TM 1 - Formulasi & Fortifikasi Gizi AJ
TM 1 - Formulasi & Fortifikasi Gizi AJ
PERTEMUAN 1
Denis Melati, S.Gz., M.Gz
Introduction
KEP
(Kekurangan
Undernutrition
Energi
Protein)
Overnutrition
Micronutrient
deficiency Overweight Obesitas
Gangguan
Anemia Akibat Kekurngan
Defisiensi Kekurangan Vitamin A
Besi (ADB) Iodium (KVA)
(GAKI)
Undernutrition Overnutrition
Deficiencies in energy, protein, Excess intake of energy or
and/or micronutrients micronutrients
Definition
Undernourishment
3
pangan pangan
7
pangan infeksi Gizi seimbang
Introduction
Kendala Dalam Penanganan Defisiensi Zat Gizi Mikro
Suatu proses penambahan zat gizi mikro tertentu (vitamin dan mineral)
pada makanan atau bahan makanan untuk meningkatkan status gizi
dan kesehatan (PERSAGI, 2009)
Definition
Fortifikasi gizi
Berdasarkan CODEX
Fortifikasi atau pengayaan adalah penambahan satu atau lebih zat gizi
esensial pada makanan, baik secara alami atau tidak terdapat dalam
makanan, dengan tujuan untuk mencegah atau mengatasi defisiensi 1
atau lebih at gizi dalam populasi atau kelompok populasi spesifik
(Hurrel, 2018)
Sejarah Fortifikasi
Luar Negeri
Fortifikasi Di Luar Negeri
• Pertama kali
di Switzerland Hampir diseluruh negara
& AS
• Tahun 1920an
Iodisasi • Tiamin,
riboflavin &
niasin
Vitamin A pada margarin di Denmark • Tahun 1940an
Vitamin D pada susu di AS 1930an
Tepung terigu 1940an
Vitamin
Sejarah Fortifikasi
Luar Negeri
Fortifikasi Di Luar Negeri
Manfaat Fortifikasi
Menangani penyakit gondok, riket, beri-beri & Diadopsi negara
pelagra kekurangan zat gizi Kanada & 20 negara
Amerika Latin lainnya
Sejarah Fortifikasi
Indonesia
Fortifikasi Di Indonesia
• Pertama kali saat Penghasil garam PN Garam di
pemerintahan Madura
Belanda di
Indonesia Saat perang berhenti
• Tahun 1927 Mulai 1994 Peraturan Presiden
yang mengharuskan semua garam
Iodisasi difortifikasi dengan iodium yang
dikenal sebagai program “Iodisasi
Garam”
Sejarah Fortifikasi
Indonesia
Fortifikasi Garam Di Indonesia
Contoh Kretinisme
Sejarah Fortifikasi
Indonesia
Fortifikasi Garam Di Indonesia
Pemetaan daerah
1997 GAKI & Kementrian
Kesehatan GAKI
30% penduduk tersebar di seluruh
Indonesia belum Penggunaan Indonesia
garam
menggunakan beriodium 70%
garam beriodium
Banyak pabrik garam
curang garam
Mutu garam
kualitasnya tidak
seragam
Sejarah Fortifikasi
Indonesia
Fortifikasi Tepung Di Indonesia
SNI
Tahun 1997 2001/2002
• Fortifikasi zat • Wajib
besi pada fortifikasi
tepung terigu tepung terigu
tahun
2001/2002
Sejarah Fortifikasi
Indonesia
Fortifikasi Minyak Goreng Di Indonesia
Minyak Goreng
Sawit (MGS) 2012
Menteri Perindustrian mengeluarkan
Standar Nasional Indonesia (SNI)
2010 7709 yang mengharuskan MGS ber
SNI mengandung vitamin A 45 IU
per gram
2007
Diprakarsai
oleh 2
produsen MGS
Tujuan teknis
penambahan vit C bg
antioksidan utk
memperpanjang umur
simpan
Pengayaan
Pengayaan atau Enrichment
Penambahan zat gizi tertentu ke dalam produk pangan untuk memenuhi
standar identitas produk sesuai peraturan perundang-undangan/ yg
ditentukan oleh badan pengawas, ex: FDA di Amerika & BPOM di Indonesia
Standar/ perundang-undangan yg
ditetapkan pemerintah bersifat wajib
dipenuhi & terkait dg identitas produk
• Ex: susu formula utk anak 1-3 tahun harus
memenuhi energi 1000 kkal, protein 25 gram, vit A
400 RE, zat besi 8 mg & iodium 90 mcg
Standarisasi
Standarisasi
Penambahan zat gizi tertentu ke dalam produk pangan untuk
mengurangi variasi komposisi gizi bahan baku, pada umumnya untuk
memenuhi standar/ label yang ditentukan
Fortificant Vehicle
Zat gizi yang
Makanan
ditambahkan yang
membawa
Tujuan Fortifikasi
(WHO, 2006)
Biortifikasi
Biofortifikasi
Proses penambahan zat-zat gizi mikro dalam suatu jenis tanaman melalui
proses persilangan tanaman sehingga dapat menambah kandungan gizi
dari tanaman secara langsung
Manfaat Suplementasi
Untuk menyuplai sejumlah zat gizi dalam bentuk mudah diserap oleh tubuh
sehingga menjadi cara paling cepat untuk mengontrol defisiensi zat gizi
pada individu atau populasi yang teridentifikasi mengalami defisiensi
Fortifikasi &
Suplementasi
Perbedaan Suplementasi & Fortifikasi
Hal Suplementasi Fortifikasi
Efektivitas & waktu Strategi efektif untuk jangka waktu Strategi efektif untuk jangka waktu
pendek menengah & panjang
Cakupan Hanya menjangkau populasi yang Menjangkau semua terget populasi
mendapat pelayanan
Kepatuhan Membutuhkan motivasi tinggi dari Tidak membutuhkan kerjasam yg
penerima program intensif & kepatuhan individu
Biaya Dibutuhkan biaya yg cukup tinggi Biaya yg lebih rendah dibandingkan
suplementasi untuk mempertahankan
sistem self-financing sampai akhir
Sumber daya luar Dibutuhkan dukungan pihak luar yang Teknologi yang mencukupi secara lokal
tinggi untuk pelaksanaannya
Keberlanjutan Terkait erat dengan kepatuhan & Senyawa fortifikan terkadang
sumber daya luar didatangkan dari negara lain
Definisi
Fortifikan
Zat gizi tertentu yang ditambahkan dalam makanan, biasanya berupa
mikronutrien
Seng Multiple
fortification
Fortifikan
Hal-hal yang Diperhatikan dalam Menentukan Fortifikan
Sensorik
Fortifikan
Interkasi memperhatikan hubungan antara :
Vehicle
Fortifikan
Interaksi
Zat gizi lain
yg
ditambahkan
Biaya
Fortifikan
Bioavailabilitas
Fortifikan
Keamanan
Fortifikan
Cokelat Fe Keabu-
abuan
Zat Besi
Bahan Makanan & Fortifikan Zat Besi yang Direkomendasikan
Bahan makanan (Food Vehicle) Jenis Zat Besi Fortifikan
Low extraction (white) wheat flour or degremed Ferro sulfat kering
corn flour Ferro fumarat
Besi elektrolitik
Ferro sulfat yg dienkapsulasi
Ferro fumarat yg dienkapsulasi
High extraction wheat flour, corn flour, corn masa NaFeEDTA
flour Ferro fumarat
Ferro sulfat yg dienkapsulasi
Ferro fumarat yg dienkapsulasi
Pasta Ferro sulfat
Zat Besi
Berdasarkan
Sifat Kelarutan
1 Bioavailabilitas
tinggi
2 Cenderung
mempengaruhi
sifat organoleptik
3 Mempengaruhi
penyimpanan
bau tengik krn
BM warna & oksidasi vitamin
rasa oleh Fe
Mudah larut
dalam tubuh Bersifat asam Fortifikan Zat Besi
Sulit Larut dalam Air, Larut
dalam Asam
Mudah
Dibandingkan dg zat diserap
besi larut dalam air dalam
lambung
Tidak
banyak Paling banyak digunakan
berpengaruh ferro fumarat & ferri
pada sifat saccharate
organoleptik
Zat Besi
Paling banyak
Harganya lebih murah ferri ortophospat
dibandingkan zat besi (bioavailabilitas 25-32%)
larut air & ferri pirophospat
(bioavailabilitas 21-74%)
Zat Besi
Karakteristik Zat Besi Fortifikan dalam Larutan Air
Jenis Zat Besi Kandungan zat Bioavailabilitas Cost relatif (per
besi (%) relatif mg besi)
Ferro sulfat (larutan) 20 100 1,0
Ferro sulfat (kering) 33 100 1,0
Ferro glukonat 12 89 6,7
Ferro laktat 19 67 7,5
Ferro bisglisinat 20 >100 17,6
Ferri amonimum sistrat 17 51 4,4
NaFeEDTA 13 >100 16,7
Zat Besi
Karakteristik Zat Besi Fortifikan
Sulit Larut dalam Air, Larut dalam Asam
Jenis Zat Besi Kandungan zat Bioavailabilitas Cost relatif (per
besi (%) relatif mg besi)
Ferro fumarat 33 100 2,2
Ferro suksinat 33 92 9,7
Ferro saccharate 10 74 8,1
Zat Besi
Karakteristik Zat Besi Fortifikan
Tidak Larut Air, Sulit Larut dalam Asam
Jenis Zat Besi Kandungan zat Bioavailabilitas Cost relatif (per
besi (%) relatif mg besi)
Ferri ortophospat 29 25-32 4,0
Ferri pirophospat 25 21-74 4,7
Zat Besi
Karakteristik Zat Besi Fortifikan
Besi Terenkapsulasi
Jenis Zat Besi Kandungan zat Bioavailabilitas Cost relatif (per
besi (%) relatif mg besi)
Ferro sulfat 16 100 10,8
Ferro fumarat 16 100 17,4
Zat Besi
Inhibitor Phenol
Fe
Diserap dalam
pencernaan Kalsium
Zat Besi
As. Askorbat : besi (2:1) me↑kan
Bioavailabilitas Asam
absobsi Fe
2x lipat pada dewasa
Zat Besi askorbat 3x lipat pada anak-anak
Jenis
iodium
Iodat Iodida
Makanan Minyak,
berbasis lemak margarin &
susu
Oily form
Diemulsikan dg
Fortifikan bahan berbasis
Vitamin A air
Lemak vitamin A-asetat Ester retinol & asam asetat yg diberi Fortifikasi BM berbasis
antioksidan sebagai penstabil lemak margarin, minyak
goreng, produk susu
Lemak vitamin A-palmitat Ester retinol & asam palmitat yg diberi
antioksidan sebagai penstabil
Lemak vitamin A-palmitat atau Ester retinol & kokalsiferol yg diberi
asetat dengan vitamin D3 antioksidan sebagai penstabil
Vitamin A palmitat atau asetat Ester vitamin A & asam asetat atau Fortifikasi BM kering
kering palmitat yg dienkapsulasi dg bahan (tepung terigu, susu bubuk,
larut air & diberi antioksidan sbg minuman serbuk) & BM
penstabil berbasis air
Vitamin A palmitat atau asetat Ester vitamin A, asam asetat atau
kering dengan vitamin D3 palmitat & vitamin D3 yg dienkapsulasi
dg bahan larut air & diberi antioksidan
sbg penstabil
Vitamin D
Sensitif thd oksigen &
Vitamin D2 kelembapan
(Ergokalsiferol) Mudah berekasi dg
Fortifikan Vit D mineral
Vitamin D3 Ditambahkan tokoferol
(Kolekalsiferol) sbg pelindung thd
reaksi oksidasi &
interaksi dg mineral
Tepung Minyak
Garam terigu goreng
sawit
Beras Biskuit
balita
Pemilihan Food
Vehicle
Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Food Vehicle Untuk
Fortifikasi
1 2 3
(WHO, 2001)
Pemilihan Food
Vehicle
Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Food Vehicle Untuk
Fortifikasi
4 5 6
(WHO, 2001)
Pemilihan Food
Vehicle
Kenapa dalam memilih food vehicle perlu banyak
pertimbangan?
Voluntary
fortification Fortifikasi vit A
pada minyak
goreng
Syarat Food Vehicle
Syarat Pemilihan Food Vehicle Pada Mandatory Fortification
1. BM umumnya selalu ada disetiap rumah tangga & dimakan secara
teratur & terus-menerus oleh masyarakat termasuk masy. miskin
2. BM diproduksi & diolah oleh produsen yg terbatas jumlahnya, agar
mudah diawasi proses fortifikasinya
3. Tersedianya teknologi fortifikasi untuk makanan yg dipilih
4. Makanan tidak berubah rasa, warna & konsistensi setelah difortifikasi
5. Tetap aman (tidak membahayakan kesehatan) program fortifikasi
harus diatur oleh undang-undang/ peraturan pemerintah, diawasi &
dimonitor, serta dievaluasi secara teratur & terus menerus.
6. Harga makanan setelah difortifikasi tetap terjangkau sesuai daya beli
konsumen yang menjadi sasaran (Soekirman, 2012)
Food Vehicle
Food Vehicle yang Sering Digunakan
Makanan untuk
MP-ASI kondisi kesehatan
tertentu
Tugas
Silahkan membahas Program Fortifikasi Gizi di Negara
Berkembang (Selain Indonesia)
1. Pilih 1 negara berkembang
2. Nama program
3. Masalah yg mendasari prevalensi masalah gizi
4. Detail pelaksanaan program bahan makanan, dosis fortifikan,
sasaran, tujuan, keberhasilan program