[go: up one dir, main page]

Academia.eduAcademia.edu
BAB I PEMBUATAN SIMPILISIA NABATI DAN RAMUAN JAMU TRADISIONAL Tujuan Agar mahasiswa dapat memahami dan melaksanakan proses pembuatan simplisia dari tahap awal pengumpulan bahan baku sampai pemeriksaan mutu. Agar mahasiswa dapat membuat ramuan jamu daari simplisiadan tahu manfaan dan cara penggunaannya. Cara Percobaan Dalam percobaan ini akan dibuat simplisia nabati saja yaitu simplisia yangberuoa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman, dan pembuatannya dilakukan dengan cara pengeringan. Mahasiswa bekerja secara kelompok dalampembuatan simplisia dari tanaman obat yang sudah ditentukan. Setiap mahasiswa dalam kelompok tersebut harus membuat pengepakan sendiri terhadap ramuannya dan melengkapinya dengan etiket. Etiket jamu dibuat perorangan berisi nama jamu, nama produsen, komposisi, khasiat, dan cara pemakaian. Tinjauan Pustaka Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali diyatakan lain simplisia merupakan bahan yang dikeringkan. Simplisia terdiri dari 3 golongan yaitu berupa simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia pelikan atau mineral. Simplisia Nabati Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan antara ketiganya, misalnya Datura Folium dan Piperis nigri Fructus. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu sengaja dikeluarkan dari selnya. Eksudat tanaman dapat berupa zat-zat atau bahan-bahan nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan/diisolasi dari tanamannya. Simplisia Hewani Simplisia hewani adalah simplisia yang dapat berupa hewan utuh atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia murni, misalnya minyak ikan (Oleum iecoris asselli) dan madu (Mel depuratum). Simplisia Pelikan atau Mineral Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa bahan kimia murni, contoh serbuk seng dan serbuk tembaga ( Dep.Kes RI,1989). Untuk menjamin keseragaman senyawa aktif, keamanan maupun kegunaannya, maka simplisia harus memenuhi persyaratan minimal. Dan untuk memenuhi persyaratan minimal tersebut, ada beberapa faktor yang berpengaruh, antara lain : Bahan baku simplisia. Proses pembuatan simplisia termasuk cara penyimpanan bahan baku simplisia. Cara pengepakan dan penyimpanan simplisia. Agar simplisia memenuhi persyaratan minimal yang ditetapkan, maka ketiga faktor tersebut harus memenuhi syarat minimal yang ditetapkan. Pembuatan Simplisia Secara Umum Bahan Baku Tanaman obat yang menjadi sumber simplisia nabati , merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi mutu simplisia. Sebagai sumber simplisia, tanaman obat dapat berupa tumbuhan liar atau berupa tanaman budidaya. Tumbuhan liar adalah tumbuhan yang tumbuh dengan sendirinya di hutan atau tempat lain, atau tanaman yang sengaja ditanam dengan tujuan lain, misalnya sebagai tanaman hias, tanaman pagar, tetapi bukan dengan tujuan untuk memproduksi simplisia. Tanaman budidaya adalah tanaman yang sengaja ditanam untuk tujuan produksi simplisia. Tanaman simplisia dapat di perkebunan yang luas, dapat diusahakan oleh petani secara kecil-kecilan berupa tanaman tumpang sari atau Tanaman Obat Keluarga. Tanaman Obat Keluarga adalah pemanfaatan pekarangan yang sengaja digunakan untuk menanam tumbuhan obat. Dasar Pembuatan Simplisia Simplisia yang Dibuat Dengan Cara Pengeringan Pembuatan simplisia dengan cara ini dilakukan dengan pengeringan cepat, tetapi dengan suhu yang tidak terlalu tinggi. Pengeringan yang terlalu lama akan mengakibatkan simplisia yang diperoleh ditumbuhi kapang. Pengeringan dengan suhu yang tinggi akan mengakibatkan perubahan kimia pada kandungan senyawa aktifnya. Untuk mencegah hal tersebut, untuk simplisia yang memerlukan perajangan perlu diatur panjang perajangannya, sehingga diperoleh tebal irisan yang pada pengeringan tidak mengalami kerusakan. Simplisia Dibuat Dengan Fermentasi Proses fermentasi dilakukan dengan seksama, agar proses tersebut tidak berkelanjutan kearah yang tidak diinginkan. Simplisia Dibuat Dengan Proses Khusus Pembuatan simplisia dengan penyulingan, pengentalan eksudat nabati, penyaringan sari air dan proses khusus lainnya dilakukan dengan berpegang pada prinsip bahwa pada simplisia yang dihasilkan harus memiliki mutu sesuai dengan persyaratan. Simplisia Pada Proses Pembuatan Memerlukan Air Pati, talk dan sebagainya pada proses pembuatannya memerlukan air. Air yang digunakan harus terbebas dari pencemaran serangga, kuman patogen, logam berat dan lain-lain. Tahap Pembuatan Simplisia Pada umumya pembuatan simplisia melalui tahapan sebagai berikut : Pengumpulan Bahan Baku Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda antara lain tergantung pada : Bagian tanaman yang digunakan. Umur tanaman yang digunakan. Waktu panen. Lingkungan tempat tumbuh. Waktu panen sangat erat hubungannya dengan pembentukan senyawa aktif di dalam  bagian  tanaman  yang akan dipanen. Waktu  panen  yang  tepat  pada saat  bagian  tanaman  tersebut mengandung senyawa aktif dalam jumlah  yang terbesar. Senyawa  aktif terbentuk  secara maksimal di dalam bagian  tanaman  atau  tanaman  pada umur tertentu. Sebagai contoh pada  tanaman  Atropa belladonna,  alkaloid  hiosiamina  mula-mula  terbentuk  dalam  akar. Dalam  tahun  pertama,  pembentukan  hiosiamina berpindah pada  batang yang  masih  hijau. Pada  tahun  kedua batang  mulai  berlignin  dan kadar  hiosiamina mulai menurun  sedang pada daun kadar hiosiamina makin  meningkat. Kadar alkaloid hios'amina tertinggi dicapai I  dalam  pucuk  tanaman pada saat tanaman berbunga dan kadar alkaloid  menurun  pada saat  tanaman  berbuah  dan  makin turun  ketika buah makin  tua. Contoh  lain,  tanaman Menthapiperita  muda  mengandung  mentol  banyak  dalanl daunnya. Kadar  rninyak  atsiri  dan mentol  tertinggi pada daun tanaman ini  dicapai  pada  saat  tanaman  tepat  akan  berbunga.  Pada Cinnamornunz camphors, kamfer akan terkumpul dalam kayu tanaman  yang  telah  tua. Penentuan  bagian  tanaman  yang dikumpulkan dan  waktu  pengumpulan  secara  tepat  memerlukan  penelitian.  Di  samping waktu  panen  yang dikaitkan  dengan  umur,  perlu diperhatikan  pula  saat panen dalam sehari. Contoh, simplisia  yang mengandung minyak atsiri  lebih  baik dipanen  pada  pagi  hari. Dengan  demikian  untuk  menentukan  waktu  panen  dalam  sehari perlu dipertimbangkan stabilitas kimiawi  dan  fisik  senyawa  aktif  dalam  simplisia  terhadap panas sinar matahari. Secara garis besar, pedoman  panen  sebagai  berikut  : Tanaman  yang  pada  saat  panen  diambil  bijinya  yang telah tua  seperti  kedawung (Parkia rosbbrgii), pengambilan  biji ditandai  dengan  telah mengeringnya  buah.  Sering pula  pemetikan  dilakukan sebelum kering benar,  yaitu  sebelum buah pecah  secara  alami dan  biji  terlempar jauh,  misal jarak  (Ricinus cornrnunis). Tanaman  yang pada saat  panen  diambil  buahnya, waktu pengambilan  sering dihubungkan  dengan tingkat  kemasakan, yang ditandai dengan  terjadinya perubahan  pada  buah seperti perubahan  tingkat  kekerasan misal labu merah (Cucurbita  n~oscllata).  Perubahan warna, misalnya  asam  (Tarnarindus indica), kadar air buah, misalnya belimbing wuluh (Averrhoa  belimbi),  jeruk  nipis  (Citrui aurantifolia)  perubahan  bentuk  buah,  misalnya  mentimun  (Cucurnis sativus), pare (Mornordica charantia). Tanaman  yang pada saat panen diambil daun pucuknya pengambilan  dilakukan pada  saat  tanaman  mengalami  perubahan  pertumbuhan  dari vegetatif  ke  generatif. Pada saat itu penumpukan  senyawa  aktif  dalam kondisi  tinggi,  sehingga  mempunyai mutu  yang  terbaik.  Contoh  tanaman yang diambil  daun pucuk  ialah kumis kucing (Orthosiphon starnineus). Tanaman  yang  pada saat  panen  diambil  daun  yang telah tua, daun  yang diambil dipilih yang  telah membuka  sempurna  dan  terletak di bagian  cabang atau  batang yang menerima  sinar matahari sempurna. Pada  daun tersebut  terjadi  kegiatan  asimilasi  yang  sempurna. Contoh  panenan  ini misal  sembung  (Blumea balsamifera). Tanaman  yang pada  saat panen diambil kulit batang, pengambilan  dilakukan  pada saat  tanaman  telah  cukup umur. Agar  pada saat pengambilan tidak mengganggu pertumbuhan, sebaiknya dilakukan pada musim  yang menguntungkan pertumbuhan antara  lain menjelang musim kemarau. Tanaman  yang pada saat  panen  diambil  umbi  lapis,  pengambilan  dilakukan  pada saat umbi mencapai  besar maksimum  dan  pertumbuhan  pada bagian  di atas tanah berhenti misalnya bawang merah (Allium cepa). Tanaman yang pada  saat  panen  diambil rimpangnya, pengambilan dilakukan  pada musim kering dengan tanda-tanda mengeringnya bagian atas tanaman. Dalam keadaan ini rimpang dalam keadaan  besar maksimum. Panen  dapat  dilakukan dengan  tangan,  menggunakan alat atau menggunakan  mesin.  Dalam  ha1 ini keterampilan  pemetik diperlukan, agar diperoleh simplisia yang benar, tidak tercampur  dengan  bagian  lain  dan  tidak merusak  tanaman  induk. Alat  atau mesin  yang digunakan untuk memetik perlu dipilih yang  sesuai. Alat  yang  terbuat  dari logam sebaiknya tidak digunakan  bila  diperkirakan  akan merusak  senyawa aktif  siniplisia  seperti fenol, glikosida  dan sebagainya. Cara pengambilan bagian  tanaman untuk pembuatan simplisia dapat dilihat pada table berikut: No. Bagian Tanaman Cara Pengumpulan Kadar Air Simplisia 1 Kulit Batang Dari batang utama dan cabang, dikelupas dengan ukuran panjang dan lebar tertentu ;untuk kulit batang mengandung minyak atsiri/ golongan senyawa fenol digunakan alat pengelupas bukan logam. 10% 2 Batang Dari cabang dipotong-potong dengan panjang tertentu dan diameter cabang tertentu. 10% 3 Kayu Dari batang atau cabang, dipotong kecil atau diserut(disugu) setelah dikelupas kulitnya. 10% 4 Daun Tua dan muda (daerah pucuk), dipetik dengan tangan satu persatu. 5 % 5 Bunga Kuncup atau bunga mekar atau mahkota bunga, dipetik dengan tangan. 5 % 6 Pucuk Pucuk berbunga; dipetik dengan tangan (mengandung daun muda dan bunga). 8% 7 Akar Dari bawah permukaan tanah, dipotong dengan ukuran tertentu. 10% 8 Rimpang Dicabut, dibersihkan dari akar; dipotong melintang dengan ketebalan tertentu. 8% 9 Buah Masak, hampir masak, dipetik dengan tangan. 8% 10 Biji Buah dipetik:dikupas kulit buahnya dengan pisau atau menggilas, kemudian biji dikumpulkan dan dicuci. 10% 11 Kulit Buah Seperti biji, kulit buah dikumpulkan dan dicuci. 8 % 12 Bulbus Tanaman dicabut, bulbus dipisah dari daun dan akar dengan cara dipotong kemudian dicuci. - Sortasi Basah Sortasi basah  dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran  atau  bahan-bahan  asing  lainnya dari bahan  simplisia. Misalnya  pada  simplisia  yang  dibuat  dari akar suatu  tanaman obat,  bahan-bahan  asing  seperti  tanah,  kerikil,  rumput,  batang,  daun, akar  yang telah  rusak, serta pengotoran  lainnya harus  dibuang.  Tanah mengandung  bermacam-macam mikroba  dalam  jurnlah  yang  tinggi,  oleh  karena  itu  pembersihan simplisia  dari  tanah  yang  terikut dapat  mengurangi  jumlah mikroba awal. Pencucian Pencucian dilakukan  untuk  menghilangkan  tanah dan  pengotoran lainnya yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian  dilakukan dengan air bersih, misalnya air dari mata air, air sumur  atau  air  PAM. Bahan simplisia  yang mengandung  zat yang mudah  larut  di  dalam  air yang mengalir, pencucian agar dilakukan dalam  waktu  yang  sesingkat  mungkin.  Menurut Frazier  (1978),  pencucian sayur-sayuran  satu  kali  dapat menghilangkan  25% dari jumlah mikroba awal, jika  dilakukan pencucian  sebanyak  tiga  kali, jumlah mikroba yang  tertinggal hanya  42% dari jumlah  mikroba  awal.  Pencucian tidak dapat membersihkan  simplisia  dari semua mikroba karena  air  pencucian  yang  digunakan biasanya  mengandung juga  sejumlah mikroba. Cara  sortasi dan pencucian  sangat mempengaruhi jenis dan jumlah rnikroba  awal simplisia. Misalnya jika air yang digunakan  untuk  pencucian  kotor,  maka jumlah mikroba  pada permukaan  bahan  simplisia  dapat bertambah dan air yang terdapat  pada  permukaan bahan  tersebut  dapat  menipercepat pertumbuhan  mikroba.  Bakteri yang  umuln  terdapat  dalam air  adalah  Pseudomonas, Proteus,Micrococcus, Bacillus, Streptococcus, Enterobacter  dan Escherishia.  Pada  simplisia akar,  batang  atau  buah  dapat  pula dilakukan  pengupasan  kulit  luarnya untuk mengurangi  jumlah mikroba awal karena  sebagian  besar jumlah  mikroba  biasanya  terdapat  pada  permukaan  bahan  simplisia.  Bahan  yang telah  dikupas  tersebut mungkin tidak memerlukan  pencucian jika  cara pengupasannya dilakukan dengan tepat dan bersih. Perajangan Beberapa  jenis  bahan  simplisia perlu mengalami  proses perajangan. Perajangan bahan  simplisia  dilakukan  untuk mempermudah  proses  pengeringan, pengepakan  dan  penggilingan. Tanaman  yang baru diambil  jangan  langsung  dirajang tetapi dijemur dalam  keadaan  utuh  selama  1  hari. Perajangan dapat dilakukan  dengan  pisau, dengan  alat  mesin  perajang  khusus sehingga  diperoleh  irisan  tipis  atau  potongan  dengan  ukuran yang  dikehendaki. Semakin  tipis bahan yang akan dikeringkan, semakin cepat penguapan air,  sehingga  mempercepat waktu  pengeringan. Akan  tetapi  irisan  yang  terlalu  tipis juga  dapat menyebabkan berkurangnya  atau  hilangnya  zat  berkhasiat  yang mudah menguap. Sehingga mempengaruhi  komposisi bau  dan rasa yang diinginkan. Oleh  karena  itu bahan  simplisia  seperti  temulawak,  temu  giring, jahe,  kencur dan  bahan  sejenis  lainnya dihindari perajangan yang terlalu  tipis  untuk mencegah berkurangnya kadar minyak atsiri. Selama perajangan  seharusnya jumlah mikroba tidak bertambah. Penjemuran  sebelum  perajangan  diperlukan  untuk mengurangi pewarnaan  akibat  reaksi  antara bahan dan logam pisau. Pengeringan  dilakukan  dengan sinar  matahari  selama  satu hari. Pengeringan Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah  rusak,sehingga dapat disimpan dalam waktu yang  lebih lama. Dengan mengurangi kadar  air dan menghentikan  reaksi  enzimatik akan dicegah penurunan mutu atau perusakan simplisia. Air yang masih tersisa dalam simplisia pada kadar tertentu dapat merupakan media pertumbuhan kapang dan jasad renik lainnya.Enzim tertentu dalam sel,masih dapat bekerja,menguraikan senyawa aktif sesaat setelah sel mati dan selama bahan simplisia tersebut masih mengandung kadar air tertentu. Pada tumbuhan yang masih hidup pertumbuhan kapang dan reaksi enzimatik yang merusak itu tidak terjadi karena adanya keseimbangan antara proses-proses metabolisme, yakni proses sintesis, transformasi dan penggunaan isi sel. Keseimbangan ini hilang segera setelah sel tumbuhan mati. Sebelum tahun 1950, sebelum bahan dikeringkan, terhadap bahan simplisia tersebut lebih dahulu  dilakukan proses stabilisasi yaitu proses untuk menghentikan reaksi enzimatik. Cara yang lazim dilakukan pada saat itu, merendam bahan simplisia dengan etanol  70 % atau dengan mengaliri uap panas. Dari hasil penelitian selanjutnya diketahui bahwa reaksi enzimatik tidak berlangsung  bila  kadar  air  dalam  simplisia  kurang dari  10%. Pengeringan simplisia dilakukan dengan menggunakan sinar matahari atau  menggunakan suatu alat pengering. Hal-ha1 yang perlu diperhatikan selama proses pengeringan adalah suhu pengeringan, kelembaban udara, aliran udara, Waktu pengeringan dan luas permukaan bahan. Pada pengeringan bahan simplisia tidak  dianjurkan rnenggunakan alat dari plastik. Selama proses pengeringan bahan simplisia, faktor-faktor tersebut harus diperhatikan sehingga diperoleh simplisia kering yang tidak mudah mengalami kerusakan selama penyimpanan. Cara pengeringan yang salah dapat mengakibatkan terjadinya "Face hardening", yakni bagian luar bahan sudah kering sedangkan bagian dalamnya masih basah. Hal ini  dapat disebabkan oleh irisan bahan simplisia yang terlalu tebal, suhu pengeringan yang terlalu tinggi, atau oleh suatu keadaan lain yang menyebabkan penguapan air permukaan bahan jauh lebih cepat daripada difusi air dari dalam ke permukaan tersebut, sehingga permukaan bahan menjadi keras dan menghambat pengeringan selanjutnya. "Face hardening" dapat mengakibatkan kerusakan atau kebusukan di bagian dalarn bahan yang dikeringkan. Suhu pengeringan tergantung kepada bahan simplisia dan cara pengeringannya. Bahan simplisia dapat dikeringkan pada suhu 300 sampai 90°C, tetapi suhu yang terbaik adalah tidak melebihi 60°C. Bahan simplisia yang mengandung senyawa aktif yang tidak tahan panas atau mudah menguap harus dikeringkan pada suhu serendah mungkin, misalnya 300 sampai 450 C, atau dengan cara pengeringan vakum yaitu dengan mengurangi tekanan udara di dalam ruang atau lemari pengeringan, sehingga tekanan kira-kira 5 mm Hg. Kelembaban juga tergantung pada bahan simplisia,cara pengeringan, dan tahap tahap selama pengeringan. Kelembaban akan menurun selama berlangsungnya proses pengeringan. Berbagai  cara pengeringan telah dikenal dan digunakan orang. Pada dasarnya dikenal dua cara pengeringan yaitu pengeringan secara alamiah dan buatan. Pengeringan Alamiah Tergantung dari senyawa aktif yang dikandung dalam bagian tanaman yang dikeringkan, dapat dilakukan dua cara pengeringan : Dengan panas sinar matahari langsung. Cara ini dilakitkan untuk mengeringkan bagian tanaman yang relatif keras seperti kayu, kulit kayu, biji  dan sebagainya, dan rnengandung senyawa aktif yang relatif stabil. Pengeringan dengan sinar matahari yang banyak dipraktekkan di Indonesia merupakan suatu cara yang mudah dan murah, yang dilakukan dengan cara  membiarkan bagian yang telah dipotong-potong di udara  terbuka di atas  tampah-tampah tanpa kondisi yang terkontrol sepertl suhu, kelembaban dan aliran udara. Dengan cara ini kecepatan pengeringan sangat tergantung kepada keadaan iklim, sehingga cara ini hanya baik dilakukan di daerah  yang udaranya panas atau kelembabannya rendah, serta tidak turun hujan. Hujan atau cuaca yang mendung dapat memperpanjang waktu pengeringan sehingga memberi kesempatan pada kapang atau mikroba lainnya untuk tumbuh sebelum simplisia tersebut kering. F'IDC (Food Technology  Development Center IPB) telah merancang dan membuat suatu alat pengering dengan menggunakan sinar matahari, sinar matahari tersebut ditampung pada permukaan yang gelap dengan sudut kemiringan tertentu. Panas ini kemudian dialirkan keatas rak-rak pengering yang diberi atap  tembus cahaya di atasnya sehingga rnencegah bahan menjadi basah jika tiba-tiba turun hujan. Alat ini telah digunakan untuk mengeringkan singkong yang  telah dirajang dengan demikian dapat pula digunakan untuk mengeringkan  simplisia. Dengan diangin-anginkan dan tidak dipanaskan dengan sinar matahari langsung. Cara ini terutama digunakan untuk mengeringkan bagian tanaman  yang lunak seperti bunga, daun, dan sebagainya dan mengandung senyawa aktif mudah menguap. Pengeringan Buatan Kerugian yang mungkin terjadi jika melakukan pengeringan dengan sinar matahari dapat diatasi jika melakukan pengeringan buatan, yaitu dengan menggunakan suatu alat atau mesin pengering yang suhu kelembaban, tekanan dan aliran udaranya dapat diatur. Prinsip pengeringan buatan adalah sebagai berikut:  “udara dipanaskan oleh suatu sumber panas seperti lampu, kompor, mesin disel  atau listrik, udara panas dialirkan dengan kipas ke dalam ruangan atau lemari yang berisi bahan yang akan dikeringkan yang telah disebarkan di atas rak-rak pengering”. Dengan prinsip ini dapat diciptakan suatu alat pengering yang sederhana, praktis dan murah dengan hasil yang cukup baik. Dengan menggunakan pengeringan buatan dapat diperoleh simplisia dengan  mutu yang lebih baik karena pengeringan akan lebih merata dan waktu  pengeringan akan lebih cepat, tanpa dipengaruhi oleh keadaan cuaca. Sebagai contoh misalnya jika kita membutuhkan waktu 2 sampai 3 hari untuk penjemuran  dengan sinar matahari sehingga diperoleh simplisia kering dengan kadar air 10% sampai 12%, dengan menggunakan suatu alat pengering dapat diperoleh simplisia  dengan kadar air yang sama dalam waktu 6 sampai 8  jam. Daya  tahan suatu simplisia selama penyimpanan sangat tergantung pada jenis  simplisia, kadar airnya dan cara penyimpanannya. Beberapa simplisia yang dapat  tahan lama dalam penyimpanan jika kadar airnya diturunkan 4 sampai 8%, sedangkan simplisia lainnya rnungkin masih dapat tahan selama penyimpanan dengan kadar air 10 sampai 12%. Sortasi Kering Sortasi setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahap akhir pembuatan  simplisia. Tujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian  tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran-pengotoran lain yang masill ada dan  tertinggal pada sirnplisia kering. Proses ini dilakukan sebelum sirnplisia dibungkus untuk  kernudian disimpan. Seperti halnya pada sortasi awal, sortasi disini dapat dilakukan dengan  atau secara mekanik. Pada simplisia bentuk rimpang sering jurnlah akar yang melekat pada rimpang terlampau besar dan harus dibuang. Demikian pula adanya partikel-partikel pasir,  besi dan benda-benda tanah lain yang tertinggal harus dibuang sebelum simplisia dibungkus. Penyimpanan dan Pengepakan Simplisia dapat rusak, mundur atau berubah mutunya karena berbagai faktor luar dan dalam, antara lain : Cahaya Sinar dari panjang gelombang tertentu dapat menimbulkan  perubahan kimia pada simplisia, misalnya isomerisasi,  polimerisasi, rasemisasi dan sebagainya. Oksigen Udara Senyawa tertentu dalam simplisia dapat mengalami perubahan kimiawi oleh pengaruh oksigen udara terjadi  oksidasi dan perubahan ini dapat berpengaruh pada bentuk  simplisia, misalnya, yang semula cair dapat berubah menjadi kental atau padat, berbutir-butir dan sebagainya. Reaksi Kimia Intern Perubahan kimiawi dalam simplisia yang dapat  disebabkan oleh reaksi kimia intern, misalnya oleh enzim,  polimerisasi, oto-oksidasi dan sebagainya. Dehidrasi Apabila kelembaban luar lebih rendah dari simplisia, maka  simplisia secara perlahan-lahan akan kehilangan sebagian  airnya sehingga rnakin lama makin mengecil (kisut). Penyerapan Air Simplisia yang higroskopik, misalnya agar-agar, bila  disimpan dalam wadah yang terbuka akan  menyerap lengas  udara sehingga menjadi kempal basah atau mencair. Pengotoran Pengotoran pada simplisia dapat disebabkan oleh berbagai  sumber, misalnya debu atau pasir, ekskresi hewan, bahan-bahan asing (misalnya minyak yang tertumpah) dan fragmen wadah (karung goni). Serangga Serangga dapat menitnbulkan kerusakan dan pengotoran pada simplisia, baik oleh bentuk ulatnya maupin oleh bentuk  dewasanya. Pengotoran tidak hanya berupa kotoran serangga, tetapi juga sisa-sisa metamorfosa seperti cangkang telur, bekas kepompong, anyaman benang bungkus kepompong, bekas kulit serangga dan sebagainya. Kapang Bila kadar air dalam simplisia terlalu tinggi, maka simplisia  dapat berkapang. Kerusakan yang timbul tidak hanya terbatas pada jaringan simplisia, tetapi juga akan merusak  susunan kimia zat yang dikandung dan malahan dari  kapangnya dapat mengeluarkan toksin yang dapat mengganggu kesehatan. Selama penyimpanan kemungkinan bisa terjadi kerusakan pada simplisia, kerusakan tersebut dapat mengakibatkan kemunduran mutu, sehingga simplisia yang bersangkutan tidak lagi memenuhi persyaratan. Oleh karena itu, pada penyimpanan simplisia perlu diperhatikan hal yang dapat menyebabkan kerusakan pada simplisia, yaitu cara pengepakan, pembungkusan dan pewadahan, persyaratan gudang simplisia, cara sortasi dan pemeriksaan mutu serta cara pengawetannya. Penyebab utama pada kerusakan simplisia yang utama adalah air dan kelembaban. Untuk dapat disimpan dalam waktu lama, simplisia harus dikeringkan terlebih dahulu sampi kering, sehingga kandungan airnya tidak lagi dapat menyebabkan kerusakan pada simplisia. Cara menyimpan simplisia dalam wadah yang kurang sesuai memungkinkan terjadinya kerusakan pada simplisia karena dimakan kutu atau ngengat yang temasuk golongan hewan serangga atau insekta. Berbagai jenis serangga yang dapat menimbulkan kerusakan pada hampir semua jenis simplisia yang berasal dari tumbuhan dan hewan, biasanya jenis serangga tertentu merusak jenis simplisia tertentu pula. Kerusakan pada penyimpanan simplisia yang perlu mendapatkan perhatian juga ialah kerusakan yang ditimbulkan oleh hewan pengerat seperti tikus. Cara pengemasan simplisia tergantung pada jenis simplisia dan tujuan penggunaan pengemasan. Bahan dan bentuk pengemasannya harus sesuai, dapat melindungi dari kemungkinan kerusakan simplisia dan dengan memperhatikan segi pemanfaatan ruang untuk keperluan pengangkutan maupun penyimpanannya. Wadah harus bersifat tidak beracun dan tidak bereaksi(inert) dengan isinya sehingga tidak menyebabkan terjadinya reaksi serta penyimpangan rasa, warna, bau dan sebagainya pada simplisia. Selain itu wadah harus melindungi simplisia dari cemaran mikroba, kotoran, serangga serta mempertahankan senyawa aktif yang mudah menguap atau mencegah pengaruh sinar, masuknya uap air dan gas-gas lainnya yang dapat menurunkan mutu simplisia. Untuk simplisia yang tidak tahan terhadap sinar, misalnya yang banyak mengandung vitamin, pigmen atau minyak, diperlukan wadah yang melindungi simplisa terhadap cahaya, misalnya aluminium foil, plastic atau botol yang berwarna gelap, kaleng dan lain sebagainya. Bungkus yang paling lazim digunakan untuk simplisia adalah karung goni. Sering juga digunakan karung atau kantong plastik, peti atau drum dari kayu atau karton. Beberapa jenis simplisia terutaman yang berbentuk cairan dikemas dalam botol atau guci porselen. Simplisia yang berasal dari akar, rimpang, umbi, kulit akar, kulit batang, kayu, daun, herba, buah, biji dan bunga sebaiknya dikemas pada karung plastik. Simplisia dari daun atau herba umumnya dimampatkan terlebih dahulu dalam bentuk yang padat dan mampat, dibungkus dalam karung plastik dan dijahit. Untuk keperluan perdagangan  dan ekspor simplisia dalam bungkus plastik tersebut berbobot antara 50 sampai 125 kg tiap bal. Simplisia yang mudah menyerap air, udara perlu dibungkus rapat untuk mencegah terjadinya penyerapan kelembaban tersebut. Sesudah dikeringkan sampai cukup kering di bungkus dengan karung atau kantong plastic, dalam peti drum atau kaleng besi berlapis. Pada penyimpanannya, simplisia tersebut dimasukkan dalam wada yang tertutup rapat dan seringkali perlu diberi kapur tohor sebagai bahan pengering. Gom dan damar dikemas dalam wadah drum, peti yang terbuat dari karton, kayu atau besi berlapis sedangkan simplisia aroma atau baunya perlu dipertahankan, harus dikemas dalam peti kayu berlapis timah. Kaleng atau aluminium dapat digunakan sebagai wadah untuk simplisia kering terutama jika diperlukan penutupan secara vakum. Akan tetapi kaleng dan bahan aluminium bersifat korosif dan mudah bereaksi dengan bahan yang disimpan di dalamnya, sehingga kaleng atau aluminium biasanya harus diberi lapisan khusus misalnya lapisan oleoresin, vinil, malam ataupun bahan yang lainnya. Sifat wadah gelas yang mengguntungkan adalah tidak beraksi, tetapi penggunaan wadah gelas terbatas, karena gelas mudah pecah dan berat, sehingga menyulitkan dalam pengangkutan. Kertas dan karton tidak dapat digunakan sebagai pembungkus simplisia secara sempurna oleh karena itu, biasanya bahan pembungkus kertas perlu dilapis lagi dengan lilin, damar, atau plastik untuk mencegah keluar masuknya gas dan uap air. Plastik biasanya digunakan untuk membungkus simplisia kering, tetapi penggunaan plastik tidak tahan panas dan mudah menguap. Sekarang ini, aluminium foil mulai banyak digunakan karena sifatnya mengguntungkan, diantaranya mudah dilipat, ringan serta dapat mencegah keluar masuknya air dan zat-zat yang mudah menguap lainnya. Penyimpanan simplisia kering, biasanya dilakukan pada suhu kamar (15 sampai 30 , tetapi dapat pula dilakukan ditempat sejuk (5  sampai 15 ), atau tempat dingin (0  sampai 5 ), tergantung dari sifat dan ketahanan simplisia tersebut. Kelemaban udara di ruang penyimpanan simplisia kering, sebaiknya diusahakan serendah mungkin untuk mencegah terjadinya penyerapan uap air. Di Indonesia daun tembakau dikemas dalam keranjang bambu yang bagian dalamnya diberi lapisan pelepah daun pisang yang telah dikeringkan. Simplisia harus disimpan didalam ruangan penyimpanan khusus atau dalam gudang simplisia, terpisah dari tempat penyimpanan bahan lainnya maupun alat-alat. Gudang simplisia harus mempunyai bentuk dan ukuran yang sesuai dengan fungsinya, dibuat dengan konstruksi permanen yang cukup kuat dan dipelihara dengan baik. Gudang harus mempunyai ventilasi udara yang cukup baik dan bebas dari kebocoran dan kemungkinan kemasukan air hujan. Perlu dilakukan pencegahan kemungkinan kerusakan simplisia yang ditimbulkan oleh hewan, baik serangga maupun tikus yang sering memakan simplisia yang disimpan. Untuk mencegah tertariknya serangga pemakan simplisia ataupun lalat dan nyamuk, gudang harus bersih dan bebas dari sampah. Untuk mencegah masuknya tikus ke dalam gudang simplisia, sedapat mungkun lubang ventilasi, lubang-lubang saluran air dan lubang-lubang lainnya diberi tutup yang sesuai seperti kasa kawat atau yang lainnya. Cara penyimpanan simplisia dalam gudang harus diatur sedemikian rupa, sehingga tidak menyulitkan pemasukan dan pengeluaran bahan simplisia yang disimpan. Untuk simplisia yang sejenis, harus diberlakukan prinsip “ pertama masuk, pertama keluar ”, untuk itu perlu dilakukan administrasi pergudangan yang teratur dan rapi. Semua simplisia dalam bungkus atau wadahnya masing-masing harus diberi label dan dicantumkan nama jenis, asal bahan, tanggal penerimaan, dan pemasukan dalam gudang. Dalam jangka waktu tertentu dilakukan pemeriksaan gudang secara umum, dilakukan pengecekkan dan pengujian mutu terhadap semua simplisia yang dipandang perlu. Simplisia yang setelah diperiksa ternyata tidak lagi memenuhi syarat yang ditentukan misalnya tumbuh kapang, dimakan serangga, berubah warna, berubah bau dan lain sebagainya dikeluarkan dari gudang dan dibuang. Metodologi dan Parameter Standarisasi Simplisia Ada tiga Parameter standarisasi simplisia sebagai bahan baku yang diperlukan dalam analisa mutu siplisia , yaitu : Pengujian Pendahuluan (Kebenaran Simplisia) Uji Organoleptis Dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kekhususan bau dan rasa simplisia yang diuji. Uji Makroskopik Dilakukan dengan menggunakan kaca pembesar atau tanpa alat, untuk mencari kekhususan morfologi, ukuran dan warna simplisia yang diuji. Uji Mikroskopik Dilakukan dengan menggunakan mikroskop yang derajat pembesarannya disesuaikan dengan keperluan. Simplisia yang diuji dapat berupa sayatan maupun serbuk. Tujuannya adalah untuk mencari unsur-unsur anatomi jaringan yang khas. Dari pengujian ini akan diketahui jenis simplisia berdasarkan fragmen pengenal yang spesifik bagi masing-masing simplisia. Serbuk yang diperiksa adalah serbuk yang homogen dengan derajat kehalusan 4/18 yang dipersyaratkan oleh MMI. Ada 4 cara pengamatan menggunakan mikroskop yaitu : Mikroskopik 1 Menggunakan medium air atau gliserin. Digunakan untuk mendeteksi hablur lepas, butir pati, butir tepung sari, serabut, sel batu, rambut penutup, rambut kelenjar lepas serta beberapa jenis jaringan khas lainnya. Mikroskopik 2 Serbuk terlebih dahulu dididihkan dalam larutan kloral hidra. Butir pati akan larut akan larut dan jaringan yang berisi klorofil menjadi jernih sehingga pengamatan dapat lebih jelas. Akan tampak sel-sel epidermis , mesofil, rongga minyak, parenkim, hablur, sistolit dll. Mikroskopik 3 Diakukan pewarnaan terhadap serbuk. Sebaiknya dilakukan setelah serbuk dijernihkan dengan chloral hidrat, namun dalam hal-hal tertentu boleh langsung menambahkan pereaksi tanpa didahului penjernihan jaringan. Pereaksi yang biasa digunakan misalnya floroglusin-asam klorida akan menimbulkan warna merah pada sel yang berisi lignin ( sel batu, serabut dan xilem ). Mikroskopik 4 Dilakukan terhadap serbuk yang telah diabukan. Uji ini khusus ditujukan untuk mendeteksi ada tidaknya kerangka silika pada tanaman yang banyak mengandung silika seperti familia Poaceae / Gramineae dan Equisetaceae. Parameter Non Spesifik Penetapan Kadar Air (MMI) Kandungan air yang berlebihan pada bahan / sediaan obat tradisional akan mempercepat pertumbuhan mikroba dan juga dapat mempermudah terjadinya hidrolisa terhadap kandungan kimianya sehingga dapat mengakibatkan penurunan mutu dari obat tradisional. Oleh karena itu batas kandungan air pada suatu simplisia sebaiknya dicantumkan dalam suatu uraian yang menyangkut persyaratan dari suatu simplisia. Tujuan dari penetapan kadar air adalah utuk mengetahui batasan maksimal atau rentang tentang besarnya kandungan air dalam bahan. Hal ini terkait dengan kemurnian dan adanya kontaminan dalam simplisia tersebut. Dengan demikian, penghilangan kadar air hingga jumlah tertentu berguna untuk memperpanjang daya tahan bahan selama penyimpanan. Simplisia dinilai cukup aman bila mempunyai kadar air kurang dari 10%. Penetapan kadar air dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu : Metode Titrimetri Metode ini berdasarkan atas reaksi secara kuantitatif air dengan larutan anhidrat belerang dioksida dan iodium dengan adanya dapar yang bereaksi dengan ion hydrogen. Kelemahan metode ini adalah stoikiometri reaksi tidak tepat dan reprodusibilitas bergantung pada beberapa faktor seperti kadar relatif komponen pereaksi, sifat pelarut inert yang digunakan untuk melarutkan zat dan teknik yang digunakan pada penetapan tertentu. Metode ini juga perlu pengamatan titik akhir titrasi yang bersifat relatif dan diperlukan sistem yang terbebas dari kelembaban udara ( Anonim, 1995 ). Zat yang akan diperiksa dimasukkan kedalam labu melalui pipa pengalir nitrogen atau melalui pipa samping yang dapat disumbat. Pengadukan dilakukan dengan mengalirkan gas nitrogen yang telah dikeringkan atau dengan pengaduk magnit. Penunjuk titik akhir terdiri dari batere kering 1,5 volt atau 2 volt yang dihubungkan dengan tahanan variable lebih kurang 2.000 ohm. Tahanan diatur sedemikian sehingga arus utama yang cocok yang melalui elektroda platina berhubungan secara seri dengan mikroammeter. Setiap kali penambahan pereaksi Karl Fishcer, penunjuk mikroammeter akan menyimpang tetapi segera kembali ke kedudukan semula. Pada titik akhir, penyimpangan akan tetap selama waktu yang lebih lama. Pada zat-zat yang melepaskan air secara perlahan-lahan, umumnya dilakukan titrasi tidak langsung. Metode Azeotropi (Destilasi Toulena) Metode ini efektif untuk penetapan kadar air karena terjadi penyulingan berulang ulang kali di dalam labu dan menggunakan pendingin balik untuk mencegah adanya penguapan berlebih. Sistem yang digunakan tertutup dan tidak dipengaruhi oleh kelembaban ( Anonim, 1995 ). Kadar air (V/B) = Metode Gravimetri Dengan menghitung susut pngeringan hingga tercapai bobot tetap ( Anonim, 1995 ). Penetapan Susut Pengeringan (MMI) Susut pngeringan adalah kadar bagian yang menguap suatu zat.kecuali dinyatakan lain , suhu peetapan adalah 105oC , keringkan pada suhu penetapan hingga bobot tetap. Jika suhu lebur zat lebih rendah dari suhu penetapan, pengeringan dilakukan pada suhu antara 5oC dan 10oC dibawah suhu leburnya selama 1 jam sampai 2 jam, kemudian pada suhu penetapan selama waktu yang ditentukan atau hingga bobot tetap. Susut pengeringan = (bobot awal – bobot akhir) / bobot awal x 100% Untuk simplisia yang tidak mengandung minyak atsiridan sisa pelarut organik menguap, susut pengeringan diidentikkan dengan kadar air, yaitu kandungan air karena simplisia berada di atmoster dan ligkungan terbuka sehingga dipengaruhi oleh kelembaban lingkungan penyimpanan. Penetapan Kadar Abu (MMI) Penetapan kadar abu merupakan cara untuk mengetahui sisa yang tidak menguap dari suatu simplisia pada pembakaran. Pada penetapan kadar abu total, abu dapat berasal dari bagian jaringan tanaman sendiri atau dari pengotoran lain misalnya pasir atau tanah. Penetapan Kadar Abu yang Tidak Larut Dalam Asam (MMI) Ditujukan untuk mengetahui jumlah pengotoran yang berasal dari pasir atau tanah silikat. Penetapan Kadar Sari yang Larut Dalam Air (MMI) Pengujian ini dimaksutkan untuk mengetahui jumlah senyawa yang dapat tersari dengan air dari suatu simplisia. Penetapan Kadar Sari yang Larut Dalam Etanol Pengujian ini dimaksutkan untuk mengetahui jumlah senyawa yang dapat tersari dengan etanol dari suatu simplisia. Uji Cemaran Mikroba Uji Aflatoksin Uji ini bertujuan untuk mengetahui cemaran aflatoksin yang dihasilkan oleh jamur Aspergillus flavus. Uji Angka Lempeng Total Untuk mengetahui jumlah mikroba/bakteri dalam sample. Batasan angka lempengan total yang ditetapkan oleh Kementrian Kesehatan yaitu 10oC FU/gram. Uji Angka Kapang Untuk mengetahui adanya cemaran kapang, batasan angka lempeng total yang ditetapkan oleh Kemenkes yaitu 104 CFU/gram. Parameter Spesifik Parameter ini digunakan untuk mengetahui identitas kimia dari simplisia. Uji kandungan kimia simplisia digunakan untuk menetapkan kandungan senyawa tertentu dari simplisia. Biasanya dilakukan dengan analisa kromatografi lapis tipis (KLT). Sebelum dilakukan KLT perlu dilakukan preparasi dengan penyarian senyawa kimia aktif dari simplisia yang masih kasar. Daun Jambu Biji (Psidi Folium) Klasifikasi Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub Kelas : Rosidae Ordo : Myrtales Famili : Myrtaceae (suku jambu-jambuan) Genus : Psidium Spesies : Psidium guajava L. Kandungan : Flavonoid, saponin, tanin, dan alkaloid Khasiat : Antidiare, antiinflamasi, antimutagenik, diabetik, analgesik Tumbuhan ini berbentuk pohon, Batang jelas terlihat, berkayu (lignosus), silindris, permukaanya licin dan terlihat lepasnya kerak (bagian kulit yang mati), batang berwarna coklat muda, percabangan dikotom. Arah tumbuh cabang condong keatas dan ada pula yang mendatar. Jambu biji memiliki cabang sirung pendek (virgula atau virgula sucre scens) yaitu cabang-cabang kecil dengan ruas-ruas yang pendek. Daun jambu biji tergolong daun tidak lengkap karena hanya terdiri dari tangkai (petiolus) dan helaian (lamina) saja disebut daun bertangkai. Dilihat dari letak bagian terlebarnya jambu biji bagian terlebar daunya berada ditengah-tengah dan memiliki bangun jorong karena perbandingan panjang : lebarnya adalah 1½ - 2 : 1 (13-15 : 5,6-6cm). Daun jambu biji memiliki tulang daun yang menyirip (penninervis) yang mana daun ini memiliki satu ibu tulang yang berjalan dari pangkal ke ujung dan merupakan terusan tangkai daun dari ibu tulang kesamping, keluar tulang-tulang cabang, sehingga susunannya mengingatkan kita kepada susunan sirip-sirip pada ikan. Jambu biji memiliki ujung daun yang tumpul. Pangkal daun membulat (rotundatus), ujung daun tumpul (obtusus). Jambu biji memiliki tepi daun yang rata (integer), daging daun (intervinium) seperti perkamen (perkamenteus). Pada umumnya warna daun pada sisi atas tampak lebih hijau licin jika di bandingkan dengan sisi bawah karena lapisan atas lebih hijau, jambu biji memiliki permukaan daun yang berkerut (rogosus). Tangkai daun berbentuk silindris dan tidak menebal pada bagian pangkalnya. Morfologi Daun Daun merupakan suatu bagian yang penting, yang berfungsi sebagai alat pengambilan zat – zat makanan (reabsorbsi), asimilasi transpirasi dan respirasi. Daun jambu biji tergolong daun tidak lengkap karena hanya terdiri dari tangkai dan helaian saja disebut daun bertangkai. Sifat – sifat daun yang di miliki oleh jambu adalah sebagai berikut : Bangun daun (Circumscription). Dilihat dari letak bagian terlebarnya jambu biji bagian terlebar daunya berada ditengah – tengah dan memiliki bangun jorong karena perbandingan panjang : lebarnya adalah ½ – 2 : 1. Ujung (epex). Jambu biji memiliki ujung yang tumpul tepi daun yang semula masih agak jauh dari ibu tulang, cepat menuju kesuatu titik pertemuan membentuk sudut 900. Pangkal (basis folii). Karena tepi daunnya tidak pernah bertemu, tetapi terpisah oleh pangkal ibu tulang / ujung tangkai daun, maka pangkal dari daun jambu biji ini, adalah tumpul (obtusus). Susunan tulang – tulang daun (nervation atau vanation). Daun jambu biji memiliki pertumbuhan daun yang menyirip (penninervis) yang mana daun ini memiliki satu ibu tulang yang berjalan dari pangkal ke ujung dan merupakan terusan tangkai daun dari ibu tulang kesamping, keluar tulang – tulang cabang, sehingga susunannya mengingatkan kita kepada susunan sirip – sirip pada ikan. Tepi daun (margo). Jambu biji memiliki tepi daun yang rata (integer) Daging daun (intervinium) Anatomi Daun Epidermis atas : terdiri dari 1 lapis sel, pipih, terentang tangensial, bentuk poligonal, dinding antiklinal lurus, tidak terdapat stomata. Epidermis bawah : sel lebih kecil, pipih, terentang tangensial, bentuk poligonal, dinding antiklinal lurus. Stomata: Tipe anomositik, banyak terdapat pada permukaan bawah. Rambut penutup : Terdapat pada kedua permukaan, lebih banyak pada permukaan bawah, bentuk kerucut ramping yang umumnya agak bengkok, terdiri dari 1 sel, berdinding tebal, jernih, panjang rambut 150 µm, pangkal rambut kadang-kadang agak membengkok, lumen kadang-kadang mengandung zat berwarna kuning kecoklatan. Jaringan air : Terdapat di bawah epidermis atas, terdiri dari 2 sampai 3 lapis sel yang besar, jernih dan tersusun rapat tanpa ruang antar sel. Idioblas : terdapat di beberapa tempat, berisi hablur kalsium oksalat berbentuk roset yang besar dan bentuk prisma. Kelenjar minyak : Rongga minyak bentuk lisigen besar, terdapat lebih banyak di bagian bawah dari pada di bagian atas. Jaringan palisade : Terdiri dari 5 sampai 6 lapis sel, terletak di bawah jaringan air, 2 lapis sel yang pertama lebih besar dan mengandung lebih banyak zat hijau daun, lapisan-lapisan berikutnya berongga lebih banyak. Kandungan Kimia Kandungan senyawa kimia pada daun tersebut meliputi alkohol, aldehida, hidrokarbon alifatik, alkohol aromatik, kadalena, kalsium, karbohidrat, beta kariofilena, kasuarinin, klorofil A, klorofil B, sineol, tanin terkondensasi, asam krategolat, asam 2-alfa-3-beta-dihidroksi-olean-12en28-oat, asam 2-alfa-3 beta-dihidroksiurs- 12en28-oat, minyak atsiri, galiotanin, 4-gentiobiosida asam elagat, guajaverin, asam guajavolat, guavin A, guavin B, guavin C, guavin D, tanin yang dapat terhidrolisis, asam 2-alfa-hidroksi ursolat, unsur anorganik, isostriktinin, leukosianidin, limonena, D-limonena, DLlimonena, lutein, asam mastinat, monoterpenoid, neo-beta-karotena U, nerolidol, asam oleanolat, asam oksalat, pedunkulagin, pigmen, kalium, asam psidiolat, kuersetin, sesquiguavaena, sesquiterpenoid, beta-sitosterol, stakiurin, striknin, telimagrandin I, triterpenoid,  asam ursolat (Soegijanto, 2010: 9). Khasiat Daun Jambu Biji Adapun khasiat dari daun jambu biji seperti, sebagai deodorant alami, mengobati penyakit diare, sariawan, luka dan borok, ambeien, mengusir kembung, dan sebagai antimikroba. Herba Tapak Dara (Catharanthus Herba) Klasifikasi Kingdom : Plantae (tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (berpembuluh) Superdivisio : Spermatophyta (menghasilkan biji) Divisio : Magnoliophyta (berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil Sub-kelas : Asteridae Ordo : Gentianales Familia : Apocynaceae Genus : Catharanthus Spesies : Catharanthus roseus (L.) G. Don Kandungan : Vinblastin, vinristin, vindolin. Khasiat : Antikanker, antihipertensi, diuretik, diabetes, Menetralkan racun. Tumbuhan ini berasal dari Amerika Tengah, umumnya ditanam sebagai tanaman hias. Tapak dara bias tumbuh di tempat terbuka atau terlindung pada bermacam-macam iklim, ditemukan dari dataran rendah sampai ketinggian 800 m dpl. Terna atau semak, menahun, tumbuh tegak, tinggi mencapai 120 cm, banyak bercabang. Batang bulat, bagian pangkal berkayu, berambut halus. Warnanya merah tengguli. Daun tunggal, agak tebal, bertangkai pendek,berhadapan bersilang. Helai daun elips, ujung runcing, pangkal meruncing, tepi rata, pertulangan menyirip, kedua permukaan daun mengkilap, dan berambut halus. Perbungaan majemuk, keluar dari ujung tangkai dan ketiak daun 5 helai, mahkota bunga berbentuk terompet, warnanya ada yang putih, merah muda, atau putih dengan bercak merah di tengahnya. Buahnya buah bumbung berbulu, menggantung, berisi banyak biji berwarna hitam. Perbanyakan dengan biji, setek bataang, atau akar. Morfologi Tapak Dara Tinggi tanaman bisa mencapai 0,2-1 meter. Memiliki batang yang berbentuk bulat dengan diameter berukuran kecil,berkayu, beruas, dan bercabang serta berambut. Daunnya berbentuk bulat telur, berwarna hijau, tersusun menyirip berselingan dan diklasifikasikan berdaun tunggal. Panjang daun sekitar 2-6 cm, lebar 1-3 cm, dan tangkai daunnya sangat pendek. Bunganya aksial (muncul dari ketiak daun). Kelopak bunga kecil, berbentuk paku. Mahkota bunga berbentuk terompet dengan permukaan berbulu halus, ujungnya melebar, berwarna putih, biru, merah jambu atau ungutergantung kultivarnya. Buahnya berbentuk silinder, ujung lancip, berambut, panjang sekitar 1,5 – 2,5 cm, dan memiliki banyak biji. Ciri-Ciri Tapak Dara Tapak dara merupakan tanaman herba/semak yang tegak, hidup lama, tinggi 0,2-0,8 m dan mengandung getah. Batangnya mengandung getah berwarna putih susu, berbentuk bulat dengan diameter berukuran kecil, berkayu, beruas, bercabang, dan berambut sangat lebat. Daun bersusun berhadapan, bertangkai pendek, memanjang bulat telur dengan pangkal serupa baji dan ujung tumpul panjang 2 – 6 cm, lebar 1 – 3 cm, dan tangkai daunnya sangat pendek. Bunganya muncul dari ketiak daun. Kelopak bunga kecil, berbentuk paku. Mahkota bunga berbentuk terompet, dan ujungnya melebar. Tepi bunga datar, terdiri dari taju bunga berbentuk bulat telur, dan ujungnya runcing menutup ke kiri. berbunga sepanjang tahun, berbentuk tubular, panjang 1,5-4 cm, lebar 5 cm memiliki 5 mahkota kecil. Bunga berwarna violet, merah rosa, putih (var. albus), putih dengan bintik merah (var. ocellatus), ungu, kuning pucat. Buahnya berbentuk silindris, ujung lancip, berbulu, panjang sekitar dengan panjang folikel 1-4 cm hijau dan berbiji banyak tanpa rambut gombak. Bijinya mempunyai panjang 1-2mm berbentuk persegi panjang, hitam, kotiledon datar, endosperm kecil. Panjang akar dapat mencapai 70 cm. Kandungan Herba Tapak Dara Herba mengandung lebih dari 70 macam alkaloid, termasuk 28 biindole alkaloid. Komponen antikanker, yaitu alkaloid seperti vincaleukoblastine (vinblastin = VLB), leurosidin dan katarantin, Alkalod yang berkhasiat hipoglikemik (menurunkan kadar gula darah) antara lain leurosin, katarantin, lochneri, tetrahidroalstonin, vindolin dan vindolinin. Sedangkan akar tapak dara mengandung alkaloid, saponin, flafonoid dan tanin. Khasiat Herba Tapak Dara Herba sedikit pahit rasanya, sejuk, agak beracun (toksik), masuk meridian hati. Berkhasiat sebagai anti kanker (antineoplastik), menenangkan hati, peluruh kencing (diuretic), menurunkan tekanan darah (hipotensif), penenang (sedative), menyejukkan darah, penghenti perdarahan (hemostatis), serta menghilangkan panas dan racun. Sedangkan akar tapak dara berkhasiat sebagai peluruh haid. Selasih (Ocimum basilicum) Klasifikasi Kingdom : Plantae Divisio : Magnoliophyta  Class : Magnoliopsida  Ordo : Lamiales Famili : Lamiaceae  Genus : Ocimum  Species : Ocimum basilicum Kandungan : Eugenol, linalool, dan geraniol Khasiat : Antifungi, antireppelant, ekspektorant, dan antikanker. Tanaman selasih merupakan tanaman semusim, tegak, banyak bercabang dibagian atas, berbau harum, tinggi 50 – 80 cm dengan batang berwarna coklat bersegi empat. Daun letaknya berhadapan dan berdaun tunggal, bertangkai yang panjangnya 0,5 – 2 cm, helai daun bulat telur sampai memanjang, ujung runcing, permukaan daun berambut halus dengan bintik-bintik kelenjar, tulang daun menyirip. Bunganya berwarna putih atau lembayung, tersusun dalam tandan yang panjangnya    5 – 30 cm yang keluar dari ujung percabangan. Biji keras warnanya coklat tua, bila dimasukan ke dalam air akan mengembang seperti selai (Wijayakusumah. 1996) Morfologi Selasih Merupakan herba tegak, sangat harum, tinggi 0,6-1,6 m. Batang cokelat, segi empat. Daun tunggal berhadapan, bertangkai, panjang 0,5-2 cm, bulat telur, ujung dan pangkal agak meruncing, permukaan daun agak halus dan bintil-bintik kelenjar, tulang daun menyirip, tepi bergerigi, panjangnya 3,5-7,5 cm, lebar 1,5-2,5 cm, warna hijau tua. Bunga berwarna putih atau lembayung, kelopak sisi luar berambut, bulat telur terbalik dengan tepi mengecil sepanjang tabung. Biji keras, cokelat tua, bila dimasukkan dalam air akan mengembang (Backer & van den Brink, 1965;Wijayakusuma et al., 1996). Tanaman selasih merupakan tanaman dikotil yang tergolong tanaman yang melakukan fotosintesis (Siklus Calvin). Pada siang hari dengan mengubah RUBP dan CO2 dengan bantuan enzim menjadi amilum yang akhirnya di salurkan keseluruh tubuh tumbuhan melalui jaringan floem. Untuk pemenuhan nutrisi kelebihannya disimpan oleh tanaman sebagai pati yang juga digunakan kembali untuk proses respirasi tumbuhan. Selasih merupakan tanaman herba tahunan yang tumbuh rimbun. Selasih tumbuh di suatu kawasan yang lapang seperti kawasan pertanian. Bentuk batang selasih bulat dan bercabang banyak, mempunyai tinggi 50 – 80 cmdan bentuk daun adalah tunggal. Tumbuhan ini mudah membiak dari biji benih yang tersebar di sekitarnya. Selasih mempunyai enam kuntum bunga, megikuti urutan dari atas ke tengah. Kelopak bunganya bewarna hijau keunguan dan bagian atas bunganya bewarna putih atau merah jambu pucat. Selasih mempunyai bau yang khas dan harum. Selain juga dipenggil ruku – ruku atau ruku – ruku hitam. Jenis selasih yang sering di jumpai adalah kemangi. Kemangi ada yang berdaun agak keriting dan ada pula mempunyai daun yang agak kecil dan sering di makan sebagai ulam. Kandungan Selasih Selasih mengandung eugenol, linalool, dan geraniol yang dikenal sebagai zat penolak serangga sehingga zat – zat tersebut juga berfungsi sebagai pengusir nyamuk. Bau daun selasih sangat tajam bahkan jika tercium agak lama atau disimpan dalam ruangan dapat menimbulkan rasa mual dan pusing. Selasih juga mengandung alkoloid, flavonoid, terpenoid, steroid, dan saponin. Khasiat Selasih Menurut penelitian selasih dapat berkhasiat sebagai antifungi, antireppelant, ekspektorant, dan antikanker. Selain itu selasih juga dapat meningkatkan pengeluarana bendalir badan melalui air kencin karena bersifat diuretik, sifat analgesik yang membantu menahan atau meredakan sakit kepala, sakit gigi, sakit perut demam, sifat diaforetik yang membantu pengeluaran keringat, menurunkan kolesterol, membantu pencernaan, mengobati kram usus dan melancarkan buang air besar. Daun Keji Beling (Sericoclyx Folium) Klasifikasi Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Sub divisi : Dicotyledonae (Tumbuhan berkeping dua) Kelas : Magnoliopsida (Tumbuhan dikotil) Sub kelas : Asteridae Ordo : Scrophulariales Bangsa : Solanales Famili : Acanthaceae Genus : Strobilanthes Spesies : Strobilanthes crispus Bl. Sinonim : Sericoclyx crispus L Kandungan : Kalsium karbonat, kalium, natrium, posfor. Khasiat : Diuretika Keji beling (Strobilanthes crispus) adalah tanaman terna yang biasa ditanam masyarakat sebagai tanaman pagar, bisa tumbuh hampir diseluruh wilayah Indonesia. Tanaman ini juga sebagai tanaman herba liar hidup menahun yang banyak manfaatnya bagi kesehatan dalam penyembuhan beberapa penyakit. Tanaman keji beling atau Strobilanthes crispus mudah berkembang biak pada tanah subur, agak terlindung dan di tempat terbuka. Tumbuhan ini dapat hidup di daerah dengan kondisi ekologis dengan syarat sebagai berikut. Hidupnya di ketinggian tempat 1m – 1.000 m di atas permukaan laut dengan curah hujan tahunan 2.500 mm – 4.000  mm/tahun, iklimnya bulan basah (di atas 100 mm/bulan) 8 bulan – 9 bulan, bulan kering (di bawah 60 mm/bulan) 3 bulan – 4 bulan, hidup di suhu udara 200 C – 250 C dengan kelembapan sedang, penyinaran sedang, tekstur tanah pasir sampai liat, drainase sedang – baik, kedalaman air tanah 25 cm dari permukaan tanah, kedalaman perakaran 5 cm dari permukaan tanah, kemasaman (pH) 5,5 – 7 dan kesuburan sedang. Morfologi Keji Beling Berdasarkan morfologi tanaman, keji beling dibagi menjadi bagian akar, batang, daun, dan bunga. Akar keji beling berbentuk akar tunggang dan serabut. Akar berwarna putih kekuningan. Fungsi akar untuk memperkuat berdirinya tanaman serta menyerap air dan unsur hara dari tanah. Tanaman ini menyerupai rumput besar. Batang berbentuk bulat, beruas dengan diameter 0,2-0,7 cm. Batang berkulit ungu, memiliki bintik-bintik hijau pada saat masih muda, dan berubah menjadi cokelat setelah tua. Daun berbentuk bulat telur, pada bagian tepi bergerigi, serta berbulu halus. Panjang helaian daun adalah 2-5 cm berwarna hijau. Tanaman keji beling berbunga setelah dewasa. Bunga keluar pada waktu tertentu. Tanaman ini berasal dari Mandagaskar, telah dikenal secara pasti untuk pertama kalinya oleh Thomas Anderson (1832-1870) yang mengkelaskan tumbuhan ini di bawah Spermatophyta (tumbuhan berbunga, gymnospermae) Keji beling memiliki batang beruas, bentuk batangnya bulat dengan diameter antara 0,12 - 0,7 cm, berbulu kasar, percabangan monopodial. Kulit batang berwarna ungu dengan bintik-bintik hijau pada waktu muda dan berubah jadi coklat setelah tua. Tergolong jenis daun tunggal, berhadapan, bentuk daunnya bulat telur sampai lonjong, permukaan daunnya memiliki bulu halus, tepi daunnya beringgit, ujung daun meruncing, pangkal daun runcing, panjang helaian daun berkisar ± 5 - 8 cm, lebar ± 2 - 5 cm, bertangkai pendek, tulang daun menyirip, dan warna permukaan daun bagian atas hijau tua sedangkan bagian bawah hijau muda. Bunganya tergolong bunga majemuk, bentuk bulir, mahkota bunga bentuk corong, benang sari empat, dan warna bunga putih agak kekuningan. Strobilanthes crispus memiliki buah berbentuk bulat, buahnya jika masih muda berwarna hijau dan setelah tua atau masak berwarna hitam. Untuk bijinya berbentuk bulat, dan ukurannya kecil. Sistem perakarannya tunggang, bentuk akar seperti tombak, dan berwarna putih. Kandungan Daun Keji Beling Daun keji beling mengandung vitamin C, B1, B2 yang tinggi. Dari berbagai penelitian, diketahui daun keji beling mengandung zat-zat kimia antara lain : kalium, kalsium, natrium, dan asam silikat. Khasiat Daun Keji Beling Tanaman keji beling diambil daunnya yang diolah menjadi simplisia atau sebagai daun segar, digunakan sebagai bahan racikan jamu atau obat-obat tradisional. Sebagai tanaman obat, keji beling bisa menyembuhkan beberapa jenis penyakit antara lain batu ginjal, batu empedu, diabetes, ambeien, kholesterol, sembelit, dll. Kalium pekat yang terkandung dalam keji beling bisa meluruhkan batu ginjal dan batu empedu. Unsur-unsur yang terkandung dalam daun keji beling yang bersifat diuretic dapat memperlancar sekresi gula dalam darah, menghancurkan gumpalan kholesterol dalam darah, membantu memperlancar proses pembuangan tinja yang keras sehingga bisa berfungsi sebagai pencahar. Disamping itu kandungan anti racun yang disinyalir terdapat dalam daun keji beling dapat menyembuhkan sakit akibat gigitan ular berbisa atau semut hitam. Biji Bunga Matahari (Helianthus Semen) Klasifikasi Kingdom : Plantae Divisi          : Magnoliophyta Kelas           : Magnoliopsida Sub Kelas   : Asteridae Ordo           : Asterales Famili          : Asteraceae Genus         : Helianthus Spesies        : Helianthus annuus L Kandungan : Vitamin B1, vitamin E, mangan, magnesium, posfor, folat Khasiat : Antioksidan, antiinflamasi Bunga matahari juga dikenal dengan berbagai nama sun flower (Inggris), mirasol(Filipina), himawari dan koujitsuki (Jepang), serta xiang ri kui (Cina).Tanaman ini tergolong dalam famili Compositae (Asteraceae) dan memiliki nama latin Helianthus annuus L.Heli berarti matahari, dan annuus yaitu semusim.Dari situ, tanaman ini masuk ke dalam jenis tanaman herba annual, yaitu tanaman yang berumur pendek (kurang dari setahun). Tanaman cantik ini berasal dari Meksiko dan Peru, Amerika Tenga.Tanaman ini telah dibudidayakan secara besar-besaran pada abad ke-18 di berbagai negara seperti Amerika, Argentina, Rusia, Hongaria, Meksiko, Perancis, Jerman, Rumania, Bulgaria, dan beberapa negara yang ada di Benua Afrika.Sementara baru pada tahun 1907, bunga matahari diperkenalkan ke Indonesia oleh seorang ahli pertanian Belanda. Bunga matahari dapat tumbuh di daerah dingin ataupun di daerah kering pada ketinggian sampai 1500 mdpl.Tanah berpasir hingga tanah liar dengan drainase yang baik dan tidak asam atau asin,serta pH yang berkisar antara 5,7-8,1 merupakan tanah yang baik untuk menanam tumbuhan ini.Udara yang kering setelah terbentuknya biji juga sangat penting untuk membuat masak biji tumbuhan bunga matahari. Morfologi Biji Bunga Matahari Biji bunga matahari ini memiliki kulit yang agak keras.Berbentuk pipih memanjang, warnanya bisa putih keabuan atau hitam.Biji bunga matahari ini dikenal dengan nama kuaci. Kandungan Biji Bunga Matahari Protein, globuiin, albumin, glutolin, asam amino esensial, Beta sitosterol, prostaglandin E, chlorogenic acid, quinic acid, phytin, dan 3,4 benzopyrene. Dalam 100 g minyak biji bunga matahari: Lemak total: 100, lemak jenuh: 9,8: lemak tidak jenuh: oleat 11,7 dan linoleat 72,9: kolesterol 3. Khasiat Biji Bunga Matahari Anti dysentery, membangkitkan nafsu makan, lesu, sakit kepala, , disenteri berdarah, merangsang pengeluaran cairan tubuh (hormon, enzym, dll.), merangsang pengeluaran campak (Measles). Alat dan Bahan Evaluasi Pembahasan