[go: up one dir, main page]

Academia.eduAcademia.edu
REPUBLIKA Abdllah Dabt/Reuters SENIN, 8 JULI 2013 27 DR OZ, YAHUDI, DAN TES DNA Genom Yahudi Ashkenazi didominasi oleh ‘komponen Khazaria’. ■ Oleh Harun Husein K enal Dr Oz? Dokter ahli bedah yang nama lengkapnya Mehmet Cengiz Oz, ini beberapa kali muncul pada acara Oprah Winfrey Show dan Larry King Show. Dia adalah seorang Muslim Amerika. Tapi, setelah dilakukan tes DNA terhadapnya, asal usul nenek moyangnya ternyata sama dengan Mike Nichols, seorang Yahudi Amerika. Informasi tersebut tak pelak membuat Dr Oz terkesima. Mimik tersebut terlihat jelas pada video berjudul DNA Testing for Jew and Muslim, yang diunggah di situs berbagi video Youtube. “Bukti genetik ini mengonfirmasi cerita Biblikal yang menyatakan Muslim dan Yahudi berasal dari leluhur yang sama, yaitu Ibrahim, Ismail, dan Ishak,” papar host acara tersebut kepada Dr Oz. Menurut penelusuran Republika, video pendek ini berasal dari program The Faces of America yang diproduksi Public Broadcasting Service (PBS), jaringan televisi nonprofit di Amerika, yang beranggotakan lebih dari 300 stasiun televisi. Program ini menelusuri latar belakang dan sejarah keluarga sejumlah orang terkenal Amerika, secara genetika. Tentang siapa mereka, dan dari mana mereka sebenarnya berasal. Ada 12 orang yang ditelusuri asal-usulnya dalam acara yang ditayangkan berseri pada 10 Februari hingga 3 Maret 2010 itu. Selain Dr Oz, orang beken Amerika lainnya yang jadi sampel adalah Elizabeth Alexander, Mario Batali, Stephen Colbert, Louise Erdrich, Malcolm Gladwell, Eva Longoria, Yo-Yo Ma, Mike Nichols, Queen Noor of Jordan, Meryl Streep, dan Kristi Yamaguchi. Untuk keperluan penelusuran itu, PBS bekerja sama dengan 23andMe, sebuah perusahaan bioteknologi terkemuka di Amerika, yang test kit genome-nya dikukuhkan sebagai ‘te- muan tahun ini’ oleh majalah Time pada 2008 lalu. Yang menjadi host acara ini pun bukan orang sembarangan, tapi seorang profesor jebolan Harvard, yaitu Henry Louis Gates Jr. Mike Nichols yang berbagi silsilah nenek moyang yang sama dengan Dr Oz, adalah seorang produser dan sutradara beken peraih Oscar. Masing-masing orang tuanya adalah Yahudi Jerman dan Yahudi Rusia. Salah satu film terkenal Mike adalah Charlie Wilson’s War, yang berkisah soal sepak terjang senator Amerika membantu Muslim Afghanistan melawan invasi Soviet. Film ini dibintangi aktor kawakan, Tom Hanks. Lalu, apa komentar Dr Oz terhadap kesamaan tersebut? “Surprise. Bagi saya, jenis informasi seperti ini bisa mengubah dunia, agar Muslim dan Yahudi mengenal diri mereka, betapa dekatnya mereka,” kata pemandu acara Dr Oz Show di salah satu stasiun televisi Paman Sam, itu. Sepintas, tak ada masalah pada video tersebut. Kitab suci dan catatan sejarah memang mengabarkan bahwa orang Arab Muslim dan orang Yahudi mempunyai leluhur yang sama. Ada yang men-trace kesamaan leluhur tersebut sejak era generasi pertama keturunan Nabi Nuh. Bahwa, orang Arab dan Yahudi merupakan keturunan Shem, salah satu anak Nabi Nuh. Dari sinilah muncul istilah bangsa Shemitic, yang dinisbatkan kepada orang Arab dan Yahudi. Jika informasi genealogi sejak era anakanak Nuh itu sedikit kabur, masih ada informasi lain yang sangat terang benderang: orang Yahudi dan orang Arab merupakan keturunan Nabi Ibrahim. Ibrahim atau Abraham adalah figur yang sangat dihormati Muslim, Yahudi, dan Nasrani. Orang Yahudi adalah keturunan Ibrahim dari garis Nabi Ishak dan Nabi Ya’kub (Israel). Sedangkan, orang Arab keturunan Ibrahim dari garis Nabi Ismail. Nah, di sinilah menariknya. Jika memang Dr Oz memiliki kesamaan asal-usul genetika dengan Yahudi, dia pasti juga keturunan para nabi suci tersebut. Dan, dia pasti berdarah salah satu di antara keduanya, entah Arab atau Yahudi. Tapi, tunggu dulu. Ternyata, Dr Oz bukan orang Arab, juga bukan Yahudi. Pria yang lahir di Cleveland, Ohio, ini, justru beretnis Turki. Nama Mehmet yang disanda- ngnya merupakan transli terasi Muhammad dalam bahasa Turki. Ayah-ibunya, Mustafa Oz dan Suna, berasal dari Konya, salah satu provinsi di Turki, yang juga merupakan markas sufi terkenal, Jalaluddin Rumi dan Nasruddin Hoja. Jika mengacu pada informasi Biblikal dan elaborasi para sejarawan, bangsa Turki bukanlah keturunan Shem, tapi keturunan anak Nabi Nuh yang lain, yaitu Japeth. Nabi Nuh mempunyai tiga orang anak, yaitu Japeth, Shem, dan Ham, yang masing-masing menjadi bapak dari bangsa-bangsa di dunia. Lalu, kalau demikian, bagaimana mungkin asal usul genetik Dr Oz bisa sama dengan orang Yahudi, kalau trace genetiknya tidak sampai kepada anak-anak Nabi Nuh? Di sinilah poinnya. Menurut penelusuran sejarah yang dilakukan filsuf Prancis, Ernest Renan, serta jurnalis dan novelis Inggris, Arthur Koestler, kebanyakan orang Yahudi saat ini bukan dari Kanaan, tapi Khazaria. Khazaria adalah suku seminomaden Turki. Mereka mendominasi Eurasia pada abad pertengahan, dan mendirikan imperium megah di sana. Pada abad kedelapan, raja Khazaria dan kelas berkuasa di sana tiba-tiba menganut Yahudi, kendati mereka tak beretnis Yahudi. Sebuah persoalan tersendiri, karena Yahudi selama ini telanjur menjadi agama, sekaligus ras. Dan, ketika Kerajaan Khazaria hancur akibat serbuan Mongol, pada abad ke-13, orang Yudeo-Khazaria tiba-tiba lenyap bak ditelan bumi. Saat ini, tak ada lagi orang atau kelompok masyarakat di dunia yang menyebut diri suku Khazaria. Tapi, bagaimana mungkin sebuah suku yang pernah ratusan tahun mendiami sebuah kawasan yang luas –dari Eurasia hingga Asia Tengah, dari Volga Bulgaria hingga Kaukasus— dan pernah membangun imperium besar bisa tibatiba raib? Para sejarawan pun tertantang untuk menelusurinya. Dan, mereka mendapati jejak orang Yudeo-Khazaria yang bermigrasi ke Eropa Timur dan Eropa Tengah, dan diduga keras bermetamorfosis menjadi kaum yang kini dikenal dengan sebutan Yahudi Ashkenazi. Saat ini, Yahudi Ashkenazi merupakan kelompok terbesar dalam dunia Yahudi —dibanding Sephardi maupun Mizhrai. Yahudi Ashkenazi mencapai 80-90 persen dari total 13 juta orang Yahudi di dunia. Dan, salah satu Yahudi Ashkenazi itu adalah Mike Nichols yang dari fisiologinya: wajah, kulit, dan rambutnya, full Eropa. Alhasil, jika asal-usul genetik Dr Oz sama de- ngan Mike Nichols yang Yahudi, sebuah informasi lain yang tersirat kemudian terungkap. Kesamaan itu justru membenarkan tesis bahwa asal-usul orang Yahudi Ashkenazi saat ini memang dari Khazaria. Sebab, Khazaria yang pernah merajai kawasan Kaukasus, sesungguhnya adalah ras Turki. Dan, karena Dr Oz berasal dari ras Turki, tentu menjadi masuk akal kalau mereka berbagi asal-usul genetik yang sama. Seperti pepatah, buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Pengecekan yang dilakukan terhadap Dr Oz, sebagaimana yang dinarasikan di video, adalah dari pihak ayah (paternal line), yaitu dengan memeriksa kromosom Y (Y-Chromosome DNA). Jika program Face of America juga menelusuri nenek moyang Dr Oz dari pihak ibu, barangkali informasinya akan lebih spesifik. Sebab, ibu Dr Oz, Suna –sebagaimana tertulis di situs web pbs.org— memiliki leluhur dari kawasan Kaukasus. Mereka hengkang ke Turki ketika kawasan itu diserbu dan diambil alih Rusia pada 1860. Asal-usul Yahudi Ashkenazi dari Khazaria, ini, selama dua abad menjadi kontroversi. Dan, karena selama itu lebih banyak dibahas oleh para ilmuwan sosial, soal ini berhenti menjadi hipotesis. Tapi, seiring dengan kemajuan teknologi, masalah ini pun kemudian memasuki babak baru dalam pemecahan, yaitu pembuktikan secara exact dengan tes DNA. Tapi, tak seperti penelusuran genom yang dilakukan oleh program Face of America, yang gagal membedakan Muslim dan Yahudi sebagai ras dan agama —sesuatu yang sebenarnya keterlaluan, mengingat program itu dipandu host berlatar belakang ilmuwan, dibantu tim riset yang hebat, bahkan meng-hire lembaga bioteknologi kenamaan— ada penelitian lain yang memberi jawaban lebih memuaskan. Salah satu hasil penelitian itu baru-baru ini dipublikasikan di Jurnal Genome Biology and Evolution edisi 17 Januari 2013. Jurnal terbitan Oxford University Press, itu, memuat hasil penelitian Dr Eran Elhaik, bertajuk The Missing Link of Jewish European Ancestry: Contrasting the Rhineland and the Khazarian Hypothese. Elhaik adalah seorang ahli genetika dari Universitas Johns Hopkins School of Public Health, Amerika Serikat. Kesimpulan penelitian tersebut, genom orang Yahudi Ashkenazi didominasi oleh komponen Khazaria, dengan angka fantastis, yaitu 30-38 persen. Sementara, komponen Timur Tengah-nya —menurut wawancara khusus Haaretz dengan Elhaik— ternyata sangat kecil, sehingga sulit untuk mengatakan mereka berasal dari Kanaan atau Palestina. Implikasi dari hasil riset ini adalah sebuah pertanyaan besar dan mendasar: Apakah Yahudi Ashkenazi pantas mengklaim Tanah Suci Yerusalem, padahal nenek moyangnya dari Kaukasus? ■ 28 REPUBLIKA SENIN, 8 JULI 2013 Gambar di samping ini merupakan pemetaan Eran Elhaik atas asal usul genetika Yahudi Ashkenazi. Nenek moyang Yahudi Ashkenazi ditunjukkan indikator warna: makin pekat, di situlah nenek moyang Ashkenazi terkonsentrasi. Gambar atas, adalah hasil penelusuran nenek moyang Yahudi Ashkenazi dari garis ibu (maternal line) dengan meneliti Mithocondrial DNA. Sedangkan, gambar bawah merupakan hasil penelusuran nenek moyang Yahudi Ashkenazi dari garis ayah (paternal line) dengan meneliti Y-Chromosom DNA. Ashkenazi, Yahudi Aspal? ■ Oleh Harun Husein Dari sisi genetika, sulit menyatakan Yahudi Ashkenazi keturunan Yahudi kuno dari Kanaan. T esis filsuf Prancis, Ernest Renan, bahwa sebagian besar Yahudi Ashkenazi bukanlah keturunan para nabi suci seperti Ibrahim, Ya’kub, dan Ishak, menjadi kontroversi lebih dari dua abad. Selama itu pula, tak terhitung pendapat dan karya yang mendukung dan menentang tesis itu. Saat ini, ada dua tesis besar tentang asal-usul Yahudi Ashkenazi atau Yahudi Eropa. Pertama, Rhineland Hypothesis. Kedua, Khazarian Hypothesis. Kedua tesis ini bertabrakan. Di Barat, Rhineland Hypothesis lebih populer. Rhineland Hypothesis beranggapan Yahudi Ashkenazi merupakan keturunan Yahudi dari Kanaan, Timur Tengah. Mereka bermigrasi ke Eropa menyusul keberhasilan Umar Bin Khattab membebaskan Palestina dari tangan Romawi Byzantium pada tahun 638. Konon, migrasi berdurasi panjang, hingga 200 tahun. Kemudian, pada abad ke-15, sekitar 50 ribu Yahudi yang mengisolasi diri, meninggalkan Rhineland atau Jerman di Eropa Barat, menuju Eropa Tengah dan Eropa Timur. Di sana, Yahudi berkembang pesat, melebihi komunitas lain, berkat hyperbaby boom. Alhasil, meskipun terjadi perang, penyiksaan terhadap orang Yahudi, wabah, dan kesulitan ekonomi, populasi Yahudi Ashkenazi tetap bisa melonjak signifikan. Dan, pada abad ke-20, telah moroket mencapai delapan juta orang. Tapi, karena cerita ledakan populasi itu terbilang ganjil dan kurang masuk akal, Science Daily menyatakan sejumlah pakar seperti Prof Harry Ostrer dan Dr Gil Atzmon menyebutnya dengan istilah “keajaiban”. Terlepas dari soal keajaiban, jika jalan ceritanya demikian, itu berarti orang Yahudi Ashkenazi masih keturunan Yahudi kuno. Dan, pasti akan sama dengan nenek moyangnya di Timur Tengah, terutama dari sisi genetis. Nyatanya? Sementara, Khazarian Hypothesis beranggapan bahwa nenek moyang Yahudi Ashkenazi sebagian besar bukan dari Kanaan, tapi dari Khazaria, sebuah kawasan di Kaukasus. Suku seminomaden Turki dari Eurasia, ini, mendirikan Imperium Khazaria sejak abad ke-6 , dan pada abad ke-8, penguasanya masuk Yahudi — kendati mereka bukan dari ras Yahudi. Yahudi-Khazaria yang berbahasa Yiddish (bukan Ibrani –Red) ini diperkuat kedatangan Yahudi dari Mesopotamia dan Yunani-Romawi. Dan, menyusul jatuhnya Imperium Khazaria akibat serbuan Mongol pada abad ke-13, Yahudi Khazaria bermigrasi ke Eropa Timur dan Eropa Tengah. Mereka inilah yang belakangan disebut sebagai Yahudi Ashkenazi. Penganut Khazarian Hypothesis yang paling terkenal adalah Ernest Renan dan Arthur Koestler. Ernest Renan, filsuf Prancis pencetus gagasan nationstate, itu, menuliskannya dalam Judaism as a Race and as Religion pada 1883. Sedangkan, Arthur Koestler, jurnalis dan novelis Inggris berdarah Yahudi, menuliskannya dalam The Thirteenth Tribe pada 1976. Lalu, mana di antara kedua tesis tersebut yang benar? Kemajuan sains dan teknologi yang memungkinkan men-trace nenek moyang seseorang atau suatu kaum dari sisi genetis, akhirnya menjadi jurinya. Dan, jawaban telak itu muncul di Jurnal Genome Biology and Evolution (GBE). Jurnal yang diterbitkan Oxford University Press, itu, pada edisi 17 Januari 2013, memuat tulisan berjudul TheMissing Link of Jewish European Ancestry: Contrasting the Rhineland and the Khazarian Hypothese. Tulisan itu merupakan hasil penelitian Eran Elhaik, ahli genetika dari Universitas Johns Hopkins School of Public Health, Amerika Serikat. “Pertanyaan tentang siapa nenek moyang Yahudi (Ashkenazi) menjadi kontroversi selama lebih dari dua abad, dan belum terselesaikan… ini mendorong kami untuk meninjau kembali Khazarian Hypothesis dan membandingkannya dengan Rhineland Hypothesis. Kami melakukan perbandingan dana analisis genetika menggunakan populasi yang lebih luas,” tulis Elhaik. Lalu, apa hasilnya? Ilmuwan kelahiran Israel itu mengungkapkan, “Temuan kami mendukung Khazarian Hypothesis.” Meski demikian, Elhaik menyatakan orang Khazar bukanlah satu-satunya nenek moyang Yahudi Eropa. Genom Yahudi Eropa, menurut dia, merupakan mosaik dari berbagai leluhur: dari kawasan Timur Dekat-Kaukasus, Eropa, dan Semit. “Intinya, genom Yahudi Eropa adalah sebuah mosaik dari berbagai masyarakat kuno, dan asal-usulnya sebagian besar dari Khazar.” Mengutip Polak, Elhaik memaparkan bahwa Khazaria merupakan konfederasi dari berbagai suku —Slav, Scythian, HunBulgar, Iran, Alans, dan Turki— yang membentuk sebuah imperium yang sangat kuat dan berkuasa di kawasan Kaukasus UtaraTengah pada akhir Zaman Besi (Iron Age), dan kemudian memeluk Yahudi pada abad ke-8 Masehi Danielle Venton menyatakan kesimpulan Elhaik ini sangat tidak populer bagi sejumlah kalangan, karena menolak Rhineland Hypothesis. Penelitian-penelitian sebelumnya mendukung Rhineland Hypothesis. Tapi, “Temuan tersebut memperlihatkan tidak adanya kepentingan politik dalam penelitian Elhaik,” tulis Danielle dalam Highlight: Out of Khazaria –Evidence for “Jewish Genome” Lacking di Jurnal GBE. Dalam wawancara khusus dengan harian terbitan Israel, Haaretz, Elhaik mengupamakan penjelasan berbagai studi tentang asal-usul orang Yahudi selama ini bak orang buta yang disuruh menjelaskan bentuk gajah. Karena setiap orang memegang bagian gajah yang berbeda, akhirnya mereka pun menyampaikan kesimpulan berbeda. Elhaik menunjuk inkonsistensi itu pun terjadi dalam studi asal-usul orang Yahudi yang dilakukan secara genetik. Adygei, kata dia, menyatakan ada kesamaan genetis Yahudi Eropa dengan populasi di Kaukasus. Peneliti lain menyatakan ada kesamaan genetis Yahudi Eropa dengan populasi di Timur Tengah, termasuk Palestina. Ada pula peneliti yang menyebut kesamaan genetis Yahudi Eropa dengan orang Eropa Selatan seperti Italia. “Studi saya adalah yang pertama menawarkan teori yang bersifat komprehensif, yang menjelaskan semua penjelasan yang terlihat bertentangan… penelitian saya membantah hasil studi genetik 40 tahun terakhir, yang semuanya berasumsi bahwa orang Yahudi secara genetik terisolasi dari bangsa lain (karena itu gennya murni),” papar Elhaik, yang mengklaim hasil penelitiannya sebagai terobosan. Dalam penelitian Elhaik, tidak ada sampel DNA orang Khazar. Karena, bangsa ini bak hilang ditelan bumi setelah dihancurkan Mongol pada abad ke-13. Lalu, bagaimana membuktikan Yahudi Ashkenazi secara genetik keturunan Khazar, kalau sampelnya tak ada? Ternyata, untuk DNA Khazar, Elhaik mengambil sampelnya pada kaum yang diduga kuat berkaitan dengan orang Khazar, seperti Georgia, Armenia, dan orang Kaukasian lainnya. “Sumber genetika mereka sama,” katanya. Dan, setelah melakukan analisis dengan berbagai teknik, yang menurutnya, sebagian di antaranya belum pernah digunakan peneliti sebelumnya, dia pun menemukan apa yang disebutnya sebagai ‘komponen Khazar’ pada Yahudi Eropa. Bahkan, dia menemukan unsur Khazar lah yang paling dominan dalam genom Yahudi Eropa, dibanding unsur lain. “Komposisinya sekitar 30-38 persen,” katanya. Elhaik mendapati adanya kesamaan antara Yahudi Ashkenazi dengan populasi Kaukasus jika ditinjau dari garis ayah (paternal line) ketika meneliti Y-Chromosom DNA, maupun garis ibu (maternal line) ketika meneliti Mitochondrial DNA. Dan, yang paling menarik, berdasarkan pemetaan Elhaik, kesamaan genom orang Yahudi Eropa itu tak tersebar di seluruh kawasan Khazaria, tapi terkonsentrasi di satu titik di kawasan Pegunungan Kaukasus. Kawasan antara Laut Hitam dan Laut Kaspia, yang diduga banyak kalangan merupakan tempat Dzulqarnain membangun tembok besi untuk mengunci Ya’juj dan Ma’juj (Gog dan Magog). Lalu, berapa persen genom orang Yahudi Eropa yang berasal dari KanaanIsrael-Palestina? Ternyata sangat kecil. Sehingga tidak cukup signifikan menjelaskan bahwa mereka adalah orang Yahudi dari Kerajaan Yudea atau Yehuda, yang kemudian bermigrasi ke Eropa. “Mayoritas tidak memiliki komponen gen Timur Tengah dalam kuantitas yang bisa kita harapkan untuk menyatakan mereka adalah keturunan Yahudi di masa lalu,” kata Elhaik seperti dikutip Haaretz. Ada sebuah pepatah menarik dalam pelacakan asal-usul nenek moyang seseorang secara genetis, yaitu gene cannot lie (gen tak mungkin berbohong). Ketika genom seseorang dibawa ke laboratorium, maka riwayatnya akan terbongkar. ■ RALAT Pada Teraju edisi 18 Juni 2013 terjadi beberapa kekeliruan. 1. Pada tulisan bertajuk Yahudi Ashkenazi, Bukan Yahudi Kitab Suci, pada alinea ke-12 tertulis: ● “Pada tahun 627 Kaisar Romawi, Heraclius, melakukan aliansi dengan Khazar, untuk menghadapi Persia. Khazar menyediakan 40 ribu penunggang kuda dipimpin Ziebel. Romawi berhasil dikalahkan...” ● Seharusnya, pada baris ketiga tertulis: “Persia berhasil dikalahkan...” 2. Pada tulisan bertajuk Yahudi √an Togarma, pada alinea pertama tertulis: “Khilafah Umayyah di Baghdad, sedang dalam masa kejayaannya...” ● Seharusnya: “Khilafah Umayyah di Cordoba, sedang dalam masa kejayaannya...” Demikian kekeliruan ini telah kami perbaiki, terima kasih.