ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN IBU R YANG MENGALAMI CA
MAMMAE DENGAN PRE DAN POST OPERASI BIOPSY INSISI DI RUANG
CEMPAKA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ABDUL WAHAB
SAMARINDA
KARYA TULIS ILMIAH
DI SUSUN OLEH :
SITI MUTHMAINNAH 13.113082.1.0801
JAHRANIE
PROGRAM STUDI DIPLOMA DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH SAMARINDA
2016
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kanker adalah penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal. Sel-sel kanker akan berkembang dengan cepat, tidak terkendali, dan akan terus membelah diri. Selanjutnya, sel kanker akan menyusup ke jaringan sekitarnya (invasif) dan terus menyebar melalui jaringan ikat, darah, serta menyerang organ-organ penting dan syaraf tulang belakang (Tim
CancerHelps, 2010)
Menurut data WHO tahun 2013, insiden kanker meningkat dari 12,7 juta kasus tahun 2008 menjadi 14,1 juta kasus tahun 2012. Sedangkan jumlah kematian meningkat dari 7,6 juta orang tahun 2008 menjadi 8,2 juta pada tahun 2012. Kanker menjadi penyebab kematian nomor 2 di dunia sebesar 13% setelah penyakit kardiovaskular. Diperkirakan pada 2030 insiden kanker dapat mencapai 26 juta orang dan 17 juta diantaranya meninggal akibat kanker, terlebih untuk negara miskin dan berkembang kejadiannya akan lebih cepat.
Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker yang banyak diderita oleh perempuan baik di negara maju maupun berkembang. Sebanyak 519.000 wanita meninggal pada tahun 2004 karena kanker payudara terjadi di negara berkembang. Selain itu, sebanyak 269.000 kematian karena kanker payudara terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah, dimana sebagian besar wanita dengan kanker payudara didiagnosa pada tahap akhir terutama karena kurangnya kesadaran tentang deteksi dini dan hambatan untuk pelayanan kesehatan. Peningkatan insiden kanker payudara di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah juga dapat disebabkan peningkatan urbanisasi dan adopsi gaya hidup barat. Kanker payudara juga menjadi penyebab utama kematian pada perempuan usia 20-59 tahun di negara-negara berpenghasilan tinggi
(Suyatno, 2010)
Di Amerika Serikat pada tahun 2005, ditemukan kasus baru berkisar 212.930 kasus dan sekitar 40.870 meninggal. Menurut National Cancer Institute’s Surveillance, Epidemiology and Result Program insiden kanker payudara meningkat cepat selama dekade ke empat kehidupan. Setelah menopause insiden terus meningkat tapi lebih lambat, puncaknya pada dekade 7 dan 8 dan menurun setelah umur 80 tahun. Insiden juga meningkat pada wanita dengan sosial ekonomi yang lebih tinggi. Rata-rata hidup 5 tahun (5 year survival
rate) tergantung stadium saat diagnosis ditegakkan dan berkisar 100%
untuk stadium 0 sampai 16% untuk stadium IV (Taris & Suyatno, 2010) Insiden kanker payudara terus meningkat, saat ini lebih dari
170.000 kasus ditemukan pertahun. Insidennya bervariasi ditiap negara, tertinggi di Swedia dengan rata-rata insiden 129,5/100.000 wanita dan terendah di Jepang 37,0/100.000 wanita (International Opportunities in Cancer Management, SRI International, 1994). Di negara berkembang insiden lebih tinggi di Amerika selatan, Karibia,
Asia Barat, dan Afrika Utara (Suyatno, 2010).
Di indonesia sendiri, kasus kanker payudara merupakan kasus kanker yang terbanyak setelah kanker leher rahim. Berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) pada tahun 2010 data kasus rawat inap kanker payudara mencapai 12.014 kasus (28,7%), dan kanker leher rahim 5.349 kasus (12,8%). Menurut Riset kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013), sebagian besar keganasan payudara datang pada stadium lanjut. Jumlah kanker payudara di Indonesia didapatkan kurang lebih 23.140 kasus baru setiap tahun (200 juta populasi)
(Suyatno, 2010)
Muchlis Ramli dkk pada penelitiannya di RSCM, tahun 2008 mendapatkan stadium IIIA dan IIIB sebanyak IIIA dan IIIB sebanyak 43,4%, stadium IV sebanyak 14,3%, berbeda dengan negara maju dimana kanker payudara ditemukan lebih banyak dalam stadium dini. Ini mungkin karena kurangnya informasi, letak geografis, pendidikan,
banyaknya iklan yang menerangkan tentang pengobatan alternatif, kurangnya alat diagnosis seperti mamografi, USG dan kurangnya keterampilan tenaga medis dalam mendiagnosis keganasan payudara
(Suyatno, 2010).
Data Rekam Medis Ruang Cempaka RSUD. Abdul Wahab Sjahranie Samarinda sendiri didapatkan data jumlah pasien yang dirawat pada 1 bulan terakhir (mei 2016) dengan diagnosa kanker payudara yaitu 18 orang. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik membuat karya tulis ilmiah yang berjudul : “Asuhan keperawatan pada pasien Ibu R yang mengalami ca mammae dengan pre dan post operasi biopsy insisi di ruang cempaka RSUD. Abdul
Wahab Sjahranie Samarinda ”.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis membuat suatu rumusan masalah yaitu : “Bagaimanakah Asuhan keperawatan pada pasien Ibu R yang mengalami ca mammae dengan pre dan post operasi biopsy insisi di ruang cempaka RSUD. Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda?”.
Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan karya tulis ilmiah ini yaitu mendapat gambaran langsung mengenai asuhan keperawatan pada pasien Ibu R yang mengalami ca mammae dengan pre dan post operasi biopsy insisi di ruang cempaka RSUD. Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
Tujuan khusus
Tujuan khusus penulisan karya tulis ilmiah ini yaitu mendapat pengalaman langsung mengenai pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien Ibu R yang mengalami ca mammae dengan pre dan post operasi biopsy insisi di ruang cempaka RSUD. Abdul Wahab Sjahranie Samarinda, dan menganalisa kesenjangan-kesenjangan antara teori dan kasus khususnya dalam
hal:
Pengkajian
Diagnosa Keperawatan
Perencanaan
Pelaksanaan
Evaluasi
Metode Penulisan
Metode penulisan karya tulis ilmiah ini adalah menggunakan deskriptif dalam bentuk studi kasus dan dengan pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana tindakan, implementasi, dan evaluasi dengan menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
Wawancara
Mengetahui perkembangan kesehatan pasien dengan cara tanya jawab langsung antara perawat, pasien, dan keluarganya. Hal ini dapat menumbuhkan hubungan saling percaya antara
pasien dan perawat, sehingga dapat memudahkan untuk dilakukan pengumpulan data.
Observasi
Teknik ini dilakukan secara langsung untuk mengenali, mengamati, dan memperoleh data tentang kesehatan pasien yang mengalami ca mammae dengan pre dan post operasi biopsy insisi
di ruang cempaka RSUD. Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik ini dilakukan dengan cara keseluruhan dari kepala sampai kaki dan prosedur pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi.
Studi Kepustakaan
Pada penulisan karya tulis ini penulis menggunakan data- data dan teori yang berhubungan isi karya tulis ini, yang terdiri dari buku-buku dan beberapa sumber lain yang menunjang isi karya tulis ini.
Studi Dokumen
Data yang diperoleh dari dokumentasi yang terdapat pada catatan keperawatan pasien seperti pencatatan medis, terapi dari dokter ataupun langsung dari laporan perkembangan pasien pada asuhan keperawatan pasien.
Sistematika Penulisan
Dalam penulisan KTI ini penulis membagi lima bab, yang membahas antara lain : Bab I terdiri dari, Pendahuluan, yang berisi latar belakang, ruang lingkup bahasan, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Bab II terdiri dari dasar teoritis yang meliputi konsep dasar penyakit yang terdiri dari pengertian, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, penatalaksanaan medis, komplikasi, serta pemeriksaan diagnostik. Bab III membahas tentang kasus pada asuhan keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi. Bab IV berisi pembahasan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, serta dokumentasi dan Bab V penutup yang berisi kesimpulan dan saran-saran.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian
Kanker payudara adalah kanker yang paling banyak menyerang perempuan. Berdasarkan estimasi international agency for research on cancer, pada tahun 2020 akan ada 1,15 juta kasus baru kanker payudara dengan 411.000 kematian. Sebanyak 70% kasus baru dan
55% kematian diprediksi terjadi dinegara berkembang (Rasjidi, 2010).
Kanker payudara adalah keganasan pada sel-sel yang terdapat pada jaringan payudara, bisa berasal dari komponen kelenjarnya (epitel saluran maupun lobusnya) maupunn komponen selain kelenjar seperti jaringan lemak, pembuluh darah, dan persyarafan jaringan
payudara. (Rasjidi, 2010)
Penyebab spesifik kanker payudara masih belum diketahui, tetapi terdapat banyak faktor resiko yang diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap terjadinya kanker payudara diantaranya jenis kelamin, usia, riwayat keluarga, yang pernah menderita penyakit yang sama, usia saat melahirkan anak pertama, gaya hidup (life style) yang tidak sehat,
riwayat terpapar radiasi, dan faktor hormonal (Rasjidi, 2009).
Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker yang mempunyai prevalensi cukup tinggi. Kanker payudara dapat terjadi pada pria maupun wanita, hanya saja prevalensi pada wanita jauh lebih tinggi. Jenis kanker yang paling banyak pada wanita adalah
kanker payudara dan kanker leher rahim, sedangkan pada pria adalah kanker paru-paru dan kanker kolorektal. Perbandingan insidensi kanker payudara pada wanita dan pria adalah 100:1 (Taris & Suyatno, 2010)
Kanker payudara adalah karsinoma yang berasal dari duktus atau labulus payudara, merupakan masalah global dan isu kesehatan internasional yang penting. Kanker payudara adalah keganasan yang paling sering pada wanita di negara maju dan nomor dua setelah kanker servik di negara berkembang dan merupakan 29% dari seluruh kanker yang di diagnosis tiap tahun. Secara keseluruhan merupakan penyebab kematian nomor dua karena kanker, setelah kanker paru.
Klasifikasi kanker payudara dan tipe histologi kanker payudara (Suyatno, 2010), antara lain :
Karsinoma ductal in situ (DCIS) merupakan tipe paling sering dari noninvasive breast cancer, berkisar 15% dari semua kasus baru kanker payudara di USA, In situ berarti ditempat, sehingga duktal karsinoma in situ berarti pertumbuhan sel tak terkontrol yang masih dalam duktus. Oleh karena itu beberapa pakar meyakini DCIS merupakan lesi precancer. Umumnya lesi tunggal, terjadi dalam satu payudara tapi pasien dengan DCIS risiko juga lebih tinggi untuk menderita kanker payudara kontra lateral. Sangat sedikit
kasus DCIS muncul sebagai massa yang teraba, umumnya didiagnosis dengan mamografi gambaran yang sering berupa mikrokalsifikasi yang berkelompok (clustered microcalcifications). DCIS terkadang muncul sebagai pathologic nipple discharge dengan atau tanpa massa. Dengan terapi tepat dan segera, rata- rata survival lima tahun(five-year survival) untuk DCIS mencapai
100%.
Karsinoma lobular in situ (LCIS), ditandai oleh adanya perubahan sel dalam lobulus atau lobus. Insiden tidak sering (4200 kasus pertahun di USA) dan risiko untuk menderita kanker payudara invasif sedikit lebih kecil dibanding DCIS. Disebut juga lobular intraepithelial neoplasia, saat ini kebanyakan pakar meyakini LCIS bukan lesi premaligna, tapi merupakan marker untuk peningkatan risiko kanker payudara. Yang khas pada LCIS adalah lesi multipel dan sering bilateral, sering ditemukan insidental dari biopsi payudara. Jarang ditemukan secara klinis ataupun mamografi
(tidak ada tanda khas).
Karsinoma invasif. Karsinoma payudara invasif merupakan tumor yang secara histologik heterogen. Mayoritas tumor ini adalah adenokarsinoma yang tumbuh dari terminal duktus. Terdapat lima
varian histologik yang sering dari adenokarsinoma payudara.
Karsinoma duktal invasive, merupakan 75% dari keseluruhan kanker payudara. Lesi ini ditandai oleh tidak adanya gambaran
histologik yang khusus. Tumor ini konsistensinya keras dan terasa berpasir ketika dipotong. Sering terdapat komponen ductal carcinoma insitu (DCIS) di dalam specimen. Umumnya metastasis ke kelenjar getah bening aksila, metastasis jauh sering ditemukan di tulang, paru, liver dan otak. Prognosis lebih buruk disbanding subtype histologik yang lain (mucinous,
colloid, tubular, dan medullar).
Karsinoma lobular invasive, merupakan 5%-10% dari keseluruhan kanker payudara. Secara klinis lesi sering memiliki area abnormal yang menebal (ill-defined thickening) di dalam payudara. Secara mikroskopis gambaran yang khas adalah sel kecil tunggal atau Indian file pattern. Karsinoma lobular invasif cenderung untuk tumbuh di sekitar duktus dan lobulus. Multisentris dan bilateral lebih sering terlihat pada karsinoma lobular disbanding karsinoma duktal. Juga metastasis ke kelenjar getah bening aksila, lebih sering metastasis jauh ke tempat yang tidak umum (mening dan permukaan serosa).
Prognosis serupa dengan karsinoma duktal invasif.
Karsinoma tubular, hanya merupakan 2% dari kanker payudara.
Diagnosis ditegakkan bila lebih dari 75% tumor menunjukkan formasi tubule. Jarang metastasis ke kelenjar getah bening aksila. Prognosis sangat lebih bagus dibanding tipe lain.
Karsinoma medullar, merupakan 5%-7% dari kanker payudara.
Secara histologik lesi ditandai oleh inti dengan differensiasi buruk, a syncytial growth pattern, batas tegas, banyak infiltrasi limfosit dan plasma sel, dan sedikit atau tanpa DCIS. Prognosis untuk pasien yang murni karsinoma medullar adalah baik, tapi bila bercampur dengan komponen duktal invasif prognosisnya
sama dengan karsinoma duktal.
Karsinoma mucinous atau kolloid, merupakan 3% dari kanker payudara. Ditandai oleh akumulasi yang menonjol dari mucin ekstraseluler melingkupi kelompok sel tumor. Karsinoma kolloid tumbuh lambat dan cenderung untuk besar ukurannya (bulky).
Bila terdapat predominan musinous, prognosis baik.
Tipe histologi kanker payudara yang jarang adalah papiler, apocrine,secretory, squamous cell dan spindle cell carsinoma, dan karsinosarkoma.Karsinoma duktal invasif umumnya memiliki area kecil yang mengandung satu atau lebih subtipe ini. Tumor dengan histologik campuran ini berkelakuan sama dengan karsinoma
duktal invasif. Berikut tipe histologi yang jarang :
Karsinoma metaplastik, kejadiannya jarang, kurang dari 5% dari kanker payudara. Lesi mengandung beberapa tipe sel berbeda yang terlihat tidak khas untuk tipe kanker payudara lain. Gambaran klinis, sering merupakan lesi tunggal yang tumbuh cepat. Mamografi batas tegas, tidak ada klasifikasi
yang dalam beberapa kasus terlihat jinak. Prognosis tipe ini
bervariasi.
Karsinoma invasif kribiform, merupakan kanker dengan diferensiasi baik terdiri atas sel kecil dan uniform. Kanker ini memiliki gambaran seperti karsinoma tubular dan umumnya prognosis lebih bagus dibanding yang lain. Sekitar 5%-6%
karsinoma payudara invasif mengandung komponen ini.
Karsinoma papiler, sangat jarang, kurang dari 1%-2% kanker payudara. Ditemukan dominan pada wanita postmenopause, ditandai oleh nodul padat yang sering multiple dan labulated.
Diduga prognosis baik (data terbatas).
Karsinoma mikropapiler invasif adalah berbeda tapi sulit dikenal, umumnya merupakan massa padat dan immobile. Pada mamografi terdapat gambaran spekula, irregular atau bundar, densitas tinggi dengan atau tanpa mikrokalsifikasi. Insiden sangat jarang kurang dari 3%, prognosis relatif buruk (data terbatas).
Etiologi
Penyebab secara pasti belum diketahui. Namun risiko untuk menderita kanker payudara meningkat pada wanita yang mempunyai faktor risiko. Yang termasuk faktor risiko kanker payudara adalah :
Jenis kelamin wanita. Insiden kanker payudara pada wanita dibanding pria lebih dari 100:1. Secara umum 1 dari 9 wanita Amerika akan
menderita kanker payudara sepanjang hidupnya,
Usia. Risiko meningkat dari 1:5900 ke 1:290 antara dekade ketiga dan dekade kedelapan. Wanita usia 60-79 mempunyai kemungkinan menderita kanker payudara 1:14 dibanding wanita usia kurang dari 39
tahun, yang mempunyai kemungkinan 1:14.
Riwayat keluarga : Pasien dengan riwayat keluarga tingkat pertama (ibu dan saudara kandung) mempunyai risiko 4-6 kali dibanding wanita yang tidak punya faktor risiko ini. Usia saat terkena juga mempengaruhi faktor risiko, pasien dengan ibu di diagnose kanker payudara saat usia kurang dari 60 tahun risiko meningkat 2 kali. Pasien dengan keluarga tingkat pertama premenopause menderita kanker payudara bilateral, mempunyai risiko 9 kali. Pasien dengan keluarga tingkat pertama post menopause menderita kanker payudara bilateral mempunyai risiko 4-
5,4 kali.
Usia melahirkan anak pertama, jika usia 30 atau lebih risiko 2 kali
dibanding wanita yang melahirkan usia kurang dari 20 tahun.
Riwayat menderita kanker payudara, juga merupakan faktor risiko
untuk payudara kontralateral. Risiko ini tergantung pada usia saat diagnosis. Risiko ini meningkat pada wanita usia muda.
Predisposisi genetikal. Risiko ini berjumlah kurang dari 10% kanker payudara. Autosomal dominant inheritance terlihat pada Li-Fraumeni syndrome, Muir-Torre syndrome, Cowden disease, Peutfz-Jeghers
syndrome dan mutasi BRCA-1 dan BRCA-2. Risiko untuk menderita kanker payudara mendekati 50% bila usia kurang dari 50 tahun dan lebih 80% sebelum usia 65 tahun. Ataxia telangiectasis (Autosomal
recessive inheritances) merupakan faktor risiko lain.
Ductal carcinoma in situ (DCIS) dan Labular carcinoma in situ (LCIS)
pada biopsi. Hal ini merupakan marker untuk terjadinya lesi invasif.
Proliferasi benigna dengan hiperplasia atipikal: faktor ini meningkatkan risiko 4 kali. Atipia dan hyperplasia disertai adanya riwayat keluarga risiko meningkat 10 kali. Pada tumor jinak yang menunjukkan ekspresi reseptor estrogen dan progresteron risikonya 3,2 kali (Kahn).
Hiperplasia atipikal terlihat pada 10% spesimen biopsi.
Radiasi : radiasi pada usia dibawah 16 mempunyai risiko 100 kali, radiasi sebelum umur 20 tahun mempunyai risiko 18 kali, usia 20-29 tahun risiko 6 kali, radiasi setelah usia 30 tahun risiko tidak bermakna. Lebih kurang 0,1% pasien-pasien yang diradiasi akan timbul sarkoma
setelah 5 tahun.
Perubahan gaya hidup : diet tinggi kalori, diet tinggi lemak, konsumsi
alkohol & merokok dan obesitas pada menopause.
Hormonal : menarche di bawah 12 tahun risiko 1,7-3,4 kali, menopause usia di atas di atas 55 tahun risiko 1,5 kali. Penggunaan oral kontrasepsi lebih dari 8-10 tahun juga meningkatkan risiko.
Evaluasi terhadap postmenopausal hormone replacement therapy pada penelitian kohort terlihat secara umum tidak meningkatkan risiko. Namun Colditz dkk membuktikan adanya peningkatan risiko pada
wanita yang menggunakan hormon replacement therapy diatas 5 tahun (estrogen dengan atau tanpa progestin).
Patofisiologi
Sel abnormal membentuk klon dan mulai berproliferasi secara abnormal, mengabaikan sinyal yang mengatur pertumbuhan dalam lingkungan sel tersebut. Kemudian dicapai suatu tahap dimana sel mendapatkan ciri-ciri invasif, dan terjadi perubahan pada jaringan sekitarnya. Sel-sel tersebut menginfiltrasi jaringan sekitar dan memperoleh akses ke limfe dan pembuluh-pembuluh darah, melalui pembuluh darah tersebut sel-sel dapat terbawa ke area lain dalam tubuh untuk membentuk metastase (penyebaran kanker) pada bagian tubuh yang lain. Neoplasma adalah suatu proses pertumbuhan sel yang tidak terkontrol yang tidak mengikuti tuntutan fisiologik, yang dapat disebut benigna atau maligna. Pertumbuhan sel yang tidak terkontrol dapat disebabkan oleh berbagai faktor, faktor-faktor yang dapat menyebabkan kanker biasanya disebut dengan karsinogenesis. Transformasi maligna diduga mempunyai sedikitnya tiga tahapan proses seluler, diantaranya yaitu inisiasi dimana inisiator atau karsinogen melepaskan mekanisme enzimatik normal dan menyebabkan perubahan dalam struktur genetic asam deoksiribonukleat seluler (DNA), promosi dimana terjadi pemajanan berulang terhadap agens yang mempromosikan dan menyebabkan
eskpresi informal abnormal atau genetik mutan bahkan setelah periode laten yang lama, progresi dimana sel-sel yang telah mengalami perubahan bentuk selama insiasi dan promosi mulai menginvasi jaringan yang berdekatan dan bermetastase menunjukkan
perilaku maligna (Brunner & Suddarth, 2005)
Tanda dan Gejala
Adapun tanda dan gejala kanker payudara (Taris, 2010) :
Ada benjolan yang keras di payudara dengan atau tanpa rasa sakit
Bentuk puting berubah (retraksi nipple atau terasa sakit terus- menerus) atau puting mengeluarkan cairan/darah (nipple
discharge)
Ada perubahan pada kulit payudara di antaranya berkerut seperti
kulit jeruk (peau d’orange), melekuk ke dalam (dimpling) dan borok (ulcus)
Adanya benjolan-benjolan kecil di dalam atau kulit payudara (nodul
satelit)
Ada luka puting di payudara yang sulit sembuh (paget disease).
Payudara terasa panas, memerah dan bengkak.
Terasa sakit/ nyeri (bisa juga ini bukan sakit karena kanker)
Benjolan yang keras itu tidak bergerak (terfiksasi) dan biasanya
pada awal-awalnya tidak terasa sakit.
Apabila benjolan itu kanker, awalnya biasanya hanya pada satu
payudara
Adanya benjolan di aksila dengan atau tanpa massa di payudara.
Penatalaksanaan Medis
Terapi non farmakologi
Operasi (Pembedahan)
Operasi merupakan modalitas utama untuk penatalaksanaan kanker payudara. Modalitas ini memberikan kontrol lokoregional yang dapat dibuktikan dengan pemeriksaan
histopatologi dan dari spesimen operasi dapat ditentukan tipe dan grading tumor, status kelenjar getah bening aksila, faktor prediktif dan faktor prognosis tumor (semua faktor diatas tidak bisa diperoleh dari modalitas lain). Berbagai jenis operasi pada kanker payudara adalah Classic radical Mastectomy (CRM), Modified Radical Mastectomy (MRM), Skin Sparing Mastectomy (SSM), Nipple Sparing Mastectomy (NSM), dan Breast Conserving Treatment (BCT). Jenis-jenis ini memiliki indikasi dan keuntungan serta kerugian yang berbeda-beda. SSM dan NSM memerlukan rekonstruksi langsung tapi kualitas hidup
lebih baik dengan kuratifitas yang hampir sama dengan MRM.
Kemoterapi
Kemoterapi adalah penggunaan obat anti kanker (sitostatika) untuk menghancurkan sel kanker. Obat ini umumnya bekerja dengan menghambat atau mengganggu sintesa DNA dalam siklus sel. Pengobatan kemoterapi bersifat sistemik, berbeda dengan pembedahan atau radiasi yang lebih bersifat lokal/setempat. Obat sitostatika dibawa melalui aliran darah atau diberikan langsung ke dalam tumor, jarang menembus blood- brain barrier sehingga obat ini sulit mencapai sistem syaraf pusat. Ada 3 jenis setting kemoterapi yakni adjuvant,
neoadjuvant, dan primer (palatif).
Radioterapi
Radioterapi (RT) merupakan modalitas terapi yang cukup penting pada kanker payudara. Mekanisme utama kematian sel karena radiasi adalah kerusakan DNA dengan gangguan proses replikasi. RT menurunkan risiko rekurrensi lokal dan berpotensi untuk menurunkan mortalitas jangka panjang penderita kanker payudara. Walaupun beberapa studi memperlihatkan bahwa RT setelah kemoterapi menghasilkan long term survival yang lebih baik dibanding sebaliknya, namun studi terbaru oleh Bellon et al dan Joint Center randomized trialmemperlihatkan tidak ada perbedaan yang bermakna antara kemoterapi pertama dan RT
pertama.
RT terhadap payudara (dengan dan tanpa area supraclavikula) diindikasikan pada BCT (breast conservation therapy), pasien dengan kelenjar getah bening aksila positif metastasis 4 atau lebih, kontrol lokal pada metastasis disease (perdarahan, ulkus, impending fraktur), tumor besar (> 5cm) dan batas sayatan dekat atau tidak bebas tumor. Indikasi RT pada
Protokol PERABOI 2003 adalah :
Setelah tindakan operasi BCS
Tepi sayatan dekat atau tidak bebas tumor (T> 5cm)
Tumor letak sentral atau medial
Kelenjar getah bening positif dengan ekstensi ekstra kapsular
Hormonal Terapi
Hormonal terapi yang mulai dikembangkan sejak satu abad yang lalu, masih paling efektif dan paling jelas targetnya dari
terapi sistemik untuk kanker payudara. Adjuvant hormonal terapi diindikasikan hanya pada payudara yang menunjukkan ekspresi positif dari estrogen reseptor (ER) dan atau progesterone reseptor (PR) tanpa memandang usia, status menopause, status kelenjar getah bening aksila maupun ukuran tumor. ER positif pada sepertiga penderita kanker payudara dan sepertiga kasus rekurren sedang PR positif pada 50% ER positif. Pemberian terapi hormonal pada ER atau PR negatif tidak akan memperbaiki overall survival ataupun disease free survival dan bahkan merugikan pada premenopause. Tujuan terapi hormonal pada kanker payudara adalah untuk menghilangkan atau
mengurangi estrogen dalam sel tumor (estrogen deprivation).
Terapi Farmakologi
Targeted (Biologik) Terapi
Terapi ini ditujukan untuk mengganggu proses yang berperan dalam pertumbuhan sel-sel kanker. Yang termasuk
terapi ini untuk kanker payudara adalah :
Transtuzumab merupakan antibodi monoklonal yang bekerja langsung di receptor HER2/neu, dan terbukti secara signifikan memiliki aktivitas anti tumor pada metastasis breast cancer dengan overekspresi HER2/neu (25% dari kanker
payudara).
Bevacizumab (Avastin) merupakan monoklonal antibodi manusia yang didesain untuk mem-block aksi dari vaskular
endothelial growth factor (VEGF). VEGF disekresi sel maligna dan sel nonmaligna hipoksik dan menstimulasi pembentukan pembuluh darah baru dengan pengikatan
reseptor spesifik.
Lapatinib ditosylate (Tykerb) merupakan antibodi monoklonal yang mampu menghambat dua reseptor dalam sel kanker (HER1/neu dan HER2/neu).
Komplikasi
Komplikasi kemoterapi
Mual dan Muntah
Terjadi karena berkurangnya rasa kecap dan penyimpangan rasa kecap (Dysgeusia), dapat diatasi dengan pemberian makanan berupa cairan sehingga tidak banyak
dikunyah dan sedikit saliva.
Menu makanan harus dirubah setiap hari, makanan yang diusulkan mengandung tinggi protein berupa BCAA EAAs dan asam lemak Omega 3, sedangkan Megestrol acetate walaupun merangsang nafsu makan tapi bersifat katabolik terutama pada
pasien inaktif.
Rambut rontok
Kehilangan rambut terjadi setelah 2-3 minggu kemoterapi pada fase Anagen, rambut menjadi tipis dan mudah rontok, keadaan ini akan membaik setelah 2-3 bulan kemoterapi
terakhir. Upaya untuk mengurangi alopesia:
Mengurangi aliran darah ke kepala : scalp tourniquet, scalp hypothermia
Perlindungan bulb rambut : topikal minoksidil, vitamin E,
AS101.
Mukositis dan Xerostomia
Sebagian besar pasien yang mendapat kemoterapi (40%) akan mengalami mukositis, sekitar 50% disertai nyeri yang memerlukan pengobatan dan kemungkinan pemberian cairan infus, biasanya timbul pada hari ke 7 setelah pemberian kemoterapi. Mukosa yang sering terlibat adalah labial, bukal,
soft palate, dasar mulut dan permukaan depan lidah. Obat kemoterapi yang menyebabkan mukositis.
Antrasiklin : daunoribicin, doksorubisin, efirubicin.
Alkylating : CPA, busulfan, procarbazine, thiotepa
Taxane : docetaxel, paclitaxel
Vinca alkaloid : vinblastine, vincristine, vinorelbine
Antimetabolit : methorexate, 5 PU
Antibiotik antitumor : actinomycin, bleomycin, mitomicin,
amsacrine
Terapi mukositis. Kurangi trauma pada mukosa, dengan cara mengurangi makan pedas dan asam, kebersihan mulut harus dijaga, gigi tajam dicabut atau dihaluskan dan obat pelindung mukosa seperti: Sukralfat, vitamin dan antioksidan (β
carotene, vit E, C, glutathione)
Pendekatan untuk pengobatan pada xerostomia : merangsang produksi liur dengan permen karet, menambah produksi yang kurang dengan Xero-lube, Slivart perlindungan terhadap gigi dengan fluoride gel (stannous fluoride 0,4%) dan mengurangi sukrosa.
Ekstravasasi
Gejalanya bisa timbul belakangan berupa nyeri, eritem, nekr osis luas pada kulit dan subkutis sehingga memerlukan eksisi dan skin graft bahkan dapat dilakukan amputasi. Untuk menghindar ekstravasasi sebelum obat kemoterapi dimasukkan, diberikan dahulu cairan NaCl/ Dextrose 250-500 cc. Jenis ekstravasasi : tidak berikatan dengan asam nukleat
(Irritants) dan berikatan dengan asam nukleat (Vesicants).
Komplikasi Radiasi
Nekrosis jaringan lunak payudara (mis. nekrosis lemak), edema
payudara yang lama, fraktur iga (rata-rata 1%-3%)
Penurunan mobilitas bahu (rata-rata 1%-3%)
Brachial Plexopathy dengan parastesia dan nyeri lengan (rata-
rata 1%-3%)
Limfedema
Sekunder malignansi :1. angiosarkomadengan puncak insiden pada 6 tahun pasca radiasi, cumulative risk 30 tahun kurang dari 1%, 2. Kanker paru ipsilateral mungkin terjadi dengan resiko
meningkat pada perokok.
Coronaryartery disease : risiko signifikan menurun dengan teknik
baru radioterapi
Pneumonitis simptomatis : hal ini relatif tidak sering, mengenai 3%- 6% penderita kanker payudara yang di radiasi. Tiga sampai dua belas bulan setelah selesai radiasi timbul batuk kering, dyspnea, dan demam. Pada foto terlihat infiltrat interstitial, yang akan menjadi fibrosis.
Komplikasi mastektomi
Infeksi luka dan abses, nekrosis flap kulit, parastesia dinding dada, phantom breast syndrome, sindrom nyeri post operasi,
seroma dan limfedema.
Komplikasi diseksi aksila
Limfedema : prevalensi limfedema sekitar 11%, dengan interval ekstrem 5%- 30%. Extensive surgery, radioterapi, dan usia tua
merupakan faktor risiko untuk edema lengan.
Pelemahan gerakan bahu : tergantung apakah penderita menerima radioterapi di aksila, insiden bervariasi 12%-15% (radioterapi) dan 7%-8% (tanpa radioterapi). Simptom akan menurunkan gerakan bahu, problem dapat diperbaiki dengan
segera melakukan fisioterapi
Kerusakan plexus brachialis, dengan nyeri kronis dan penurunan
kekuatan menggenggam pada 15% penderita dan menetap untuk beberapa tahun setelah operasi.
Komplikasi lain : Trombosis vena aksilaris, seroma, dan nyeri
dinding dada.
Komplikasi tamoxifen
Endometrial cancer : komplikasi ini jarang, terjadi pada 2 dari 1000 wanita yang menerima tamixifen. Umumnya dideteksi pada stadium dini, sehingga relative mudah untuk diterapi. National Cancer Institute and the American Society of Obstetricians and Gynecologists merekomendasikan untuk dilakukan biopsi endometrium bila ada vaginal bleeding pada penderita yang menggunakan tamoxifen.
Perimenopausal simptom : Hot flashes dan mood changes mungkin terjadi dan terkadang sangat berat. Selective serotonin
uptake inhibitor dapat digunakan untuk terapi gejala ini.
Katarak : Hal ini juga pernah dilaporkan pemakai tamoxifen,
dianjurkan untuk pemeriksaan mata setiap tahun.
Komplikasi trastuzumab
Cardiac toxicity : Dari trial fase III didapatkan cardiac dysfunction 7% kasus. Prevalensi meningkat 11% bila trastuzumab dikombinasikan dengan paclitaxel. Toksisitas jelas terlihat bila
dikombinasikan dengan anthracycline.
Fever, chills, nausea, vomiting, dan nyeri dengan infuse pertama.
Hal ini relatif sering tapi berkurang setelah infuse berikutnya.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan anamnesis dan pemeriksaan fisik mempunyai akurasi untuk membedakan ganas atau jinak sekitar 60%-80% (eror 20- 40%) oleh karenanya memerlukan pemeriksaan tambahan. (Suyatno, 2010)
Pemeriksaan laboratorium dan marker
Pemeriksaan laboraorium darah yang dianjurkan adalah darah rutin, alkaline phosphatase, SGOT, SGPT dan tumor marker. Kadar alkaline phosphatase yang tinggi dalam darah mengindikasikan kerusakan atau metastasis pada liver. Tumor marker untuk kanker payudara yang dianjurkan American Society Clinical Oncology adalah carcinoembryonic antigen (CEA), cancer antigen (CA) 15-3, dan CA 27-
29. Pemeriksaan ini sensitif tapi tidak spesifik oleh karena itu dianjurkan untuk follow up. Pemeriksaan genetika BRCA-1 dan BRCA-2 dianjurkan pada pasien dengan keluarga tingkat pertama menderita kanker
payudara atau ovarium.
Ultrasonografi (USG) payudara
Pada USG, lesi hypoechoic dengan margin irregular dan shadowing disertai orientasi vertikal kemungkinan merupakan lesi maligna. Lesi ini terkadang menunjukkan adanya infiltrasi ke jaringan lemak di sekitarnya. Lesi solid benigna dengan batas tegas dan lobulated yang terlihat sebagai lesi hypoechoic homogen dan orientasi horizontal diduga adalah fibroadenoma. USG secara umum diterima sebagai metode terpilih untuk membedakan masa kistik dengan solid dan sebagai guide untuk biopsi. Disamping untuk pemeriksaan pasien
usia muda (kurang dari 30 tahun).
Mamografi
Mamografi memegang peranan mayor dalam deteksi dini kanker payudara, sekitar 75% kanker terdeteksi paling tidak satu tahun sebelum ada gejala atau tanda. Lesi dengan ukuran 2 mm sudah dapat dideteksi dengan mamografi. Akurasi mamografi untuk prediksi malignansi adalah 70%-80%. Namun akurasi pada pasien usia muda (kurang dari 30
tahun) dengan payudara yang padat adalah kurang akurat.
Terdapat 2 tipe pemeriksaan mamografi : skrinning dan diagnosis. Skrinning mamografi dilakukan pada wanita yang asimptomatik. Deteksi dini dari kanker payudara yang masih kecil memungkinkan pasien untuk
memdapatkan kesuksesan terapi dengan kualitas hidup yang lebih baik. Skrinning mamografi direkomendasikan setiap 1-2 tahun untuk wanita usia 40 tahun dan setiap tahun untuk usia 50 tahun atau lebih. Pada kondisi tertentu direkomendasikan sebelum usia 40 tahun (misal wanita dengan keluarga tingkat pertama menderita kanker payudara). Untuk skrinning mamografi, masing-masing payudara dibuat dalam posisi
cranio-caudal (CC) dan medo-lateral oblique (MLO).
MRI
MRI (Magnetic Resonance Imaging) merupakan instrument yang sensitif untuk deteksi kanker payudara, kerena itu MRI sangat baik untuk deteksi local recurrence pasca BCT atau augmentasi payudara dengan implant, deteksi multifocal cancer dan sebagai tambahan terhadap mamografi pada kasus tertentu. MRI sangat berguna dalam skrinning pasien usia muda dengan densitas payudara yang padat yang memiliki risiko kanker payudara yang tinggi. Sensitivitas MRI mencapai 98% tapi spesifitasnya rendah, biaya pemeriksaan mahal dan waktu pemeriksaan mahal dan waktu pemeriksaan yang lama oleh karena itu MRI belum
menjadi prosedur rutin.
Biopsi
Biopsi pada payudara memberikan informasi sitologi atau histopatologi. FNAB (Fine needle Aspiration Biopsy) merupakan salah satu prosedur diagnosis awal, untuk evaluasi masa di payudara. Pemeriksaan ini sangat berguna terutama untuk evaluasi lesi kritik. Masa persisten atau rekurren setelah respirasi berulang adalah indikasi
untuk biopsi terbuka (insisi atau eksisi). Namun, FNAB merupakan
biopsi yang memberikan informasi sitologi, belum menjadi standar baku
(gold standard) untuk diagnosis definitif. Bila mampu, dianjurkan triple
diagnosis (klinis, mamografi, FNAB).
Biopsi yang memberikan informasi histopatologi adalah biopsi
Core, biopsi insisi, biopsi eksisi, potong beku dan ABBI (Advance Breast
Biopsi Instrument). Hasil biopsi ini merupakan standar baku untuk
diagnosis dan terapi. Masing-masing biopsi ini mempunyai keuntungan
dan kerugian (tabel 1. 2). Biopsi eksisi direkomendasikan untuk tumor
ukuran kurang dari 3 cm. biopsi insisi dilakukan pada tumor operable
dengan ukuran lebih dari 3 cm atau inoperable. Potong beku dilakukan
saat operasi, teknik pengambilan spesimen bisa insisi atau eksisi. Dari
biopsi ini dapat sekaligus progesterone reseptor (PR), , p53 dan
cathepsin D.
Tabel 1. 2 Perbandingan berbagai jenis biopsi
Masa
Teknik
Keuntungan
Kerugian
Teraba
FNAB
Cepat, sedikit sakit, tanpa anastesi
Ahli sitologi
berpengalaman, tidak bisa
membedakan insitu
dengan invasive,
false negative.
Biopsi Core
Cepat, sakit
False negative pada lesi kecil, tidak dapat dilakukan pada lesi dalam.
Alat masih mahal
minimal sedang,
minimal sediaan 4
ABBI
jaringan
Dapat langsung
eksisi, dengan tepi
bebas tumor pada
Biopsi insisi
lesi
Kecil cepat, dapat
Memerlukan
tambahan eksisi
dipastikan dengan
Biopsi eksisi
potong beku, dapat
memeriksaan IHC. Dapat langsung
Tidak bisa dilakukan pada tumor > 3 cm
evaluasi tepi
sayatan,
pemeriksaan IHC.
Tidak teraba
FNAB Core biopsi ABBI dengan bantuan USG
Cepat sudah banyak digunakan
Tidak
teraba
dan
Core biopsy
Cepat
Mahal
ada mikrokalsifikasi
stereotactic
ABBI
Dapat langsung
Mahal
eksisi dan evaluasi
tapi sayatan
Bone Scan, Foto Toraks, USG abdomen
Pemeriksaan bone scan bertujuan untuk evaluasi metastasis di tulang. Pemeriksaan ini dianjurkan pada kasus, advance local disease, lymfe node metastases, distant metastases dan ada simptom pada tulang. Bone scan secara rutin tidak dianjurkan pada stadium dini yang asimtommatis karena berdasarkan beberapa penelitian hanya 2% hasil yang positif pada kondisi ini. Berbeda halnya pada yang simtomatis
stadium III, insiden positif bone scan mencapai 25% oleh karenanya pemeriksaan bone scan secara rutin sangat bermanfaat. Protokol PERABOI merekomendasikan pemeriksaan ini bilamana sitologi sangat mencurigai pada lesi diatas 5 cm. Foto torak dan USG abdomen rutin dilakukan untuk melihat adanya metastasis di paru, pleura, mediastinum dan organ viseral (terutama hepar).
Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan (Nursalam, 2010). Pengkajian untuk pasien yang menjalani post operasi ca mammae menurut Doenges E, dkk (2010)
Neurosensori
Gejala : Pusing atau tidak, penglihatan baik atau tidak, pendengaran
baik atau tidak
Tanda : GCS, kesadaran, pupil, dan tekanan darah
Sirkulasi
Gejala : Riwayat Hipertensi, Riwayat Jantung
Tanda : Tanda vital dalam rentang normal, CRT, konjungtiva anemis
atau tidak, akral badan hangat
Pernapasan
Gejala : Tidak sesak napas, penciuman baik
Tanda : RR dalam rentang normal, cuping hidung atau tidak,
penciuman baik atau tidak
Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : Letak lokasi nyeri, durasi nyeri
Tanda : Skala nyeri, wajah meringis atau tidak
Makanan/cairan
Gejala : Pasien berapa kali makan dirumah dan dirumah sakit, kehilangan nafsu makan, adanya penurunan berat badan, mual,
muntah, dan anoreksia
Tanda : Turgor kulit, edema, porsi makan, dan mukosa bibir pasien
lembab
Eliminasi
Gejala : Perubahan pada pola eliminasi (BAK/BAB)
Tanda : Distensi abdomen, tidak ada edema, klien menggunakan
kateter, warna urin, konsistensi
Seksualitas
Gejala : Masalah seksualitas misalnya dampak pada hubungan,
perubahan tingkat kepuasan
Aktivitas
Gejala : Kelemahan atau keletihan, perubahan pada pola istirahat dan
jam kebiasaan tidur malam hari, keterbatasan dalam hobi.
Hygiene
Gejala : Ketidakmampuan merawat diri, turgor kulit, tidak kering, tidak
bau badan
Integritas Ego
Gejala : Ansietas, ketakutan, emosional, perasaan tidak berdaya Tanda : Terlihat tegang, gelisah, diaphoresis, dan depresi
Interaksi Sosial
Gejala : Ketidakmampuan aktif dalam sosial atau kelemahan sistem
pendukung
Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Riwayat dalam penyakit yang lama Ca. Mammae
Safety
Gejala : Warna kulit sianosis, demam, resiko jatuh.
Discharge Planning
Gejala : Memerlukan bantuan dalam rencana pulang seperti obat-
obatan, pengobatan, perawatan pada payudara dan perawatan diri.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pertanyaan singkat dan pasti tentang masalah klien dan serta penyebabnya yang dapat dipecahkan melalui tindakan keperawatan.
Diagnose keperawatan didapat setelah data-data yang dikumpulkan dan dianalisis. Diagnosa keperawatan menunjukkan masalah pasien, orang terdekat atau perawat yang memerlukan intervensi keperawatan dan penatalaksanaan. Pilihan dari diagnose keperawatan individu di validasi dengan faktor yang berhubungan atau resiko atau tanda gejala yang paling konsisten berkenaan dengan situasi dan kondisi medis (Carpenito, 2010)
Adapun diagnose keperawatan untuk pasien yang menjalani pre dan post operasi biopsy insisi ca mamae menurut Diagnosa keperawatan Doenges (2010).
Pre operasi
1. Cemas / takut berhubungan dengan situasi krisis (kanker), perubahan kesehatan, sosio ekonomi, peran dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan kematian, pemisahan dengan keluarga ditandai dengan peningkatan tegangan, kelelahan, mengekspresikan kecanggungan peran, perasaan tergantung, tidak adekuat kemampuan menolong diri, stimulasi simpatetik.
.2. Nyeri (akut) berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan jaringan syaraf, infiltrasi sistem suplay syaraf, obstruksi jalur syaraf, inflamasi), efek samping therapi kanker ditandai dengan klien mengatakan nyeri, klien sulit tidur, tidak mampu memusatkan perhatian, ekspresi nyeri, kelemahan.
Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan hipermetabolik yang berhubungan dengan kanker, konsekwensi khemotherapi, radiasi, pembedahan (anoreksia, iritasi lambung, kurangnya rasa kecap, nausea), emotional distress, fatigue, ketidakmampuan mengontrol nyeri ditandai dengan klien mengatakan intake tidak adekuat, hilangnya rasa kecap, kehilangan selera, berat badan turun sampai 20% atau lebih dibawah ideal, penurunan massa otot dan lemak subkutan, konstipasi, abdominal cramping.
Post operasi
Nyeri akut berhubungan dengan prosedur pembedahan, trauma jaringan
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif pembedahan
Gangguan citra diri berhubugan dengan kehilangan anggota tubuh, kehilangan mammae
Perencanaan keperawatan
Perencanaan keperawatan merupakan langkah ketiga dalam proses keperawatan. Tahap perencanaan memberikan kesempatan kepada perawat, pasien, dan orang terdekat untuk mengatasi masalah pasien dan membuat prioritas urutan diagnosa keperawatan. (Doenges, dkk 2010). Sedangkan untuk rencana asuhan keperawatan menggunakan Nanda NIC-NOC tahun 2014.
NOC (Nursing Outcomes Classification)
NOC adalah ‘istilah’ standar untuk menggambarkan outcomes pasien.
Pengertian NOC: An outcome is “an individual, family or community state, behavior, or perception, that is measured along a continuum in response to nursing intervention” (Moorhead, Johnson & Maas, 2004, p. 25)
NIC (Nursing Intervention Classification)
NIC merupakan klasifikasi intervensi keperawatan yang dibuat untuk menyeragamkan bahasa intervensi yang dilakukan oleh perawat.
NIC edisi ke empat terdiri dari 514 intervention dan edisi ke lima (2008) terdiri dari 542 aktifitas (mempunyai sekitar 12000 aktifitas) (Bulechek, Butcher, & Dochterman, 2008)
Rencana Asuhan Keperawatan Pre Operasi (NANDA 2015 dan NIC-NOC 2014)
No
Diagnosa Keperawatan
NOC
NIC
1.
2.
3.
Cemas / takut berhubungan dengan situasi krisis (kanker), perubahan kesehatan, sosio ekonomi, peran dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan kematian, pemisahan dengan keluarga
ditandai dengan peningkatan tegangan, kelelahan, mengekspresikan kecanggungan peran, perasaan tergantung, tidak adekuat kemampuan menolong diri, stimulasi simpatetik
Nyeri (akut)
berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan jaringan syaraf, infiltrasi sistem suplay syaraf, obstruksi jalur syaraf, inflamasi), efek samping therapi kanker ditandai dengan klien
mengatakan nyeri, klien sulit tidur, tidak mampu memusatkan perhatian, ekspresi nyeri, kelemahan.
Anxiety Control
Indikator :
Klien mampu mengidentifikasi, dan mengungkapkan gejala cemas
Mengidentifikasi,
mengungkapkan dan menunjukkan teknik untuk mengontrol cemas
Vital sign dalam batas
normal
Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan
Pain control Indikator :
Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mempu menggunakan teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan).
Melaporkan bahwa nyeri
berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
Mampu mengenali nyeri
(skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri
Menyatakan rasa nyaman
Anxiety Production (Penurunan kecemasan)
Gunakan
pendekatan yang menenangkan Nyatakan dengan jelas harapan
terhadap pelaku pasien
Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut Berikan informasi faktual mengenal diagnosis, tindakan prognosis
Dorong keluarga
untuk menemani pasien
Dengarkan dengan penuh perhatian Identifikasi tingkat kecemasan
Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, , persepsi Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi Berikan obat untuk mengurangi kecemasan
Pain management
1.1 Lakukan pengkajian
1
.
setelah nyeri berkurang
5. Tanda vital dalam rentang
nyeri secara
komprehensif
normal
termasuk lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas,
dan faktor
Ketidakseimbangan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan hipermetabolik yang berhubungan dengan kanker, konsekwensi khemotherapi, radiasi, pembedahan (anoreksia, iritasi lambung, kurangnya rasa kecap, nausea), emotional
distress, fatigue, ketidakmampuan mengontrol nyeri ditandai dengan klien mengatakan intake tidak adekuat, hilangnya rasa kecap, kehilangan selera, berat badan turun sampai 20% atau lebih dibawah ideal, penurunan massa otot dan lemak subkutan, konstipasi, abdominal cramping.
Indikator :
Selera makan : keinginan untuk makan ketika dalam keadaan sakit atau sedang menjalani pengobatan
Status gizi ; tingkat ketersediaan zat gizi untuk memenuhi kegiatan metabolik
Status gizi ; pengukuran biokimia komponen dan kimia cairan yang mengindikasikan status nutrisi
Status gizi ; asupan makanan dan cairan jumlah makanan dan cairan yang dikonsumsi tubuh dalam waktu 24 jam
Status gizi : asupan gizi keadekuatan pola asupan zat gizi yang biasanya
Perawatan diri : makan : kemampuan untuk
mempersiapkan dan mengingesti makanan dan cairan secara mandiri dengan atau tanpa alat
bantu
Berat badan : masa tubuh tingkat kesesuaian berat badan, otot dan lemak
presipitasi Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
Gunakan teknik
komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
Bantu pasien dan
keluarga untuk
mencari dan menemukan dukungan
Analgesic Administration Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat Cek instruksi dokter tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi. Cek riwayat alergi Tentukan pilihan
analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri
Pengkajian
Tentukan motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan Pantau nilai laboratotium, khususnya transferin, albumin, dan elektrolit
Manajemen nutrisi: Ketahui makanan
dengan tinggi badan, rangka tubuh, jenis kelamin dan usia
kesukaan pasien Tentukan
kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan
Timbang pasien pada interval yang tepat
Penyuluhan untuk
pasien/keluarga
Ajarkan metode untuk perencanaan makan
Ajarkan pasien dan keluarga tentang makanan yang berizi dan tidak mahal Manajemen nutrisi: berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana memenuhinya
Aktivitas kolaboratif
1.1 Diskusikan dengan
ahli gizi dalam
menentukan
kebutuhan protein
pasien yang
mengalami
ketidakadekuatak
asupan protein
1.2 Diskusikan dengan
dokter kebutuhan
stimulasi nafsu
makan, makanan
lengkap, pemberian makanan melaui selang, atau nutrisi parenteral total agar asupan kalori yang adekuat dapat dipertahankan
Rujuk kedokter untuk menentukan penyebab gangguan nutrisi
Rujuk ke program gizi dikomunitas yang tepat jika pasien tidak dapat memenuhi asupan nutrisiyang adekuat Manajemen nutrisi; tentukan dengan melakukan kolaborasi dengan ahli gizi jika diperlukan jumlah kalori, dan jenis zat gizi yang dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi.
Rencana Asuhan Keperawatan Post Operasi (NANDA 2015 dan NIC-NOC 2014)
No
Diagnosa
Keperawatan
NOC
NIC
1.
Nyeri akut
berhubungan dengan prosedur
Pain control
Indikator :
Pain management
1.5 Lakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif
pembedahan, trauma jaringan
Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mempu menggunakan teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan).
Melaporkan bahwa
nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
Mampu mengenali
nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri
Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri berkurang
Tanda vital dalam
rentang normal
Pengendalian resiko komunitas: penyakit menular; tindakan
komunitas untuk
menghilangkan atau menurunkan penyebaran agen infeksius yang mengancam kesehatan masyarakat
Indikator :
1. Factor resiko infeksi akan hilang yang dibuktikan dengan pengendalian resiko komunitas, penyakit menular, status imun, keparahan infeksi,
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi
Observasi reaksi non verbal
dari ketidaknyamanan Gunakan teknik komunikasi
terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
Bantu pasien dan keluarga
untuk mencari dan menemukan dukungan
Analgesic Administration
Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi.
Cek riwayat alergi
Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri
Pengkajian
Pantau tanda dan gejala infeksi (suhu, denut jantung, drainase, penampilan luka, sekresi, penampilan urin, suhu kulit, lesi kulit, keletihan
dan malaise)
kaji factor yang dapat meningkatkan kerentanan
terhadap infeksi
pantau hasil laboratorium (hitung darah lengkap, hitung granulosit, absolute, hitung
jenis, protein serum, albumin) amati penampilan praktek
hygiene personal untuk
perlindungan terhadap infeksi Penyuluhan untuk
pasien/keluarga
2.
. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif pembedahan
3.
2
.
keparahan infeksi bai baru lahir, pengendalian resiko PMS, dan penyembuhan luka
primer dan sekunder.
2. Pasien akan memperlihatkan pengendalian resiko PMS yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:
jelaskan pada ppasien dan keluarga mengapa sakit atau terapi meningkatkan resiko
terhadap infeksi instruksikan untuk menjaga
personal hygiene
jelaskan manfaat dan rasional
serta efek samping imunisasi berikan pasien dan keluarga
metode untuk mencatat imunisasi
pengendalian infeksi
(NIC):
ajarkan pasien tehnik mencuci
tangan yang benar
ajarkan kepada pengunjung untuk mencuci tangan
Pelaksanaan
Menurut Romlah (2012) pelaksanaan adalah realisasi tindakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respons pasien selama dan sesudah pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru.
Komponen tahap implementasi diantaranya sebagai berikut :
Tindakan keperawatan mandiri dilakukan tanpa pesanan dokter Tindakan keperawatan mandiri ini di tetapkan dengan Standart Practice
American Nurses Association (1973), undang-undang praktek perawat
negara bagian dan kebijakan institusi perawatan kesehatan.
Tindakan keperawatn kolaboratif
Tindakan yang dilakukan oleh perawat bila perawat bekerja dengan anggota perawatan kesehatan lain dalam membuat keputusan
bersama yang bertahap untuk mengatasi masalah pasien.
Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian pencapaian tujuan serta pengkajian ulang
rencana keperawatan (Tim Depkes, 1995). Tahap evaluasi merupakan kunci keberhasilan dalam menggunakan proses keperawatan.
Evaluasi akan mengungkapkan empat kemungkinan yang menentukan perawatan selanjutnya, yaitu : masalah dapat diatasi, sebagian masalah
dapat diatasi, masalah tidak dapat diatasi, timbul masalah baru.
Fase akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan keperawatan yang telah diberikan. Hal-hal yang perlu dievaluasi adalah keakuratan, kelengkapan dan kualitas data teratasi atau tidaknya masalah
klien, pencapaian tujuan serta ketepatan intervensi keperawatan.
Dokumentasi
Dokumentasi adalah sebagai segala sesuatu yang tercetak atau tertulis yang dapat diandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang berwenang. Pelaksanaan dokumentasi proses keperawatan juga sebagai salah satu alat ukur untuk mengetahui, memantau dan menyimpulkan suatu pelayanan asuhan keperawatan.
Tujuan dokumentasi, dokumentasi keperawatan yang lengkap adalah prasyarat dalam melaksanakan perawatan yang baik dan untuk efisiensi
dari kerjasama dan komunikasi antar profesi kesehatan dalam pelayanan kesehatan profesional, dokumentasi keperawatan yang lengkap dan akurat akan memudahkan disiplin ilmu lain untuk menggunakan informasi didalamnya. Dokumentasi diperlukan untuk memudahkan alur dan koordinasi dalam perawatan pasien.
BAB III TINJAUAN KASUS 48
A. Pengkajian 48
B. Diagnosa Keperawatan ………………………..……………….
64
C. Perencanaan ……………………………...….……………...….
62
D. Pelaksanaan ……………………………………..……………...
71
E. Evaluasi ………………………………………………….……… .
77
BAB IV PEMBAHASAN 80
Pengkajian 80
Diagnosa Keperawatan 81
Perencanaan 84
Pelaksanaan 85
Evaluasi 86
Dokumentasi 86
SILAHKAN KUNJUNGI PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR
BAB V PENUTUP
Dari hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada Ibu R dapat diambil beberapa kesimpulan yang berkaitan dengan landasan teori yang ditetapkan. Selanjutnya penulis juga mengemukakan saran demi perbaikan mutu khususnya asuhan keperawatan pada Ibu R yang mengalami pre dan post operasi biopsy insisi ca mamame di ruang Cempaka Rumah Sakit Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
Kesimpulan
Setelah penulis memberikan asuhan keperawatan pada pasien Ibu R yang mengalami kanker payudara pre dan post operasi di ruang Cempaka Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie. Yang dilaksanakan selama selama 3 hari yaitu tanggal 13 juni sampai 15 juni 2016. Dapat disimpulkan beberapa hal sebagai
berikut :
Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada Ibu R penulis menemukan beberapa kesenjangan antara pengkajian yang terdapat pada Ibu R, hal tersebut terjadi karena respon/keadaan fisik dan psikis pasien yang berbeda. Pengkajian pada Ibu R dilakukan dengan wawancara kepada pasien dan keluarga.
Pengumpulan data diperoleh dari pemeriksaan fisik: inspeksi,
palpasi, perkusi, auskultasi.
Penulis menemukan enam masalah keperawatan yang terjadi pada Ibu R dengan diagnosa medis Ca Mammae pre operasi yaitu : cemas atau takut berhubungan dengan situasi krisis (kanker), nyeri (Kronis) berhubungan dengan Infiltrasi tumor (Agen cidera biologis), ketidakseimbangan nutrisi:kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan makan. Adapun untuk yang diagnosa post operasi ca mamae yaitu : nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (Prosedur Bedah), resiko infeksi berhubungan dengan Faktor resiko : prosedur Invasif , hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan
kelemahan tubuh.
Perencanaan disusun dengan cara menentuka prioritas masalah, tujuan dan kriteria hasil berdasarkan teori maslow. Pada kasus Ibu R, penulis tidak membuat rencana keperawatan sesuai dengan rencana yang ada pada tinjauan teori tetapi penulis menyusun perencanaan disesuaikan dengan kondisi, situasi, fasilitas, sarana dan kebijakan yang ada di ruang Cempaka
Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
Pelaksanaan asuhan keperawatan yang dilakukan penulis disesuaikan dengan rencana tindakan yang telah dibuat namun tidak semua rencana terlaksana sehubungan dengan kondisi pasien dan penulis juga tidak dapat melakukan semua intervensi sendiri, tetapi penulis juga melibatkan petugas kesehatan yang
lain serta keluarga pasien untuk meningkatkan motivasi agar
mencapai kesembuhan.
Evaluasi
Evaluasi yang dilaksanakan pada asuhan keperawatan dalam kasus ini adalah evaluasi proses dengan catatan perkembangan setiap hari dan evaluasi hasil yang akan dicapai sesuai dengan waktu yang ditentukan. Dari enam diagnosa yang diangkat oleh penulis ada masalah teratasi, teratasi sebagian dan belum teratasi. Sedangkan masalah yang teratasi adalah resiko infeksi hal ini dikarenakan klien telah diganti perban oleh perawat dan diseka oleh keluarga dan dibantu oleh perawat, ada masalah yang teratasi sebagian yaitu hambatan mobilitas fisik dikarenakan klien sudah mampu bergerak namun masih sedikit dibantu, dan ada masalah yang belum teratasi yaitu nyeri pada payudara klien
hal ini dikarenakan luka pada payudara yang sudah parah.
Dokumentasi
Tidak ada hambatan atau kendala dalam pendokumentasian di ruang Cempaka RSUD. Abdul Wahab Sjahranie Samarinda karena penulis dapat mendokumnetasikan tindakan keperawatan
yang dilakukan pada Ibu R didalam catatan keperawatan.
Saran
Rumah Sakit
Dalam rangka meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan kepada pasien hendaknya rumah sakit terus meningkatkan pengetahuan tenaga perawat dan tenaga medis lainnya dengan melaksanakan pelatihan atau seminar untuk perawat dan juga menyediakan fasilitas yang sesuai dengan standar prosedur
tindakan keperawatan, dan untuk mendapatkan peningkatan pelayanan asuhan keperawatan rumah sakit harus lebih menambahkan jumlah perawat diruang agar beban kerja perawat sedikit berkurang dan perawat bisa lebih profesional dalam
memberikan asuhan keperawatan.
Perawat
Diharapkan dapat sesering mungkin ke pasien karena dengan sering ke pasien akan membuat perawat mampu mengetahui kondisi pasien yang dirawat di ruangan dan perawat harus selalu meningkatkan pengetahuannya agar dapat melaksanakan asuhan keperawatan yang professional dan tidak hanya melakukan asuhan keperawatan yang hanya menjadi rutinitas setiap hari dan perawat harus lebih memahami kondisi klien agar tindakan yang
dilakukan sesuai dengan kondisi klien.
Institusi Pendidikan
Diharapkan agar dapat memperbarui dan menambah literature/ referensi terbaru sehingga dalam penyusunan k arya tulis ilmiah ini mahasiswa tidak mengalami kesulitan dalam mencari
literature.
Mahasiswa
Diharapkan kepada mahasiswa untuk lebih aktif mencari informasi dan ilmu pengetahuan dan skil keterampilan untuk mempermudah dalam ujian akhir program dan mahasiswa harus lebih aktif lagi dalam melakukan aktivitas belajar dikampus agar mahasiswa bisa mengaplikasikan ilmu yang didapatkan dan menerapkan pada saat bekerja nanti.
DAFTAR PUSTAKA
Astana, M. (2009). Bersahabat dengan kanker. Yogyakarta: Araska Dianandra, Rama. (2009). Panduan Lengkap Mengenal
Kanker. Jogjakarta : Mirza Media Pustaka
Doenges, Marilynn E dkk. (2010). Nursing Care Planning. (Edisi 8). Jakarta. :Davis Plus
Erik. (2005) Kanker, Antioksidan dan Terapi Komplementer.
Jakarta : PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia. Hopkins, Virginia. (2008). Kanker Payudara. Jakarta : Daras Books
Knight, John. (2001). Wanita Ciptaan Ajaib. Jakarta : Indonesia Publishing House
Lukitto, Pisi dkk. Penuntun Diagnostik dan Tindakan Terapi Tumor Ganas. Jakarta. Sagung Seto
Mary, Baradero & Yakobus, Siswandi. (2008). Seri Asuhan Keperawatan Klien Kanker. Jakarta: ECG
NANDA International. (2012). Diagnosa Keperawatan Defenisi dan Klasifikasi. Jakarta : EGC
NANDA. (2002). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC Purwoastuti, Endang. (2008). Kanker Payudara Pencegahan
dan Deteksi Dini. Yogyakarta : Kanisius
Reksoprodjo dkk. (2010). Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Ciputat Tangerang : EGC
Smeltzer, Suzanne C. (2001). Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth. Jakarta : EGC
Suyatno, Emir. Bedah Onkologi Diagnosis dan Terapi. Sagung Seto. Jakarta. (2010).
Tim CancerHelps. (2010). Stop Kanker. Jakarta Selatan. AgroMedia Pustaka
Wibawa Manuaba, Tjakra. (2010). Panduan Penatalaksanaan Kanker Solid Peraboi 2010. Jakarta. Sagung Seto