[go: up one dir, main page]

Academia.eduAcademia.edu
MINGGU 7 KESATUAN (UNITY) Dengan melihat bahwa kesatuan bergantung pada cara yang diterapkan untuk memperoleh hubungan yang baik antara masing – masing elemen bentuk, demi bentuk yang jelas. Pada awal proses berkarya diperlukan satu konsep pengolahan. Dalam kerangka inilah siswa dikenalkan pada istilah satu konsep untuk satu karya, yaitu satu konsep yang dipilah dari sekian banyak kemungkinan untuk dilaksanakan saat itu. Kesatuan dapat dihadirkan dalam tiga jenis berdasarkan elemen yang membangun, yaitu: Kesatuan dengan anologi Kesatuan ini diperoleh dari susunan elemen – elemen yang memiliki sifat senada. Kesatuan dengan konsep komplementer Kesatuan ini diperoleh dari susunan elemen – elemen yang saling melengkapi. Kesatuan dengan konsep kontras Kesatuan ini diperoleh dari susunan elemen yang kontras satu sama lain. Sebuah bentuk yang dibangun oleh pola komplementer (saling melengkapi) membutuhkan akurasi yang tinggi untuk mencapai keutuhan ungkapan. Dengan melihat hal tersebut maka keselarasan menitik-beratkan penilaian pada tepat atau tidaknya sistem penyusunan unsur – unsur visual pada sebuah karya. Sebagai contoh, ukuran intensitas dan orientasi sebuah torehan yang berkesan keras harus ditentukan dengan tepat jika akan diterapkan pada bentuk yang berkesan lembut. Dominasi dari salah satu sifat memperlihatkan bahwa karya belum mencapai nilai keselarasan (harmonis). KESELARASAN (HARMONIS) Keselarasan atau harmonis dapat didefinisikan sebagai keketapan keberaturan visual sebagai hubungan estetik antar elemen – elemen visual dalam sesuatu komposisi. Keselarasan juga perlu dipertimbangkan jika sebuah objek dibanguna dari beragam unsur visual dan material. Nilai harmonis dari komposisi dapat diterjemahkan sebagai tingkat keberaturan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kompleksitas yang tinggi. Salah satu parameter bagi harmonis adalah keutuhan yang dimiliki oleh bentuk. jika sebuah bentuk masih memberikan peluang untuk ditambah atau dikurangi, maka harmonis belum tercapai. Seperti halnya pada unsur perseptual sebelumnya, nilai harmonis adalah nilai yang bersifat kualitatif bukan kuantitatif. Dengan demikian penilaian dari harmonis sebuah bentuk bergantung pada kepekaan indrawi maupun batin. Apakah proporsi? Proporsi adalah perbandingan antara ukuran dan kualitas bagian – bagian dan hubungannya terhadap bentuk fisik keseluruhan. Proporsi sebagai salah satu media bagi visualisasi konsep, merupakan perbandingan ukuran yang digunakan untuk menentukan penataan visual, keseimbangan visual demi ketepatan ungkapan. Proporsi dalam terminology perbandingan ukuran seperti a:b atau 1:2. Dasar dari semua sistem proporsional adalah perbandingan tetap. Sistem proporsional menetapkan hubungan visual dari ukuran shape dan kuantitas dari bagian – bagian terhadap keseluruhan. Sistem – sistem proporsi tertentu untuk: seni arsitektur desain Telah digunakan sepanjang sejarah, namun terdapat perbedaan pendapat dari masing – masing kebudayaan mengenai proporsi yang paling “indah”. Proporsi pertama kali didokumentasikan pada akhir abad 15, dan dibawah pengaruh literature klasik, digunakan dalam pengetahuan matematik abstrak. Dalam bahasa latin proporsi berasal dari kata pro artinya diatas, kepala, didepan. Portio berarti kualitas yang terukur. Proporsi dalam pengertian yang umum adalah perbandingan (ratio) dari bagian – bagian terhadap keseluruhan. Proporsi berhubungsn erat dengan keseimbangan, kesatuan dan harmoni untuk mencapai nilai estetik sebuah karya. Definisi proporsi dengan mudah dapat dimengerti, akan tetapi untuk mencapai nilai proporsi yang memadai dituntut keahlian tertentu. Usaha manusia untuk dapat memastikan sebuah bentuk yang memiliki proporsi yang baik dapat ditelusuri dari sejarah. Pada masa renaissance perhatian seniman – seniman terhadap estetika dari harmoni visual mengantar mereka pada formulasi sistem – sistem proporsi yang dapat membantu menciptakan keindahan bentuk. Skala harmonis telah digunakan untuk menguraikan dinamika proporsi melalui perbandingan – perbandingan geometrika dan hubungan elemen – elemen sebagai keseluruhan. Dalam skala harmoni dimensi – dimensi dan proporsi – proporsi adalah bagian dari kerangka keseluruhan. Penggunaan proporsi yang baik telah dibuktikan dalam guci yunani. Segala sesuatu yang memacu pada angka telah mempengaruhi evolusi konsep geometri dan proporsi dalam seni dan arsitektur. Ketentuan angka dan proporsi dimengerti sebagai inti konsep perwujudan yang mendekati harmoni dasarbagi tatanan visual dan definisi keindahan dalam bidan seni dan arsitektur. System proporsi digunakan untuk menganalisa dan mendiskusikan karya – karya histories seperti Parthenon (di Athena, Yunani) Beberapa diagram sanggup mengambarkan konstruksi kuilt tersebut. Banyak sejarahwan, matematikus, arkeologi dan arsitek tetap mempermasalahkan proporsi sebagai struktur visual dalam hubungannya dengan estetika. Analisa tersebut didasarkan pada pemikiran perbandigan angka – angka tertentu. Penggunaan perhitungan tertentu bagi proporsi karya terbukti pada bangunan klasik Yunani dan Romawi. Masing – masing mengindikasikan ciri khas atau gaya / style dari struktur yang juga dapat dikembalikan pada proporsi dan detail ornament pada kolom – kolom structural. Terdapat lima tatanan, yaitu; Tuscan Doric Ionic Corinthian Composite Orang Yunani dan Roman meyakini bahwa proporsi tatanan tertentu dengan sendirinya mempresentasikan keindahan dan harmoni. Tatanan kolom dengan hati – hati direncanakan dan tiap detail mempunyai hubungan proporsional terhadap modul dasar. Bila tatanan visual didasarkan pada sistem proporsi, maka seakan – akan seluruh permasalahan arsitektur dan seni dapat diskalakan pada angka – angka tertentu. Penggunaaan proporsi tertentu memastikan bahwa elemen – elemen bangunan arsitektur akan memiliki nilai tinggi dan menciptakan harmoni visual. Golden section dapat didefinisikan secara geometris sebagai sebuah garis yang terbagi sedemikian rupa dimana bagian yang paling kecil dibanding dengan bagian yang lebih besar terhadap keseluruhannya. IRAMA Irama hadir terutama pada perulangan dan dpat dipahami sebagai hasil penyusunan elemen – elemen komposisi secara teratur dalam pola yang selaras, berdasarkan ukuran – ukuran yang sama. Irama adalah pergerakan berulang elemen yang sama dalam satu komposisi berupa modul – modul yang memiliki kesamaan. Irama adalah nilai perseptual terutama terdapat pada komposisi jenis perulangan. Irama melalui keberaturan sebuah perulangan dapat tertangkap dengan mudah jika modul yang digunakan telah memiliki arah yang jelas atau setelah modul tersusun dalam jumlah tertentu. Gabungan antara sistem pengaturan yang cukup kompleks. Irama dan kesan gerak dapat mencapai nilai estetika yang tinggi. Komposisi perulangan dapat diaksentuasi yaitu dengan memberikan penekanan tertentu atau pemberian jeda pada sistem perulangan tersebut namun tetap harus diikuti loeh pertimbangan kesatuan, keseimbangan dan keselarasan komposisi. Aksentuasi dicapai melalui penempatan salah satu atau beberapa modul atau dengan merubah intensitas salah satu bagian terhadap format dasar. Aksentuasi dapat mengurangi monoton yang sering ditimbulkan oleh repetisi yang sederhana. “Istirahat sejenak” dari gerak dan arah komposisi dapat dimanfaatkan sebagai aksentuasi yang memperkaya penampilan. Setiap unsur bentuk mempunyai kualitas visual yang spesifik. Tertangkap tidaknya masing –masing unsur visual diantara unsur yang lain akan tergantung dari beberapa kuatnya unsur visual itu mempertahankan diri melalui ukuran, posisi dan intensitas. Intensitas dapat dicapai dengan: Mempertegas arah dan posisi Memperbesar ukuran Meningkatkan kecerahan warna Memberikan teksture Mendekatkan jarak Diperlukan kepekaan untuk menentukan tingkat intensitas dari satu unsur terhadap unsur lainnya. Pada batas tertentu intensitas yang terlalu kuat dari sebuah unsur visual akan menggangu komposisi karya secara keseluruhan sehingga unsur visual lain kurang berbicara. Untuk dapat mencapai nilai yang optimal perlu adanya seleksi, yaitu memilih unsur – unsur mana saja yang akan digunakan. Pengolahan adalah mengatur unsur – unsur melalui reduksi dan sseleksi agar tercapai kualitas optimal. Dengan melihat uraian diatas, kembali dapat kita memahami lebih dalam lagi apa yang dimaksud dengan pengolahan rupa. Yaitu “pengaturan” rupa unsur – unsur rupa melalui proses seleksi dan reduksi untuk mencapai kualitas yang optimal. Pada pengolahan rupa karya tiga dimensional yang dimaksud dengan kualitas optimal adalah nilai estetik yang dicapai oleh sebuah karya. Perlu disadari bahwa yang akan dicapai adalah kualitas yang optimal bukan maksimal. Terdapat dua unsur visual, yaitu; unsur rupa unsur perseptual dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam pengolahan rupa, yang harus dilakukan adalah memilih unsur – unsur mana sajakah yang akan digunakan, agar nilai karya yang dihasilkan dapat mencapai nilai optimal. Kembali ditekankan bahwa untuk dapat mencapai nilai optimal, maka diperlukan proses evaluasi yang dilakukan secara berulang. Dalam nirmana trimatra dikenal istilah “dialog dengan karya” yaitu komunikasi yang dilakukan oleh perancang terhadap karyanya. Perilaku yang diberikan pada materi olahan akan menimbulkan akibat pada nilai karya keseluruhan. Perilaku yang diberikan eksploitasi materi, dapat berupa sayatan, lipatan, robekan, potongan dan keratan. Akibat yang ditimbulkan oleh perlakuan tersebut akan memperlihatkan unsur – unsur rupa mana sajakah yang ada dalam karya olahan.