[go: up one dir, main page]

Academia.eduAcademia.edu

Walisongo penyebar islam

Walisongo penyebar islam

MAKALAH STUDI ISLAM ASIA & TENGGARA WALI SONGO PENYEBAR ISLAM Dosen Pengampu : Dr Jarir M.Ag Disusun Oleh: Kelompok 4 Afifah Namiroh (11850422248) Rahma Nisa 1(1850425243) S1 MATEMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUSKA RIAU 2019-2020 i KATA PENGANTAR Puji syukur atas kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul WALISONGO PENYEBAR ISLAM dengan baik. Salawat dan salam penulis ucapkan kepada Nabi Muhammad saw. yang merupakan tauladan bagi kaum muslimin. Makalah ini penulis selesaikan dengan maksimal berkat kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ucapkan terima kasih kepada segenap pihak yang telah berkontribusi dalam penyelesaian makalah ini. Makalah ini masih memiliki kekurangan, baik dari segi tata bahasa, susunan kalimat maupun isi. Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran dari pembaca. Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan pembaca. Pekanbaru, 01 April 2020 Tim Penulis ii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii BAB I .......................................................................................................................1 PENDAHULUAN ...................................................................................................1 A. Latar Belakang...............................................................................................1 B. Rumusan Masalah ..........................................................................................2 BAB II ......................................................................................................................3 PEMBAHASAN ......................................................................................................3 A. Pengertian Walisongo .................................................................................3 B. Peran Walisongo dalam Penyebaran Islam di Indonesia ................................4 C. Metode Pendidikan Islam Masa Walisongo ...................................................5 BAB III ..................................................................................................................10 PENUTUP ..............................................................................................................10 A. Kesimpulan ...............................................................................................10 B. Saran ........................................................................................................11 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................12 iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyebaran Islam ke nusantara tidak merata,di awali di ujung pulau Sumatera, kemudian menyebar ke wilayah melayu serantau dan Pulau Jawa. Hal ini karena wilayah nusantara terdiri banyak pulau1 Pada abad 15 para saudagar muslim telah mencapai kemajuan pesat dalam usaha bisnis dan dakwah hingga mereka memiliki jaringan di kota-kota bisnis di sepanjang pantai Utara. Komunitas ini dipelopori oleh Walisongo yang membangun masjid pertama di tanah Jawa, Masjid Demak yang menjadi pusat agama yang mempunyai peran besar dalam menuntaskan Islamisasi di seluruh Jawa. Walisongo berasal dari keturunan syeikh ahmad bin isa muhajir dari hadramaut. Beliau dikenal sebagai tempat pelarian bagi para keturunan nabi dari arab saudi dan daerah arab lain yang tidak menganut syiah. Penyebaran agama Islam di Jawa terjadi pada waktu kerajaan Majapahit runtuh disusul dengan berdirinya kerajaan Demak. Era tersebut merupakan masa peralihan kehidupan agama, politik, dan seni budaya. Di kalangan penganut agama Islam tingkat atas ada sekelompok tokoh pemuka agama dengan sebutan Wali. Zaman itu pun dikenal sebagai zaman “kewalen”. Para wali itu dalam tradisi Jawa dikenal sebagai “Walisanga”, yang merupakan lanjutan konsep pantheon dewa Hindhu yang jumlahnya juga Sembilan orang. 1[2] Adapun Sembilan orang wali yang dikelompokkan sebagai pemangku kekuasaan pemerintah yaitu Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Giri, Sunan Muria, Sunan Kudus, Sunan Kalijaga, dan Sunan Gunung Jati. 1[3] 1 Jarir, Khairiah, Meneliti Situs-Situs Awal Peradaban di Pulau Bengkalis, Akademia, Vol 14, 2 Desember 2018. Hlm. 85-97. Jarir Amrun, Khairiah, Sejarah Nusantara: Perpsektif Geologis, Zoologis dan Etnografis, Nusantara: Journal for Southeast Islamic Studies, Volume I4. Desember 2018. Hlm. 126-135. 1 B. Rumusan Masalah 1) Apa pengertian walisongo. 2) Bagaimana peran walisongo dalam penyebaran Islam di Indonesia. 3) Bagaimana metode pendidikan Islam masa walisongo. 2 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Walisongo Kata Walisongo diartikan dengan wali yang berjumlah sembilan (songo/sanga dalam bahasa jawa yang berarti sembilan). Namun demikian terdapat beberapa penafsiran lain. Kata sanga merupakan perubahan dari kata arab tsana yang berarti terpuji. Sehingga Walisongo berarti wali yang terpuji. Penafsiran lain, menjelaskan bahwa kata sanga diambil dari kata sangha yang dalam agama budha berartri jama’ah para biksu (Ulama’) sehingga walisongo berarti perkumpulan para wali yang terhimpun dalam suatu lembaga dakwah. Walisongo berarti sembilan orang wali, mereka adalah Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria serta sunan Gunung Jati. Keberhasilan Islamisasi jawa merupakan hasil perjuangan dan kerja keras Walisongo. Proses islamisasi ini sebagian besar berjalan secara damai, nyaris tanpa konflik, baik polotik maupun kultural, meskipun terdapat konflik, skalanya sangat kecil, sehingga tidak mengesankan sebagai perang, kekerasan ataupun pemaksaan budaya. Penduduk jawa menganut dengan suka rela. Walisongo menerapkan metode dakwah yang akomodatif, dan lentur, sehingga kehadiran mereka bisa diterima dengan baik oleh masyarakat. Kehadiran para wali ditengah-tengah masyarakat jawa tidak dipandang sebagai ancaman. Dengan kepiwaianya para wali menggunakan unsur-unsur bedaya lama (Hindu atau Budha) sebgai media dakwah mereka. Sedikit demi sedikit mereka memasukan nilai-nilai ajaran Islam kedalam unsur-unsur lama itu. Metode ini sering disebut metode sinkretisme.2 Periode walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu Budha dalam budaya nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia khusunya dijawa. Tentu banyak tokoh lain 2 Dewi Evi Anita,”Wali Songo Mengislamkan Tanah Jawa”, http://journal.walisongo.ac.id/index.php/wahana/article/download/815/723 ,pada tanggal 09 Oktober 2019 pukul 10.00 3 yang juga berperan. Namun peranan sangat besar yang mereka mainkan tidak hanya dalam kontek sejarah pendirian kerajaan islam dijawa, juga pengaruhnya yang begitu besar dalam kehidupan dan pembentukan kebudayaan masyarakat. Pemikiran dan gerakan yang dilakuka para wali ini dalam pengembangan dakwah Islam secara langsung, membuat ”sembilan wali” ini lebih banyak disebut dibanding dengan yang lain. Dalam kata lain, masing-masing tokoh tersebut mempunyai peran yang unik dalam penyebaran Islam. Mulai dari Maulana Malik Ibrahim yang menempatkan diri sebagai ”Tabib” bagi kerajaan Hindu majapahit, Sunan Giri yang disebut para Kolonialis sebagai ”Paus dari timur” hingga sunan Kalijaga yang mencipta karya kesenian dengan menggunakan nuansa yang dapat dipahami masyarakat jawa yakni nuansa hindu dan Budha B. Peran Walisongo dalam Penyebaran Islam di Indonesia Sejarah walisongo berkaitan dengan penyebaran dakwah Islamiyah di tanah jawa. Sukses gemilang perjuangan para Wali ini tercatat dengan tinta emas. Dengan itu agama Islam kemudian dianut oleh sebagian besar manyarakat jawa, mulai dari perkotaan, pedesaan, dan pegunungan. Berikut peran walisongo dalam penyebaran Islam.3 1. Peranan Perdagangan dalam Proses Penyebaran Islam Islam masuk ke Indonesia dibawa pedagang dari Gujarat, Arab, dan Persia. Adapun kota pelabuhan dagang yang berperan besar dibidang penyebaran agama Islam diabad ke-16 adalah Malaka. Saat para pedagang muslim menunggu perubahannya arah angin untuk menuju tempat tertentu dalam berlayar, mereka memanfaatkan waktu luangnya untuk menyebarkan Islam kepada para pedagang dari daerah lain, termasuk pedagang Indonesia. 2. Peranan Perkawinan dalam Proses Penyebaran Islam Perkawinan juga memegang penting dalam penyebaran agama Islam. Banyak pedagang Arab, Persia dan Gujarat menikah dengan wanita Indonesia, terutama putri bangsawan atau raja. Misalnya Syeh Maulana Ishak menikahi Dewi 3 Aulia Urrahman,” Peran Wali Songo dalam Penyebaran Islam Di Indonesia”, https://www.academia.edu/9163230/PERAN_WALISONGO_DALAM_PENYEBARAN_ISLAM_DI_IN DONESIA pada tanggal 10 Oktober 2019,pukul 10.20 4 Sekardadu, putri raja Blambangan yang menurunkan Sunan Giri. Sunan Ampel menikahi Nyai Ageng Manila, putri Tumenggung Majapahit yang berkuasa di Tuban, menurunkan Sunan Bonang dan Sunan Drajat. Dengan cara ini, banyak yang ikut memeluk Islam. 3. Peranan Pendidikan dalam Proses Penyebaran Islam Proses penyebaran agama Islam melalui pendidikan berupa pendidikan di pondok-pondok pesantren. Para santri yang telah lulus merupakan ujung tombak penyebaran Islam didaerahnya masing-masing. C. Metode Pendidikan Islam Masa Walisongo Dahulu di Indonesia mayoritas penduduknya beragama Hindu dan Budha, dan terdapat berbagai kerajaan Hindu dan Budha, sehingga budaya dan tradisi lokal saat itu kental diwarnai kedua agama tersebut. Budaya dan tradisi lokal itu oleh walisongo tidak dianggap “musuh agama” yang harus dibasmi. Bahkan budaya dan tradisi lokal itu mereka jadikan “teman akrab” dan media dakwah agama, selama tak ada larangan dalam nash syariat. Secara rinci, metode yang dilakukan walisongo adalah: 1. Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim) Maulana Malik Ibrahim umumnya dianggap sebagai wali pertama yang mendakwahkan Islam di Jawa, dianggap sebagai ayah dari walisongo. Aktivitas pertama yang dilakukannya ketika itu adalah berdagang dengan cara membuka warung. Warung itu menyediakan kebutuhan pokok dengan harga murah. Selain itu secara khusus Malik Ibrahim juga menyediakan diri untuk mengobati masyarakat secara gratis. Di Gresik, beliau juga memberikan pengarahan agar tingkat kehidupan rakyat gresik semakin meningkat. Beliau memiliki gagasan mengalirkan air dari gunung untuk mengairi sawah dan ladang. Ia mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam dan banyak merangkul rakyat kebanyakan, yaitu golongan masyarakat Jawa yang tersisihkan akhir kekuasaan Majapahit. Malik Ibrahim berusaha menarik hati masyarakat, yang tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Ia membangun pondokan tempat belajar agama di Leran, Gresik, pada tahun 1419. 5 2. Sunan Ampel (Raden Rahmad) Sunan Ampel adalah anak dari Maulana Malik Ibrahim yang tertua, ia membangun mengembangkan pondok pesantren di daerah Ampel Denta yang berawa-rawa. Mula-mula ia merangkul masyarakat sekitarnya. Pada pertengahan Abad 15 M, pesantren tersebut menjadi sentral pendidikan yang sangat berpengaruh di wilayah Nusantara bahkan mancanegara. Di antara para santrinya adalah Sunan Giri dan Raden Patah. Para santri tersebut kemudian disebarnya untuk berdakwah ke berbagai pelosok Jawa dan Madura. Sunan Ampel menganut fikih mahzab Hanafi, namun pada para santrinya, beliau hanya memberikan pengajaran sederhana yang menekankan pada penanaman akidah dan ibadah. Dia-lah yang mengenalkan istilah “Mo Limo” (moh main, moh ngombe, moh maling, moh madat, moh madon). Yakni seruan untuk “tidak berjudi, tidak minum-minuman keras, tidak mencuri, tidak menggunakan narkotika, dan tidak berzina”. 3. Sunan bonang (Raden Maulana Makhdum Ibrahim) Sunan Bonang belajar agama dari pesantren ayahnya di Ampel Denta. Tak seperti Sunan Giri yang lugas dalam fikih, ajaran Sunan Bonang memadukan ajaran ahlussunnah bergaya tasawuf dan garis salaf ortodoks. Ia menguasai ilmu fikih, usuludin, tasawuf, seni, sastra dan arsitektur. Masyarakat juga mengenal Sunan Bonang sebagai seorang yang piawai mencari sumber air di tempat-tempat gersang. Ajaran Sunan Bonang berintikan pada filsafat ‘cinta’. Sangat mirip dengan kecenderungan Jalalludin Rumi. Menurut Bonang, cinta sama dengan iman, pengetahuan intuitif (makrifat) dan kepatuhan kepada Allah SWT atau haq al yaqqin. Ajaran tersebut disampaikannya secara populer melalui media kesenian yang disukai masyarakat. Dalam hal ini, Sunan Bonang bahu-membahu dengan murid utamanya, Sunan Kalijaga. Sunan Bonang menggubah gamelan Jawa yang saat itu kental dengan estetika Hindu, dengan memberi nuansa baru. Dialah yang menjadi kreator gamelan Jawa seperti sekarang, dengan menambahkan instrumen bonang. Gubahannya ketika itu memiliki nuansa dzikir yang mendorong kecintaan pada kehidupan 6 transedental (alam malakut). Tembang “Tombo Ati” adalah salah satu karya Sunan Bonang. Dalam pentas pewayangan, Sunan Bonang adalah dalang yang piawai membius penontonnya. Kegemarannya adalah menggubah lakon dan memasukkan tafsir-tafsir khas Islam. 4. Sunan Drajat (Raden Qasim) Belau menekankan kedermawanan, kerja keras, dan peningkatan kemakmuran masyarakat, sebagai pengamalan dari agama Islam. Beliau mendirikan pesantren yang bertempat di Desa Drajat, Kecamatan Paciran, Lamongan. Dalam pengajaran tauhid dan akidah, Sunan Drajat mengambil cara langsung dan tidak banyak mendekati budaya lokal. Tembang macapat Pangkur disebutkan sebagai ciptaannya. Ia menggubah sejumlah suluk, di antaranya adalah suluk petuah “berilah tongkat pada si buta, beri makan pada yang lapar, beri pakaian pada yang telanjang”.Gamelan Singomengkok adalah salah satu peninggalannya yang terdapat di Musium daerah Sunan Drajat, Lamongan.4 5. Sunan Kudus (Ja’far Shadiq) Beliau memiliki keahlian khusus dalam bidang agama, terutama dalam ilmu fikih, tauhid, hadits, tafsir serta logika. Karena itulah di antara walisongo hanya ia yang mendapat julukan wali al-‘ilm (wali yang luas ilmunya), dank arena keluasan ilmunya ia didatangi oleh banyak penuntut ilmu dari berbagai daerah di Nusantara. Cara berdakwahnya pun meniru pendekatan gurunya Sunan Kalijaga: sangat toleran pada budaya setempat. Cara penyampaiannya bahkan lebih halus. Cara-cara berdakwah Sunan Kudus adalah sebagai berikut: Strategi pendekatan kepada masa dengan jalan 1) Membiarkan adat istiadat lama yang sulit diubah. 2) Menghindarkan konfrontasi secara langsung dalam menyiarkan agama islam. 3) Tut Wuri Handayani. 4) Bagian adat istiadat yang tidak sesuai dengan mudah diubah langsung diubah. 4 Susmihara,”Wali Songo dan Perkembangan Pendidikan Islam Di Nusantara”, http://journal.uinalauddin.ac.id/index.php/rihlah/article/download/4168/3868 pada tanggal 10 Oktober 2019,pukul 10.30 7  Merangkul masyarakat Hindu seperti larangan menyembelih sapi karena dalam agama Hindu sapi adalah binatang suci dan keramat.  Merangkul masyarakat Budha. Selain masjid, Sunan Kudus juga mendirikan padasan tempat wudlu dengan pancuran yang berjumlah delapan, diatas pancuran diberi arca kepala Kebo Gumarang diatasnya hal ini disesuaikan dengan ajaran Budha.  Selamatan Mitoni Biasanya sebelum acara selamatan diadakan membacakan sejarah Nabi. 6. Sunan Giri (Ainul Yaqi Atau Raden Paku) Beliau mendirikan pesantren di daerah perbukitan Desa Sidomukti, Selatan Gresik. Pesantrennya tak hanya dipergunakan sebagai tempat pendidikan dalam arti sempit, namun juga sebagai pusat pengembangan masyarakat. Dalam keagamaan, ia dikenal karena pengetahuannya yang luas dalam ilmu fikih. Orang-orang pun menyebutnya sebagai Sultan Abdul Fakih. Ia juga pecipta karya seni yang luar biasa. Permainan anak seperti Jelungan, Jamuran, lir-ilir dan cublak suweng disebut sebagai kreasi Sunan Giri. Demikian pula Gending Asmaradana dan Pucung yang bernuansa Jawa namun syarat dengan ajaran Islam. 7. Sunan Kalijaga (Raden Mas Syahid) Dalam dakwah, ia punya pola yang sama dengan mentor sekaligus sahabat dekatnya, Sunan Bonang. Ia memilih kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah penyebaran Islam, antara lain dengan wayang, sastra dan berbagai kesenian lainnya. Pendekatan jalur kesenian dilakukan oleh para penyebar Islam seperti Walisongo untuk menarik perhatian di kalangan mereka, sehingga dengan tanpa terasa mereka telah tertarik pada ajaran-ajaran Islam sekalipun, karena pada awalnya mereka tertarik dikarenakan media kesenian itu. Misalnya, Sunan Kalijaga adalah tokoh seniman wayang. Ia itdak pernah meminta para penonton untuk mengikutinya mengucapkan kalimat syahadat. Sebagian wayang masih dipetik dari cerita Mahabarata dan Ramayana, tetapi di dalam cerita itu disispkan ajaran agama dan nama-nama pahlawan Islam. Beliau sangat toleran pada budaya lokal, ia berpendapat bahwa masyarakat akan menjauh jika diserang pendiriannya. Maka mereka harus didekati secara bertahap: mengikuti sambil mempengaruhi. Sunan Kalijaga berkeyakinan jika 8 Islam sudah dipahami, dengan sendirinya kebiasaan lama hilang. Sunan Kalijaga jugalah yang menciptakan Baju takwa, perayaan sekatenan, grebeg maulud, Layang Kalimasada, lakon wayang Petruk Jadi Raja. Lanskap pusat kota berupa Kraton, alun-alun dengan dua beringin serta masjid. 8. Sunan Muria (Raden Umar Said) Gaya berdakwahnya banyak mengambil cara ayahnya, Sunan Kalijaga. Namun berbeda dengan sang ayah, Sunan Muria lebih suka tinggal di daerah sangat terpencil dan jauh dari pusat kota untuk menyebarkan agama Islam. Bergaul dengan rakyat jelata, sambil mengajarkan keterampilan-keterampilan bercocok tanam, berdagang dan melaut adalah kesukaannya. Sunan Muria dikenal sebagai pribadi yang mampu memecahkan berbagai masalah betapapun rumitnya masalah itu. Solusi pemecahannya pun selalu dapat diterima oleh semua pihak yang berseteru. Sunan Muria berdakwah dari Jepara, Tayu, Juana hingga sekitar Kudus dan Pati. Salah satu hasil dakwahnya lewat seni adalah lagu Sinom dan Kinanti. 9. Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah) Sunan Gunung Jati sebelum meletakkan dasar agama Islam dan bagi perdagangan orang Islam, terlebih dahulu telah menunaikan rukun ke-5 naik haji ke Mekkah sebelum tiba di Kerajaan Sultan Demak. sebagai haji yang shaleh dan sebagai mufasir yang mengenal percaturan dunia ia mendapat sambutan hangat di kerajaan itu. Kemudian setelahitu pindah ke Banten, dan ia berhasil menggaantikan bupati Pasundan di situ, dan mengambil alih pemerintahan atas kota pelabuhan tersebut. Dengan awal langkah inilah ia memenfaatkan tahtanya untuk menyebarkan agama Islam, terutama mengislamkan Jawa Barat.[7] 9 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dari pembahasan dalam makalah “Perkembangan Islam di Jawa pada masa permulaan dan peran Walisongo” dapat disimpulkan bahwa Islam masuk ke Jawa melalui berbagai jalur, antara lain melalui jalur perdagangan, tasawuf, pendidikan, politik, kesenian, serta pernikahan. Tetapi jalur yang paling mendominasi dalam pengislamisasian di Jawa adalah jalur perdagangan. Karena pada saat itu Jawa merupakan daerah strategis untuk jalur perlintasan perdagangan dengan negara-negara Timur Tengah yang mayoritas lebih dahulu beragama Islam. Dalam hal pengislamisasian Islam di daerah Jawa, walisongo memang sangat berperan, walaupun sebelum walisongo datang, terdapat fakta-fakta yang menunjukkan bahwa Islam di Jawa telah ada di zaman sebelum kedatangan walisongo. Setelah walisongo datang ke Jawa, Islam menjadi semakin diminati sebagai agama masyarakat sekitar. Dengan statement seperti itu, ternyata masyarakat sekitar yang pada awalnya menduduki kasta Sudra, akhirnnya memilih Islam sebagai agama mereka yang tidak mengenal pengkastaan. Kemudian Sunan Kalijogo dengan kekhasannya dalam mendakwahkan Islam melalui kesenian wayang yang digemari masyarakat pada waktu itu, ternyata juga mengundang minat masyarakat untuk memasuki agama Islam sebagai agama ketauhidan yang mengenal Allah sebagai Tuhan mereka. Dan otomatis masyarakat dengan sendirinya meninggalkan ajaran animisme dan dinamisme oleh nenek moyang mereka. Dan masih banyak lagi peran Sunan-sunan yang dengan trik-triknya mendakwahkan Islam di Jawa melalui pesantren, pembangunan masjid, tembang Jawa, gamelan, serta hal-hal lain yang mengundang minat masyarakat pada waktu itu sehingga Islam meluas di Jawa sampai dewasa ini. 10 B. Saran Penulis menyadari banyak terdapat kekeliruan dalam penulisan makalah ini, maka penulis mengharapkan saran dari para pembaca demi kesempurnaan pada penulisan makalah-makalah kami selanjutnya. 11 DAFTAR PUSTAKA Anita,Dewi Evi (2014,2 Oktober).Wali Songo Mengislamkan Tanah Jawa,Dikutip 09 Oktober 2019, http://journal.walisongo.ac.id/index.php/wahana/article/download/815/723 Urrahman,Aulia.Peran Wali Songo dalam Penyebaran Islam Di Indonesia, Dikutip 10 Oktober 2019, https://www.academia.edu/9163230/PERAN_WALISONGO_DALAM_ PENYEBARAN_ISLAM_DI_INDONESIA Susmihara,(2017). Wali Songo dan Perkembangan Pendidikan Islam Di Nusantara,Dikutip 10 Oktober 2019, http://journal.uinalauddin.ac.id/index.php/rihlah/article/download/4168/3868 12 13