[go: up one dir, main page]

Academia.eduAcademia.edu

Sinar Lovina-

PENERAPAN MOTIVASI BELAJAR MEMBACA PADA ANAK USIA DINI GUNA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DI SDN 3 PENARUKAN Sinar Lovina Progam Studi Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Malang 22001073104@unisma.ac.id Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan cara pemberian motivasi belajar, respon anak saat pemberian motivasi belajar dan kendala kendala yang dihadapi saat pemberian motivasi belajar di SDN 3 Penarukan,Buleleng, Kota Singaraja,Bali. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Hasil analisis data menunjukkan yaitu bahwa cara pemberian motivasi belajar yang dilakukan oleh guru sudah baik. Selain itu juga respon yang ditunjukkan anak saat pemberian motivasi belajar sudah baik. Adapun kendala dihadapi guru saat pemberian motivasi belajar adalah kurangnya alat pembelajaran yang menarik dan kosentrasi anak yang tidak terfokus pada saat guru menjelaskan pembelajaran. Kata kunci: Motivasi Belajar,Anak Usia Dini,Meningkatkan PENDAHULUAN Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Salah satu tujuan dari pendidikan anak usia dini adalah untuk menjadikan anak yang dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga anak dapat tumbuh dengan optimal dan dapat mempersiapkan diri untuk memasuki pendidikan dasar atau jenjang berikutnya. Untuk dapat mencapai tujuan dari pendidikan tersebut salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan dalam proses pembelajaran yaitu adanya motivasi yang dimiliki oleh peserta didik sehingga tujuan dari pembelajaran dapat tercapai. Secara umum belajar adalah aktivitas mental yang dilakukan oleh seseorang sehingga menimbulkan suatu perubahan berbeda antara sebelum belajar dan sesudah belajar. Belajar juga diartikan sebagai kegiatan yang fundamental dalam setiap jenjang pendidikan. Dalam segi pendidikan, belajar merupakan sesuatu yang pokok dan penting yang keseluruhan dalam diri siswa. Menurut Ihsana (2017:4) “Belajar adalah suatu aktivitas di mana terdapat sebuah proses dari tidak tahu menjadi tahu, tidak mengerti menjadi mengerti, tidak bisa menjadi bisa untuk mencapai hasil yang optimal”. Begitu juga Tirtarahardja dan Sulo (2015:129) mengemukakan “Belajar adalah perubahan prilaku yang relatif tetap karena pengaruh pengalaman (interaksi individu dengan lingkungannya)”. Motivasi adalah kondisi internal yang membangkitkan seseorang untuk bertindak, mendorong seseorag untuk mencapai tujuan tertentu, dan membuat indivdiu tersebut untuk tetap tertarik dalam kegiatan tertentu. Menurut Uno (2007), motivasi dapat diartikan sebagai dorongan internal dan eksternal dalam diri seseorang yang diindikasikan dengan adanya hasrat dan minat, dorongan dan kebutuhan, harapan dan cita-cita, penghargaan, dan penghormatan. Pentingnya peran motivasi dalam proses pembelajaran perlu dipahami oleh pendidik, agar dapat melakuakan berbagai tindakan dan bantuan kepada siswa. Motivasi dirumuskan sebagai dorongan bagi siswa baik dari dalam maupun dari luar siswa, untuk mencapai tujuan tertentu guna memenuhi kebutuhan. Kebutuhan tersebut sangat berhubungan dengan proses pembelajaran. Motivasi siswa dapat digambarkan sebagai bahan bakar mesin penggerak, tanpa adanya bahan bakar maka mesin tidak akan berfungsi bergerak dengan baik. Motivasi belajar yang baik akan mendorong siswa aktifdan berprestasi didalam kelas. Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan di SDN 3 Desa Penarukan,Singaraja peneliti menemukan bahwa di sekolah tersebut ada beberapa guru yang lulusan S1 Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini dari berbagai Universitas dan salah satunya ada yang lulusan dari Universitas Pendidikan Singaraja. Guru tersebut sudah mengajar kurang lebih selama 15 tahun. Guru itu sangat antusias saat menyampaikan pembelajaran kepada anak sehingga anak sangat bersemangat dalam proses pembelajaran. Guru tersebut sudah memahami cara memberikan motivasi kepada anak dalam belajar. Dalam pembelajaran yang bersifat kognitif ada kegiatan Tertentu seperti mengenal huruf hanya sebagian anak yang mengikuti pembelajaran dengan baik, karena kurangnya motivasi anak dalam belajar. Sedangkan untuk menumbuhkan semangat anak dalam belajar di butuhkan pemberian motivasi yang baik oleh guru. Dari uraian latar belakang di atas, peneliti ingin mengetahui lebih jauh mengenai pemberian motivasi belajar kepada anak. Sehingga peneliti tertarik melakukan penelitian untuk mengambil judul “PENERAPAN MOTIVASI BELAJAR MEMBACA PADA ANAK USIA DINI GUNA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR ANAK” METODE PENELITIAN Penelitian ini bermaksud untuk menganalisis tentang pemberian motivasi belajar pada anak usia dini di SDN 3 Penarukan,Singaraja. Maka metode yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau menjelaskan secara apa adanya tentang keadaan subjek atau objek penelitian, dengan alasan bahwa permasalahan yang diteliti adalah peristiwa yang sedang terjadi berdasarkan fakta yang tampak. Pendekatan yang digunakan peneliti dalam penelitian ini yaitu dengan pendekatan kualitatif, hal ini disebabkan karena peneliti ingin mendeskripsikan secara jelas dan rinci tentang pemberian motivasi belajar serta mendapatkan data yang mendalam yang menjadi fokus penelitian Dengan demikian, yang menjadi instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri. Kemudian peneliti membuat sendiri instrumen tambahan (membantu instrumen utama) yaitu berupa alat observasi, pedoman wawancara, catatan penilaian dan pedoman penilaian dokumentasi yang digunakan sebagai panduan umum dalam proses penelitian. Dalam penelitian ini, data dimaksudkan sebagai hasil yang diperoleh selama penelitian berlangsung yang kemudian diolah menjadi hasil akhir dalam penelitian. Adapun data dalam penelitian ini adalah data yang berasal dari sumber primer dan sekunder. Dari penelitian kualitatif, dihimpun data-data utama sekaligus data tambahan. Sumber data utama dalam penelitian kualitatif yaitu kata-kata dan tindakan, sedangkan tambahannya yaitu dengan tertulis, foto dan statistik. Lokasi penelitian adalah tempat penelitian dimana kegiatan penelitian dilakukan. Penentuan lokasi penelitian dimaksudkan untuk mempermudah dan memperjelas obyek yang menjadi sasaran penelitian HASIL PENELITIAN Subbab Tingkat I Penelitian ini dilaksanakan di SDN 3 Penarukan,Kota Singaraja,Bali. Peneliti mengadakan wawancara dengan guru kelompok, menyusun pedoman observasi berupa check list, dokumentasi dan catatan lapangan. Berdasarkan hasil observasi siswa di SDN 3 Penarukan banyak siswa yang mengalami kesulitan membaca bahkan menulis. Kesulitan akademik siswa ini di pengaruhi karena kurangnya motivasi belajar membaca pada siswa masih sangat rendah. Bertolak dari permasalahan tersebut guru kelas melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa. Salah satu kemampuan akademik yang akan ditingkatkan oleh guru saat ini adalah kemampuan membaca karena banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam mengenali kata. Sebelum memulai aktivitas pembelajaran guru memberikan pretest. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal membaca siswa sebelum diberi treatment. Pada akhir pembelajaran dilakukan evaluasi dengan melakukan test membaca (postest). Hasil test membaca tersebut kemudian dianalisis untuk mengetahui apakah terjadi peningkatan kemampuan membaca atau tidak. Selain itu juga guru mengajak anak-anak duduk membuat lingkaran sambil bernyanyi sebelum mereka belajar agar anak-anak mau melakukan kegiatan dikelas jika anak-anak sudah bersama-sama maka akan mudah untuk menjelaskan pembelajaran, selain itu menjelaskan tujuan belajar agar anak-anak agar lebih bersemangat dalam belajar. Respon anak saat pemberian motivasi belajar yaitu sangat senang dan antusias apabila guru memberikan pembelajaran yang menarik dan yang belum pernah dilakukan oleh anak. Selain itu juga respon yang sering ditunjukkan anak yaitu anak merasa senang jika guru memberikan semangat dalam melakukan kegiatan dikelas. Selain itu juga kendala yang dihadapi saat pemberian motivasi belajar yaitu kurangnya alat pembelajaran yang menarik sehingga sulit membuat anak bersemangat dalam belajar. kendala lain yang dihadapi saat pemberian motivasi yaitu anak-anak yang kurang kosentrasi saat guru menjelaskan tentang kegiatan yang akan dilakukan pada hari itu sehingga sulit membuat anak termotivasi dalam belajar. Dari hasil observasi guru bahwa kendala yang dihadapi guru yaitu kurangnya kosentrasi anak saat guru menjelaskan serta kurangnya media pembelajaran yang menarik perhatian anak sehingga sulit membuat anak termotivasi dalam belajar. Selain hasil wawancara dan hasil observasi, peneliti juga melakukan dokumentasi terhadap kegiatan yang dilakukan anak pada saat sebelum atau saat pembelajaran berlangsung. Subbab Tingkat II Langkah yang selanjutnya dilakukan oleh guru untuk meningkatkan motivasi pada siswa adalah dengan mengurutkan gambar. Gambar pertama yang disajikan kepada anak adalah metamorphosis sempurna kupu-kupui. Melalui kedua gambar tersebut anak dilatih untuk merangkai urutan metamorphosis. Hal ini dilakukan sebagai salah satu cara dalam meningkatkan daya ingat siswa, mengingat daya ingat anak. Melalui cara ini diharapkan anak terbantu dalam mengingat dan membaca. Berikut adalah gambar Metamorfosis kupu-kupu Langkah pembelajaran diawali dengan penjelasan guru terkait dengan metamorphosis kupu-kupu. Guru menunjukkan gambar metamorphosis dan menjelaskan urutan daur hidup kupu-kupu. Setelah terjadi beragam diskusi dan interaksi kemudian guru memberikan treatment pada anak disleksia. Gambar metamorphosis kupu-kupu dipotong-potong kemudian diacak. Satu persatu anak disleksia diberi potongan gambar. Tidak lupa guru juga menyediakan lem agar memudahkan dalam menempel gambar. Setelah semua siswa mendapat gambar yang sama, maka langkah selanjutnya adalah memerintahkan anak disleksia untuk menyusun gambar seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Guru mengamati aktivitas belajar siswanya sekaligus melihat kemampuan mengingat siswanya. Setelah semua siswa selesai mengerjakan kemudian guru menunjuk beberapa anak disleksia untuk menunjukkan hasil pekerjaanya Hasil pembahasan pada Langkah yang kedua ini anak-anak merasa sangat senang karena anak disamping hanya membaca tapi anak juga bermain. Hasil lebih baik ditunjukkan pada subjek kedua yang telah mampu menyusun dengan benar gambar metomorfosis kupu-kupu walaupun masih belum tepat dalam meletakkan tanda panah. Subjek kedua telah mampu menyusun gambar sesuai dengan intsruksi guru. Kesalahan pada tanda arah panah terjadi karena subjek kedua kesulitan dalam menentukan arah gambar. Hasil yang memuaskan adalah pada subjek untuk mengingat dengan betul arah tanda panah sesuai dengan perintah guru. Pembahasan Penelitian ini dilakukan pada tanggal 3 Juni 2022 yang berlokasi di SDN 3 Penarukan Jln. Sam Ratulangi ,Penarukan,Kecamatan Buleleng, Kota Singaraja. Setiap guru memiliki kemampuan yang berbeda dalam memberikan motivasi belajar kepada anak. Apabila seorang guru tidak mampu memberikan motivasi dengan baik, maka perkembangan anak dalam mengembangkan kemampuannya tidak akan berkembang dengan maksimal. Untuk itu perlu diketahui bagaimana pemberian motivasi belajar pada anak. Dalam penelitian ini, pemberian motivasi belajar pada anak dapat dilakukan dengan cara guru memberikan motivasi belajar, respon anak saat pemberian motivasi belajar dan kendala yang dihadapi saat pemberian motivasi belajar. Dari hasil subbab 1 dan 2 hasilnya anak lebih menyukai sub bab yang kedua karena di subab yang kedua anak lebih merasa senang dan bergembira. Cara guru memberikan motivasi pada nak yaitu dengan individu masing-masing guru yaitu dimulai dari sifat guru itu sendiri, apabila gurunya bersemangat dalam mengajar maka anak-anak juga akan bersemangat dalam belajar. Selain itu juga dengan membangkitkan minat anak juga akan menambah motivasi anak dalam belajar. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan dalam membangkitkan minat belajar anak: (a) Hubungkan bahan pelajaran yang akan diajarkan dengan kebutuhan anak. (b) Sesuaikan materi pelajaran dengan tingkat pengalaman dan kemampuan anak. (c) Gunakan berbagai model dan strategi pembelajaran secara bervariasi. Hal yang paling penting yaitu perilaku dari guru itu sendiri, apabila gurunya bersemangat dalam mengajar maka anak-anak juga akan senang saat guru itu mengajar begitu juga sebaliknya. Anak lebih senang belajar bila perhatiannya ditarik oleh penyajian-penyajian yang baru atau masih asing bagi anak. Sesuatu gaya dan alat yang baru bagi anak akan lebih menarik perhatian mereka untuk belajar sehingga menambah motivasi anak dalam belajar. Guru mempelajari hal-hal yang sukar bagi anak. Selain itu juga guru memecahkan hal-hal yang sukar dengan mencari pemecahan masalah tersebut. Kemudian guru mengajarkan “cara memecahkan” dan mendidik keberanian mengatasi kesukaran dan guru mengajak anak mengalami dan mengatasi kesukaran tersebut. Guru memberi kesempatan kepada anak yang mampu memecahkan masalah untuk membantu rekan-rekannya yang mengalami kesukaran. Kemudian guru memberi penguatan kepada anak yang berhasil mengatasi kesukaran belajar sendiri. Guru menghargai pengalaman dan kemampuan anak agar belajar secara mandiri. Siswa juga terlihat sangat baik ketika diperintahkan mendeskripsikan gambar serta menghubungkan rangkaian gambar tersebut dengan kehidupan sehari-hari. Hanya saja jika diperintahkan untuk memberikan simpulan berdasarkan gambar tersebut masih ada siswa yang kebinggungan. Siswa tersebut menoleh ke kanan dan ke kiri yang menandakan belum memahami apa yang diperintahkan guru. Kemampuan membuat simpulan merupakan salah satu keterampilan berpikir tingkat tinggi. Melalui media gambar tersebut siswa dilatih untuk berpikir kritis serta dapat menghubungkan gambar yang dipelajari dengan kehidupan sehari-hari sehingga tuntutan pembelajaran kontekstual dapat tercapai. Penggunaan media gambar tersebut merangsang aktivitas belajar menjadi lebih aktif. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan media yang tepat dapat meningkatkan motivasi belajar juga dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa. Siswa terlihat lebih bersemangat untuk menunggu giliran membaca. Terlebih lagi dengan pujian yang dilakukan oleh guru membuat siswa semakin senang. Membaca tidak hanya kewajiban bagi seorang siswa tetapi juga merupakan kebutuhan. Melalui membaca samudera pengetahuan yang luas dapat dijelajahi.29 Pemberian apresiasi oleh guru walaupun hanya dengan memberikan tanda jempol membuat motivasi belajar siswa meningkat. Jadi cara memberikan motivasi belajar dalam penelitian ini sudah baik yaitu dengan membuat suasana kelas yang menyenangkan serta menjelaskan tujuan pembelajaran kepada anak dan membuat anak merasa senang pada saat mengerjakan tugasnya yang di berikan oleh guru. Respon anak saat pemberian motivasi belajar yaitu sangat senang dan antusias apabila guru memberikan pembelajaran yang menarik dan yang belum pernah dilakukan oleh anak. Selain itu juga anak-anak akan senang jika guru memberikan semangat dalam melakukan kegiatan di kelas seperti kegiatan menari. Jadi respon anak saat pemberian motivasi dalam penelitian ini sudah baik terlihat saat anak-anak langsung menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru seperti menebalkan huruf dan lawan kata, walaupun anak merasa kesulitan dalam mengerjakan tugas tetapi mereka tetap berusaha dan bertanya kepada guru sehingga mereka paham dan menyelesaikan tugasnya. Kendala yang dihadapi saat pemberian motivasi belajar yaitu kurangnya alat pembelajaran yang menarik sehingga sulit membuat anak bersemangat dalam belajar, selain itu juga anak-anak yang kurang kosentrasi saat guru menjelaskan tentang kegiatan yang akan dilakukan pada hari itu. Jadi kendala yang dihadapi guru saat pemberian motivasi belajar dalam penelitian ini yaitu kurangnya alat pembelajaran yang menarik dan kosentrasi anak yang tidak terfokus pada guru sehingga sulit untuk menjelaskan pembelajaran. Pemberian tanda jempol menandakan bahwa kemampuan membaca siswa telah baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan dalam penelitian sebelumnya bahwa guru berperan sangat penting sebagai motivator dalam pembelajaran. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah peneliti lakukan mengenai pemberian motivasi belajar pada anak di SDN 3 Penarukan sudah baik. Dalam hal ini guru sudah memberikan motivasi belajar yang sesuai dengan usia dan kebutuhan anak melalui kegiatan bermain sehingga anak-anak bersemangat dalam melakukan kegiatan. Secara spesifikasi dengan hasil penelitian tersebut maka dapat disimpulkan yaitu (1) Cara memotivasi belajar anak usia sudah baik salah satunya yaitu ciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar, anak hanya mungkin dapat belajar dengan baik manakala ada dalam suasana yang menyenangkan, merasa aman, bebas dari rasa takut. (2) Respon anak saat pemberian motivasi sudah baik terlihat saat anak-anak langsung menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru, walaupun anak merasa kesulitan dalam mengerjakan tugas tetapi mereka tetap berusaha dan bertanya kepada guru sehingga mereka paham dan menyelesaikan tugasnya. (3) Kendala yang dihadapi saat pemberian motivasi yaitu kurangnya alat pembelajaran yang menarik sehingga sulit membuat anak bersemangat dalam belajar. (4) Penggunaan media gambar dapat meningkatkan motivasi membaca siswa. Maka dari itu dalam menangani anak hendaknya para guru menggunakan media yang dapat membantu daya ingat siswa. Mengingat banyak siswa memiliki daya ingat yang rendah sehingga kesulitan dalam membaca DAFTAR RUJUKAN Aisyah, Siti, dkk. 2008. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka. Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 70 Tahun 2009 Tentang Pendidikan Inklusif Bagi Peserta Didik Yang Memiliki Kelainan Dan Memiliki Potensi Kecerdasan Dan/Atau Bakat Istimewa (Republik Indonesia, 2009) https://kelembagaan.ristekdikti.go.id/wp-content/uploads/2016/11/Permen-No.-70- 2009-tentang-pendidiian-inklusif-memiliki-kelainan-kecerdasan.pdf Sanjaya, Wina. 2006. Staretgi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Yusnita, Dian, Efektivitas Penggunaan Media Gambar Berseri Terhadap Peningkatan KemampuanMembacaPemahaman, Universitas Pendidikan Indonesia,2016 <http://repository.upi.edu/id/eprint/27658> 7 | Kutipan Judul Artikel (Cambria 9, cetak miring) Sinar Lovina | 6