Perbandingan Efektivitas Antara Nebulisasi Lidokain Dan Tindakan Bronkoskopi Dengan General Anestesi
Perbandingan Efektivitas Antara Nebulisasi Lidokain Dan Tindakan Bronkoskopi Dengan General Anestesi
Perbandingan Efektivitas Antara Nebulisasi Lidokain Dan Tindakan Bronkoskopi Dengan General Anestesi
PENELITIAN
ABSTRACT
Background: Cough often occur during bronchoscopy. Cough make patient’s discomfort
and bringing difficulties for bronchoscopy that triggers a higher complication risk for
examples intrabronchial bleeding, bronchospasm and pneumothorax. Local anesthesia
lidocaine can be used to prevent cough in bronchoscopy.
Objective: To compare the effects between lidocaine nebulization 2% and lidocaine spray
10% to preventing the occurrence of cough in bronchoscopy under general anesthesia.
Methods: The study was conducted on 20 patients aged between 18-65 years old with the
physical status of the American Society of Anesthesiologist (ASA) I and II, who underwent
bronchoscopy under general anesthesia using oral intubation. Patients were divided into
2 groups: group lidocaine spray 10% and group lidocaine nebulization 2% with same
dose 2 mg/kg. Vital signs (blood pressure, heart rate, oxygen saturation and breath
frequency) and the depth of anesthesia with bispectral index (BIS) are measured during
bronchoscopy. Both lidocaine spray and lidocaine nebulization are given before
anesthesia. Then, the cough incidence and cough degree are monitorized during and after
bronchoscopy. Analysis of the results used two methods, Mann Whitney and Wilcoxon
test. Mann Whitney test with significance degree p<0,05 are used to compare the cough
incidence in both groups during and two hours after bronchoscopy, while Wilcoxon test
with significance degree p<0,05 are used to compare the cough degree before and during
bronchoscopy in each group.
Results: There was significant difference in cough degree between before and after the
administration of lidocaine spray nor lidocaine nebulization (p<0,05). There was
significant difference in cough degree between lidocaine spray and lidocaine nebulization
(p<0,05), where lidocaine nebulization caused lower cough degree than the lidocaine
spray. No side effects were reported in this study.
ABSTRAK
Latar belakang: Batuk sering terjadi pada tindakan bronkoskopi. Batuk menyebabkan
ketidaknyamanan pasien dan menimbulkan kesulitan pada pelaksanaan tindakan
bronkoskopi sehingga dapat meningkatkan risiko komplikasi akibat bronkoskopi seperti
perdarahan intrabronkial, bronchospasme, dan pneumothorax. Batuk pada tindakan
bronkoskopi dapat dicegah dengan pemberian anestesi lokal lidokain.
Tujuan: Membandingkan efek nebulisasi lidokain 2 % dibandingkan spray lidokain 10%
dalam mencegah kejadian batuk pada tindakan bronkoskopi dengan anestesi umum.
Metode: Penelitian dilakukan pada 20 pasien usia 18-65 tahun dengan status fisik
American Society of Anesthesiologist (ASA) I dan II yang menjalani tindakan bronkoskopi
dengan anestesi umum menggunakan intubasi oral. Pasien dibagi 2 kelompok: kelompok
spray lidokain 10% dan kelompok nebulisasi lidokain 2% dengan dosis lidokain yang
sama yaitu 2 mg/kgbb. Tanda vital (tekanan darah, laju jantung, saturasi oksigen serta
frekuensi napas) dan kedalaman anestesi dengan bispectral index (BIS) diukur selama
bronkoskopi. Spray lidokain dan nebulisasi lidokain diberikan sebelum pembiusan
dilakukan. Kemudian dievaluasi kejadian batuk dan derajat batuk selama dan setelah
tindakan bronkoskopi. Analisis hasil penelitian menggunakan dua metode yaitu uji Mann
Whitney dan uji Wilcoxon. Uji Mann Whitney dengan derajat kemaknaan p<0,05 untuk
membandingkan kejadian batuk pada kedua kelompok selama dan dua jam setelah
bronkoskopi, sedangkan uji Wilcoxon dengan derajat kemaknaan p<0,05 untuk
membandingkan derajat batuk sebelum bronkoskopi dan selama bronkoskopi pada
masing kelompok.
Hasil: Terdapat perbedaan bermakna derajat batuk antara sebelum dan sesudah
pemberian spray lidokain maupun nebulisasi lidokain (p<0,05). Ada perbedaan bermakna
derajat batuk antara kelompok spray lidokain dibandingkan nebulisasi lidokain (p<0,05),
dimana nebulisasi lidokain menimbulkan derajat batuk lebih rendah dibandingkan spray
lidokain. Tidak ada efek samping pada penelitian ini.
Kesimpulan: Pemberian nebulisasi lidokain 2% lebih efektif menekan refleks batuk
dibandingkan spray lidokain 10% pada tindakan bronkoskopi dengan general anestesi.
Tabel 4. Derajat batuk berdasarkan waktu pengamatan pre, durante dan post
bronkoskopi
Jenis Derajat Waktu Pengamatan Nilai p
Obat batuk Pre Durante Post Uji Freidman
Skala 0 0 (0%) 0 (0%) 2 (20%)
Skala 1 1 (10%) 0 (0%) 7 (70%)
Spray lidokain < 0,001
Skala 2 8 (80%) 8 (80%) 1 (10%)
Skala 3 1 (10%) 2 (20%) 0 (0%)
Skala 0 0 (0%) 9 (90%) 9 (90%)
Nebulisasi Skala 1 2 (20%) 1 (10%) 1 (10%)
< 0,001
lidokain Skala 2 6 (60%) 0 (0%) 0 (0%)
Skala 3 2 (20%) 0 (0%) 0 (0%)
Nilai p 1,000 < 0,001 0,002
uji Mann Whitney
sebanyak 86% pasien mengeluhkan lidokain yaitu 43,80 11,448 lebih muda
terjadinya batuk pada tindakan dibandingkan kelompok spray lidokain
bronkoskopi.9 Batuk tidak hanya yaitu 53,40 10,035. Pada orang tua
menyebabkan ketidaknyamanan pasien lebih banyak terjadi batuk yang
yang signifikan, tetapi juga dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti
menyebabkan ketindaknyamanan penyakit parenkim paru-paru, GERD,
operator untuk melakukan tindakan yang obat ACEi dan komorbid lainnya.
dapat meningkatkan risiko komplikasi Meskipun jarang namun penyakit
seperti perdarahan intrabronkial, jantung seperti gagal jantung,
bronchospasme dan pneumothorax.3 endokarditis dan aritmia jantung dapat
Ruptur bronkial dapat terjadi akibat menyebabkan batuk kronis.15 Sehingga
batuk yang keras dan tidak berhenti pada kelompok spray lidokain secara
selama manipulasi tindakan pada saat klinis memiliki kecenderungan untuk
bronkoskopi.10 terjadinya derajat batuk lebih tinggi
dibandingkan kelompok nebulisasi
Batuk merupakan suatu refleks terhadap lidokain.
iritasi mekanis, kimia, atau inflamasi
pada saluran pernapasan yang dimediasi Derajat batuk pre bronkoskopi antara
oleh neuron sensorik dan diteruskan ke kelompok yang mendapatkan spray
pusat batuk di batang otak. Batuk lidokain dengan nebulisasi lidokain
merupakan fungsi fisiologis untuk secara statistik tidak memiliki perbedaan
membersihkan saluran pernapasan dari bermakna. Pada kelompok spray
bahan obstruktif atau iritasi dan lidokain didapatkan durasi bronkoskopi
melindungi saluran pernapasan dari zat yang lebih lama yaitu 40,00 11,785
berbahaya, namun pada kondisi tertentu dibandingkan kelompok nebulisasi
batuk dapat menyebabkan gangguan bagi lidokain yaitu 34,00 11,005. Lamanya
pasien saat beraktivitas maupun saat manipulasi jalan napas selama tindakan
beristirahat.11-13 bronkoskopi akan meningkatkan
komplikasi dari bronkoskopi yang
Batuk pada bronkoskopi dikaitkan berkisar antara <0,1% hingga 11%.16
dengan adanya trauma mekanik pada Semua pasien mengeluhkan adanya
saluran napas serta adanya reaksi keluhan batuk yang didasari kelainan
inflamasi yang berat dan peningkatan patologi paru sebelumnya, sebanyak 80-
produksi sekret pada saluran napas 90% pasien pada penelitian ini di
akibat bronkoskopi. Sejumlah besar diagnosis dengan massa paru.
pasien yang menjalani bronkoskopi
menganggap bahwa batuk merupakan Salah satu cara mencegah atau menekan
efek samping yang paling tidak refleks batuk dapat dilakukan dengan
diinginkan, batuk juga merupakan salah pemberian obat anestetik lokal
satu penyebab pasien tidak mau kembali (lidokain). Lidokain merupakan obat
untuk melakukan tindakan bronkoskopi anestesi lokal golongan amida. Lidokain
berikutnya yang telah dijadwalkan. 14 mudah diserap dari tempat suntikan, dan
Pada penelitian ini karakteristik umum dapat melewati sawar darah otak. Sekitar
pasien pada kelompok spray lidokain 70% (55-95%) lidokain dalam plasma
dan nebulisasi lidokain tidak didapatkan terikat protein. Metabolisme utama
perbedaan yang bermakna secara lidokain yaitu di retikulum endoplasma
statistik. Walaupun berdasarkan oleh enzim P450.17
nominal umur kelompok nebulisasi