[go: up one dir, main page]

0% found this document useful (0 votes)
44 views9 pages

Tingkat Pengetahuan Tentang Kanker Serviks Dan Sikap Terhadap Deteksi Dini Iva Pada Wanita Usia Subur

This document summarizes a study that examined the relationship between knowledge levels about cervical cancer and attitudes toward early detection using Visual Inspection with Acetic Acid (IVA) among married, productive-age women in Gatak Village, Gunung Kidul Regency, Yogyakarta, Indonesia in 2014. The study found that 50.8% of respondents had good knowledge about cervical cancer, and 52.3% had supportive attitudes toward IVA screening. A chi-square test revealed a relationship between knowledge levels and attitudes, with 66.7% of women with good knowledge holding supportive attitudes. The study aimed to understand factors influencing participation in cervical cancer early detection programs.

Uploaded by

dessya
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as DOC, PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
44 views9 pages

Tingkat Pengetahuan Tentang Kanker Serviks Dan Sikap Terhadap Deteksi Dini Iva Pada Wanita Usia Subur

This document summarizes a study that examined the relationship between knowledge levels about cervical cancer and attitudes toward early detection using Visual Inspection with Acetic Acid (IVA) among married, productive-age women in Gatak Village, Gunung Kidul Regency, Yogyakarta, Indonesia in 2014. The study found that 50.8% of respondents had good knowledge about cervical cancer, and 52.3% had supportive attitudes toward IVA screening. A chi-square test revealed a relationship between knowledge levels and attitudes, with 66.7% of women with good knowledge holding supportive attitudes. The study aimed to understand factors influencing participation in cervical cancer early detection programs.

Uploaded by

dessya
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as DOC, PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 9

TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KANKER SERVIKS DAN SIKAP

TERHADAP DETEKSI DINI IVA PADA WANITA USIA SUBUR

Latifa Pertiwi1, Endah Marianingsih Theresia2, Hesty Widyasih3

1.Mahasiswa Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, Jl Mangkuyudan MJ III/304


Yogyakarta 55143, email: latifapertiwi@gmail.com. 2. Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta, Jl Mangkuyudan MJ III/304 Yogyakarta 55143, email:
endahmaria@yahoo.com. 3. Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, Jl
Mangkuyudan MJ III/304 Yogyakarta 55143, email: Hesty_widya@yahoo.com

ABSTRACT

Early detection efforts of Cervical cancer using Visual Inspection with Acetic Acid methods that took place
in Wonosari II Public Health Center can not filling target with a downward trend in 2012 and 2013.
Predisposition of early detection behavior of cervical cancer is influenced by attitude. Attitude formation
process is influenced by stimulus or stimuli of one of knowledge that will be processed to produce an
attitude (closed) and behavior (open). This study aim is to determine the level of knowledge about the
relationship with attitudes of cervical cancer Visual Inspection with Acetic Acid early detection on
productive age woman. Type of research was analytic survey with cross sectional approach. Research
sites was in Gatak Gunung Kidul with productive age woman subjects aged 15-49 years whom were
married with a sample 65 respondents were obtained by proportional random sampling method. Data were
analyzed using chi square test. The results shows that the level of knowledge about cervical cancer 50.8%
categorized as good, attitudes toward Visual Inspection with Acetic Acid early detection 52.3% are
supportive. It can be seen from 33 productive age woman with good knowledge have attitude that support
22 productive age woman (66.7%) and good knowledge have an attitude that does not support as many
as 11 productive age woman (33.3%). From the analysis results obtained chi square test p-value =
0.01728 (p-value <0.05). There is a level of knowledge about the relationship with attitudes towards
cervical cancer Visual Inspection with Acetic Acid early detection on productive age woman in Gatak
Gunung Kidul 2014.

Keywords: level of knowledge, cervical cancer, attitudes, Visual Inspection with Acetic Acid early
detection

ABSTRAK

Upaya deteksi dini kanker serviks menggunakan metode IVA yang berlangsung di wilayah Puskesmas
Wonosari II belum dapat memenuhi target dan cenderung turun pada tahun 2012 dan 2013. Predisposisi
perilaku deteksi dini kanker serviks salah satunya dipengaruhi oleh sikap. Proses terbentuknya sikap
dipengaruhi oleh stimulus atau rangsangan salah satunya pengetahuan yang nantinya akan diproses
sehingga menghasilkan sikap (tertutup) dan tingkah laku (terbuka). Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tentang kanker serviks dengan sikap terhadap deteksi dini IVA
pada WUS. Jenis penelitian survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Lokasi penelitian di Dusun
Gatak Gunung Kidul dengan subjek WUS usia 15-49 tahun yang sudah menikah dengan sampel
sebanyak 65 responden yang diperoleh dengan metode proportional random sampling. Analisis data
menggunakan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan tentang kanker
serviks 50,8% termasuk kategori baik, sikap terhadap deteksi dini IVA 52,3% termasuk kategori
mendukung. Maka dapat diketahui dari 33 WUS yang berpengetahuan baik mempunyai sikap mendukung
sebanyak 22 WUS (66,7%) dan yang berpengetahuan baik mempunyai sikap tidak mendukung sebanyak
11 WUS (33,3%). Dari hasil analisis uji chi square didapatkan p-value = 0.01728 (p-value < 0,05). Ada
hubungan tingkat pengetahuan tentang kanker serviks dengan sikap terhadap deteksi dini IVA pada WUS
di Dusun Gatak Gunung Kidul tahun 2014.

Kata Kunci: tingkat pengetahuan, kanker serviks, sikap, deteksi dini IVA
PENDAHULUAN

WHO melaporkan bahwa pada tahun 2008 hampir 90% dari kematian akibat
kanker serviks terjadi di negara berkembang, 53.300 kematian di Afrika, 31.700 di
Amerika Latin, dan 159.800 di Asia. India, negara terpadat kedua di dunia,
menyumbang 26% (72.800) dari kematian akibat kanker serviks. Di Indonesia
diperkirakan 15.000 kasus baru kanker serviks terjadi setiap tahunnya, dengan angka
kematian sekitar 7.500 kasus per tahun1.
Pada tahun 2013, Kabupaten Gunung Kidul menjadi yang tertinggi pada kasus
kanker serviks dengan jumlah pasien rawat inap sebanyak 23 pasien dan pasien
meninggal sebanyak 4 orang. Kabupaten Bantul menempati urutan kedua dengan
jumlah 14 pasien dan tidak ada pasien yang meninggal. Kota Yogyakarta berada di
urutan ketiga dengan pasien rawat inap kanker serviks sejumlah 11 pasien dan pasien
meninggal sebanyak 2 orang. Di urutan terakhir, Kabupaten Kulon Progo terdapat 4
pasien rawat inap kanker serviks dan tidak ada pasien yang meninggal. Sedangkan di
Kabupaten Sleman hanya terdapat 1 pasien dan tidak ada pasien yang meninggal2.
Strategi utama yang disampaikan oleh Weller & Campbell dalam
Purnamaningrum1 untuk menurunkan kematian akibat kanker yang timbul dengan atau
tanpa gejala adalah dengan melakukan skrining. Skrining dapat mendeteksi penyakit
yang terjadi pada fase awal sebelum penyakit tersebut memberikan gejala atau
keluhan secara klinis. Pernyataan ini juga didukung oleh Peirson, Leslea3 yang
mengadakan penelitian dengan hasil bahwa skrining kanker serviks menawarkan
manfaat dan berhubungan dengan penurunan kejadian kanker serviks invasif dan
kematian kanker serviks.
Kebijakan pengendalian penyakit kanker di Indonesia diperkuat dengan
diterbitkannya Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1163/
Menkes/ SK/ X/ 2007 Tanggal 31 Oktober 2007, tentang Kelompok Kerja Pengendalian
Kanker Leher Rahim dan Payudara. Pemerintah juga menyelenggarakan proyek pilot/
area deteksi dini kanker leher rahim dan payudara di 6 provinsi. Kegiatan pelatihan
proyek pilot selesai dilakukan pada tahun 2008 dan pada tahun 2009 baru memasuki
tahap pemantapan program tersebut. Kegiatan deteksi dini dilakukan dengan metode
SADARI untuk kanker payudara dan metode inspeksi serviks dengan aplikasi asam
asetat (IVA) untuk kanker leher rahim4.
IVA adalah pemeriksaan skrining kanker serviks dengan melihat secara langsung
perubahan pada serviks setelah dipulas dengan asam asetat 3-5%. Bila terdapat lesi
prakanker serviks, maka akan terjadi perubahan warna menjadi bercak putih pada
serviks yang diperiksa5. IVA dapat membedakan leher rahim yang normal dari serviks
prakanker dengan cukup akurat. Sensitivitas dan spesifisitas IVA sebanding dengan
penelitian lain. Jadi, IVA dapat mengurangi lesi intraepitel serviks6.
Kabupaten Gunung Kidul Provinsi DIY merupakan salah satu kabupaten yang
ditunjuk oleh pemerintah untuk menjadi tempat proyek pilot deteksi dini kanker
payudara dan kanker leher rahim. Dari studi pendahuluan yang dilakukan peneliti,
Dinas Kesehatan Kabupaten Gunung Kidul menunjuk 8 puskesmas menjadi tempat
diselenggarakannya proyek pilot dari 30 puskesmas di Kabupaten Gunung Kidul. Dari
8 puskesmas tersebut, Puskesmas Wonosari II dipercaya menjadi pusat pelatihan bagi
para dokter dan bidan yang akan bertugas menjadi pelaksana program. Dalam proyek
pilot ini, pemerintah menargetkan cakupan deteksi dini IVA sebanyak 80%. Proyek pilot
diadakan dari tahun 2008-2010 yang semua biaya operasional dan biaya pelatihan
petugas menggunakan dana dari pemerintah. Setelah tahun 2010, harapannya
puskesmas yang sudah ditunjuk bisa tetap melanjutkan program deteksi dini IVA
dengan anggaran dana setempat.
Target cakupan deteksi IVA di Puskesmas Wonosari II merupakan yang tertinggi
dengan persentase 41,7%. Dinas Kesehatan juga melaporkan IVA positif tertinggi telah
terdeteksi di Puskesmas Wonosari II sebanyak 72 kasus dari tahun 2007-2013
dibandingkan dengan 7 puskesmas yang lain. Berdasarkan keterangan bidan yang
bertugas, deteksi dini IVA di Puskesmas Wonosari II tidak dipungut biaya sejak
diadakannya program proyek pilot sampai sekarang. Namun, terjadi penurunan yang
signifikan pada jumlah wanita yang melakukan deteksi dini IVA pada tahun 2012
sebanyak 77 orang atau 6,8% dan pada tahun 2013 sebanyak 29 orang atau 2,5%7.
Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti, di Dusun Gatak Gari Wonosari
pernah ditemukan warga yang meninggal karena menderita kanker serviks. Upaya dari
Puskesmas Wonosari II untuk meningkatkan pengetahuan tentang bahaya kanker
serviks dan sosialisasi deteksi dini IVA sudah dilakukan. Namun, angka cakupan
deteksi IVA di Dusun Gatak tetap terendah dibandingkan dengan dusun lain.
Predisposisi perilaku deteksi dini kanker serviks salah satunya dipengaruhi oleh
sikap. Sikap yang positif terhadap kanker serviks dan penapisan kanker serviks
mendukung seorang wanita untuk menjalani penapisan kanker serviks. Sutton S. dalam
Theresia E., Karnianingsih, dan Delmaifanis 8 menyatakan bahwa sikap negatif yaitu tidak
perlu menjalani penapisan jika tidak ada gejala dan lebih baik menjalani hidup seperti
biasa. Pernyataan tersebut dapat menjadi hambatan wanita untuk menjalani penapisan
kanker serviks. Menurut Notoatmodjo 9, proses terbentuknya sikap dipengaruhi oleh
stimulus atau rangsangan salah satunya pengetahuan yang nantinya akan diproses
sehingga menghasilkan sikap (tertutup) dan tingkah laku (terbuka).

METODE
Penelitian ini merupakan penelitian yang dilaksanakan dengan metode survei
analitik. Pada penelitian ini dilakukan pengamatan mengenai tingkat pengetahuan
tentang kanker serviks dan sikap terhadap deteksi dini IVA. Hasil pengamatan yang
berupa data kemudian dianalisis hubungan kedua variabel. Penelitian ini dilakukan di
Dusun Gatak, Desa Gari, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunung Kidul pada
tanggal 4, 5, dan 6 April 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh WUS
(Wanita Usia Subur) usia 15-49 tahun yang sudah menikah di Dusun Gatak pada kurun
waktu sampai bulan Februari tahun 2014 dengan jumlah 218 orang. Teknik
pengambilan sampel menggunakan proporsional sampling dan didapatkan sampel
minimal dengan menggunakan rumus besar sampel sehingga diperoleh sampel
minimal sebanyak 59 orang. Hasil ditambahkan 10% dari jumlah sampel minimal untuk
menghindari terjadinya drop out, sehingga sampel yang dibutuhkan sejumlah 65 WUS.
Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer. Instrumen penelitian ini
menggunakan dua buah kuesioner. Kuesioner I digunakan untuk mengukur tingkat
pengetahuan kanker serviks dan merupakan kuesioner tertutup yang berisi sejumlah
pernyataan mengenai kanker serviks. Kuesioner II digunakan untuk mengukur sikap
terhadap deteksi dini IVA yang dinilai dengan skala bertingkat (rating scale) tipe Likert.
Kedua kuesioner ini merupakan kuesioner tertutup.
Penelitian ini dilaksanakan setelah mendapat persetujuan dari Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta dengan memperoleh surat kelayakan etik penelitian dari Komite
Etik Penelitian Poltekkes Kemenkes Yogyakarta dengan No. LB.01.01/ KE/ IX/ 139/
2014, serta mendapatkan ijin dari BAPPEDA Gunung Kidul dan Kepala Dusun Gatak
Desa Gari. Penelitian dilaksanakan selama tiga hari dengan cara door to door dan satu
hari penelitian mencakup tiga RT. Peneliti dibantu tim peneliti (1 orang) dan ibu kader
mengunjungi rumah ke rumah untuk membagi kuesinoer. Peneliti menjelaskan maksud
dan tujuan penelitian dan memberikan inform consent. Setelah responden setuju dan
menandatangani inform consent, peneliti menjelaskan prosedur pengisian kuesioner
tingkat pengetahuan dan kuesioner sikap. Responden dipersilahkan untuk mengisi
kedua kuesioner selama kurang lebih 45 menit.
Teknik pengolahan data dilakukan dengan scoring, coding, dan data entry.
Analisis data penelitian ini terdiri dari analisis univariabel dan bivariabel. Pada analisis
univariabel menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari variabel karakteristik
responden, variabel tingkat pengetahuan tentang kanker serviks, dan variabel sikap
terhadap deteksi dini IVA. Analisis bivariabel dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
hubungan kedua variabel, yaitu hubungan tingkat pengetahuan tentang Kanker Serviks
dengan sikap terhadap deteksi dini IVA. Data diuji menggunakan uji chi square dengan
tingkat kepercayaan 95%. Pengolahan uji statistik dengan bantuan komputer,
menggunakan program R-commander10. Pada tingkat kepercayaan 95%, jika nilai p-
value < 0,05 berarti ada hubungan tingkat pengetahuan tentang kanker serviks dengan
sikap terhadap deteksi dini IVA pada WUS di Dusun Gatak Gunung Kidul tahun 2014.

HASIL

Analisis Univariabel

Responden pada penelitian ini adalah WUS di Dusun Gatak yang diperoleh
melalui undian yaitu sebanyak 65 orang dan jumlah tersebut berada memiliki
karakteristik yang tidak merata, untuk lebih jelasnya disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan karakteristik pada WUS di Dusun Gatak
Gunung Kidul Tahun 2014

Karakteristik Frekuensi Persentase (%)


Usia
<20th 0 0

20-40th 39 60
>40th 26 40
Pendidikan
Dasar (SD,SMP) 39 60

Menengah (SMA/ sederajat) 24 36,9


Tinggi (DIII,S1,S2) 2 3,1
Pekerjaan
Bekerja 20 30,8

Tidak bekerja 45 69,2


Pengalaman
Pernah IVA 19 29,2

Belum pernah IVA 46 70,8


Sumber Informasi
Belum pernah mendapat 14 21,5
informasi
Media cetak 4 6,2
Media elektronik 8 12,3
Tenaga kesehatan 22 33,8
Orang lain 17 26,2

JUMLAH 65 100
Tabel 1 terlihat bahwa responden paling banyak berusia 20-40 tahun sebanyak
39 responden (60%). Tingkat pendidikan responden paling banyak yaitu berpendidikan
dasar (SD/SMP) sebanyak 39 responden (60%). Sebagian besar responden tidak
bekerja (IRT) sebanyak 45 responden (69,2%). Sebanyak 46 responden (70,8%)
belum pernah melakukan pemeriksaan deteksi dini IVA. Sebagian besar responden
mendapatkan informasi mengenai kanker serviks dari tenaga kesehatan sebanyak 22
responden (33,8%).

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang Kanker


Serviks pada WUS di Dusun Gatak Gunung Kidul Tahun 2014
NO Tingkat Pengetahuan Frekuensi (f) Persentase (%)
1 Baik 33 50,8
2 Cukup 18 27,7

3 Kurang 14 21,5

JUMLAH 65 100

Berdasarkan tabel 2, sebagian besar responden memiliki pengetahuan tentang


kanker serviks pada tingkat baik, yaitu sebanyak 33 responden (50,8%).
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap terhadap Deteksi Dini IVA pada WUS
di Dusun Gatak Gunung Kidul Tahun 2014

NO Sikap Frekuensi (f) Persentase (%)


1 Mendukung 34 52,3
2 Tidak mendukung 31 47,7

JUMLAH 65 100

Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah responden yang memiliki sikap mendukung


dan tidak mendukung terhadap deteksi dini IVA hampir sama, yakni masing-masing
hampir mendekati 50%.

Analisis Bivariabel
Tabel 4. Tabel Silang Sikap terhadap Deteksi Dini IVA Berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang
Kanker Serviks pada WUS di Dusun Gatak Gunung Kidul Tahun 2014

Tingkat Sikap terhadap deteksi dini IVA


Pengetahuan Jumlah p value
No
tentang kanker
Mendukung Tidak Mendukung
serviks
f % f % f %
1 Baik 22 66,7 11 33,3 33 100
2 Cukup 9 50 9 50 18 100 0.01728
3 Kurang 3 21,4 11 78,6 14 100

JUMLAH 34 52,3 31 47,7 65 100

Tabel 4 menunjukkan hubungan antara tingkat pengetahuan tentang kanker


serviks dengan sikap terhadap Deteksi Dini IVA. Data pada tabel 4 menunjukkan
bahwa sebagian besar responden yang memiliki pengetahuan kategori baik dengan
sikap mendukung deteksi dini IVA, yakni sebesar 22 responden (66,7%). Pada tingkat
pengetahuan kategori cukup, memiliki sikap mendukung dan tidak mendukung
terhadap deteksi dini IVA dengan persentase sama, yakni masing-masing 50%.
Data diolah dengan uji statistika chi square dan diperoleh nilai p-value = 0.01728,
sedangkan taraf kesalahan yang ditentukan adalah 5% (0,05). Hal ini menunjukkan
bahwa 0.01728< 0,05, berarti hipotesis untuk penelitian ini diterima. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa secara statistik ada hubungan bermakna antara tingkat
pengetahuan tentang kanker serviks dengan sikap terhadap deteksi dini IVA.

PEMBAHASAN
Hasil analisis distribusi frekuensi karakterisitik responden pada tabel 1
menunjukkan bahwa paling banyak berusia 20-40 tahun sebanyak 39 responden
(60%). Tingkat pendidikan responden paling banyak yaitu berpendidikan dasar
(SD/SMP) sebanyak 39 responden (60%). Sebagian besar responden tidak bekerja
(IRT) sebanyak 45 responden (69,2%). Sebanyak 46 responden (70,8%) belum pernah
melakukan pemeriksaan deteksi dini IVA. Sebagian besar responden mendapatkan
informasi mengenai kanker serviks dari tenaga kesehatan sebanyak 22 responden
(33,8%).

WUS yang menjadi responden penelitian ini paling banyak berusia 20-40 tahun.
Menurut Riyanto11 usia mempengaruhi daya tangkap seseorang, semakin bertambah
usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya. Sebagian besar
responden berpendidikan dasar (SD/SMP), itu berarti mayoritas WUS di Dusun Gatak
telah menyelesaikan program wajib belajar 9 tahun. Menurut Riyanto 11, pengetahuan
sangat erat kaitannya dengan pendidikan. Namun perlu ditekankan bahwa sesorang
yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Dalam
hal ini, tidak menutup kemungkinan seseorang tersebut memperoleh pengetahuan dari
pendidikan non formal atau berbagai informasi yang diperoleh dari berbagai media.

Berdasarkan tabel 1, dapat diketahui pula bahwa persentase tertinggi sumber


informasi tentang kanker serviks yang didapatkan WUS berasal dari tenaga kesehatan
dan orang lain. Riyanto11 mengungkapkan bahwa semakin banyak informasi yang
masuk, semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Adanya
informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi
terbentuknya pengetahuan yang akhirnya akan mempengaruhi sikap. Tetapi,
persentase WUS yang belum pernah mendapatkan sumber informasi tentang kanker
serviks juga masih tergolong tinggi, yaitu 21,5%. Hal tersebut dimungkinkan karena
belum meratanya sumber informasi yang diperoleh WUS. Hasil penelitian ini
mendukung penelitian Primadhani12 dengan judul “Hubungan Pengetahuan dengan
Sikap Wanita tentang IVA Test sebagai Deteksi Dini Kanker Serviks di RT 06 RW 02
Desa Medaeng, Waru, Sidoarjo Tahun 2012”.

Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar WUS di Dusun Gatak Gari Gunung
Kidul memiliki tingkat pengetahuan pada kategori baik sebanyak 33 responden
(50,8%). Meskipun mayoritas responden berpendidikan dasar (SD/SMP), tidak berarti
sesorang yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. Tidak
menutup kemungkinan seseorang tersebut memperoleh pengetahuan dari pendidikan
non formal atau berbagai informasi yang diperoleh dari berbagai media. Hal ini
dimungkinkan karena lokasi Dusun Gatak yang berada tidak jauh dari perkotaan dan
faslitas kesehatan sehingga memudahkan warganya untuk memperoleh informasi
kesehatan, baik dari tenaga kesehatan itu sendiri maupun orang lain. Pada tabel 1
menunjukkan bahwa sumber informasi tentang kanker serviks paling banyak diperoleh
dari tenaga kesehatan, dalam hal ini adalah peran seorang bidan.

Riyanto11 juga mengungkapkan semakin banyak informasi yang masuk, semakin


banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan menurut
Notoatmodjo9 merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan melalui pancaindra manusia
yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar
pengetahuan diperoleh melalui indera penglihatan (mata) dan pendengaran (telinga).
Hal tersebut menunjukkan bahwa baik tidaknya pengetahuan seseorang tentang
kanker serviks juga dipengaruhi oleh intensitas atau banyaknya penginderaan
seseorang terhadap informasi yang berkaitan dengan kanker serviks.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian Titisari 13 dengan judul “Tingkat


Pengetahuan tentang Kanker Serviks pada Ibu-ibu PKK di Dusun Tegalmindi
Sukoharjo Ngaglik Sleman Tahun 2012”. Tingkat pengetahuan responden pada
penelitian tersebut pada kategori baik, yakni sebesar 64 dari 91 responden atau sekitar
70,33%. Hal ini juga sesuai dengan teori yang dikemukakan Riyanto 11 bahwa
pengetahuan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pendidikan, informasi,
usia, lingkungan yang berbeda.

Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah responden yang memiliki sikap mendukung


dan tidak mendukung terhadap deteksi dini IVA hampir sama, yakni masing-masing
hampir mendekati 50%. Sikap mendukung terhadap deteksi dini IVA sebanyak 34
responden (52,3%), sikap tidak mendukung terhadap deteksi dini IVA sebanyak
(47,7%). Memperhatikan hasil tersebut, hal ini dimungkinkan karena pengaruh dari
orang lain yang dianggap penting. Dalam hal ini yang dimaksud adalah peran dari
seorang tenaga kesehatan yaitu bidan dan kader-kader kesehatan dalam memberikan
berbagai informasi tentang kanker serviks. Disamping itu, peran media massa juga
memiliki pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan seseorang.
Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi
terbentuknya sikap14. Jadi, selain kegiatan penyuluhan tentang kanker serviks, WUS
juga dapat mengakses informasi dari media massa lain seperti media elektronik, media
cetak, dll sehingga sikap mereka dalam deteksi dini IVA berbeda-beda. Terbentuknya
sikap juga salah satunya dipengaruhi oleh pengalaman pribadi. Pengalaman yang
dimaksud dalam hal ini adalah pengalaman melakukan deteksi dini IVA.

Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Azwar14 bahwa pembentukan sikap
dipengaruhi oleh pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, dan
media massa. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Primadhani12 dengan judul
“Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Wanita tentang IVA Test sebagai Deteksi Dini
Kanker Serviks di RT 06 RW 02 Desa Medaeng,Waru, Sidoarjo Tahun 2012”. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa dari 44 wanita PUS sebagian besar 24 orang
(54,55%) memiliki sikap positif (setuju) tentang IVA Test sebagai deteksi dini kanker
serviks.

Berdasarkan hasil analisis hubungan tingkat pengetahuan tentang kanker serviks


dengan sikap terhadap deteksi dini IVA dengan menggunakan uji statistik chi square
didapatkan p-value = 0.01728, sedangkan taraf kesalahan yang ditentukan adalah 5%
(0,05). Hal ini menunjukkan bahwa 0.01728< 0,05 yang berarti ada hubungan
bermakna antara tingkat pengetahuan tentang kanker serviks dengan sikap terhadap
deteksi dini IVA. Hubungan bermakna antara pengetahuan tentang kanker serviks
dengan sikap terhadap deteksi dini IVA sesuai dengan teori Notoatmodjo15 bahwa
pengetahuan memegang peranan penting dalam pembentukan sikap. Pengetahuan
adalah hasil dari tahu yang terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap
suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia yakni indra
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba9. Berdasarkan apa yang telah
kita lihat atau ketahui itu kemudian terbentuk suatu ide atau gagasan mengenai sifat
atau karakteristik umum suatu objek14.
Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek, proses selanjutnya akan
menilai atau bersikap terhadap stimulus atau objek tersebut. Reaksi atau respon
seseorang yang masih tertutup terhadap stimulus atau objek dan merupakan kesiapan
untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan objek
inilah yang disebut sikap9. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan
mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak
memihak (unfavorable). Hal ini senada dengan penelitian Jannah 16 yang menunjukkan
bahwa variabel yang mempunyai pengaruh terhadap sikap wanita dalam deteksi dini
kanker serviks di Desa Jetis Kelurahan Kwarasan, Sukoharjo adalah tingkat
pengetahuan dengan nilai p-value 0,042 (p-value <0,05).

KESIMPULAN
Karakteristik WUS di Dusun Gatak Gari Gunung Kidul sebagian besar berusia
20-40 tahun, berpendidikan dasar (SD/SMP), tidak bekerja atau menjadi Ibu Rumah
Tangga, belum pernah melakukan deteksi dini IVA, dan sumber informasi diperoleh
dari tenaga kesehatan.Tingkat pengetahuan tentang kanker serviks pada WUS di
Dusun Gatak Gari Gunung Kidul sebagian besar dalam kategori baik. Sikap terhadap
deteksi dini IVA pada WUS di Dusun Gatak Gari Gunung Kidul sebagian besar
mendukung. Ada hubungan tingkat pengetahuan tentang kanker serviks dengan sikap
terhadap deteksi dini IVA pada WUS di Dusun Gatak Gunung Kidul.

SARAN
Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan analisis hubungan
keeratan hubungan tingkat pengetahuan tentang kanker serviks dan sikap terhadap
deteksi dini IVA. Bagi Bidan di Puskesmas Wonosari II dapat merencanakan dan
menyusun program kegiatan berupa promosi kesehatan untuk terus berupaya
meningkatkan pengetahuan tentang kanker serviks, seperti penyuluhan, pemberian
leaflet dan pemeriksaan IVA gratis.

DAFTAR PUSTAKA
1. Purnamaningrum, Yuliasti Eka, M.Hakimi, dan S. Prawitasari. 2012. Efektivitas
Pendidikan Kesehatan Oleh Lay Health Workers (LHWS) dalam Meningkatkan
Kesertaan Skrining Kanker Leher Rahim dengan Metode IVA di Kabupaten
Sleman. Jurnal Teknologi Kesehatan Volume 8(3): 162-172.
2. Dinkes DIY. 2013. Sistem Informasi Rumah Sakit. Dinas Kesehatan Provinsi
DIY. Yogyakarta.
3. Peirson, Leslea, D.F.Lewis, D.Ciliska, dan R.Warren. 2013.Screening for
Cervical Cancer: A Systematic Review and Meta Analysis. Systematic Review
2:35. http://www.systematicreviewsjournal. com/content/2/1/35 .18 Januari 2014
(06:18).
4. Dwipoyono,B. 2009. Kebijakan Pengendalian Penyakit Kanker (Serviks) di
Indonesia.http://indonesianjournalofcancer.org/images/stories/2009/IJoC_2009
_3_109.pdf. 26 Januari 2014 (23:00).
5. Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Buku Acuan Nasional Onkologi Ginekologi.
Yayasan Bina Pustaka. Jakarta.
6. Yusuf, N, MA. Ali, MF. Islam, dan JA. Khanam. 2011. Screening of cervical
cancer by VIA among women in Rajshahi Medical College Hospital.
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2222180812600176. 19
Januari 2014 (06:40).
7. Dinkes Kabupaten Gunung Kidul. 2013. Data Cakupan IVA. Dinkes Kabupaten
Gunung Kidul. Yogyakarta.
8. Theresia E., Karnianingsih, dan Delmaifanis. 2012. Pengetahuan Merupakan
Faktor Dominan Perilaku Wanita Dalam Pemeriksaan Visual Inspection With
Acetic Acid (VIA). Jurmal Madya Volume 13(2).
9. Notoatmodjo, S. 2007. Promosi kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta.
Jakarta.
10. Riwidikdo, Handoko. 2013. Statistik Untuk Penelitian Kesehatan. Pustaka
Rihanna. Yogyakarta.
11. Riyanto, B.A. 2013. Kapita Selekta Kuesioner ; Pengetahuan dan Sikap.
Salemba medika. Jakarta.
12. Primadhani, Dwi Mudi. 2012. Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Wanita
tentang IVA Test sebagai Deteksi Dini Kanker Serviks di RT 06 RW 02 Desa
Medaeng,Waru, Sidoarjo Tahun 2012. Karya Tulis Ilmiah. Poltekkes Kementrian
Kesehatan. Surabaya.
13. Titisari, Danis F. 2012. Tingkat Pengetahuan Tentang Kanker Serviks pada Ibu-
ibu PKK di Dusun Tegalmindi Sukoharjo Ngaglik Sleman Tahun 2012. Karya
Tulis Ilmiah. Poltekkes Kementrian Kesehatan. Yogyakarta.
14. Azwar, Saifuddin. 2013. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Pustaka
Pelajar. Yogyakarta.
15. Notoatmodjo, S. 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya. Rineka Cipta.
Jakarta.
16. Jannah, Miftahul. 2011. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Sikap Wanita
terhadap Pemeriksaan Pap Smear di Desa Jetis Kelurahan Kwarasan,
Sukoharjo. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.

You might also like