[go: up one dir, main page]

Academia.eduAcademia.edu
MAKALAH Intelligence Quotient (IQ) Dosen Pengampuh : Prof. Dr. Nurhayati B, M,Pd Oleh: Kelompok 5 Nurul Aqli 220013301049 Anna Majid 220013301071 Sari Utari 220013301057 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR 2022 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa. Berkat rahmat, taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan yang berjudul Makalah Intelligence Quotient (IQ) dengan lancar dan tepat pada waktu tanpa suatu kendala yang berarti. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Nurhayati, M. Pd. Selaku dosen pengampu dari mata kuliah Psikologi Pendidikan atas bimbingannya dalam proses penyusunan makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh anggota tim yang telah bekerja sama dalam penyusunan makalah ini. Penulis telah berusaha dengan maksimal dalam penyusunan makalah ini dengan segala kekurangannya. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan, maka dari itu penulis berharap kritik, saran maupun masukan yang bersifat membangun agar kedepannya penulis dapat membuat karya-karya yang lebih baik lagi. Makassar 01 Desember 2022 Kelompok Lima DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI iii BAB I 1 PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang 1 B. Rumusan Masalah 2 C. Tujuan 2 D. Manfaat 2 BAB II 3 PEMBAHASAN 3 A. Pengertian Intelegensi 3 B. Definisi Intelegensi Menurut Para Ahli 4 C. Jenis-Jenis Intelegensi 5 1. Kecerdasan Linguistic-Verbal 6 2. Kecerdasan Logiko-Matematik 6 3. Kecerdasan Spasial-Visual 7 4. Kecerdasan Ritmik-Musik 8 5. Kecerdasan Kinestetik 9 6. Kecerdasan Interpersonal 10 7. Kecerdasan Intrapersonal. 10 8. Kecerdasan Naturalis. 11 D. Pendekatan Intelegensi 12 1. Pendekatan Teori Belajar 12 2. Pendekatan Neurobiologis 12 3. Pendekatan Psikomotorik 12 4. Pendekatan Teori Perkembangan 12 E. Faktor Yang Mempengaruhi Intelegensi 13 1. Faktor bawaan atau keturunan. 13 2. Faktor Lingkungan 13 F. Pengukuran Intelegensi Quotion 16 BAB III 22 PENUTUP 22 A. Kesimpulan 22 B. Saran 22 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Manusia adalah makhluk paling sempurna diantara makhluk-makhluk ciptaan Allah SWT di bumi ini. Diberinya daya cipta, rasa dan karsa yang memungkinkan manusia untuk berbuat lebih besar dari pada otak mereka yang kecil. Kekuatan berpikir itulah yang sering disebut-sebut dengan intelegensi. Manusia yang mempunyai intelegensi yang tinggi, tentulah mereka lebih unggul daripada manusia yang memiliki intelegesi yang rendah. Intelegensi merupakan kemampuan yang dibawa sejak lahir, bukan timbul secara tiba-tiba. Yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu. Intelegensi juga dapat dipahami sebagai kemampuan yang bersifat umum untuk mengadakan penyesuaian terhadap suatu situasi atau masalah. Intelegensi merupakan salah satu konsep yang dipelajari dalam psikologi. Pada hakekatnya, semua orang sudah merasa memahami makna intelegensi. Sebagian orang berpendapat bahwa intelegensi merupakan hal yang sangat penting dalam berbagai aspek kehidupan. Intelegensi erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Banyak problem – problem manusia yang berhubungan dengan intelegensi. Dalam dunia pendidikanpun, intelegensi merupakan hal yang sangat berkaitan. Seolah – olah intelegensi merupakan penentu keberhasilan untuk mencapai segala sesuatu yang diinginkan, dan merupakan suatu penentu keberhasilan dalam semua bidang kehidupan Rumusan Masalah Adapun rumasan masalah pada makalah ini, yaitu : Apakah pengertian dari inteltegensi quotient ? Apakah pengertian intelgensi menurut para ahli ? Apakah jenis-jenis dan faktor yang mempengaruhi intelegensi ? Bagaimana cara pengururan intelegensi ? Tujuan Adapun tujuan dari makalah ini yaitu : Mengetahui pengertian intellegensi quotient Mengetahui pengertian intelegensi menurut para ahli Mengetahui jenis dan factor yang mempengaruhi intelegensi Mengetahui cara pengukuran intelegensi Manfaat Manfaat dari terbuatnya makalah ini adalah agar pembaca dapat lebih mengetahui tentang inteligensi kecerdasan suatu individu, dan dapat menempatkan individu tersebut dalam penempatan yang tepat. BAB II PEMBAHASAN Pengertian Intelegensi Intelegensi berasal dari bahasa Inggris “Intelligence” yang juga berasal dari bahasa Latin yaitu “Intellectus dan Intelligentia atau Intellegere”. Intelegensi berasal dari kata Latin, yang berarti memahami. Jadi intelegensi adalah aktivitas atau perilaku yang merupakan perwujudan dari daya atau potensi untuk memahami sesuatu. Intelegensi merupakan potensi bawaan yang sering dikaitkan dengan berhasil tidaknya anak belajar disekolah. Dengan kata lain, intelegensi dianggap sebagai faktor yang menentukan berhasil atau tidaknya anak disekolah. Kecerdasan (Inteligensi) secara umum dipahami pada dua tingkat yakni: kecerdasan sebagai suatu kemampuan untuk memahami informasi yang membentuk pengetahuan dan kesadaran. Kecerdasan sebagai kemampuan untuk memproses informasi sehingga masalah-masalah yang kita hadapi dapat dipecahkan (problem solved) dan dengan demikian pengetahuan pun bertambah.  Tingkat kecerdasan seorang anak yang ditentukan secara metodik oleh IQ memegang peranan penting untuk suksesnya anak dalam belajar. Menurut penyelidikan, IQ atau daya tangkap seseorang mulai dapat ditentukan sekitar umur 3 tahun. Daya tangkap sangat dipengaruhi oleh garis keturunan atau gen. IQ atau daya tangkap ini dianggap takkan berubah sampai seseorang dewasa, kecuali bila ada sebab kemunduran fungsi otak seperti penuaan dan kecelakaan karena setelah otak mencapai kemasakan, tidak terjadi perkembangan lagi bahkan pada titik tertentu akan terjadi penurunan kemampuan. IQ yang tinggi memudahkan seorang murid belajar dan memahami berbagai ilmu. Daya tangkap yang kurang merupakan penyebab kesulitan belajar pada seorang murid, disamping faktor lain, seperti gangguan fisik ( sakit demam, lemah, sakit-sakitan) dan gangguan emosional. Awal untuk melihat IQ seorang anak adalah pada saat ia mulai berkata-kata. Ada hubungan langsung antara kemampuan bahasa si anak dengan IQ-nya, apabila seorang anak dengan IQ tinggi masuk sekolah, penguasaan bahasanya akan lebih cepat dan banyak dibandingkan dengan anak yang IQnya rendah. Definisi Intelegensi Menurut Para Ahli Definisi intelegensi menurut para ahli mengemukakan beberapa pendapat sebagai berikut: Alfred Binet (1857-1911) & Theodore Simon. Inteligensi terdiri dari tiga komponen, yaitu kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau tindakan, kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan itu telah dilaksanakan, dan kemampuan untuk mengritik diri sendiri (autocriticism). Andrew Crider (1983) Intelegensi itu bagaikan listrik, gampang untuk diukur tapi hampir mustahil untuk didefinisikan. H. H. Goddard (1946). Mendefinisikan inteligensi sebagai tingkat kemampuan pengalaman seseorang untuk menyelesaikan masalah-masalah yang langsung dihadapi dan untuk mengantisipasi masalah-masalah yang akan datang. V.A.C. Henmon. Mengatakan bahwa inteligensi terdiri atas dua faktor, yaitu kemampuan untuk memperoleh pengetahuan dan pengetahuan yang telah diperoleh. Edward Lee Thorndike (1913). Mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan dalam memberikan respon yang baik dari pandangan kebenaran atau fakta. Walters dan Gardber (1986). Mendefinisikan inteligensi sebagai suatu kemampuan atau serangkaian kemampuan-kemampuan yang memungkinkan individu memecahkan masalah, atau produk sebagai konsekuensi eksistensi suatu budaya tertentu. Sternberg dalam Santrock mengatakan bahwa secara umum intelegensi dibedakan menjadi 3 diantaranya: Inteligensi Analitis Yaitu kecerdasan yang lebih cenderung dalam proses penilaian objektif dalam suatu pembelajaran dalam setiap pelajaran, selalu mendapatkan nilai yang bagus dalam setiap hasil ujian. Misalnya: seorang individu dalam ujian disetiap pelajarannya selalu mendapatkan nilai di atas rata-rata. Inteligensi Kreatif Yaitu kecerdasan yang lebih cenderung pada sifat-sifat yang unik, merancang hal-hal yang baru. Misalnya: seorang peserta didik diinstrusikan untuk menuliskan kata “P O H O N” oleh gurunya, tetapi jawaban seorang individu yang kreatif dengan menggambarkan sebuah pohon. Inteligensi Praktis Yaitu kecerdasan yang berfokus pada kemampuan untuk menggunakan, menerapkan, mengimplementasikan, dan mempraktikan. Misalnya: seorang individu mendapatkan skor rendah dalam tes IQ tradisional, tetapi dengan cepat memahami masalah dalam kehidupan nyata, contohnya dalam pembelajaran praktikum di laboratorium, akan cepat memahami karena dibantu dengan berbagai peralatan dan media. Jenis-Jenis Intelegensi Howard Gardner dalam bukunya The Theory of Multiple Intelegence, mengusulkan tujuh macam komponen kecerdasan, yang disebutnya dengan Multiple Intelegence (Intelegensi Ganda). Intelegensi ganda tersebut meliputi: Kecerdasan Linguistic-Verbal Kecerdasan ini berupa kemampuan untuk menyusun pikirannya dengan jelas juga mampu mengungkapkan pikiran dalam bentuk kata-kata seperti berbicara, menulis, dan membaca. Orang dengan kecerdasan verbal ini sangat cakap dalam berbahasa, menceriterakan kisah, berdebat, berdiskusi, melakukan penafsiran, menyampaikan laporan dan berbagai aktivitas lain yang terkait dengan berbicara dan menulis. Kecerdasan ini sangat diperlukan pada profesi pengacara, penulis, penyiar radio/televisi, editor, guru. Ciri-ciri Kecerdasan Linguistic-Verbal : Mampu membaca, mengerti apa yang dibaca.  Mampu mendengar dengan baik dan memberikan respons dalam suatu komunikasi verbal. Mampu menirukan suara, mempelajari bahasa asing, mampu membaca karya orang lain. Mampu menulis dan berbicara secara efektif. Tertarik pada karya jurnalism, berdebat, pandai menyampaikan cerita atau melakukan perbaikan pada karya tulis. Profesi: Pustakawan, editor, penerjemah, jurnalis, tenaga bantuan hukum, pengacara, sekretaris, guru bahasa, operator, pembawa acara di radio / TV, dan sebagainya. Kecerdasan Logiko-Matematik Kecerdasan ini ditandai dengan kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan angka-angka dan bilangan, berpikir logis dan ilmiah, adanya konsistensi dalam pemikiran.. Seseorang yang cerdas secara logika-matematika seringkali tertarik dengan pola dan bilangan/angka-angka. Mereka belajar dengan cepat operasi bilangan dan cepat memahami konsep waktu, menjelaskan konsep secara logis, atau menyimpulkan informasi secara matematik. Kecerdasan ini amat penting karena akan membantu mengembangkan keterampilan berpikir dan logika seseorang. Dia menjadi mudah berpikir logis karena dilatih disiplin mental yang keras dan belajar menemukan alur piker yang benar atau tidak benar. Di samping itu juga kecerdasan ini dapat membantu menemukan cara kerja, pola, dan hubungan, mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, mengklasifikasikan dan mengelompokkan, meningkatkan pengertian terhadap bilangan dan yang lebih penting lagi meningkatkan daya ingat. Ciri-ciri Kecerdasan Logiko-Matematik : Mengenal dan mengerti konsep jumlah, waktu dan prinsip sebab-akibat.  Mampu mengamati objek dan mengerti fungsi dari objek tersebut. Pandai dalam pemecahan masalah yang menuntut pemikiran logis. Menikmati pekerjaan yang berhubungan dengan kalkulus, pemograman komputer, metode riset. Berpikir secara matematis dengan mengumpulkan bukti-bukti, membuat hipotesis, merumuskan dan membangun argumentasi kuat. Profesi: auditor, akuntan, ilmuwan, ahli statistik, analisis / programer komputer, ahli ekonomi, teknisi, guru IPA / Fisika, dan sebagainya. Kecerdasan Spasial-Visual Kecerdasan ini ditunjukkan oleh kemampuan seseorang untuk melihat secara rinci gambaran visual yang terdapat di sekitarnya. Seorang seniman dapat memiliki kemampuan persepsi yang besar. Bila mereka melihat sebuah lukisan, mereka dapat melihat adanya perbedaan yang tampak di antara goresan-goresan kuas, meskipu orang lain tidak mampu melihatnya. Dengan mengamati sebuah foto, seorang fotografer dapat membuat analisis mengenai kelemahan atau kekuatan dari foto tersebut seperti arah datangnya cahaya, latar belakang, dan sebagainya, bahkan mereka dapat memberi jalan keluar bagaimana seandainya foto itu ditingkatkan kualitasnya. Kecerdasan ini sangat dituntut pada profesi-profesi seperti fotografer, seniman, navigator, arsitek. Pada orang-orang ini dituntut untuk melihat secara tepat gambaran visual dan kemudian member arti terhadap gambaran tersebut. Ciri-ciri Kecerdasan Spasial-Visual : Senang mencoret-coret, menggambar, melukis dan membuat patung.  Senang belajar dengan grafik, peta, diagram, atau alat bantu visual lainnya. Kaya akan khayalan, imaginasi dan kreatif. Menyukai poster, gambar, film dan presentasi visual lainnya. Pandai main puzzle, mazes dan tugas-lugas lain yang berkaitan dengan manipulasi. Profesi: insinyur, surveyor, arsitek, perencana kota, seniman grafis, desainer interior, fotografer, guru kesenian, pilot, pematung, dan sebagainya. Kecerdasan Ritmik-Musik Kecerdasan ritmik-musikal adalah kemampuan seseorang untuk menyimpan nada di dalam benaknya, untuk mengingat irama, dan secara emosional terpengaruh oleh musik. Kecerdasan musikal merupakan suatu alat yang potensial karena harmoni dapat merasuk ke dalam jiwa seseorang melalui tempat-tempat yang tersembunyi di dalam jiwa (Plato). Musik dapat membantu seseorang mengingat suatu gerakan tertentu, perhatikan seseorang atau sekelompok orang yang sedang menari atau berolahraga senam ritmik mesti selalu disertai dengan alunan musik. Ciri-ciri Kecerdasan Ritmik-Musik : Menyukai banyak jenis alat musik dan selalu tertarik untuk memainkan alat musik.  Mudah mengingat lirik lagu dan peka terhadap suara-suara. Mengerti nuansa dan emosi yang terkandung dalam sebuah lagu. Senang mengumpulkan lagu, baik CD, kaset, atau lirik lagu. Mampu menciptakan komposisi musik. Profesi: DJ, musikus, pembuat instrumen, tukang stem piano, ahli terapi musik, penulis lagu, insinyur studio musik, dirigen orkestra, penyanyi, guru musik, penulis lirik lagu, dan sebagainya. Kecerdasan Kinestetik Kecerdasan ini ditunjukkan oleh kemampuan seseorang untuk membangun hubungan yang penting antara pikiran dengan tubuh, yang memungkin tubuh untuk memanipulasi objek atau menciptakan gerakan. Secara biologi ketika lahir semua bayi dalam keadaan tidak berdaya, kemudian berangsur-angsur berkembang dengan menunjukkan berbagai pola gerakan, tengkurap, “berangkang”, berdiri, berjalan, dan kemudian berlari, bahkan pada usia remaja berkembang kemampuan berenang dan akrobatik. Ciri-ciri Kecerdasan Kinestetik : Merupakan kecerdasan yang berhubungan dengan kemampuan dalam menggunakan tubuh kita secara trampil untuk mengungkapkan ide, pemikiran, perasaan, dan mampu bekerja dengan baik dalam menangani objek.  Memiliki kontrol pada gerakan keseimbangan, ketangkasan, dan keanggunan dalam bergerak. Menyukai pengalaman belajar yang nyata seperti field trip, role play, permainan yang menggunakan fisik. Senang menari, olahraga dan mengerti hidup sehat. Profesi: ahli terapi fisik, ahli bedah, penari, aktor, model, ahli mekanik / montir, tukang bangunan, pengrajin, penjahit, penata tari, atlet profesional, dan sebagainya. Kecerdasan Interpersonal Kecerdasan ini berkait dengan kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan orang lain. Pada saat berinteraksi dengan orang lain, seseorang harus dapat memperkirakan perasaan, temperamen, suasana hati, maksud dan keinginan teman interaksinya, kemudian memberikan respon yang layak. Orang dengan kecerdasan Interpersonal memiliki kemampuan sedemikian sehingga terlihat amat mudah bergaul, banyak teman dan disenangi oleh orang lain. Di dalam pergaulan mereka menunjukkan kehangatan, rasa persahabatan yang tulus, empati. Selain baik dalam membina hubungan dengan orang lain, orang dengan kecerdasan ini juga berusaha baik dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang berhubungan dengan perselihanan dengan orang lain. Ciri-ciri Kecerdasan Interpersonal : Memiliki interaksi yang baik dengan orang lain, pandai menjalin hubungan sosial.  Mampu merasakan perasaan, pikiran, tingkah laku, dan harapan orang lain. Memiliki kemampuan untuk memahami orang lain dan berkomunikasi dengan efektif, baik secara verbal maupun non-verbal. Mampu berempati dan mau mengerti orang lain. Mau melihat sudut pandang orang lain. Profesi: administrator, manager, kepala sekolah, pekerja bagian personalia / humas, penengah, ahli sosiologi, ahli antropologi, ahli psikologi, tenaga penjualan, direktur sosial, CEO, dan sebagainya. Kecerdasan Intrapersonal. Kecerdasan intrapersonal adalah kecerdasan yang menyangkut kemampuan seseorang untuk memahami diri sendiri dan bertanggungjawab atas kehidupannya sendiri. Orang-orang dengan kecerdasan ini selalu berpikir dan membuat penilaian tentang diri mereka sendiri, tentang gagasan, dan impiannya. Mereka juga mampu mngendalikan emosis mereka untuk membimbing dan memperkaya dan memperluas wawasan kehidupan mereka sendiri. Ciri-ciri Kecerdasan Intrapersonal : Mengenal emosi diri sendiri dan orang lain, serta mampu menyalurkan pikiran dan perasaan.  Termotivasi dalam mengejar tujuan hidup. Mampu bekerja mandiri, mengembangkan kemampuan belajar yang berkelanjutan dan mau meningkatkan diri. Mengembangkan konsep diri dengan baik. Tertarik sebagai konselor, pelatih, filsuf, psikolog atau di jalur spiritual. Profesi: ahli psikologi, ulama, ahli terapi, konselor, ahli teknologi, perencana program, pengusaha, dan sebagainya. Kecerdasan Naturalis. Kemampuan untuk mengenali dan mengelompokkan serta menggambarkan berbagai macam keistimewaan yang ada di lingkungannya. Beberapa pekerjaan yang membutuhkan kecerdasan naturalis ini adalah ahli biologi atau ahli konservasi lingkungan. Kecerdasan naturalis ini berkaitan dengan wilayah otak bagian kiri, yakni bagian yang peka terhadap pengenalan bentuk atau pola kemampuan membedakan dan mengklasifikasikan sesuatu. Jika anak dengan mudah dapat menandai pola benda-benda alam, dan mengingat benda-benda alam yang ada di sekitarnya, maka anak dapat dikatakan memiliki kecerdasan naturalis tinggi. Ciri-ciri Kecerdasan Naturalis : Suka mengamati, mengenali, berinteraksi, dan peduli dengan objek alam, tanaman atau hewan.  Antusias akan lingkungan alam dan lingkungan manusia. Mampu mengenali pola di antara spesies. Senang berkarir di bidang biologi, ekologi, kimia, atau botani. Senang memelihara tanaman, hewan. Profesi: dokter hewan, ahli botani, ahli biologi, pendaki gunung, pengurus organisasi lingkungan hidup, kolektor fauna / flora, dan sebagainya. Pendekatan Intelegensi Adapun dalam memahami hakikat intelegensi, Maloney dan Ward (1976) mengemukakakn empat pendekatan umum, yaitu: Pendekatan Teori Belajar Inti pendekatan ini mengenai masalah hakikat intelegensi terletak pada pemahaman mengenai hukum-hukum dan prinsip umum yang dipergunakan individu untuk memperoleh bentuk-bentuk perilaku baru. Pendekatan Neurobiologis Pendekatan ini beranggapan bahwa intelegensi memiliki dasar anatomis dan biologis. Perilaku intelegensi menurut pendekatan ini dapat ditelusuri dasar-dasar neuro-anatomis dan neuro-fisiologisnya. Pendekatan Psikomotorik Pendekatan ini beranggapan bahwa intelegensi merupakan suatu konstrak atau sifat psikologis yang berbeda-beda kadarnya bagi setiap dua arah study, yaitu : Bersifat praktis yang menekankan pada pemecahan masalah Bersifat teoritis yang menekankan pada konsep dan penyusunan teori Pendekatan Teori Perkembangan Dalam pendekatan ini, studi intelegensi dipusatkan pada masalah perkembangan intelegensi secara kuantitatif dalam kaitannya dengan tahap-tahap perkembangan biologis individu. Faktor Yang Mempengaruhi Intelegensi Faktor bawaan atau keturunan. Beberapa kalangan berpendapat bahwa faktor genetik dapat mempengaruhi taraf intelegensi seseorang. Jika kedua orang tua memiliki intelegensi, besar kemungkinan anaknya memiliki intelegensi tinggi pula. Akan tetapi tidak semua fakta itu benar, ada yang kedua orang tuanya memiliki taraf intelegensi tinggi tetapi mempunyai anak dengan taraf intelegensi tingkat rata-rata atau bahkan dibawah rata-rata. Beberapa ahli berpendapat bahwa pengaruh orang tua yang sedemikian besar terhadap perkembangan intelegensi anak adalah lebih disebabkan oleh upaya orang tua itu sendiri dalam mendidik anak-anaknya. Dr. Bernard Devlin dari fakultas kedokteran universitas Pitsburg Amerika Serikat, memperkirakan faktor genetika memiliki peranan sebesar 48% bentuk IQ anak, sedangkan sisanya adalah faktor lingkungan, termasuk ketika anak masih dalam kandungan. Jadi orang tua yang memiliki IQ tinggi bukan jaminan dapat menghasilkan anak ber IQ tinggi pula. Faktor Lingkungan Lingkungan keluarga Keluarga merupakan lingkungan pertama yang bertanggung jawab terhadap pendidikan dan perkembangan anak dalam berbagai aspek, tugas penting orang tua akan sangat mendukung apabila mampu menciptakan suasana rumah menjadi tempat tinggal sekaligus sebagai basis pendidikan. Maka dari itu lingkungan keluarga harus memberikan stimulus positif untuk menyiapkan kondisi yang kondusif guna tercapainya perkembangan yang optimal bagi seorang anak. Pengaruh lingkungan keluarga terhadap perkembangan intelegensi anak cukup besar, hasil penelitian menyimpulkan bahwa lingkungan keluarga berkorelasi secara signifikan dengan perkembangan intelegensi anak. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Garber Ware disimpulkan bahwa semakin tinggi kualitas lingkungan rumah, cenderung semakin tinggi pula IQ anak. Ada dua unsur penting dalam keluarga yang sangat mempengaruhi perkembangan intelegensi anak yaitu: Adanya jumlah buku, majalah atau materi belajar lainnya yang terdapat dalam lingkungan rumah. Adanya ganjaran, pengakuan, dan harapan yang diterima anak dari orang tua atas prestasi akademiknya. Dalam melaksanakan kegiatan belajar di lingkungan rumah, orang tua perlu menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut: Anak perlu diperhatikan. Perhatian kepada anak merasa senang dan terpadu dalam melakukan kegiatan. Perhatian yang proporsional akan memunculkan motivasi atau semangat anak, motivasi ini akan menggerakkan daya cipta yang didorong oleh potensi yang sudah ada pada diri anak. Anak mengalami tumbuh kembang yang unik. Kegiatan belajar yang dilakukan harus disesuaikan dengan tumbuh kembang anak yang terjadi. Anak memiliki gaya belajar yang berbeda, ada anak yang lebih cepat mengolah pengetahuan dengan pendengaran (auditory), gerakan (kinesthetic), dan dengan cara melihat (visual). Waktu kegiatan belajar di rumah bisa lebih banyak. Di rumah dapat digunakan untuk melakukan kegiatan belajar dengan tidak meninggalkan pertimbangan memberi keleluasaan dan kebebasan anak dalam melakukan kegiatan. Lingkungan sekolah Lingkungan sekolah yaitu lingkungan formal yang mempunyai struktur dan program yang baku. Menurut hasil penelitian, bahwa otak manusia pada saat dilahirkan kurang lebih sama. Makin banyak otak digunakan makin banyak jaringan otak terbentuk, sebaliknya jika otak jarang digunakan maka akan semakin berkurang jaringan otak tersebut. Maka dari itu, pendidikan anak usia dini sangat penting dalam upaya optimalisasi potensi anak, dengan demikian tuntutan bagi pendidik untuk menjadikan pengalaman belajar anak menjadi pengalam an belajar yang menyenangkan untuk mengoptimalkan perkembangan anak di masa yang akan datang. Lingkungan masyarakat Dalam masyarakat anak akan bergaul dengan orang lain sehingga baik langsung maupun tidak langsung akan saling mempengaruhi pembentukan pribadi anak. Adapun fungsi peranan masyarakat dalam pembentukan pola pikir anak. Dengan melihat yang terjadi di dalam masyarakat, anak akan mendapatkan pengalaman langsung sehingga pengalaman tersebut akan mudah diingat. Pendidikan anak-anak yang berasal dari masyaakat akan kembali kemasyarakat juga. Di masyarakat banyak sumber pengetahuan yang mungkin belum didapat dari lingkungan formal lain. Langkah-langkah yang perlu dikembangkan untuk menumbuhkan IQ anak antara lain: Melakukan pembelajaran secara dini bagi anak Kecerdasan anak tidak dapat tumbuh dengan sendirinya, tetapi harus dirangsang, diantaranya dengaan melakukan pembelajaran secara dini bagi anak. Seperti diperkenalkaan pada kegiatan membaca dan menulis. Kegiatan semacam ini dapat merangsang daya ingat anak terhadap benda tersebut sekaligus memperkenalkan anak akan bentuk huruf dan tulisan. Begitu pula dengan kemampuan dasar matematika, dapat dirangsang melalui cara sederhana seperti menghitung jumlah anak tangga, menghitung panjang masa dengan jengkal si anak, mengukur tinggi dan berat badannya sendiri. Membangkitkan potensi anak tidak harus menggunakan waktu yang terjadwal atau waktu khusus, namun dari semua kegiatan sehari-hari yang dialami oleh anak bisa dijadikan media belajar anak untuk merangsang dan mengasah segala potensi anak, seperti yang dikatakaan oleh Dr. Seto Mulyadi mengajarkan kepada orang tua agar mengaitkan semua kegiatan sehari-hari sebagai suatu aktivitas yang menyenangkan, sehingga dapat menumbuhkan keingintahuan yang besar serta kemampuaan logika yang baik. Membangun stimulus pada anak. Pengasuhan dan penyediaan lingkungan yang kaya stimulus juga sangat penting dalam perkembangan IQ anak, tanpa adanya stimulasi yang baik perkembangan intelegensi baik intelektual maupun emosional tidak akan berkembang maksimal. Hasil puncak stimulasi lingkungan yang optimal terjadi ketika anak berumur 6 tahun, maka dari itu orang tua harus bisa memanfaatkan sebaik mungkin dan memberikan stimulasi seoptimal mungkin. Pengukuran Intelegensi Quotion Pengukuran inteligensi adalah prosedur pengukuran yang meminta peserta untuk menunjukkan penampilan maksimum, sehingga pengukuran inteligensi dilakukan menggunakan tes yang dikenal dengan tes inteligensi. Tes inteligensi awalnya dikembangkan oleh Sir Francis Galton. Dia tertarik dengan perbedaan individu dari teori evolusi Charles Darwin. Dilihat dari segi pelaksanaannya tes inteligensi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu tes individual dan kelompok. Termasuk dalam tes individual adalah skala Stanford-Binet dan Wechler. Tes kelompok diberikan kepada sejumlah siswa dengan jawaban tertulis. Tes ini pertama kali digunakan di Amerika Serikat selama Perang Dunia I berupa Army Alpha Test dan Army Beta Test. Army Alpha Test digunakan untuk menyeleksi calon prajurit yang dapat membaca, menulis dan berbahasa Inggris. Army Beta Test digunakan untuk menyeleksi calon prajurit yang buta huruf dan tidak bisa berbahasa Inggris (Abror, 1993: 53 – 57). Inteligensi diramalkan berhubungan dengan prestasi, baik dalam kehidupan maupun di sekolah. Oleh karenanya prestasi yang hendak diramalkan oleh tes inteligensi dapat bersifat umum dan khusus. Prestasi umum adalah keberhasilan hidup secara umum. Secara khusus prestasi adalah prestasi dalam bidang tertentu di sekolah, misalnya matematika, bahasa, dan sebagainya. Oleh karenanya Winkel (1996:142) membagi tes inteligensi menjadi tes inteligensi umum (general ability test) dan tes inteligensi khusus (specific ability test). Tes inteligensi umum terdiri dari butir soal dalam berbagai bidang penggunaan seperti bahasa, bilangan, ruang, dan sebagainya. Tes inteligensi khusus mengarah untuk menyelidiki siswa yang mempunyai bakat khusus dalam bidang studi tertentu seperti bahasa, matematika, dan sebagainya. Tes-tes inteligensi biasanya mengacu pada konsep inteligensi sebagai inteligensi umum. Terdapat bermacam-macam tes inteligensi yang dapat digunakan, di antaranya tes Stanford-Binet dan Wechler. Tes pertama yang merupakan tes inteligensi moderen dikembangkan oleh ahli psikologi Perancis Alfred Binet pada tahun 1881. Pada saat itu pemerintah Perancis mengeluarkan Undang- undang yang mewajibkan semua anak masuk sekolah. Pemerintah meminta Binet untuk membuat tes guna mendeteksi anak-anak yang terlambat intelektualnya (Atkinson, Atkinson, Smith dan Bem, t.th: 152). Tes-tes inteligensi kemudian banyak mengacu pada tes yang telah dikembangkan oleh Binet. Tes inteligensi Binet mengalami beberapa kali revisi. Revisi terakhir adalah revisi yang dikerjakan bersama Terman dari Universitas Stanford yang dikenal dengan tes inteligensi Stanford-Binet. Tes terdiri dari 17 subtes yang dikelompokkan dalam empat area teoretik yaitu penalaran verbal, penalaran kuantitatif, penalaran abstrak-visual, dan ingatan jangka pendek (Good dan Brophy, 1990: 588). Wechler menyusun tes inteligensi karena beberapa kelemahan yang terdapat pada tes intekegensi Stanford-Binet. Kelemahan itu: 1) tes Stanford-Binet tidak dapat digunakan untuk mengukur inteligensi orang dewasa; 2) tes Stanford- Binet terlalu tergantung pada kemampuan bahasa (Atkinson, Atkinson, Smith dan Bem, t.th: 157). Wechler menyusun tiga tes inteligensi yaitu 1) the Wechler Preschool and Pri- mary Scale of Intelligence (WPPI). Tes ini digunakan untuk mengukur inteligensi anak prasekolah atau pada umur 4 – 5 tahun, 2) the Wechler Intelligence Scale for Children (WISC). Tes ini digunakan untuk mengukur inteligensi anak-anak umur 5 – 15 tahun, dan 3) the Wechler Adult Intelligence Scale (WAIS). Tes ini digunakan untuk orang dewasa di atas umur 15 tahun. Menurut Abror (1993: 56), skala Wechler dibagi menjadi dua kelompok subtes yaitu tes verbal dan tes perbuatan (performance). Tes verbal terdiri dari enam macam yaitu tes informasi, tes pemahaman umum, tes penalaran berhitung, tes analogi, tes lamanya mengingat angka, dan tes perbendaharaan kata sebanyak 40 buah kata yang disusun menurut urutan kesulitan. Tes perbuatan terdiri dari lima macam yaitu tes simbol-angka yang meminta subjek untuk menjodohkan simbol dengan angka, tes menyempurnakan gambar, tes potongan balok, tes menyusun gambar, dan tes pemasangan objek. Inteligensi ditetapkan dalam ukuran yang disebut intelligence quotient (IQ). Ukuran IQ adalah nisbah atau rasio antara umur kecerdasan (men- tal age, disingkat MA) dengan umur kalender (chro- nological age, disingkat CA) (Suryabrata, 2002 : 152). MA diperoleh dari tes psikologi dan CA dihitung dari tanggal kelahiran peserta tes. IQ dihitung dengan rumus berikut : (2.1) IQ dapat dihitung dengan langkah-langkah: menghitung CA. CA dihitung atas dasar kartu kelahirannya, (2) menghitung MA. MA dihitung dengan memberikan terlebih dulu tes inteligensi. Awalnya tes diberikan dengan tes untuk umur yang paling rendah (paling mudah), bertahap makin sukar sampai testi tidak dapat menyelesai- kan sama sekali, (3) menghitung IQ menggunakan rumus. Cara perhitungan IQ dapat diberikan contohnya sebagai berikut. Seorang anak bernama A berumur 5 tahun mengikuti tes inteligensi yang terdiri dari enam butir soal tes inteligensi. Hasil yang diperoleh A dalam tes disajikan dalam tabel berikut: Tabel 2.1 Contoh hasil uji inteligensi Butir untuk umur Butir ke 1 2 3 4 5 6 3;0 x x x x x x 4;0 x x x x x x 5;0 x x x x x x 6;0 x x x x x x 7;0 x x x - - - 8;0 - - - - - - Keterangan : butir dapat dijawab benar (x), butir tidak dapat dijawab (-). Dari data tersebut inteligensi A dapat dihitung sebagai berikut: (1) CA = 5 tahun, (2) MA = 6 tahun + 3/6 tahun = 6,5 tahun, (3) IQ = (MA/CA) x 100 = (6,5/5) x 100 = 130. IQ dapat diinterpretasikan dengan mem- bandingkan antara CA dengan MA. Individu dengan inteligensi normal mempunyai MA yang sama dengan CA. Mereka yang mempunyai MA di atas CA mempunyai inteligensi di atas rata-rata, sedang yang mempunyai MA di bawah CA mempunyai inteligensi di bawah rata-rata. IQ juga dapat diinterpretasikan dengan membandingkan dengan skor kelompok norma. Asumsinya, pada populasi, inteligensi mempunyai distribusi normal. Pada sampel yang representatif, inteligensi mempunyai distribusi normal sebagai- mana populasinya. Sebagai sebuah distribusi normal, inteligensi dapat dibagi-bagi dalam daerah-daerah kurva normal. Skor seseorang dalam tes inteligensi dapat diinterpretasikan mengacu kepada daerah-daerah dalam kurva normal. Penggolongan daerah-daerah dapat mengikuti klasifikasi IQ yang dibuat oleh Woodworth dan Marquis (Suryabrata, 2002 : 157) sebagai berikut: Tabel 2.2 Klasifikasi IQ Skor IQ Kategori Di atas 140 Luar biasa (genius) 120 – 139 Cerdas sekali (very superior) 110 – 119 Cerdas (superior) 90 – 109 Sedang (average) 80 – 89 Bodoh (dull average) 70 – 79 Anak pada batas (border line) 50 – 69 Debil (moron) 30 – 49 Ambisil (embicile) Di bawah 30 Ideot BAB III PENUTUP Kesimpulan Intelegensi adalah aktivitas atau perilaku yang merupakan perwujudan dari daya atau potensi untuk memahami sesuatu. Intelegensi merupakan potensi bawaan yang sering dikaitkan dengan berhasil tidaknya anak belajar disekolah. Dengan kata lain, intelegensi dianggap sebagai faktor yang menentukan berhasil atau tidaknya anak disekolah.  Menurut Alfred Binet (1857-1911) & Theodore Simon : Inteligensi terdiri dari tiga komponen, yaitu kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau tindakan, kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan itu telah dilaksanakan, dan kemampuan untuk mengritik diri sendiri (autocriticism). Saran Dengan mengucap syukur alhamdulillah pada Allah SWT, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tentunya masih banyak kekurangan. Oleh karena itu kami masih memerlukan kritik dan saran yang membangun serta bimbingan, terutama dari Dosen. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi kami sebagai penyusun. DAFTAR PUSTAKA Suharsono. (2004). Melejitkan IQ, IE dan IS, Depok: Inisiasi Press. Azwar, Saifuddin. (1990). Pengantar Psikologi Inteligensi, Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Walgito, Bimo. (1980). Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta : Andi. Santrock, J. W. (2011). Psikologi Pendidikan, Jakarta : Kencana. Purwanto. (2019). Konsep intelegensi dan pengukurannya, Jurnal Pendidikan dan kebudayaan , Vol 16, No. 10. 5 18 3 3 4 5 19 20