penyusun ransum yang digunakan dan kawat dengan ukuran 40 x 40 x 40 cm.
saat ini masih bersaing dengan kebutuhan Setiap unit kandang ditempati 1 ekor
manusia seperti jagung. Untuk itu perlu kelinci. Penempatan ternak dan perlakuan
dicari bahan pakan alternatif sumber energi ke setiap unit kandang dilakukan secara
yang murah, tidak bersaing dengan acak. Setiap kandang dilengkapi dengan
kebutuhan manusia, mudah didapat, dan tempat pakan (feeder) dan tempat minum
memiliki nilai nutrisi yang baik. (thought) yang terbuat dari plastik. Pakan
Molases merupakan hasil yang digunakan terdiri dari konsentrat yang
sampingan pada industri pengolahan gula tersusun dari jagung, dedak halus, bungkil

300
Zootec Vol. 40 No. 1 : 299 – 307 (Januari 2020) pISSN 0852 – 2626 eISSN 2615 – 8698

kelapa, tepung kedele, tepung ikan, dan berikut: R0= Jagung 100%, R1 = Jagung
molases. Pakan yang diberikan berbentuk 75% + 25% molases, R2 = Jagung 50% +
pelet. Proses pembuatan pelet diawali 50% molases, R3 = Jagung 25% + 75%
dengan mencampur semua bahan pakan molasses dan R4 = Molases 100%.
perlakuan sesuai dengan komposisi yang Penelitian ini menggunakan
sudah dihitung, kemudian tambahkan Rancangan Acak Lengkap menurut Steel
molases sesuai dengan komposisi ransum and Torrie (1995), dengan model matematis
selama penelitian, dicampur sampai merata, sebagai berikut :
selanjutnya masukkan ke dalam mesin
Yij = µ + τi + Σij
pembuat pelet. Pelet yang keluar diangin-
anginkan terlebih dahulu sebelum disimpan Υij : Variabel yang akan dianalisis
di dalam karung. Komposisi kandungan zat pada ulangan ke-i ulangan ke-j
makanan bahan pakan disajikan pada Tabel µ : Nilai tengah (rata-rata)
1 dan susunan bahan pakan penyusun τi : Pengaruh perlakuan ke-i
ransum dan komposisi nutrien disajikan Σij : Galat percobaan pada perlakuan
pada Tabel 2. Susunan pakan sebagai ke-i ulangan ke-j

Tabel 1. Komposisi Kandungan Zat Makanan Bahan Pakan


Protein Lemak SK Calsium Fosfor Abu EM
Bahan Pakan
(%) (%) (%) (%) (%) (%) (Kkal/kg)
1)
Jagung Kuning 5,37 3,31 2,39 0,01 0,33 15,13 3229
Dedak Halus1) 7,91 5,94 17,98 0,02 0,72 10,33 3680
1)
Bungkil Kelapa 22,35 16,4 16,74 0,02 0,51 6,95 3922
1)
Tepung Ikan 35,16 17,08 1,29 5,09 2,12 20,1 3847
1)
Bungkil Kedele 39,57 1,45 3,01 0,24 0,58 3384
Daun Wortel2) 3,61 2,23 1,38 420
3)
Molases 4,2 0,2 0,4 0,74 0,08 9,9 2460
1)
Keterangan: Hasil analisis Lab. Pusat Penelitian Sumber Daya Hayati dan Bioteknologi IPB
dan Lab. Ilmu dan Teknologi pakan IPB, 2016
2)
Mas’ud et al. (2015)

301
Zootec Vol. 40 No. 1 : 299 – 307 (Januari 2020) pISSN 0852 – 2626 eISSN 2615 – 8698

Tabel 2. Susunan Bahan Pakan Penyusun Ransum dan Komposisi Nutrien


R0 R1 R2 R3 R4
Bahan pakan
(%) (%) (%) (%) (%)
Jagung Kuning 47 3.25 23.5 11.75 0
Dedak Halus 7 7 7 7 7
Bungkil Kelapa 27 27 27 27 27
Tepung Ikan 5 5 5 5 5
Tepung Kedele 14 14 14 14 14
Molases 0 11.75 23.5 35.25 47
Total 100 100 100 100 100
Komposisi Nutrien*
Protein (%) 16,56 16,12 16,2 16,02 15,9
Serat Kasar (%) 7,38 7,15 6,9 6,69 6,45
Lemak (%) 7,45 7,08 6,71 6,36 6
Ca 0,28 0,36 0,45 0,54 0,62
P 0,52 0,48 0,45 0,42 0,4
Energi Metabolis (Kkal/kg) 3500,28 3408,4 3291,12 3231,13 3138,85
Keterangan: * Dihitung berdasarkan Tabel 1

HASIL DAN PEMBAHASAN dan cara pemberian pakan itu sendiri.


Pernyataan tersebut didukung Polii et al.
Hasil penelitian tentang pengaruh (2015) dimana salah satu faktor yang
perlakuan terhadap performa ternak kelinci mempengaruhi konsumsi pakan adalah
dapat dilihat pada Tabel 3. palatabilitas.
Berdasarkan hasil analisis keragaman
Pengaruh Perlakuan Terhadap menunjukan bahwa penggunaan molases
Konsumsi Pakan
dalam ransum memberikan pengaruh yang
Nilai rataan konsumsi pakan berbeda sangat nyata (P < 0,01) terhadap
masing-masing perlakuan dalam penelitian konsumsi kelinci. Uji lanjut BNJ
ini berkisar antara 78,07 – 95,20 g.ekor- menunjukkan terdapat perbedaan yang
1
.hari-1. Hasil penelitian ini lebih tinggi nyata (P < 0,05) antara perlakuan R0
dibandingkan dengan hasil penelitian dari dengan R1, R2, R3, R4 dan perlakuan R1
Ensminger (1991) yang disitasi Dedi et al. dengan R2, R3, R4. Adapun perbedaan
(2016) yang menyatakan bahwa konsumsi yang tidak nyata (P > 0,05) antara
pakan kelinci berkisar antara 75,70 – 88,90 perlakuan R2 dengan R3 dan R4, perlakuan
g.ekor-1.hari-1. Menurut Anggorodi (1979) R3 dengan R4. Data pada Tabel 3
konsumsi pakan dipengaruhi oleh umur, menunjukkan bahwa konsumsi ransum
kesehatan ternak, palatabilitas, mutu pakan meningkat seiring dengan bertambahnya

302
Zootec Vol. 40 No. 1 : 299 – 307 (Januari 2020) pISSN 0852 – 2626 eISSN 2615 – 8698

level substitusi jagung dengan molases sehingga ternak kelinci merasa lebih cepat
dalam pakan. Pakan yang diberikan dalam kenyang dibanding dengan pakan
penelitian ini berbentuk pelet sehingga perlakuan lainnya. Qisthon (2012)
tingginya konsumsi pakan dalam penelitian menambahkan bahwa kelinci akan berhenti
ini juga diduga karena pemberian pakan makan apabila energi yang dikonsumsi
dalam bentuk pelet yang memiliki tekstur, telah cukup untuk kebutuhan metabolisme.
bau, rasa yang wangi dan bentuk pelet yang Suhu kandang dan suhu lingkungan juga
utuh dan kuat sehingga lebih banyak pakan diduga sebagai faktor lain yang
yang dikonsumsi ternak kelinci. Nugroho et menyebabkan konsumsi pakan dalam
al. (2012) menyatakan bahwa pakan yang dikonsumsi telah cukup untuk kebutuhan
diberikan dalam bentuk pelet metabolisme. Suhu kandang dan suhu
mempengaruhi konsumsi pakan, dimana lingkungan juga diduga sebagai faktor lain
pakan dalam bentuk pelet lebih disukai yang menyebabkan konsumsi pakan dalam
dibanding dengan pakan dalam bentuk lingkungan juga diduga sebagai faktor lain
mash. Namun ternyata peningkatan yang menyebabkan konsumsi pakan dalam
konsumsi hanya sampai pada perlakuan R3 penelitian ini lebih tinggi. Rataan suhu
(konsentrat 25% + molasses 75%). kandang yang ideal bagi ternak kelinci
Perlakuan R3 nyata lebih tinggi dibanding yaitu berkisar antara pagi 23oC, siang 28oC
perlakuan R0, R1, R2 dan R4. Konsumsi dan malam 26oC. Selama penelitian ini
pakan pada perlakuan R4 (konsentrat 0% + dilaksanakan tercatat bahwa suhu kandang
molasses 100%) menunjukkan konsumsi berkisar antara 21oC pagi, 33oC siang dan
pakan yang menurun secara nyata. 25oC pada malam hari. Muhidin (2015)
Menurunnya konsumsi pakan pada menjelaskan bahwa tinggi rendahnya
perlakuan R4 dalam penelitian ini diduga konsumsi pakan disebakan oleh suhu
karena kandungan energi sudah tercukupi kendang dan suhu lingkungan

Tabel 3. Rataan Konsumsi Pakan, PBB, Konversi Pakan dan Konsumsi Energi
Variabel R0 R1 R2 R3 R4
a b c c
Konsumsi 78,07 88,51 93,25 95,20 94,94c
PBB 9,7a 10,22a 11,9b 12,02c 11,56c
Konversi 8,07 8,71 7,93 7,90 8,23
Konsumsi energi 2732,54a 3016,77b 3069,03b 3076,10b 2980,08b
Keterangan : Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata
(P< 0.01)

303
Zootec Vol. 40 No. 1 : 299 – 307 (Januari 2020) pISSN 0852 – 2626 eISSN 2615 – 8698

sekitar. Pernyataan tersebut didukung oleh Hasil analisis keragaman


Sampul (2018) dimana salah satu faktor menunjukan bahwa pertambahan berat
yang mempengaruhi konsumsi pakan badan ternak kelinci dalam penelitian ini
adalah suhu kandang. Suhu kandang yang meningkat secara nyata (P < 0.05) dengan
tidak ideal akan mempengaruhi tingkat semakin meningkatnya penggunaan
konsumsi pakan. molases dalam pakan sampai dengan R3
(konsentrat 25% + molases 75% dalam
Pengaruh Perlakuan Terhadap pakan). Angka pertambahan berat badan
Pertambahan Berat Badan
ternak kelinci dalam penelitian ini
Rataan pertambahan berat badan mengikuti pola konsumsi pakan. Konsumsi
dari masing-masing perlakuan dapat dilihat pakan dan pertambahan berat badan terjadi
pada Tabel 3 yaitu antara 9,7 – 12,02 sampai pada perlakuan R3. Kartadisastra
g.ekor-1.hari-1. Menurut Cheeke (1982) (2001) menyatakan bahwa bobot badan
dalam Polii et al. (2015) bahwa berbanding lurus dengan tingkat konsumsi
pertumbuhan kelinci pada daerah tropis pakannya. Namun pada perlakuan R4
berkisar antara 10 – 20 g.ekor-1.hari-1. konsumsi pakan dan pertambahan berat
Hasil analisis keragaman badan ternak kelinci menurun secara nyata
menunjukan pemberian molases (P < 0,01). Hal ini diduga karena pakan
memberikan pengaruh yang berbeda sangat yang diberikan sudah tidak saling
nyata (P < 0,01) terhadap pertambahan melengkapi (complementary effect) dimana
berat badan kelinci. Uji lanjut BNJ pada perlakuan R4 molases diberikan
menunjukan terdapat perbedaan yang nyata dalam jumlah 100% sehingga zat gizi yang
(P < 0,05) antara perlakuan R0 dengan R2, tersedia dalam jagung (terutama protein)
R3, R4 dan perlakuan R1 dengan R2, R3, tidak ada lagi dalam ransum R4. Menurut
R4. Adapun perbedaan yang tidak berbeda Hendayana dan Togatorp (2013),
nyata (P > 0,05) antara perlakuan R0 kebutuhan ransum kelinci dapat
dengan R1, R2 dengan R3 dan R2 dengan dipengaruhi oleh faktor genetik, status
R4. Pertambahan berat badan ternak kelinci fisiologis, umur, lingkungan, jenis kelamin
paling tinggi terdapat pada perlakuan R3 dan tingkat produksi masing-masing atau
yaitu 12,02 g.ekor-1.hari-1, sedangakan secara dikombinasi dapat mempengaruhi
pertambahan berat badan ternak kelinci bentuk dan komposisi tubuh atau
paling rendah yaitu pada perlakuan R0 pertambahan berat badan.
yaitu 9,7 g.ekor-1.hari-1.

304
Zootec Vol. 40 No. 1 : 299 – 307 (Januari 2020) pISSN 0852 – 2626 eISSN 2615 – 8698

Pengaruh Perlakuan Terhadap Konversi energi pada kelinci untuk pertumbuhan dan
Pakan
hidup pokok adalah 2500 – 2900 Kkal/Kg.
Nilai rataan konversi pakan dalam Hasil analisis keragaman
penelitian ini berkisar antara 7,90 – 8,71 menunjukkan konsumsi energi
(g.ekor-1.hari-1). Wuysang et al. (2015) memberikan pengaruh yang berbeda sangat
melaporkan hasil penelitiannya yang nyata (P < 0.01). Uji lanjut BNJ
menyatakan bahwa rataan konversi pakan menunjukkan terdapat perbedaan yang
ternak kelinci umur 2 – 3 bulan berkisar nyata (P<0.05) antara perlakuan R0 dengan
4,93 – 6,60 (g.ekor-1.hari-1). R1, R2, R3 dan R4. Adapun perbedaan
Hasil analisis menunjukkan bahwa yang tidak berbeda nyata (P > 0.05) antara
perlakuan memberikan pengaruh yang perlakuan R1 dengan R2 dan R3, perlakuan
tidak berbeda nyata (P>0.05). Hasil R2 dengan R3 dan perlakuan R4 dengan
konversi pakan ini diduga karena pakan R1, R2 dan R3.
yang diberikan sudah sesuai untuk Nilai konsumsi energi dalam
kebutuhan produksi ternak. Cheeke (1999) penelitian ini sejalan dengan nilai konsumsi
menyatakan bahwa konversi pakan pakan. Menurut Aritonang et al. (2017)
dipengaruhi oleh kemampuan ternak dalam dalam Agustin et al. (2017) bahwa
mencerna bahan pakan, kecukupan zat konsumsi energi meningkat seiring
pakan untuk kebutuhan hidup pokok, bertambahnya konsumsi pakan. Tingkat
pertumbuhan dan fungsi tubuh lain serta energy dalam pakan merupakan faktor yang
jenis pakan yang dikonsumsi. Menurut menentukan banyaknya pakan yang
Anggorodi (1979) faktor lain yang dikonsumsi oleh ternak, karena kelinci
mempengaruhi tinggi rendahnya konversi mengkonsumsi makanan untuk memenuhi
pakan yaitu kualitas pakan, galur atau kebutuhan energinya. Nuriyasa et al.
keturunan dan manajemen pemberian (2013) menambahkan bahwa ternak kelinci
pakan. mengkonsumsi energi untuk pertumbuhan
jaringan tubuh, kebutuhan hidup pokok dan
Pengaruh Perlakuan Terhadap produksi. Kebutuhan energi sangat
Konsumsi Energi
bervariasi tergantung dari beberapa faktor
Nilai rataan konsumsi energi seperti umur, ukuran tubuh, status
masing-masing perlakuan dalam penelitian fisiologis, temperatur lingkungan dan
ini berkisar antara 2732,54 – 3976,10 kandungan serat dalam pakan (NRC, 1977).
Kkal/Kg. Menurut NRC (1977) kebutuhan Mas’ud et al. (2015) menyatakan, tidak
semua energi yang terkandung dalam pakan
305
Zootec Vol. 40 No. 1 : 299 – 307 (Januari 2020) pISSN 0852 – 2626 eISSN 2615 – 8698

dapat dipergunakan oleh ternak, sebagian terhadap perfomans ternak kelinci.


Jurnal Zootek 35(2): 289-294.
akan terbuang melalui feses dan urin.
Moningkey, S., M. Junus, O. Sjofjan, E.
Widodo. 2016. Nutritive value
KESIMPULAN
evaluation on rumen content
angsludge fermented with
Cellulomonas Sp. as rabbit feed.
Molases dapat menggantikan
International Journal of Cemtech
jagung sampai dengan level 75% atau Research 09(4): 650-656.
35,25% dalam bahan pakan kelinci karena
Muhidin, A. 2015. Perfoma kelinci local
memberikan pengaruh yang baik terhadap yang diberi air minum rebusan daun
sirih (Pipper Betle Linn). Jurnal
konsumsi pakan, pertambahan berat badan,
Peternakan Nusantara 1(2):105-
konversi pakan dan konsumsi energi. 113.

NRC. 1977. Nutrient Requirement Of


DAFTAR PUSTAKA Rabbit. 2nd revised edition.
National Academy Of Sciences.
Washington DC. P 10.
Anggorodi. 1979. Ilmu Makanan Ternak
Umum. PT Gramedia. Jakarta Nugroho, S. S., P.S.B. Subur dan Panjono.
2012. pengaruh penggunaan
Cheeke, P. R. 1999. Applied Animal konsentrat dalam bentuk pelet dan
Nutrition. Feeds and Feeding. Mac mash pada pakan dasar rumput
Millan Publ. Co. New York. Collier lapangan terhadap palatabilitas dan
Mac Millan Canada. Toronto. Feeding kinerja produksi kelinci jantan.
dan Nutrition of rabbit. Pp4425-430.
Buletin Peternakan 36(3): 169-173.
Dedi, M., I Wayan Pasek., Rossuartini., dan
Nuriyasa, I. M., I. M. Mastika, A.W. Puger,
B, Brahmantiyo. 2016. Tatalaksana
E. Puspani dan I.W. Wirawan.
Pemberian Pakan Untuk
Performans kelinci lokal (Lepus
Menunjang Agribisnis Ternak
Migricolis) yang diberi ransum
Kelinci. Lokakarya Nasional
dengan kandungan energi berbeda.
Potensi dan Peluang Pengembangan
Majalah Ilmiah Peternakan 16(1):
Usaha Kelinci. Balai Penelitian
Ternak Bogor.
Polii, P., K. Maaruf, Y. Kowel, H. Liwe, Y.
C. Raharjo. 2015. Pengaruh
Hendayana, R dan M. H. Togatorp. 2003.
penambahan zat aditif (enzim dan
Struktur waktu kerja dan
asam organic) dengan protein tinggi
pendapatan peternak. JITV Volume
dan rendah pada pakan bebasis
III: 318-323.
dedak terhadap performa kelinci.
Jurnal Zootek 35(2): 280-288.
Kartadisastra, H. R. 2001. Beternak
Kelinci Unggul. Kanisius.
Pratiwi, A., Supadmo, A. Astuti dan
Yogyakarta.
Panjono. 2017. Kinerja
pertumbuhan dan produks
Mas’ud, C. S., Y. R. L. Tulung, J. Umboh,
karkas kelinci rex yang diberi
C. A. Rahasia. 2015. Pengaruh
pakan dengan suplemenasi
pemberian beberapa jenis hijauan
306
Zootec Vol. 40 No. 1 : 299 – 307 (Januari 2020) pISSN 0852 – 2626 eISSN 2615 – 8698

minyak jagung. Buletin


Peternakan Vol. 41(2):119-125

Qishton, A. 2012. Pengaruh imbangan


hijauan-konsentrat dan waktu
pemberian ransum terhadap
produktivitas kelinci lokal jantan.
Jurnal Penelitian Pertanian Tarapan
12(2):69-74.

Sampul, M. B. 2018. Pengaruh


pemanfaatan daun ubi jalar (Ipome
Batatas L) terhadap performans
Ternak kelinci. Jurnal Zootek 37(1):
314-319.

Steel, R. C., dan Torrie J. H. 1995. Prinsip


dan Prosedur Statistika. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.

Wuysang, S., C. A. Rahasia, J. F. Umboh,


Y. L. R. Tulung. Pengaruh
penggunaan molases sebagai
sumber energi pakan penguat dalam
ransum terhadap pertumbuhan
ternak kelinci. Jurnal Zootek 37(1):
149-155.

307

You might also like