2020 Rullyana Puspitaningrum Mamengko
2020 Rullyana Puspitaningrum Mamengko
2020 Rullyana Puspitaningrum Mamengko
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pentingnya
Histori Artikel pengelolaan pariwisata bahari berbasis pemberdayaan masyarakat
(Community-Based Tourism) dalam meningkatkan pendapatan ekonomi
Submitted: masyarakat pesisir di wilayah pesisir Pantai Utara Jawa Tengah.
11 Desember 2019 Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan
Reviewed:
10 Januari 2020
prosedur penelitian yaitu tahap deskripsi, tahap reduksi, dan tahap
Accepted: seleksi. Lokasi penelitian di wilayah pesisir Pantai Utara Jawa Tengah
10 Februari 2020 dengan responden yang dipilih secara acak. Hasil penelitian yang
Published: diperoleh yaitu adanya multiplayer effect pelibatan masyarakat dalam
15 Mei 2020 pengelolaan pariwisata bahari di wilayah pesisir yang meliputi
pendapatan masyarakat meningkat, terserapnya tenaga kerja lokal,
terbukanya ruang usaha bagi masyarakat lokal, terpeliharanya lingkungan sekitar, dan
perbaikan amenitas pendukung lainnya.
ABSTRACT
The economic conditions of the coastal communities of the North Coastal of Central Java, for
several decades, have been categorized as not having adequate livelihoods, even though
Indonesia's marine resources are relatively abundant. The purpose of this study was to
determine the importance of managing marine tourism based on community-based tourism in
increasing revenue of coastal communities in the north coastal of Central Java. This research
is a qualitative descriptive study, with research procedures namely the description stage, the
reduction stage, and the selection stage. Respondents in this study were 56 respondents who
were randomly selected in each City or Regency. Respondents consisted of the Tourism
Office, Pokdarwis or Bumdes, workers in tourist destinations, community leaders, sellers at a
tourist destinations, and visitors. The results obtained have a multiplier effect, i.e. increasing
revenue of coastal communities, absorption of workforce from local communities, opportunity
of open up business space for local communities, preservation cleanliness and nature the
environment to supports sustainable tourism, and also the benefits received by the community
around the tourist destination regarding regional development, improvement of road and
bridge infrastructure, improvement of public facilities such as places of worship and other
public facilities.
Keywords : Marine tourism, community-based tourism, economic
https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS
Doi: 10.36275/mws
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436
2 https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436
https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS 3
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436
4 https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436
(2) Pengembangan wisata bahari diarahkan pemahaman yang berdasarkan pada metode
pada pola pengembangan ekowisata atau yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan
wisata ramah lingkungan yang masalah manusia (Iskandar, 2009). Peneliti
mengupayakan pemanfaatan lingkungan membuat suatu gambaran kompleks, meneliti
alam bahari sekaligus juga menyelamatkan kata-kata, laporan terinci dari pandangan
lingkungan alam bahari tersebut; (3) responden, serta melakukan studi pada situasi
Pengembangan wisata bahari harus ditujukan yang alami.
pada upaya meningkatkan pemerataan Tahapan pelaksanaan penelitian yang
kesempatan, pendapatan, peran serta, dan digunakan terbagi dalam 5 (lima) tahap yaitu:
tanggung jawab masyarakat setempat yang (1) merumuskan masalah sebagai fokus
terpadu dengan pemerintah dan dunia usaha penelitian; (2) mengumpulkan data di
(Prasiasa dan Hermawan, 2012). lapangan; (3) menganalisis data; (4)
Selanjutnya, pengembangan wisata bahari merumuskan hasil studi; (5) menyusun
harus mengacu pada strategi pengembangan rekomendasi untuk pembuatan keputusan
sebagai berikut: (1) Menjadikan prinsip- (Danim & Darwis, 2003). Selaras dengan hal
prinsip ecotourism sebagai payung tersebut, pengolahan datanya dilakukan
pembangunan wisata bahari; (2) Membangun melalui 3 (tiga) prosedur yaitu sebagai
kemitraan antar pelaku, yang lebih bersifat berikut: deskripsi, reduksi, dan seleksi data.
tidak struktural, namun lebih mengarah ke Data primer diperoleh dari hasil wawancara
fungsional; (3) Pengembangan diversifikasi di lapangan dan observasi. Kemudian data
kegiatan dan daya tarik wisata maupun sekunder diperoleh dari peraturan setempat,
produk seni budaya etnis yang dapat data statistik dari dinas terkait, dan
dijadikan daya tarik wisata; (4) dokumentasi yang terdapat di masing-masing
Mengembangkan ketertarikan dan responden. Metode pengumpulan data
komplementaritas antar wilayah dalam suatu melalui wawancara dengan menggunakan
sistem tata ruang pengembangan pariwisata daftar pertanyaan dan wawancara secara
yang terkait dengan sektor-sektor lain; (5) mendalam (in depth interview). Observasi
Mendorong kerjasama bilateral dan dilakukan untuk mengamati hasil program
multilateral antar negara luar dengan pemberdayaan masyarakat yang sudah
pemerintah daerah (pemda) setempat dan dilakukan, kelembagaannya, serta relasi
antar daerah terutama dalam pengembangan sosial budaya masyarakat. Responden dalam
wisata bahari dan kegiatan lain termasuk penelitian ini adalah 56 responden yang
keamanan dan keselamatan kegiatan wisata dipilih secara acak di masing-masing Kota
bahari lintas negara dan daerah (Prasiasa dan atau Kabupaten. Responden terdiri dari Dinas
Hermawan, 2012). Pariwisata, Kelompok Sadar Wisata
(Pokdarwis) atau Badan Usaha Milik Desa
(Bumdes), pekerja di destinasi wisata, tokoh
METODE
masyarakat, pedagang/ pemilik kios di
Artikel ini merupakan hasil penelitian destinasi wisata, dan pengunjung atau
kualitatif, penelitian kualitatif dilaksanakan wisatawan.
untuk membangun pengetahuan melalui
pemahaman dan penemuan. Pendekatan Adapun kerangka berpikir dalam penelitian
kualitatif adalah suatu proses penelitian dan ini diilustrasikan dalam gambar 2 berikut ini.
https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS 5
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436
6 https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436
Sebagian besar masyarakat pantai utara Jawa gangguan jiwa. Sebagian petani dan nelayan
Tengah memiliki mata pencaharian sebagai yang hilang tambaknya beralih menjadi
nelayan, selain itu sebagai petani atau buruh serabutan, nelayan seser ataupun
pedagang. Para nelayan biasanya langsung nelayan tangkap (sampan dan jaring), yang
menjual ikan tangkapannya ke pedagang ikan sebelumnya juragan berubah menjadi petani
di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang penggarap.
terletak di masing-masing wilayah, baru Dari kondisi tersebut, maka alternatif mata
kemudian oleh pedagang ikan akan langsung pencaharian yang dipahami oleh masyarakat
dijual ke pembeli dalam bentuk ikan segar adalah kembali melaut (nelayan) atau
maupun diolah terlebih dahulu menjadi ikan menjadi pedagang. Masih sedikit masyarakat
asin, ikan asap, atau olahan ikan lainnya. yang berpikiran untuk mengembangkan
Selain sebagai nelayan, mata pencaharian daerahnya dengan cara memaksimalkan
lainnya masyarakat pesisir adalah sebagai potensi yang ada, kemudian mengelolanya
petani. menjadi mata pencaharian alternatif. Hal ini
Masyarakat pantai utara Jawa Tengah dikarenakan sifat dari masyarakat pesisir
umumnya membudidayakan tanaman yang lebih menyukai mendapatkan uang
hortikultura seperti sayur mayur maupun secara cepat, namun cepat pula
buah-buahan, dan juga bunga melati. Seperti membelanjakannya. Sedangkan untuk
yang diungkapkan oleh salah satu membangun atau mengelola daerah pesisir
narasumber di pedukuhan Pantairejo, Desa menjadi destinasi yang bisa memberikan
Wonokerto, Kabupaten Pekalongan bahwa mata pencaharian, pasti akan memerlukan
mata pencaharian utama di dukuh tersebut waktu yang tidak sebentar.
dahulunya adalah petani melati, karena Terdapat ekosistem terumbu karang dan
menanam melati itu untungnya besar. Sekali pohon-pohon bakau/ mangrove di sepanjang
tanam untuk jangka waktu 5 tahun, 1 tahun Pantura yang berfungsi untuk menangkis
pertama merawat tanaman melati, 4 tahun gelombang pasang yang dapat menyebabkan
selanjutnya untuk panen dan setiap hari abrasi. Hal ini dapat menjadi potensi yang
memetik melati untuk dijual ke pasar dapat dikembangkan menjadi wisata
sehingga masyarakat mendapatkan konservasi pantai atau wisata hutan
penghasilan setiap harinya. Karena di pesisir mangrove. Saat ini, potensi pengembangan
Pantai Utara Jawa Tengah sering terjadi wisata ini mulai diminati oleh masyarakat,
banjir rob, bahkan pernah terjadi banjir rob karena adanya beberapa contoh wisata pantai
yang tinggi hingga mencapai ladang melati yang telah berhasil dikelola oleh masyarakat,
warga, menyebabkan banyak tanaman melati misalnya: Wisata Mangrove Tapak di
dan hortikultura mati. Lebih parahnya lagi, Semarang, Maron Mangrove Edupark di
setelah banjir rob surut, tanahnya tidak dapat Semarang, Puri Maerokoco di Semarang,
lagi digunakan untuk bercocok tanam karena Hutan Mangrove Mintaragen di Tegal,
banjir rob membawa pasir ke daratan dan Wisata Mangrove Park di Pekalongan, dan
menimbun ladang warga tersebut. Dengan Jembatan Merah Hutan Mangrove di
kondisi demikian, maka masyarakat harus Rembang.
memikirkan alternatif lain untuk memenuhi
kebutuhannya sehari-hari. Wisata hutan bakau atau mangrove sudah
semakin diminati oleh pengunjung dengan
Hal yang sama juga diungkapkan oleh hasil adanya paket-paket wisata yang menarik
penelitian dari Manumono (2008) yang misalnya wisata susur sungai dengan perahu
menyatakan bahwa abrasi tambak dan rob sekaligus kuliner hasil laut dengan melihat
menyebabkan penurunan pendapatan petani pemandangan mangrove.
tambak dan nelayan sehingga mereka
mengalami perubahan perilaku yang bersifat Melihat peluang ini, maka perlu dilakukan
negatif yaitu apriori, apatis dan mengalami sosialisasi kepada masyarakat Pantai Utara
Jawa Tengah (Pantura) yang masih belum
https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS 7
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436
8 https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436
Dari beberapa pantai yang telah peneliti dibutuhkan. Kemudian dilihat dari
kunjungi di Kabupaten Tegal, Kota Tegal, pengaturan dan pengelolaan parkir baik
Kabupaten Pekalongan, Kota Pekalongan, parkir sepeda motor maupun parkir mobil
Kota Semarang, dan Kabupaten Rembang, yang tertata dengan tertib dan rapi.
hanya Karangjahe Beach yang terletak di Selanjutnya ketertiban dalam penataan dan
Kabupaten Rembang yang kegiatan pengelolaan kios-kios pedagang. Termasuk
Pokdarwisnya telah memenuhi penerapan syarat bahwa setiap KK hanya diperbolehkan
semua unsur Sapta Pesona. Hal ini terbukti memiliki paling banyak 2 kios untuk
dengan adanya visi yang jelas yaitu berjualan, hal ini dalam rangka pemerataan
“Pemberdayaan Masyarakat Lokal”, serta dengan seluruh penduduk Desa Punjulharjo,
adanya struktur organisasi serta tugas pokok sehingga bagi penduduk yang memiliki
dan fungsi yang jelas dari para anggotanya. modal besar, tidak serta merta menguasai
Struktur organisasi Pokdarwis Karang Jahe lahan untuk membuka beberapa kios
terdiri dari: Pembina, Penasehat, dan sekaligus.
Pengurus Harian. Kemudian Pengurus Harian Bersih. Kebersihan menjadi poin utama yang
dikelompokkan lagi menjadi Ketua, Wakil menjadi perhatian Pokdarwis Karang Jahe.
Ketua, Sekretaris, Bendahara, dan Anggota Mereka memahami bahwa kebersihan akan
yang merupakan seksi dari masing-masing meningkatkan tingkat kenyamanan
bidang. pengunjung yang akan berdampak pada
Dari beberapa destinasi wisata pantai yang bertambahnya jumlah kunjungan wisatawan
dikunjungi dalam 6 (enam) Kota dan maupun bertambahnya jumlah pengunjung
Kabupaten di pesisir Pantai Utara Jawa yang loyal. Untuk itu, setiap ada event,
Tengah, baru ada 1 (satu) Pokdarwis yang petugas kebersihan selalu membersihkan area
menerapkan Sapta Pesona secara lengkap, setelah selesai event sehingga pagi harinya
yaitu Pokdarwis Karang Jahe. Pokdarwis kondisi area Karang Jahe sudah bersih dan
yang lainnya, ada yang menerapkan sebagian siap menerima pengunjung. Pada hari biasa,
Sapta Pesona, bahkan ada yang sama sekali terdapat pula tim kebersihan yang
tidak menerapkannya karena permasalahan membersihkan area pantai dan telah
internal dari Pokdarwis sendiri seperti visi bekerjasama dengan Dinas Lingkungan
misi yang tidak jelas, pembagian kerja yang Hidup untuk pengadaan bak sampah yang
tidak jelas, tidak adanya struktur organisasi, terpisah dan ada pihak yang secara rutin
bahkan sistem upah yang masih tidak jelas. mengambil sampah-sampah tersebut.
Dari hasil keseluruhan observasi, peneliti Disamping itu, pembinaan kebersihan juga
menyampaikan contoh penerapan Sapta selalu disosialisasikan ke pedagang-pedagang
Pesona yang baik dan telah dilakukan oleh di kios-kios untuk bertanggung jawab
Pokdarwis Karang Jahe, sebagai berikut. terhadap kebersihan di area kiosnya masing-
Aman. Adanya petugas keamanan yang masing. Serta adanya himbauan ke
bertugas selama pantai Karang Jahe pengunjung untuk selalu membuang sampah
menerima pengunjung yaitu dari jam 06.00 pada tempatnya.
hingga waktu magrib setempat. Keamanan Sejuk. Kerja sama dengan PT Djarum dalam
ini meliputi area parkir motor dan mobil yang hal penghijauan area sekitar pantai dan
aman, keamanan pengunjung dan barang- pendampingan dalam hal penanaman
barang bawaan, keamanan bagi pengunjung maupun pemeliharaan. Hal ini pula sebagai
yang hendak mandi-mandi atau bermain air salah satu bentuk bakti sosial yang dilakukan
di tepi laut. oleh PT Djarum.
Tertib. Ketertiban dilihat dari beberapa Indah. Penataan kios-kios yang tertata rapi,
aspek yaitu petugas penjaga pantai, petugas adanya gazebo-gazebo, tempat-tempat duduk
tiket, petugas keamanan, dan petugas bagi pengunjung, wahana bermain, fasilitas
kebersihan yang selalu ada dan siap apabila perahu hias, pohon-pohon cemara laut yang
https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS 9
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436
10 https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436
Kendala selanjutnya, masih terkait dengan Karang Jahe Beach, pendampingan dari
pengelolaan setelah 2 (dua) tahun, seperti Pemerintah dimulai dari awal pengelolaan
yang disampaikan oleh salah satu narasumber Pokdarwis, pengadaan pelatihan-pelatihan
dari Pantai Wonokerto di Kabupaten SDM, pelatihan berwirausaha, pelatihan
Pekalongan, bahwa ketika destinasi wisata SAR, pendampingan di lapangan, pengadaan
telah memperlihatkan hasil yang bagus, maka 11 ruko dan 7 gazebo, serta alat-alat
banyak sekali pihak-pihak yang ingin outbound. Disamping itu, pemerintah juga
mengambil bagian dalam pengelolaan membantu dalam hal promosi untuk
tersebut. Misalnya dalam hal keamanan, ada memperkenalkan Karang Jahe Beach ke
banyak pihak di luar pedukuhan tempat masyarakat luas sehingga dapat
destinasi wisata tersebut yang ingin meningkatkan jumlah pengunjung,
berkontribusi dengan harapan dapat diantaranya dengan promosi melalui video,
memperoleh keuntungan dari hasil social media, membuat komunitas binaan,
pengelolaan wisatanya. Atau kebijakan dari ikut serta dalam pameran-pameran baik skala
Desa setempat untuk menarik dana lebih, lokal, regional, maupun nasional, dan
dengan alasan pengembangan daerah di desa membuat festival atau event untuk menarik
secara keseluruhan, artinya di luar dari pengunjung datang ke destinasi wisata.
pedukuhan tempat destinasi wisata pantai Demikian halnya di Pantai Pasir Kencana
tersebut. Sedangkan, pedukuhan tersebut Kota Pekalongan, Pemerintah membantu
masih membutuhkan banyak dana untuk
pembangunan jembatan, spot selfie, kios
pengembangan pedukuhannya, karena mata pedagang, joglo pertunjukan, MCK, dan lain
pencaharian sebagai pengelola Pokdarwis sebagainya. Di Pantai Alam Indah Kota
maupun pedagang merupakan mata Tegal, Pantai Muarareja Indah Kota Tegal,
pencaharian utama selain nelayan. Belum dan Pantai Purwahamba Indah Kabupaten
lagi, adanya tawaran-tawaran mengenai Tegal, Pemerintah juga membantu dalam
investasi yang belum diketahui bentuk pengembangan infrastruktur, dimana
kerjasamanya oleh masyarakat setempat. diketahui bahwa kondisi jalan di sebagian
Sehingga dikhawatirkan akan menggeser besar wilayah Pantai Utara Jawa Tengah
warga lokal dalam berwirausaha sebagai yang menuju ke pantai masih kurang layak,
pedagang maupun sebagai pengelola sehingga upaya pemerintah adalah perbaikan
Pokdarwis. jalan dan jembatan, kemudian pembangunan
Kendala lainnya adalah masalah teknis dan MCK, musholla, maupun fasilitas umum
operasional termasuk ego sektoral para lainnya.
pengelola atau anggota Pokdarwis, tetapi hal Tetapi, ada juga Pokdarwis di wilayah Pantai
ini tidak menjadi masalah besar karena akan Utara Jawa Tengah yang hanya mendapatkan
dapat dicarikan jalan terbaik melalui sedikit bantuan dari pemerintah, misalnya
musyawarah di dalam forum yang seperti informasi dari salah satu narasumber
diselenggarakan setiap 1 (satu) bulan hingga di Pantai Wonokerto Kabupaten Pekalongan
3 (tiga) bulan sekali tergantung kebijakan bahwa pernah diberikan pelatihan tapi hanya
dari masing-masing Pokdarwis. Tetapi ada sekali kemudian tidak ada lagi tindak lanjut
juga destinasi wisata yang tidak memiliki atau monitoring. Bantuan dari pemerintah
forum musyawarah atau ada forum tetapi berupa suntikan dana untuk membangun
tidak ada tindak lanjut dari pengurus. destinasi wisata sama sekali tidak ada. Semua
Dukungan Pemerintah dan Dukungan murni dari upaya masyarakat hingga
Swasta masyarakat rela tidak mendapatkan
Peran Pemerintah dalam hal ini Dinas penghasilan karena uang yang didapatkan
Pariwisata sangat dirasakan dalam dari tiket masuk itu digunakan untuk
pengelolaan destinasi wisata di Karang Jahe membuat fasilitas-fasilitas seperti pagar,
Beach. Menurut salah satu narasumber di
https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS 11
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436
tempat duduk pengunjung, area parkir, Daerah yang memiliki perekonomian yang
gazebo, kios-kios, dan lain sebagainya. baik, akan memiliki PAD yang tinggi.
Mengenai dukungan swasta, salah satu Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
contoh yang sudah berjalan adalah di pantai semakin baik kondisi perekonomian suatu
Karang Jahe di Kabupaten Rembang, yaitu daerah akan menunjang terhadap
PT Djarum telah ikut membantu penghijauan peningkatan PAD. Sehingga dapat dikatakan
di wilayah ini. Hal ini merupakan salah satu pula bahwa perekonomian daerah
program CSR (Corporate Social berpengaruh secara positif terhadap PAD.
Responsibility) dari PT Djarum yang murni Pengertian PAD berdasarkan Undang-
merupakan bentuk bakti sosial. Demikian Undang Nomor 33 Tahun 2004 yaitu
pula di pantai Muarareja di Kabupaten Tegal, pendapatan yang diperoleh daerah yang
Provinsi Jawa Tengah dimana Pacific Paint dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai
memberikan bantuan pengecatan ke kios-kios dengan peraturan perundang-undangan. PAD
pedagang agar kios tampak indah dan merupakan pendapatan yang bersumber dari
menarik. Kegiatan ini juga merupakan salah hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah,
satu program CSR dari Pacific Paint. hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
Kemudian juga ada pihak swasta yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli
membantu membuatkan spot selfie di pantai daerah yang sah, yang bertujuan untuk
Muara Reja, Kabupaten Tegal. memberikan keleluasaan kepada daerah
Dari hasil observasi peneliti ke 3 (tiga) dalam menggali pendanaan dalam
kabupaten dan 3 (tiga) kota di pesisir pantai pelaksanaan otonomi daerah dalam rangka
utara Jawa Tengah, belum banyak destinasi mewujudkan asas desentralisasi. (Penjelasan
wisata pantai yang mendapatkan dukungan UU No 33 Tahun 2004).
swasta dalam bentuk CSR. Kerjasama Menurut Sidik (2002) bahwa salah satu
dengan pihak swasta ini dirasakan adalah tujuan utama dari desentralisasi fiskal adalah
pengetahuan yang baru bagi banyak terciptanya kemandirian daerah. Pemerintah
pengelola Pokdarwis yang peneliti temui. daerah diharapkan mampu menggali sumber-
Adanya ketakutan-ketakutan bahwa nantinya sumber keuangan lokal, khususnya melalui
pihak swasta akan meminta kompensasi dari pendapatan asli daerah. Daerah yang
bantuannya dan bahkan akan menggeser memiliki tingkat pertumbuhan pendapatan
posisi pengelolaan masyarakat setempat asli daerah yang positif mempunyai
menjadi issue yang cukup besar di kalangan kemungkinan memperbaiki kondisi
Pokdarwis. Hal ini diperkuat juga dengan perekonomian menjadi lebih baik.
pengakuan salah satu narasumber bahwa ada Dari hasil wawancara peneliti ke narasumber
perwakilan dari Bank BNI melalui pihak di beberapa destinasi wisata yang penulis
BUMDES yang mendatangi Pokdarwis dan singgahi, destinasi-destinasi wisata tersebut
mengatakan akan memberikan program CSR sebagian besar baru dikelola dengan
berupa membangun MCK dan fasilitas manajemen Pokdarwis yang baik sekitar 2
lainnya tetapi dengan syarat memberikan (dua) hingga 4 (empat) tahun terakhir.
surat jaminan sertifikat tanah. Seperti misalnya Karang Jahe Beach baru
Dampak Ekonomi Pengelolaan Destinasi dikelola oleh Pokdarwis sejak tahun 2016.
Wisata melalui Pemberdayaan Kemudian Pantai Wonokerto baru dikelola
Masyarakat oleh Pokdarwis pada tahun 2018, Pantai
Muarareja dan Pantai Purwahamba sekitar
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
tahun 2015, dan lain sebagainya. Perlu
Saragih (2003) menyatakan bahwa setiap diketahui bahwa destinasi wisata pantai
terjadi perubahan kondisi perekonomian akan mulai dibuka untuk masyarakat ada yang
memberikan dampak berarti terhadap sudah memiliki Pokdarwis, ada juga yang
perubahan pendapatan asli daerah (PAD). belum memiliki Pokdarwis. Sebelum tahun
12 https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436
2015, bagi destinasi wisata pantai yang telah Pokdarwis di lapangan maupun memberikan
memiliki Pokdarwis, pengelolaan Pokdarwis pelatihan-pelatihan.
masih dirasa kurang. Perbaikan demi Tabel 1 di bawah ini menjelaskan tentang
perbaikan dilakukan oleh Pemerintah Daerah pendapatan asli daerah di sektor pariwisata
setempat dengan terus mendampingi untuk wilayah pantai utara Jawa Tengah dari
tahun 2015 hingga tahun 2018.
Tabel 1. Pendapatan Asli Daerah dari Sektor Pariwisata di Wilayah Pantai Utara Jawa Tengah Tahun 2015 –
2018.
No Kota/ Kab Pendapatan Asli Daerah di Sektor Pariwisata
2015 2016 2017 2018
Rp Rp Rp Rp
1 Kab Brebes 1.292.006.650 1.279.481.350 1.352.260.000 1.774.194.100
2 Kab Tegal 4.481.614.800 4.037.931.845 3.802.474.200 7.594.384.240
3 Kota Tegal 930.545.200 561.190.100 863.400.000 1.616.111.175
4 Kab Pemalang 2.137.317.000 2.059.805.700 2.961.228.600 3.240.394.700
5 Kab Pekalongan 2.634.092.000 2.937.600.000 1.812.644.000 3.825.864.000
6 Kota Pekalongan 1.081.989.250 827.888.750 1.500.669.350 1.618.103.750
7 Kab Batang 1.118.909.600 2.751.268.200 6.348.240.795 5.878.540.000
8 Kab Kendal 133.208.504 1.670.460.000 1.343.285.907 1.767.831.450
9 Kota Semarang 18.157.756.234 18.656.657.836 29.076.280.548 30.351.402.985
10 Kab Demak 1.351.246.000 1.355.086.000 1.661.158.125 1.689.516.000
11 Kab Jepara 2.764.942.814 3.172.623.375 1.482.425.000 3.459.014.625
12 Kab Pati 106.506.972 372.583.000 375.535.970 1.037.410.000
13 Kab Rembang 1.407.594.550 2.199.686.462 2.034.490.603 2.409.810.000
Total PAD Sektor 37.597.729.574 41.882.262.618 54.614.093.098 66.262.577.025
Pariwisata
Sumber: Statistik Pariwisata Jawa Tengah Tahun 2015 – 2018
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa melihat pertumbuhan pariwisata yang baik
secara keseluruhan, setiap tahunnya bagi suatu wilayah. Seperti dikemukakan
pendapatan asli daerah di sektor pariwisata oleh Syahadat (2006) dalam hasil
terus meningkat. Pertumbuhan PAD penelitiannya yang menyatakan bahwa faktor
pariwisata tersebut secara runtut adalah pelayanan, sarana dan prasarana, obyek dan
sebagai berikut: pada tahun 2016 terdapat daya tarik wisata alam, dan keamanan secara
peningkatan sebesar 11,40% dari PAD bersama-sama (simultan) mempunyai
pariwisata tahun 2015; kemudian pada tahun pengaruh terhadap jumlah pengunjung.
2017 terdapat peningkatan sebesar 30,40% Demikian pula yang diungkapkan oleh
dari PAD pariwisata tahun 2016; dan pada Sihotang, Santoso, dan Iskandar (2015) yang
tahun 2018 terdapat peningkatan sebesar menyatakan bahwa jumlah wisatawan yang
21,33% dari PAD pariwisata tahun 2017, berkunjung mempunyai pengaruh pada
seperti diilustrasikan oleh grafik gambar 7 di Pendapatan Asli Daerah melalui pajak
bawah ini. hiburan, pajak hotel, dan restoran.
Tingkat Kunjungan Wisatawan Jumlah kunjungan wisatawan nusantara di
Selain dilihat dari pendapatan asli daerah di pesisir pantai utara Jawa Tengah seperti
bidang pariwisata, tingkat kunjungan dijelaskan pada tabel 2 berikut ini.
wisatawan juga dapat menjadi acuan untuk
https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS 13
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436
14 https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436
Tabel 3. Pendapatan Per Kapita Wilayah Pantai Utara Jawa Tengah Tahun 2014 – 2018
https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS 15
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436
16 https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436
pemerintah, serta adanya peran swasta. pameran-pameran baik skala lokal, regional,
Pokdarwis yang berhasil adalah Pokdarwis maupun nasional, dan membuat festival atau
yang dapat menerapkan Sapta Pesona dalam event untuk menarik pengunjung datang ke
mengelola destinasi wisatanya, yang destinasi wisata.
meliputi: Aman, Tertib, Bersih, Sejuk, Indah, Upaya swasta untuk mendukung gerakan
Ramah, dan Kenangan. Peran Pokdarwis ini pemberdayaan masyarakat ini, yang telah
meliputi semua aspek, yaitu pengelolaan dilakukan adalah adanya CSR (Corporate
operasional destinasi wisata, pengelolaan Social Responsibility) atau bakti sosial
pedagang kios setempat, pengelolaan mengenai penghijauan, penanaman cemara
kebersihan lingkungan, pengelolaan laut, pengecatan kios-kios pedagang,
keuangan yang baik, dan pengelolaan pembangunan tempat spot selfie, pengadaan
kerjasama antar masyarakat dan Desa. fasilitas publik, dan lain sebagainya.
Pengelolaan destinasi wisata oleh Dampak ekonomi pengelolaan destinasi
masyarakat tidak terlepas dari kendala- wisata melalui pemberdayaan masyarakat
kendala, diantaranya mengenai karakter dari selain peningkatan pendapatan asli daerah
masyarakat pesisir Pantai Utara Jawa Tengah dari sektor pariwisata, juga adanya
yang lebih menghendaki pekerjaan yang bisa penyerapan tenaga kerja dari masyarakat
cepat menghasilkan uang, sedangkan untuk lokal, diantaranya adalah sebagai pengurus
merintis Pokdarwis ini merupakan kegiatan pokdarwis, sebagai tukang parkir, penjaga
sosial atau sukarela. Masyarakat pesisir wahana wisata, petugas kebersihan, petugas
kurang menerima perubahan yang tidak keamanan, petugas tiket masuk dan tiket
sesuai dengan keinginannya, sulit menerima keluar, dan karyawan di kios-kios pedagang.
sesuatu yang dianggap kurang Selain itu masyarakat juga diuntungkan
menguntungkan secara langsung. Masyarakat dengan adanya ruang usaha bagi masyarakat
pesisir lebih menyukai hasil yang terlihat lokal untuk berjualan, baik itu berjualan
secara langsung, tidak memerlukan proses makanan, souvenir, maupun jasa misalnya
yang panjang. Untuk menerima hal yang jasa fotografi, jasa perahu wisata, penyewaan
baru, masyarakat pesisir perlu melihat contoh motor wisata, sepeda hias, kereta wisata, dan
keberhasilan yang nyata. penyewaan tikar.
Upaya pemerintah yang diperlukan untuk Masyarakat yang awalnya berprofesi sebagai
mendukung gerakan pemberdayaan nelayan yang biasanya menjual hasil
masyarakat ini diantaranya adalah melakukan tangkapan ikannya langsung ke Tempat
pendampingan dari awal berdirinya Pelelangan Ikan (TPI) maka dapat mengolah
Pokdarwis, hingga Pokdarwis sudah dapat makanannya dengan berbagai olahan dan
berdiri sendiri, yaitu dengan memberikan menjajakannya di kios-kios pedagang di
pelatihan-pelatihan misalnya: pelatihan destinasi wisata dengan untung yang lebih
SDM, pelatihan berwirausaha, pelatihan besar. Bahkan di beberapa destinasi wisata
SAR, pendampingan lapangan, dan lain pantai, juga telah dikembangkan beberapa
sebagainya. Dalam hal pengadaan fasilitas, Homestay dari masyarakat setempat untuk
pemerintah juga hadir untuk membantu mendukung kegiatan pariwisata di
dalam hal infrastruktur yaitu pembangunan daerahnya. Keberhasilan suatu destinasi
jalan dan jembatan menuju ke destinasi wisata akan menimbulkan multiplayer effect
wisata, kemudian pembangunan MCK, bagi masyarakat setempat. Hal ini dapat
gazebo, ruko-ruko atau kios pedagang, membantu pemerintah dalam upaya
musholla, dan fasilitas umum lainnya. mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan
Selanjutnya, pemerintah juga aktif dalam kemandirian masyarakat.
mempromosikan destinasi wisata di Masih banyak Pokdarwis di wilayah Jawa
daerahnya, melalui video, social media, Tengah khususnya di Pantai Utara Pulau
membuat komunitas binaan, ikut serta dalam Jawa Tengah yang memerlukan pembinaan
https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS 17
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436
terkait tugas, pokok, dan fungsi, serta kinerja Fatmasari, D. (2014). Analisis Sosial
Pokdarwis yang baik dan efektif, sehingga Ekonomi dan Budaya Masyarakat
perlu peran serta pemerintah untuk Pesisir Desa Waruduwur, Kecamatan
memfasilitasi hal tersebut. Mundu, Kabupaten Cirebon. Al-Amwal
Perlu adanya keberlanjutan program Jurnal Kajian Ekonomi dan Perbankan
pendampingan dan pelatihan-pelatihan Syari'ah IAIN Syekh Nurjati Cirebon,
kepada masyarakat maupun pengelola Vol 6 No. 1.
Pokdarwis (pelatihan SDM, pelatihan variasi
produk, pelatihan pemasaran, pelatihan Fitriansah, H. (2012). Keberlanjutan
keuangan, dan lain-lain), serta monitoring Pengelolaan Lingkungan Pesisir
kegiatan-kegiatan masyarakat dan kendala- Melalui Pemberdayaan Masyarakat di
kendala di lapangan.
Desa Kwala Lama Kabupaten Serdang
Perlu adanya sosialisasi tentang program Bedagai. Jurnal Pembangunan
CSR pihak swasta sehingga meminimalkan Wilayah dan Kota, Vol 8 No 4, hal 360
adanya miskomunikasi atau pemanfaatan dari - 370.
oknum-oknum tertentu untuk mengambil
keuntungan. Hadiwijoyo, S. S. (2012). Perencanaan
Meningkatkan promosi destinasi wisata Pariwisata Pedesaan Berbasis
melalui online dan offline, serta Masyarakat. Salatiga: Graha Ilmu.
penyelenggaraan berbagai event dan
keikutsertaan dalam pameran baik berskala Hiariey, L. S. (2013). Peran Serta
lokal, nasional, maupun internasional. Masyarakat Pemanfaat Pesisir dalam
Pengelolaan Wilayah Peisir Teluk
REFERENSI Ambon Dalam. Jurnal Matematika,
Adikampana, I. M. (2017). In Pariwisata Sains, dan Teknologi, Vol 14 No 1, hal
Berbasis Masyarakat. Denpasar: Cakra 48 - 61.
Press.
Iskandar. (2009). Metodologi Peneliian
Danim, S., & Darwis. (2003). Metode Kualitatif. Jakarta: Gaung Persada.
Penelitian Kebidanan: Prosedur,
Kebijakan, dan Etik. Jakarta: Penerbit Jalan Nasional Rute 1. (2019). Retrieved
Buku Kedokteran EGC. from wikipedia:
https://id.wikipedia.org/wiki/Jalan_Nas
Dewi, M. H. (2013). Pengembangan Desa ional_Rute_1
Wisata Berbasis Partisipasi Masyarakat
Lokal di Desa Wisata Jatiluwih Karim, S., Kusuma, B. J., & Amalia, N.
Tabanan Bali. Kawistara UGM, Vol 3. (2017). Tingkat Partisipasi Masyarakat
dalam Mendukung Kepariwisataan
Djamil, M. (2011). Pengelolaan Sumber Balikpapan: Kelompok Sadar Wisata
Daya Wilayah Pesisir dalam Perspektif (Pokdarwis). Jurnal Kepariwisataan
Otonomi Daerah (Tinjauan Kota dan Hospitalitas, Vol 1 No 2.
Bengkulu dan Kabupaten Bengkulu
Selatan). Proceeding Book Simposium Manumono, D. (2008). Perubahan Perilaku
Nasional Ilmu Administrasi Negara Masyarakat Kawasan Pesisir Akibat
Untuk Indonesia, (pp. hal 331 - 339). Penurunan Pendapatan Sebagai
Dampak Abrasi dan Rob di Kabupaten
Demak. Dinamika Pembangunan
18 https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436
https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS 19
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436
Tulungen, J. J. (2001). Program Pengelolaan Erlina Daru Kuntari, saat ini bekerja
sebagai Dosen Tetap di Akademi Pariwisata
Sumber Daya Wilayah Pesisir Terpadu
Buana Wisata Yogyakarta. Bidang kajian
dan Berbasis Masyarakat: Telaah yang diminati adalah pariwisata, ekonomi,
Kasus di Kabupaten Minahasa, dan akuntansi. Sinta Id: 6694407.
Sulawesi Utara. Prosiding Pelatihan
Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu.
20 https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS