[go: up one dir, main page]

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 5

SINKRONISASI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED

INSTRUCTION TERHADAP BERPIKIR TINGKAT TINGGI MATERI


SUMBERDAYA ALAM.
Try Wahyuni
170721867518
S2 Pendidikan Geografi

Model Pembelajaran Problem Based Instruction


Model Problem Based Instruction (PBI) merupakan pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan kontruktivisme. Kontruktivisme merupakan pendekatan
yang mendorong siswa untuk terlibat aktif dalam memecahkan masalah dan
membangun sendiri pengetahuannya. Model PBI memiliki karakteristik menurut
Arends dalam Trianto (2007) antara lain: 1) Pengajuan pertanyaan atau masalah;
2) Berfokus pada keterkaitan antar disiplin ilmu; 3) Penyelidikan autentik; 4)
Menghasilkan produk dan memamerkannya; 5)Kolaborasi. Dari karakteristik yang
tersebut, model Problem Based Instruction merupakan pembelajaran yang cukup
kompleks. Siswa akan dihadapkan pada sebuah permasalahan, menghubungkan
permasalahan tersebut dengan disiplin ilmu lain misalnya IPA, matematika, dan
lain-lain, mencari penyelesaian masalah dengan nyata, membuat bentuk karya
nyata dari permasalahan yang ditemukan, dan dapat bekerja sama dengan orang
lain.
Model Problem Based Instruction merupakan pengajaran berdasarkan
masalah. Pengajaran berdasarkan masalah bermanfaat untuk melatih kemampuan
siswa dalam memecahkan masalah yang terjadi disekitarnya. Hal tersebut terdapat
pada langkah-langkah pembelajaran model Problem Based Instuction oleh
Ibrahim & Nur (2000:13) antara lain: (1) Orientasi siswa pada masalah, (2)
Mengorganisasi siswa untuk belajar, (3) Membimbing penyelidikan individual
maupun kelompok, (4)mengembangkan dan menghasilkan karya, (5)
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi.

Kemampuan berpikir tingkat tinggi terdiri dari kemampuan berpikir kritis


dan berpikir kreatif. Berpikir kritis adalah proses terorganisasi yang melibatkan
aktivitas mental seperti dalam memecahkan masalah (problem solving),
pengambilan keputusan (decision making), analisis asumsi (analising assumtion),
dan inkuiri sains (scientifiq inquiry) sedangkan berpikir kreatif merupakan suatu
aktifitas mental yang memperhatikan keaslian dan wawasan (Johnson dalam
Dasna, 2007). Dengan kata lain, kemampuan berpikir tingkat tinggi termasuk
dalam ranah kognitif menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan mensintesis
(C6).

Kemampuan berpikir tingkat tinggi dapat diukur melalui tes uraian.


Menurut Purwanto (2005) tes uraian tidak dapat digunakan untuk mengukur
ingatan, melainkan lebih tepat untuk mengukur kemampuan pemahaman, aplikasi,
analisis, sintesis, dan evaluasi”. Hal ini juga sesuai dengan ranah kognitif
kemampuan berpikir tingkat tinggi yang telah dijelaskan sebelumnya di mana
termasuk dalam tingkatan analisis, evaluasi, dan sintesis. Oleh karena itu,
pemilihan tes uraian dapat mencakup aspek yang lebih luas sehingga siswa akan
menggunakan seluruh kemampuan berpikirnya dalam menjawab pertanyaan yang
diberikan. Tes uraian didasarkan pada indikator kemampuan berpikir tingkat
tinggi. 1) menganalisis penyebab dan akibat dari sebuah permasalahan, 2)
mengkaitkan pengetahuan satu dengan yang lain, 3) merumuskan pemecahan
masalah yang telah dianalisis, 4) merencanakan penyusunan dari struktur yang
baru dalam bentuk laporan atau karya ilmiah, 5) memberikan penilaian berupa ide,
solusi, ataupun gagasan terhadap laporan atau karya ilmiah yang telah dibuat.

Sinkronisasi

Model Problem Based Instruction dapat mengembangkan kemampuan


berfikir tingkat tinggi. Hal ini didukung oleh Arends dalam Trianto (2007) yang
menyatakan ″pengajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan
pembelajaran di mana siswa mengerjakan permasalahan yang otentik dengan
maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri
dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan
percaya diri″. Dari pendapat tersebut diketahui bahwa siswa diarahkan untuk
memecahkan sebuah masalah secara mandiri dengan menggunakan seluruh
pengetahuan yang dimilikinya, sehingga keterampilan berpikir tingkat tinggi
semakin terasah. Dalam model ini, siswa tidak hanya dituntut memecahkan
masalah tetapi dapat menciptakan sesuatu (create) dari permasalahan yang telah
dibahas. Hal tersebut dapat berhubungan dengan tujuan dari kemampuan berpikir
tingkat tinggi tersebut dalam ranah kognitif C6, seperti berikut ini:

Langkah-langkah Model PBI:

1. Orientasi siswa pada masalah,


2. Mengorganisasi siswa untuk
MENGANALISIS (C4)
belajar,
3. Membimbing penyelidikan
individual maupun kelompok.
4. Mengembangkan dan
menghasilkan karya, MENGEVALUASI (C5)
5. Menganalisis dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah. MENSINTESIS (C6)

Model Problem Based Instruction yang dilaksanakan diarahkan untuk


mencapai kemampuan berfikir tingkat tinggi. Hal ini juga didukung oleh pola
pembelajaran kurikulum 2013 menekankan kepada High Order Thinking Skiill
atau kemampuan berpikir tingkat tinggi (Kemdikbud, 2014). Seseorang yang
menyerap informasi disekitarnya dan mampu mengembangkannya dalam
wawasan yang baru dapat dikatakan memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Pembelajaran selama ini hanya bersifat hafalan, mengkritisi, mengetahui sebuah
informasi, dan lain-lain. Oleh karena itu, pengembangan kemampuan berpikir
tingkat tinggi perlu dilakukan agar pembelajaran tidak hanya bermanfaat sebagai
pengetahuan saja tetapi dapat menumbuhkan wawasan yang baru siswa.
Kemampuan berpikir tingkat tinggi sangat dibutuhkan dalam ilmu Goegrafi
terutama membahas mengenai fenomena-fenomena alam yang terjadi
dilingkungan sekitar. Dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi, siswa tidak
hanya paham mengenai permasalahan atau fenomena apa saja yang terjadi
dilingkungannya tetapi dapat memberikan pendapatnya maupun gagasan dan
solusi terhadap fenomena alam tersebut.
Keterkaian kemampuan berpikir tingkat tinggi dengan materi sumberdaya
kehutanan terletak pada ranah kognitif materi tersebut. Materi sumberdaya
kehutanan termasuk dalam ranah kognitif menganalisis (C4). Hal ini dapat dilihat
pada Kompetensi Dasar 3.3 yaitu “menganalisis sebaran dan pengelolaan
sumberdaya kehutanan, pertambangan, kelautan, dan pariwisata sesuai prinsip-
prinsip pembangunan berkelanjutan”. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya,
ranah kognitif kemampuan berpikir tingkat tinggi termasuk juga dalam tipe
menganalisis. Ranah kognitif menganalisis menurut taksonomi Bloom dalam
Winkel (2004) yaitu “siswa harus mampu merinci suatu kesatuan ke dalam
bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami
dengan baik. Kemampuan ini dinyatakan dalam penganalisaan bagian-bagian
pokok atau komponen-komponen dasar, bersama dengan hubungan/relasi antar
semua bagian itu”. Dengan menggunakan materi sumberdaya kehutanan, siswa
dapat mencapai tingkatan berpikir secara lebih luas. Oleh karena itu, materi
sumberdaya kehutanan sangat relevan untuk tercapainya kemampuan berpikir
siswa.

Materi sumberdaya kehutanan merupakan materi yang dibelajarkan pada kelas XI


semester ganjil mata pelajaran geografi. Materi sumberdaya kehutanan membahas
mengenai jenis-jenis hutan, sebaran hutan di Indonesia, dan pengelolaan
sumberdaya kehutanan dalam prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Pada
sub materi pengelolaan sumberdaya kehutanan, siswa dituntut untuk mampu
mengkritis, menganalisis permasalahan hutan di Indonesia, dan memberikan
solusi terhadap masalah tersebut. Hal tersebut dapat memancing siswa untuk
menggunakan seluruh kemampuan berpikir sehingga dalam sub materi ini
kemampuan berpikir tingkat tinggi sangat terlihat.

Daftar Rujukan

Dasna, I.W. 2006. Model-Model Pembelajaran Kontruktivistik Dalam


Pembelajaran Sains/Kimia. Malang: FMIPA UM
Ibrahim, M., & Nur, M. 2000. Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya:
University Press.
Kemdikbud., Perubahan Pola Pikir dalam Kurikulum 2013, 2014, h. 39, (Online),
(http://www.kemdikbud.go.id) diakses 28 September 2017
Purwanto, Edy. 2005. Evaluasi Proses Dan Hasil Dalam Pembelajaran. Malang:
UM Press
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta: Prestasi Pustaka.
Winkel, W.S. 2004. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi.

You might also like