[go: up one dir, main page]

Academia.eduAcademia.edu
Apresiasi Bupati Suyanto Terhadap BRI Peduli Pasar Rakyat Masyarakat terutama pedagang kecil yang ada dipasar, kini akan semakin mudah mendapatkan akses permodalan. Sebab saat ini Bank BRI telah mencoba meramu program KUR dengan kegiatan Corporate Social Responsibility. Program CSR yang dikemas dengan program pemasaran yang dapat langsung menyentuh komunitas di pasar tradisional dengan tajuk BRI Pesat (Peduli Pasar Rakyat). BRI Pesat bertujuan menciptakan dan membangun usaha kecil mikro yang semakin tangguh, sekaligus membangun customer base bagi kelangsungan bisnis usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Melalui program BRI Pesat, Bank BRI berkontribusi dalam memoles pasar tradisional di Indonesia. Tujuannya agar pasar tradisional menjadi lebih nyaman dikunjungi masyarakat. BRI Pesat dapat berupa program edukasi pedagang pasar, renovasi atau pemberian bantuan sarana dan pra sarana pasar, penghijauan, dan kegiatan sosial di pasar. Drs. H. Suyanto MM Bupati Jombang memberikan apresiasi positif dengan adanya program BRI Pesat tersebut. “ Yang pasti ini akan kita dorong terus, BRI yang telah melaunching program KUR untuk kredit mikro dengan model pelayanan yang semakin dekat dengan para nasabah, pedagang pasar khususnya. Tentu ini akan memberikan kontribusi yang signifikan bagi pertumbuhan ekonomi Jombang”, tuturnya. Pada acara tersebut dilakukan penandatanganan Perjanjian Kerjasama antara Bank BRI dengan Dinas Perdagangan Perindustrian Dan Pasar Kabupaten Jombang untuk pemberian kredit kepada komunitas pasar masing-masing. Selain itu secara simbolis diberikan Kredit Usaha Rakyat (KUR) kepada para pedagang pasar setempat. Melalui kombinasi ini. BRI berharap bisa memberikan kontribusi lebih besar yakni sebagai mitra usaha para pedagang dalam menjalankan bisnis. Ini tentu sejalan dengan fungsi utama perbankan yaitu sebagai lembaga intermediasi. Targetnya program ini akan digulirkan pada seluruh pasar di kabupaten Jombang . Hadir pada lounching program tersebut Bupati, Ketua DPRD, Pimpinan Wilayah BRI dan Pimpinan Cabang BRI Jombang dan undangan.(Wati_SJAM) Jombang, 26 Pebruari 2011 Tim Liputan SJAM Diposkan oleh LPPL SUARA JOMBANG AM di 12:39 0 komentar Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook http://www.bumntrack.com/index.php/berita/berita_detail tan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) meminta Kementerian BUMN sebagai koordinatoriat tingkat pusat yang mengawasi penyaluran dana Program Kemitraan dan Bina Lingkungan kepada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) agar tidak tumpang tindih. Pimpinan Pusat IWAPI Rina Fahmi Idris menegaskan tujuannya adalah agar jangan sampai satu perusahaan usaha kecil dan menegah (UKM) yang telah memperoleh penyaluran dana dari salah satu BUMN, kemudian menerima lagi dana PKBL dari BUMN lain yang beroperasi di daerah tersebut. "Ini kan tidak adil, hendaknya yang sudah menerima dana PKBL bisa mencari bantuan melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang digelontorkan sejumlah bank pemerintah,"kata Rina kepada Bisnis hari ini. Kementerian BUMN, katanya, hendaknya mengevaluasi pemanfaatan dana PKBL yang selama ini dikucurkan untuk kegiatan ekonomi kemasyarakatan. "Kalau perlu pemerintah membuat semacam blue print yang jelas tentang pemanfaatan dana PKBL ini agar sesuai dengan strategi pembangunan perekonomian masyarakat." Usulan pembentukan koordinatoriat penyaluran dana PKBL di Kementerian BUMN ini, katanya, guna menghindari tumpang tindihnya pemberian bantuan PKBL dari sejumlah BUMN kepada UKM yang sebenarnya telah menerima bantuan. "Namun karena kedekatan UKM itu dengan oknum pejabat, akhirnya mendapat lagi bantuan dari BUMN lain," ungkapnya. Pengawasan penyaluran dana PKBL yang disalurkan seluruh perusahaan BUMN, katanya, hendak dikoordinasikan antara pemerintah pusat dengan para bupati dan Kepala Daerah di setiap provinsi. "Kalau pengawasan penerimaan dan penyalurannya teratur, mudah-mudahan target pembangunan dan pengembangan UKM di seluruh provinsi akan lebih cepat tumbuh." Tumpang tindihnya pemberian bantuan dana PKBL ini, lanjutnya, berdasarkan pemantauan dari para pengusaha UKM di sejumlah daerah yang kurang memperoleh perhatian untuk memperoleh dukungan teknis tenaga kerja maupun permodalan. "Sebagaimana diketahui program PKBL terbagi atas dukungan teknis bagaimana melatih sumber daya manusianya agar mampu mengelola usaha UKM dan bantuan permodalan." Namun dengan dengan pola penyaluran dana PKBL yang jumlahnya tidak sedikit itu, katanya menjadi tidak efektif karena jatuh pada sejumlah perusahaan yang sebenarnya sudah pernah menerima bantuan dan tidak layak lagi untuk memperoleh dukungan teknis pelatihan Sumber Daya Manusia (SDM) maupun permodalannya. "Dengan adanya pengawasan dari pemerintah pemerintah pusat, seluruh BUMN yang menyalurkan dana PKBL akan lebih terkoordinasi lagi untuk mencapai tujuan pembangunan ekonomi kemasyarakatan," lanjut Rina. Sebelumnya pemerintah menyebutkan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) telah menyalurkan dana PKBL pada 2010 sebesar Rp2,6 triliun, melonjak jika dibandingkan PKBL 2009 sekitar Rp1,6 triliun. Perusahaan yang memiliki jumlah mitra binaan terbesar adalah PT Pertamina yang mencapai 7.000 unit UKM, disusul PT Telkom, Bank Mandiri, Bank BNI, Bank BNI dan Jamsostek. abungkan Pesta Rakyat Simpedes dan BRI Pesat 08 Jun 2011 Media Indonesia Opini Salah Satu Kemeriahan Pesta Rakyat Simpedes Bangsa Indonesia sudah sepatutnya bersyukur karena kita telah membuktikan kepada dunia dapat melepaskan diri dari krisis keuangan yang telah menerpa dunia beberapa kali. Hal ini dibuktikan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia memiliki pertumbuhannya terbesar ketiga di dunia setelah China dan India. Indikasi tersebut juga terlihat antara lain dari kenaikan Tabungan BRI Simpedes dari tahun 2009 mencapai Rp 64,39 trilyun, kemudian posisi Desember 2010 menjadi sebesar Rp 7336 triliun dengan total rekening sebanyak 20.157.464 rekening. " Kami optimis Tabungan BRI Simpedes akan terus tumbuh sesuai target perusahaan karena mengingat tabungan BRI Simpedes tersebut telah menjadi primadona masyarakat Indonesia" ungkap Direktur Utama Bank BRI, Sofyan Basir. Selanjutnya Sofyan memaparkan, " Dana yang telah kami kumpulkan melalui Tabungan BRI Simpedes dan jenis simpanan lainnya tersebut, kami salurkan kembali kepada masyarakat yang membutuhkan pembiayaan melalui instrumen kredit seperti Kredit Usaha Rakyat dan Kupedes. Mulai tahun 2008 Sampai dengan bulan April 2011 Bank BRI telah menyalurkan KUR sebanyak total Rp 28,29 triliun dengan total jumlah nasabah sebanyak 4,25 juta debitur. Bank BRI juga telah menyalurkan Kupedes dengan posisi Desember 2010 sebesar Rp.75,37 triliun dan posisi Maret 2011 Rp 79,04 triliun dengan jumlah rekening 5.176.232 rekening. Sebagai wujud apresiasi dan terima kasih kepada masyarakat Indonesia yang selama ini telah menjadi nasabah setia Tabungan BRI Simpedes, Bank BRI meluncurkan program khusus untuk rakyat Indonesia yang diberi nama Pesta Rakyat Simpedes (PRS) yang sudah dilaksanakan sejak tahun 2008 lalu. " Untuk tahun 2011 ini, PRS dilaksanakan di 273 Kanca BR.I seluruh Indonesia selama bulan Maret hingga November 2011" tambah Sofyan. Sofyan menjabarkan, " konsep program PRS tersebut disusun dalam bentuk sebuah event komunikasi pemasaran yang sesuai dengan karakteristik nasabah Simpedes, yaitusebuah event yang bersifat kerakyatan, berskala luas, dan sharing happiness ". Acara PRS ini memiliki empat inti acara yang unik dan menarik atau disebut 4 P yaitu 1. Pawai merupakan karnaval hadiah Tabungan Simpedes yang akan diundi 2. Pasar bazar pasar murah yang melibatkan nasabah binaan BRI 3. Panggung beraneka ragam hiburan dimulai dari kesenian daerah, musik dan hiburan lainnya yang unik dan menarik 4. Panen Penarikan hadiah undian Tabungan Simpedes dengan total hadiah seluruh Indonesia bernilai ratusan milyar rupiah Sebagai bentuk kepedulian sosial Bank BRI kepada masyarakat, dalam PRS tahun 2011 ini juga dilaksanakan acara Corporate Social Responsibili (CSR) yaitu Program BRI Peduli Pasar Rakyat. Program BRI Peduli Pasar Rakyat dengan tagline "Pasarmu juga Pasarku" adalah program pemasaran/pemberian fasilitas produk dan jasa Bank BRI disertai pemberian bantuan kepada Pasar-Pasar rakyat yang akan dilaksanakan secara bertahap di seluruh pasar seluruh Indonesia. BRI Pesat merupakan salah satu program CSR Bank BRI di bidang pemberdayaan ekonomi rakyat. Fokus lainnya, ungkap Sofyan adalah bidang pendidikan, kesehatan, bantuan sarana umum, bantuan saran ibadah dan bantuan bencana alam. Seluruh pendanaan kegiatan CSR Bank BRI berasal dari dana Bina Lingkungan. Jumlah dana Bina Lingkungan yang disalurkan untuk kegiatan tersebut dari tahun ke tahun terus meningkat. Pada 2010, dana yang disalurkan mencapai Rp52,3 miliar. Sofyan menjelaskan, BRI Pesat bertujuan menciptakan dan membangun usaha mikro dan kecil yang semakin tangguh, sekaligus membangun customer base bagkelangsungan bisnis usaha mikro dan kecil dan menengah (UMKM). "Kalau semakin tangguh, pada gilirannya lebih mampu berkontribusi dalam menunjang perekonomian nasional," tambah Sofyan. Sofyan menambahkan melalui program BRI Pesat, Bank BRI berkontribusi dalam memoles pasar tradisional di Indonesia. Tujuannya agar pasar tradisional menjadi lebih nyaman dikunjungi masyarakat. BRI Pesat dapat berupa program edukasi pedagang pasar , renovasi atau pemberian bantuan sarana dan pra sarana pasar , penghijauan, dan kegiatan sosial di pasar. BRI Pesat dilakukan sesuai masukan dari pengelola pasar setempat. Masukan yang selama ini diterima adalah program perbaikan sarana dan pra sarana pasar meliputi renovasi toilet, perbaikan balai pertemuan pedagang pasar, merapihkan jalan-jalan di sekitar pasar, hingga pemasangan papan petunjuk untuk memudahkan pengunjung berbelanja. Berbagai pembenahan tersebut diharapkan mampu menggairahkan dinamika kehidupan pasar tradisional. Dengan semakin banyak pengunjung yang datang berbelanja, omzet yang diperoleh pedagang pasar tradisional juga meningkat. Debut program BRI Pesat diadakan di Pasar Anyar Tangerang, tanggal 15 Desember 2010 lalu. Di Pasar ini, Bank BRI memberikan 22 buah pintu harmonika, yang dipasang di setiap pintu keluar dan masuk pasar. Selain itu, juga bantuan pengadaan kanopi serta papan penunjuk arah penjualan komoditas di pasar tersebut. Berlanjut, program BRI Pesat dilakukan di Pasar Badung, Denpasar, Pasar Besar Malang, Pasar Raya Padang, Pasar Simpang Baru Padang, Pasar Mojoagung Jombang, Pasar Induk Brebes dll. Bantuan yang diberikan pun beragam antara lain pembangunan gapura pasar, pembetonan jalan penghubung pasar, perbaikan fasilitas/ sarana untuk kebersihan, petunjuk arah menuju pasar, perbaikan sarana ibadah /musholla, perbaikan sarana ibadah/ musholla termasuk di dalamnya tempat berwudlu dan MCK. BRI Pesat di Pasar Ciledug Cirebon Bersamaan dengan Pesta Rakyat Simpedes, pada hari ini (8/06/2011) diluncurkan pula BRI Peduli Pasar Rakyat (BRI Pesat) di Pasar Ciledug Cirebon. Acara ini dihadiri oleh Bupati Cirebon dan Direktur BRI Djarot Kusumayakti. Bantuan CSR Bank BRI dalam rangka BRI Pesat di Cirebon berupa beasiswa untuk 135 siswa di Cirebon dengan rincian 75 siswa SD, 30 siswa SMP dan 30 siswa SMU, sumbangan renovasi bangunan fisik pasar Ciledug Cirebon, bantuan mebelair untuk 2 pesantren (yaitu pesantren Nadwatul Ummah dan pesantren Mahad Ashsi ghor di Cirebon), pembagian 2000 paket sembako untuk nelayan dan warga miskin pesisir, dan penanaman 1000 pohon albasyiah. Pada semua acara tersebut dilakukan juga penandatanganan Perjanjian Kerjasama antara Bank BRI dengan Perusahaan Daerah/Dinas Pasar setempat untuk pemberian kredit kepada komunitas pasar masing-masing. Selain itu secara simbolis diberikan Kredit Usaha Rakyat (KUR) kepada para pedagang pasar. Sofyan menyatakan " Bersama program BRI Pesat, kami akan terus membuka Teras BRI di lokasi pasar basah atau pasar tradisional yang potensial untuk meningkatkan pelayanan kepada para pedagang pasar. Begitu banyaknya pasar tradisional di negeri ini menjadi pangsa pasar yang tiada habisnya." Sofyan pun mengatakan tujuan acara BRI Pesat adalah untuk meningkatkan kerja sama Bank BRI dengan para pedagang pasar dalam rangka meningkatkan jumlah pengunjung pasar. Selain itu Bank BRI ingin menunjukkan bahwa dirinya tetap fokus melayani sektor UMKM khususnya para pedagang pasar tradisional. Kredit untuk pedagang Salah satu layanan dalam rangkaian BRI Pesat adalah pemberian kredit kepada pedagang pasar. Sofyan menyampaikan fasilitas kredit itu untuk menghindarkan para pedagang pasar dari para pelepas uang. "Mereka akan mendapatkan bunga yang masuk akal sehingga akan mendorong bisnis mereka lebih maju. Jika kelebihan uang, kita layani mereka dengan Tabungan Simpedes," tuturnya. Program BRI Pesat dilakukan di pasar tradisional yang telah ada outlet Teras BRI. Kehadiran Teras BRI dimaksudkan khusus untuk melayani dan mengembangkan usaha para pedagang di pasar-pasar tradisional. Dengan adanya Teras BRI, para pedagang tidak perlu meninggalkan kios/barang dagangannya untuk bertransaksi ke bank. "Sebab petugas kami yang dilengkapi dengan EDC (Electronic Data Capture) yang bisa berfungs sebagai ATM Mini, setiap hari akan berkeliling pasar mengumpulkan cicilan kredit dari para pedagang sekaligus menghimpun dana dari pedagang yang ingin menabung. Teras BRI adalah kepanjangan tangan dari jaringan BRI Unit yang didesain bisa bebas bergerak melayani nasabah di pasar-pasar tradisional. Dengan demikian bertransaksi di Teras BRI menjadi mudah dan murah " tambah Sofyan. Dengan acara BRI Pesat, Sofyan mengharapkan masyarakat dapat kembali gemar berbelanja di pasar tradisional. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dalam beberapa kurun waktu terakhir Badan Usaha di Indonesia semakin meningkat. Semakin berkembangnya suatu badan usaha maka pengaruh yang ditimbulkan dalam menjalankan usahanya akan semakin meningkat, baik itu pengaruh positif ataupun negatif. Oleh karena itu, untuk mengatasi hal tersebut perlu adanya suatu regulasi yang mengatur bagaimana suatu badan usaha melakukan operasi bisnisnya. Dimana regulasi tersebut mensinergiskan antara kepentingan perusahaan, para pemangku stakeholder, serta lingkungan. Dengan demikian sebuah badan usaha atau perusahaan tidak hanya sekedar menjalankan kewajiban untuk menghasilkan keuntungan, tetapi juga harus mengintegrasikan kepedulian sosial dengan operasi bisnisnya tersebut. Bank Rakyat Indonesia (BRI) sebagai salah satu Badan Usaha yang berada di Indonesia juga memiliki kasus yang sama, yaitu hubungan dua arah antara stakeholder dan masyarakat untuk menjaga keberlangsungan perusahaannya. Pada prinsipnya BRI merupakan sebuah bank umun yang membutuhkan interaksi dengan masyarakat. Kedua belah pihak tersebut menyebabkan sebuah hubungan timbal balik dimana bukan hanya masyarakat saja yang membutuhkan BRI sebagai tempat menabung dan peminjaman modal, tetapi BRI juga membutuhkan kepercayaan masyarakat. Untuk menjaga kepercayaan itu maka layaklah sebuah perusahaan termasuk BRI untuk memberikan kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan dalam bentuk Corporate Social Responsibility (CSR). CSR dalam prinsip Good Corporate Government (GCG) merupakan salah satu point dalam empat point GCG, yaitu responsibility. Prinsip GCG lainnya adalah fairness, transparency, dan accountability. Fairness, transparency, dan accountability lebih ditekankan kepada kepentingan pemegang saham badan usaha (shareholders). Sedangkan untuk responsibility lebih kepada para stakeholder, yaitu pihak-pihak yang berkepentingan terhadap eksistensi badan usaha, meliputi karyawan, pelanggan atau konsumen, masyarakat, dan lingkungan sekitar serta pemerintah selaku regulator, contohnya dalam menentukan Undang-Undang tentang CSR. Responsibility sangatlah penting karena suatu badan usaha bukan hanya tumbuh dalam segi profit sesaat tetapi juga pada bagaimana keberlanjutan usaha. Dan keberlanjutan akan terjamin apabila memperhatikan dimensi sosial dan lingkungan. I.2. Rumusan Masalah Kecenderungan selama ini menunjukkan semakin banyak kalangan akademisi maupun praktisi bisnis yang semakin menyadari peran sentral CSR bagi keberlanjutan sebuah perusahaan, maka saat ini semakin banyak perusahaan yang menganggarkan CSR pada accountiny revenue. Selain jumlahnya yang semakin besar, keragaman dari kegiatan dan pengelolaan CSR pun bervariasi, sehingga penerapan CSR di Indonesia semakin meningkat baik dalam kuantitas maupun kualitas. Walaupun demikian, hal tersebut perlu analisis dan kajian tentang CSR yang sudah dilaksanakan oleh sebuah perusahaan termasuk didalamnya BRI sendiri, apakah CSR yang dilakukan selama ini sangat bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan ataukah dimata masyarakat perusahaan itu hanya sekedar mencari muka. I.3. Tujuan Sehubungan dengan masyarakat Indonesia yang memiliki populasi tinggi dengan keragaman yang besar maka perlu dikaji suatu pola mengenai jenis CSR yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Karena apabila sebuah perusahaan memberikan CSR dengan cara yang tidak sesuai, dampaknya bukan saja pemborosan dana, tetapi juga menjadikan masyarakat malas untuk berusaha. BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Corporate Social Responsibility (CSR) CSR dalam sebuah definisi yang dijabarkan oleh Schermerhorn dalam Suharto (2006) adalah suatu kepedulian organisasi bisnis untuk bertindak dengan cara-cara mereka sendiri dalam melayani kepentingan organisasi dan kepentingan public eksternal. Sedangkan menurut Nuryana dalam Suharto (2006) CSR merupakan sebuah pendekatan dimana perusahaan menintegrasikan kepedulian sosial dalam operasi bisnis mereka dan dalam interaksi mereka dengan para pemangku kepentingan berdasarkan prinsip kesukarelaan dan kemitraan. Konsep piramida CSR yang dikembangkan oleh Archie B. Carrol (Saidi dan Abidin, dalam Suharto 2006) CSR adalah puncak piramida yang erat terkait dan bahkan identik dengan tanggumg jawab filantropis. Tanggung jawab filantropis bertujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan semua, artinya selain perusahaan harus memperoleh laba, taat hukum dan berperilaku etis (bagian lainnya dari piramida), perusahaan dituntut agar dapat memberikan kontribusi yang dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat. Para pemilik dan pegawai yang bekerja di perusahaan memiliki tanggung jawab ganda, yakni kepada perusahaan dan kepada publik, yang dikenal dengan istilah non-fiduciary responsibility. CSR juga merupakan kepedulian perusahaan yang didasari tiga prinsip yang dikenal dengan triple bottom lines, yaitu profit, people, dan planet. (Suharto, 2006). Profit Perusahaan harus tetap berorientasi untuk mencari keuntungan ekonomi yang memungkinkan untuk terus beroperasi dan berkembang. People Perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan manusia. Planet Perusahaan peduli terhadap lingkungan hidup dan keberlanjutan keragaman hayati. II.2. Motivasi dan Model CSR Setiap perusahaan melakukan CSR dengan motivasi yang berbeda-beda. Dalam bukunya Saidi dan Abidin dalam Suharto (2006) membuat tiga tahapan CSR, yaitu : Tahap pertama adalah corporate charity, yakni dorongan amal berdasarkan motivasi keagamaan. Tahap kedua adalah corporate philanthropy, yakni dorongan kemanusiaan yang biasanya bersumber dari norma dan etika universal untuk menolong sesama dan memperjuangkan pemerataan sosial. Tahap yang ketiga adalah corporate citizenship, yakni motivasi kewarganegaraan demi mewujudkan keadilan sosial. Sedangkan model CSR menurut Saidi dan Abidin dalam Suharto (2006) ada empat pola CSR yang umumnya diterapkan di Indonesia, yaitu : Keterlibatan langsung, perusahaan menjalankan program CSR secara langsung dengan menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial atau menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa perantara. Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan, perusahaan mendirikan yayasan sendiri dibawah perusahaan atau grupnya. Model ini biasanya diterapkan di negara maju. Bermitra dengan pihak lain, perusahaan menyelenggarakan CSR melalui kerjasama dengan lembaga sosial/pemerintah. Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium, yaitu perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga sosial yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Pola ini berorientasi pada pemberian hibah yang bersifat ”hibah pembangunan”. Pihak konsorsium atau lembaga semacam itu dipercaya oleh perusahaan yang mendukungnya secara proaktif mencari mitra kerjasama dari kalangan lembaga operasional dan kemudian mengembangkan program yang disepakati bersama. II.3. Community Development (ComDev) Konsep CSR seringkali diidentikkan dengan metode pengembangan masyarakat (ComDev). Pendekatan ComDev merupakan suatu bentuk CSR yang lebih banyak didorong oleh motivasi kewargaan, meskipun dalam beberapa aspek lain masih diwarnai oleh motivasi filantropis (Suharto, 2006). ComDev berangkat dari pendayagunaan hibah pembangunan yang ditandai oleh adanya langkah proaktif oleh beberapa pihak dan kemampuan mereka dalam mengelola program serta dalam merespon kebutuhan masyarakat di suatu tempat. Hibah pembangunan merujuk pada bantuan selektif kepada suatu lembaga nirlaba yang menjalankan suatu kegiatan yang sejalan dengan pemberi bantuan (perusahaan). Sedangkan kegiatan-kegiatan amal lebih banyak didorong oleh motivasi karikatif dan pendayagunaan sosial. Hibah sosial adalah bantuan kepada lembaga sosial guna menjalankan kegiatan sosial, pendidikan, sedekah, atau kegiatan untuk kemaslahatan umat dengan hak pengelolaan hibah sepenuhnya kepada penerima (Saidi dan Abidin dalam Suharto, 2006). Tujuan ComDev bukanlah sekedar membantu atau memberi barang kepada si penerima, melainkan berusaha agar si penerima memiliki kemampuan atau kapasitas untuk menolong dirinya sendiri. Oleh karena itu, kegiatan ComDev biasanya diarahkan kepada proses pemberkuasaan, peningkatan kekuasaan, atau penguatan kemampuan pada penerima pelayanan.(Suharto, 2006). BAB III PEMBAHASAN III.1. Pelaksanaan Program CSR BRI Bank Rakyat Indonesia (BRI) sebagai salah satu bank terbesar di Indonesia dengan segala sumberdaya yang dimilikinya telah mampu memberikan pelayanan kepada para nasabahnya dan masyarakat serta kontribusi yang besar terhadap pembangunan perekonomian Indonesia. Berbagai program telah dijalankan BRI untuk semakin meningkatkan kepercayaan dan citra positif di mata masyarakat dalam dunia perbankan. Salah satu program BRI sebagai bentuk kepedulian kepada masyarakat dan lingkungan yaitu Corporate Social Responsibility (CSR). Adapun bentuk-bentuk CSR yang telah dilakukan BRI antara lain : Dalam bidang pendidikan, program yang dilakukan antara lain pemberian beasiswa kepada mahasiswa yang tidak mampu yang tersebar di seluruh perguruan tinggi di Indonesia, pemberantasan buta Al-Qur’an dan lain-lain Sedangkan untuk bidang ekonomi programnya antara lain pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan nilai kredit dibawah Rp. 5 juta dengan sasaran kalangan bawah, seperti nelayan, pedagang kaki lima, warung tegal, dan loper koran. Selain itu, BRI juga memberikan kredit bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dan koperasi dengan pemberian jaminan kemudahan. Dalam bidang sarana dan prasarana pun BRI telah melakukan program seperti renovasi dan pembangunan pesantren serta masjid, sumbangan buku, komputer, penyediaan bus untuk mudik lebaran. Sementara itu, di bidang kesehatan program yang dilakukan antara lain kegiatan donor darah, khitanan massal, pemeriksaan kesehatan gratis. Adapun dalam bidang sosial program yang dilakukan antara lain pemberian paket sembako dan buka shaum bersama anak yatim serta bantuan untuk korban bencana alam. Selain itu, di bidang lingkungan pun telah banyak berperan dengan melakukan program seperti penanaman pohon bakau di pantai utara, Jakarta dan memberikan bantuan untuk merehabilitasi tanaman mangrove seluas 75 hektar di pesisir pantai Tangerang, Jakarta, Bekasi, dan Karawang. III.2. Analisis Pelaksanaan Program CSR BRI Pelaksanaan program CSR yang telah dilakukan BRI telah berperan dalam membantu masyarakat di berbagai bidang. Namun, ada beberapa hal yang perlu diperbaiki dari bidang tersebut. Dalam bidang pendidikan seharusnya pemberian beasiswa sebaiknya diprioritaskan kepada pelajar tingkat dasar/pelajar SD dan SMP yang tidak mampu sebagai suatu dukungan kepada pemerintah dalam menuntaskan program pendidikan wajib belajar 9 tahun. Kalau bicara pendidikan dengan dukungan CSR dalam bentuk beasiswa di perguruan tinggi mungkin masih masyarakat kelas menengah yang merasakan manfaatnya, sedangkan masyarakat miskin yang tidak mampu tetap saja tidak dapat mengenyam pendidikan. Pada program pemberian KUR maupun kredit UMKM dan koperasi harus diiringi dengan pendampingan, sehingga bantuan yang diberikan dapat benar-benar digunakan dengan baik dan tepat sasaran. Dengan adanya program pendampingan ini maka kegiatan produksi dan distribusi dapat terkontrol, sehingga berperan dalam meningkatkan kualitas produksi dan menjamin kelancaran distribusi yang akhirnya berdampak pada tumbuhnya sektor riil. Pertumbuhan sektor riil yang pesat akan menciptakan lapangan kerja baru yang akan menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar sehingga dapat mengurangi pengangguran. Sedangkan pada masalah lingkungan, CSR yang dilakukan jangan hanya terpaku pada masalah reboisasi saja tetapi juga dalam aspek lain, seperti permasalahan sampah, Daerah Aliran Sungai (DAS), dan lain-lain. Maka secara umum CSR yang dilaksanakan oleh BRI berhenti pada tahap pertama yaitu CSR bersifat pemberian amal perusahaan (corporate charity) yang lazimnya bersifat tidak suistainable (berkelanjutan). Sehingga masyarakat miskin hanya menggantungkan diri pada pemberian saja dan tidak ada inisiatif untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. III.3. Ide Kreatif CSR merupakan puncak piramida yang terkait dengan tanggung jawab filantrophy. Oleh karena itu, sifat CSR haruslah berkelanjutan. Bentuk CSR yang memiliki sifat berkelanjutan adalah Comdev atau lebih dikenal dengan pemberdayaan masyarakat. Dimana masyarakat bukan saja menerima bantuan sosial tetapi juga harus dapat mandiri. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang memiliki populasi yang besar sehingga CSR yang dilaksanakan berbeda-beda. Selain itu, dalam melaksanakan CSR diusahakan dapat melibatkan masyarakat secara keseluruhan, sehingga dibutuhkan CSR yang dapat melibatkan masyarakat secara keseluruhan dan bersifat berkelanjutan. Dalam hal ini kami memberikan sebuah terobosan baru dalam melaksanakan CSR yang dapat diaplikasikan oleh BRI. Adapun tahapan-tahapan untuk melakukan pemberdayaan masyarakat dalam rangka menuju CSR yang berkelanjutan adalah menentukan populasi atau kelompok sasaran. Dalam menentukan kelompok sasaran ini harus mengetahui secara pasti latar belakang sosial dari masyarakat itu, sehingga dapat mengidentifikasi masalah dan kebutuhan masyarakat sasaran tersebut. Dengan demikian dapat menentukan program kegiatan dan cara-cara pelaksanaan yang sesuai. Salah satu hal yang bisa dilakukan BRI adalah bekerja sama dengan pihak perguruan tinggi dalam mendukung pendanaan bagi mahasiswa yang akan melaksanakan KKP (kuliah kerja profesi) dengan program-program sebagai implementasi dari ilmu yang didapat serta sesuai dengan core competence yang dimiliki oleh mahasiswa dengan tetap mengacu kepada tridarma perguruan tinggi yaitu pengabdian terhadap masyarakat. Selain itu, BRI dapat bekerjasama dengan Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti) dalam Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Pengabdian Masyarakat (PKMM) yang diadakan setiap tahun. Sehingga keterbatasan dana yang menjadi masalah klasik di dunia pendidikan dapat teratasi serta output yang dihasilkan dari program tersebut bagi masyarakat menjadi lebih besar dan berkualitas. Dengan adanya program ini maka terdapat hubungan yang sinergis antara pemerintah (Dikti), lembaga pendidikan (perguruan tinggi), perusahaan (BRI) dan masyarakat sehingga CSR yang dilakukan sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai oleh semua stakeholder dapat berjalan dengan baik dan berkelanjutan. Proses program ini dapat berjalan baik karena semua stakeholder yang terkait saling memonitoring dan mengevaluasi, dan jika terjadi ketidaksesuain akan dapat diidentifikasi secara cepat dan tepat. Program lain yang dapat dilaksanakan BRI adalah pembangunan mini banking syariah BRI dengan berbasis sumberdaya lokal. Artinya bahwa mulai dari pengelola sampai dengan proyek yang didanai berasal dari daerah itu sendiri. Untuk mengatasi keterbatasan sumberdaya manusia yang berkualitas, strategi yang dapat dilakukan adalah pendidikan dan pelatihan keterampilan hidup (life skill), penyadaran dan pengubahan sikap dan perilaku serta pendampingan dan pengubahan kebijakan publik agar lebih responsif terhadap kebutuhan kelompok masyarakat sasaran. Peran mini banking syariah BRI nantinya adalah membiayai usaha kecil mikro dan menengah serta koperasi dimana pembiayaan ini tidak dikenakan bunga seperti pada bank-bank konvensional tetapi yang diterapkan sistem bagi hasil, sehingga peminjam tidak merasa terbebani. Di samping itu, dengan adanya mini banking tersebut akan membuka lapangan pekerjaan yang secara tidak langsung sektor riil akan ikut berkembang. BAB IV PENUTUP IV.1. Kesimpulan Bentuk CSR yang cocok untuk masyarakat Indonesia adalah Comdev atau pemberdayaan masyarakat yang bersifat berkelanjutan. Dalam menjalankan program CSR yang berkelanjutan dan berkesinambungan tersebut maka harus melaksanakan tahapan-tahapan berikut : 1. Mentukan populasi atau kelompok sasaran 2. Mengidentifikasi masalah dan kebutuhan kkelompok sasaran 3. Merancang program kegiatan dan cara-cara pelaksanaannya 4. Menentukan sumber pendanaan 5. Mentukan dan mengajak pihak-pihak yang akan dilibatkan 6. Melaksanakan kegiatan atau mengimplementasikan program 7. Memonitor dan mengevaluasi kegiatan Adapun implementasi tahapan-tahapan di atas dapat dilaksanakan BRI melalui program-program seperti: · Mendukung pendanaan bagi mahasiswa yang akan melaksanakan KKP (kuliah kerja profesi) · Kerjasama dengan Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti) dalam Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Pengabdian Masyarakat (PKMM) · Pembangunan mini banking syariah BRI dengan berbasis sumberdaya lokal IV.2. Saran Dalam melaksanaakan program CSR oleh suatu perusahaan termasuk BRI, diperlukan adanya koordinasi dari semua stakeholder yang terkait, baik itu pemerintah sebagai regulator, perusahaan, lembaga pendidikan (perguruan tinggi), serta masyarakat sebagai subjek sekaligus objek pembangunan sehingga tercipta hubungan yang sinergis dan komprehensif. DAFTAR PUSTAKA Suharto, Edi. 2006. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial (edisi ke-2). Bandung: Refika Aditama Saidi, Zaim dan Hamid Abidin. 2004. Menjadi Bangsa Pemurah: Wacana dan Praktek Kedermawanan Sosial di Jakarta. Jakarta: Gramedia Nuryana, Mu’man. 2005. Corporate Social Responsibility dan Kontribusi Bagi Pembangunan Berkelanjutan, makalah yang disampaikan pada Diklat Pekerjaan Sosial Industri. Bandung: Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS). http://www.bri.co.id