MAKALAH
STUDI ISLAM ASIA & TENGGARA
WALI SONGO PENYEBAR ISLAM
Dosen Pengampu : Dr Jarir M.Ag
Disusun Oleh:
Kelompok 4
Afifah Namiroh
(11850422248)
Rahma Nisa
1(1850425243)
S1 MATEMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUSKA RIAU
2019-2020
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan taufiq dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
WALISONGO PENYEBAR ISLAM dengan baik. Salawat dan salam penulis
ucapkan kepada Nabi Muhammad saw. yang merupakan tauladan bagi kaum
muslimin. Makalah ini penulis selesaikan dengan maksimal berkat kerjasama dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ucapkan terima kasih kepada segenap pihak
yang telah berkontribusi dalam penyelesaian makalah ini. Makalah ini masih
memiliki kekurangan, baik dari segi tata bahasa, susunan kalimat maupun isi. Oleh
karena itu, penulis menerima kritik dan saran dari pembaca. Demikian yang dapat
penulis sampaikan, semoga makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan
pembaca.
Pekanbaru, 01 April 2020
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I .......................................................................................................................1
PENDAHULUAN ...................................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..........................................................................................2
BAB II ......................................................................................................................3
PEMBAHASAN ......................................................................................................3
A.
Pengertian Walisongo .................................................................................3
B. Peran Walisongo dalam Penyebaran Islam di Indonesia ................................4
C. Metode Pendidikan Islam Masa Walisongo ...................................................5
BAB III ..................................................................................................................10
PENUTUP ..............................................................................................................10
A.
Kesimpulan ...............................................................................................10
B.
Saran ........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyebaran Islam ke nusantara tidak merata,di awali di ujung pulau
Sumatera, kemudian menyebar ke wilayah melayu serantau dan Pulau Jawa. Hal ini
karena wilayah nusantara terdiri banyak pulau1
Pada abad 15 para saudagar muslim telah mencapai kemajuan pesat dalam
usaha bisnis dan dakwah hingga mereka memiliki jaringan di kota-kota bisnis di
sepanjang pantai Utara. Komunitas ini dipelopori oleh Walisongo yang
membangun masjid pertama di tanah Jawa, Masjid Demak yang menjadi pusat
agama yang mempunyai peran besar dalam menuntaskan Islamisasi di seluruh
Jawa. Walisongo berasal dari keturunan syeikh ahmad bin isa muhajir dari
hadramaut. Beliau dikenal sebagai tempat pelarian bagi para keturunan nabi dari
arab saudi dan daerah arab lain yang tidak menganut syiah.
Penyebaran agama Islam di Jawa terjadi pada waktu kerajaan Majapahit
runtuh disusul dengan berdirinya kerajaan Demak. Era tersebut merupakan masa
peralihan kehidupan agama, politik, dan seni budaya. Di kalangan penganut agama
Islam tingkat atas ada sekelompok tokoh pemuka agama dengan sebutan Wali.
Zaman itu pun dikenal sebagai zaman “kewalen”. Para wali itu dalam tradisi Jawa
dikenal sebagai “Walisanga”, yang merupakan lanjutan konsep pantheon dewa
Hindhu yang jumlahnya juga Sembilan orang. 1[2] Adapun Sembilan orang wali
yang dikelompokkan sebagai pemangku kekuasaan pemerintah yaitu Maulana
Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Giri, Sunan
Muria, Sunan Kudus, Sunan Kalijaga, dan Sunan Gunung Jati. 1[3]
1 Jarir, Khairiah, Meneliti Situs-Situs Awal Peradaban di Pulau Bengkalis, Akademia, Vol 14, 2
Desember 2018. Hlm. 85-97. Jarir Amrun, Khairiah, Sejarah Nusantara: Perpsektif Geologis,
Zoologis dan Etnografis, Nusantara: Journal for Southeast Islamic Studies, Volume I4. Desember
2018. Hlm. 126-135.
1
B. Rumusan Masalah
1) Apa pengertian walisongo.
2) Bagaimana peran walisongo dalam penyebaran Islam di Indonesia.
3) Bagaimana metode pendidikan Islam masa walisongo.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Walisongo
Kata Walisongo diartikan dengan wali yang berjumlah sembilan
(songo/sanga dalam bahasa jawa yang berarti sembilan). Namun demikian terdapat
beberapa penafsiran lain. Kata sanga merupakan perubahan dari kata arab tsana
yang berarti terpuji. Sehingga Walisongo berarti wali yang terpuji. Penafsiran lain,
menjelaskan bahwa kata sanga diambil dari kata sangha yang dalam agama budha
berartri jama’ah para biksu (Ulama’) sehingga walisongo berarti perkumpulan para
wali
yang
terhimpun
dalam
suatu
lembaga
dakwah.
Walisongo berarti sembilan orang wali, mereka adalah Maulana Malik Ibrahim,
Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Kalijaga, Sunan
Kudus, Sunan Muria serta sunan Gunung Jati.
Keberhasilan Islamisasi jawa merupakan hasil perjuangan dan kerja keras
Walisongo. Proses islamisasi ini sebagian besar berjalan secara damai, nyaris tanpa
konflik, baik polotik maupun kultural, meskipun terdapat konflik, skalanya sangat
kecil, sehingga tidak mengesankan sebagai perang, kekerasan ataupun pemaksaan
budaya. Penduduk jawa menganut dengan suka rela. Walisongo menerapkan
metode dakwah yang akomodatif, dan lentur, sehingga kehadiran mereka bisa
diterima dengan baik oleh masyarakat. Kehadiran para wali ditengah-tengah
masyarakat jawa tidak dipandang sebagai ancaman. Dengan kepiwaianya para wali
menggunakan unsur-unsur bedaya lama (Hindu atau Budha) sebgai media dakwah
mereka. Sedikit demi sedikit mereka memasukan nilai-nilai ajaran Islam kedalam
unsur-unsur lama itu. Metode ini sering disebut metode sinkretisme.2
Periode walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu Budha dalam
budaya nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah
simbol penyebaran Islam di Indonesia khusunya dijawa. Tentu banyak tokoh lain
2 Dewi Evi Anita,”Wali Songo Mengislamkan Tanah Jawa”,
http://journal.walisongo.ac.id/index.php/wahana/article/download/815/723 ,pada tanggal 09
Oktober 2019 pukul 10.00
3
yang juga berperan. Namun peranan sangat besar yang mereka mainkan tidak hanya
dalam kontek sejarah pendirian kerajaan islam dijawa, juga pengaruhnya yang
begitu besar dalam kehidupan dan pembentukan kebudayaan masyarakat.
Pemikiran dan gerakan yang dilakuka para wali ini dalam pengembangan dakwah
Islam secara langsung, membuat ”sembilan wali” ini lebih banyak disebut
dibanding dengan yang lain. Dalam kata lain, masing-masing tokoh tersebut
mempunyai peran yang unik dalam penyebaran Islam. Mulai dari Maulana Malik
Ibrahim yang menempatkan diri sebagai ”Tabib” bagi kerajaan Hindu majapahit,
Sunan Giri yang disebut para Kolonialis sebagai ”Paus dari timur” hingga sunan
Kalijaga yang mencipta karya kesenian dengan menggunakan nuansa yang dapat
dipahami masyarakat jawa yakni nuansa hindu dan Budha
B. Peran Walisongo dalam Penyebaran Islam di Indonesia
Sejarah walisongo berkaitan dengan penyebaran dakwah Islamiyah di tanah
jawa. Sukses gemilang perjuangan para Wali ini tercatat dengan tinta emas.
Dengan itu agama Islam kemudian dianut oleh sebagian besar manyarakat jawa,
mulai dari perkotaan, pedesaan, dan pegunungan. Berikut peran walisongo dalam
penyebaran Islam.3
1. Peranan Perdagangan dalam Proses Penyebaran Islam
Islam masuk ke Indonesia dibawa pedagang dari Gujarat, Arab, dan Persia.
Adapun kota pelabuhan dagang yang berperan besar dibidang penyebaran agama
Islam diabad ke-16 adalah Malaka. Saat para pedagang muslim menunggu
perubahannya arah angin untuk menuju tempat tertentu dalam berlayar, mereka
memanfaatkan waktu luangnya untuk menyebarkan Islam kepada para pedagang
dari daerah lain, termasuk pedagang Indonesia.
2. Peranan Perkawinan dalam Proses Penyebaran Islam
Perkawinan juga memegang penting dalam penyebaran agama Islam.
Banyak pedagang Arab, Persia dan Gujarat menikah dengan wanita Indonesia,
terutama putri bangsawan atau raja. Misalnya Syeh Maulana Ishak menikahi Dewi
3 Aulia Urrahman,” Peran Wali Songo dalam Penyebaran Islam Di Indonesia”,
https://www.academia.edu/9163230/PERAN_WALISONGO_DALAM_PENYEBARAN_ISLAM_DI_IN
DONESIA pada tanggal 10 Oktober 2019,pukul 10.20
4
Sekardadu, putri raja Blambangan yang menurunkan Sunan Giri. Sunan Ampel
menikahi Nyai Ageng Manila, putri Tumenggung Majapahit yang berkuasa di
Tuban, menurunkan Sunan Bonang dan Sunan Drajat. Dengan cara ini, banyak
yang ikut memeluk Islam.
3. Peranan Pendidikan dalam Proses Penyebaran Islam
Proses penyebaran agama Islam melalui pendidikan berupa pendidikan di
pondok-pondok pesantren. Para santri yang telah lulus merupakan ujung tombak
penyebaran Islam didaerahnya masing-masing.
C. Metode Pendidikan Islam Masa Walisongo
Dahulu di Indonesia mayoritas penduduknya beragama Hindu dan Budha,
dan terdapat berbagai kerajaan Hindu dan Budha, sehingga budaya dan tradisi lokal
saat itu kental diwarnai kedua agama tersebut. Budaya dan tradisi lokal itu oleh
walisongo tidak dianggap “musuh agama” yang harus dibasmi. Bahkan budaya dan
tradisi lokal itu mereka jadikan “teman akrab” dan media dakwah agama, selama
tak ada larangan dalam nash syariat. Secara rinci, metode yang dilakukan walisongo
adalah:
1. Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)
Maulana Malik Ibrahim umumnya dianggap sebagai wali pertama yang
mendakwahkan Islam di Jawa, dianggap sebagai ayah dari walisongo. Aktivitas
pertama yang dilakukannya ketika itu adalah berdagang dengan cara membuka
warung. Warung itu menyediakan kebutuhan pokok dengan harga murah. Selain itu
secara khusus Malik Ibrahim juga menyediakan diri untuk mengobati masyarakat
secara gratis.
Di Gresik, beliau juga memberikan pengarahan agar tingkat kehidupan
rakyat gresik semakin meningkat. Beliau memiliki gagasan mengalirkan air dari
gunung untuk mengairi sawah dan ladang. Ia mengajarkan cara-cara baru bercocok
tanam dan banyak merangkul rakyat kebanyakan, yaitu golongan masyarakat Jawa
yang tersisihkan akhir kekuasaan Majapahit. Malik Ibrahim berusaha menarik hati
masyarakat, yang tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Ia
membangun pondokan tempat belajar agama di Leran, Gresik, pada tahun 1419.
5
2. Sunan Ampel (Raden Rahmad)
Sunan Ampel adalah anak dari Maulana Malik Ibrahim yang tertua, ia
membangun mengembangkan pondok pesantren di daerah Ampel Denta yang
berawa-rawa. Mula-mula ia merangkul masyarakat sekitarnya. Pada pertengahan
Abad 15 M, pesantren tersebut menjadi sentral pendidikan yang sangat berpengaruh
di wilayah Nusantara bahkan mancanegara. Di antara para santrinya adalah Sunan
Giri dan Raden Patah. Para santri tersebut kemudian disebarnya untuk berdakwah
ke berbagai pelosok Jawa dan Madura.
Sunan Ampel menganut fikih mahzab Hanafi, namun pada para santrinya,
beliau hanya memberikan pengajaran sederhana yang menekankan pada
penanaman akidah dan ibadah. Dia-lah yang mengenalkan istilah “Mo Limo” (moh
main, moh ngombe, moh maling, moh madat, moh madon). Yakni seruan untuk
“tidak berjudi, tidak minum-minuman keras, tidak mencuri, tidak menggunakan
narkotika, dan tidak berzina”.
3. Sunan bonang (Raden Maulana Makhdum Ibrahim)
Sunan Bonang belajar agama dari pesantren ayahnya di Ampel Denta. Tak
seperti Sunan Giri yang lugas dalam fikih, ajaran Sunan Bonang memadukan ajaran
ahlussunnah bergaya tasawuf dan garis salaf ortodoks. Ia menguasai ilmu fikih,
usuludin, tasawuf, seni, sastra dan arsitektur. Masyarakat juga mengenal Sunan
Bonang sebagai seorang yang piawai mencari sumber air di tempat-tempat gersang.
Ajaran Sunan Bonang berintikan pada filsafat ‘cinta’. Sangat mirip dengan
kecenderungan Jalalludin Rumi. Menurut Bonang, cinta sama dengan iman,
pengetahuan intuitif (makrifat) dan kepatuhan kepada Allah SWT atau haq al
yaqqin. Ajaran tersebut disampaikannya secara populer melalui media kesenian
yang disukai masyarakat. Dalam hal ini, Sunan Bonang bahu-membahu dengan
murid utamanya, Sunan Kalijaga.
Sunan Bonang menggubah gamelan Jawa yang saat itu kental dengan
estetika Hindu, dengan memberi nuansa baru. Dialah yang menjadi kreator gamelan
Jawa seperti sekarang, dengan menambahkan instrumen bonang. Gubahannya
ketika itu memiliki nuansa dzikir yang mendorong kecintaan pada kehidupan
6
transedental (alam malakut). Tembang “Tombo Ati” adalah salah satu karya Sunan
Bonang. Dalam pentas pewayangan, Sunan Bonang adalah dalang yang piawai
membius penontonnya. Kegemarannya adalah menggubah lakon dan memasukkan
tafsir-tafsir khas Islam.
4. Sunan Drajat (Raden Qasim)
Belau menekankan kedermawanan, kerja keras, dan peningkatan
kemakmuran masyarakat, sebagai pengamalan dari agama Islam. Beliau
mendirikan pesantren yang bertempat di Desa Drajat, Kecamatan Paciran,
Lamongan. Dalam pengajaran tauhid dan akidah, Sunan Drajat mengambil cara
langsung dan tidak banyak mendekati budaya lokal. Tembang macapat Pangkur
disebutkan sebagai ciptaannya. Ia menggubah sejumlah suluk, di antaranya adalah
suluk petuah “berilah tongkat pada si buta, beri makan pada yang lapar, beri pakaian
pada yang telanjang”.Gamelan Singomengkok adalah salah satu peninggalannya
yang terdapat di Musium daerah Sunan Drajat, Lamongan.4
5. Sunan Kudus (Ja’far Shadiq)
Beliau memiliki keahlian khusus dalam bidang agama, terutama dalam ilmu
fikih, tauhid, hadits, tafsir serta logika. Karena itulah di antara walisongo hanya ia
yang mendapat julukan wali al-‘ilm (wali yang luas ilmunya), dank arena keluasan
ilmunya ia didatangi oleh banyak penuntut ilmu dari berbagai daerah di Nusantara.
Cara berdakwahnya pun meniru pendekatan gurunya Sunan Kalijaga: sangat toleran
pada budaya setempat. Cara penyampaiannya bahkan lebih halus.
Cara-cara berdakwah Sunan Kudus adalah sebagai berikut:
Strategi pendekatan kepada masa dengan jalan
1) Membiarkan adat istiadat lama yang sulit diubah.
2) Menghindarkan konfrontasi secara langsung dalam menyiarkan agama islam.
3) Tut Wuri Handayani.
4) Bagian adat istiadat yang tidak sesuai dengan mudah diubah langsung diubah.
4 Susmihara,”Wali Songo dan Perkembangan Pendidikan Islam Di Nusantara”, http://journal.uinalauddin.ac.id/index.php/rihlah/article/download/4168/3868 pada tanggal 10 Oktober
2019,pukul 10.30
7
Merangkul masyarakat Hindu seperti larangan menyembelih sapi karena dalam
agama Hindu sapi adalah binatang suci dan keramat.
Merangkul masyarakat Budha.
Selain masjid, Sunan Kudus juga mendirikan padasan tempat wudlu dengan
pancuran yang berjumlah delapan, diatas pancuran diberi arca kepala Kebo
Gumarang diatasnya hal ini disesuaikan dengan ajaran Budha.
Selamatan Mitoni
Biasanya sebelum acara selamatan diadakan membacakan sejarah Nabi.
6. Sunan Giri (Ainul Yaqi Atau Raden Paku)
Beliau mendirikan pesantren di daerah perbukitan Desa Sidomukti, Selatan
Gresik. Pesantrennya tak hanya dipergunakan sebagai tempat pendidikan dalam arti
sempit, namun juga sebagai pusat pengembangan masyarakat. Dalam keagamaan,
ia dikenal karena pengetahuannya yang luas dalam ilmu fikih. Orang-orang pun
menyebutnya sebagai Sultan Abdul Fakih. Ia juga pecipta karya seni yang luar
biasa. Permainan anak seperti Jelungan, Jamuran, lir-ilir dan cublak suweng disebut
sebagai kreasi Sunan Giri. Demikian pula Gending Asmaradana dan Pucung yang
bernuansa Jawa namun syarat dengan ajaran Islam.
7. Sunan Kalijaga (Raden Mas Syahid)
Dalam dakwah, ia punya pola yang sama dengan mentor sekaligus sahabat
dekatnya, Sunan Bonang. Ia memilih kesenian dan kebudayaan sebagai sarana
untuk berdakwah penyebaran Islam, antara lain dengan wayang, sastra dan berbagai
kesenian lainnya. Pendekatan jalur kesenian dilakukan oleh para penyebar Islam
seperti Walisongo untuk menarik perhatian di kalangan mereka, sehingga dengan
tanpa terasa mereka telah tertarik pada ajaran-ajaran Islam sekalipun, karena pada
awalnya mereka tertarik dikarenakan media kesenian itu. Misalnya, Sunan Kalijaga
adalah tokoh seniman wayang. Ia itdak pernah meminta para penonton untuk
mengikutinya mengucapkan kalimat syahadat. Sebagian wayang masih dipetik dari
cerita Mahabarata dan Ramayana, tetapi di dalam cerita itu disispkan ajaran agama
dan nama-nama pahlawan Islam.
Beliau sangat toleran pada budaya lokal, ia berpendapat bahwa masyarakat
akan menjauh jika diserang pendiriannya. Maka mereka harus didekati secara
bertahap: mengikuti sambil mempengaruhi. Sunan Kalijaga berkeyakinan jika
8
Islam sudah dipahami, dengan sendirinya kebiasaan lama hilang. Sunan Kalijaga
jugalah yang menciptakan Baju takwa, perayaan sekatenan, grebeg maulud, Layang
Kalimasada, lakon wayang Petruk Jadi Raja. Lanskap pusat kota berupa Kraton,
alun-alun dengan dua beringin serta masjid.
8. Sunan Muria (Raden Umar Said)
Gaya berdakwahnya banyak mengambil cara ayahnya, Sunan Kalijaga.
Namun berbeda dengan sang ayah, Sunan Muria lebih suka tinggal di daerah sangat
terpencil dan jauh dari pusat kota untuk menyebarkan agama Islam. Bergaul dengan
rakyat jelata, sambil mengajarkan keterampilan-keterampilan bercocok tanam,
berdagang dan melaut adalah kesukaannya. Sunan Muria dikenal sebagai pribadi
yang mampu memecahkan berbagai masalah betapapun rumitnya masalah itu.
Solusi pemecahannya pun selalu dapat diterima oleh semua pihak yang berseteru.
Sunan Muria berdakwah dari Jepara, Tayu, Juana hingga sekitar Kudus dan Pati.
Salah satu hasil dakwahnya lewat seni adalah lagu Sinom dan Kinanti.
9. Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah)
Sunan Gunung Jati sebelum meletakkan dasar agama Islam dan bagi
perdagangan orang Islam, terlebih dahulu telah menunaikan rukun ke-5 naik haji ke
Mekkah sebelum tiba di Kerajaan Sultan Demak. sebagai haji yang shaleh dan
sebagai mufasir yang mengenal percaturan dunia ia mendapat sambutan hangat di
kerajaan itu. Kemudian setelahitu pindah ke Banten, dan ia berhasil menggaantikan
bupati Pasundan di situ, dan mengambil alih pemerintahan atas kota pelabuhan
tersebut. Dengan awal langkah inilah ia memenfaatkan tahtanya untuk
menyebarkan agama Islam, terutama mengislamkan Jawa Barat.[7]
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan dalam makalah “Perkembangan Islam di Jawa pada
masa permulaan dan peran Walisongo” dapat disimpulkan bahwa Islam masuk ke
Jawa melalui berbagai jalur, antara lain melalui jalur perdagangan, tasawuf,
pendidikan, politik, kesenian, serta pernikahan.
Tetapi jalur yang paling
mendominasi dalam pengislamisasian di Jawa adalah jalur perdagangan. Karena
pada saat itu Jawa merupakan daerah strategis untuk jalur perlintasan perdagangan
dengan negara-negara Timur Tengah yang mayoritas lebih dahulu beragama Islam.
Dalam hal pengislamisasian Islam di daerah Jawa, walisongo memang sangat
berperan, walaupun sebelum walisongo datang, terdapat fakta-fakta yang
menunjukkan bahwa Islam di Jawa telah ada di zaman sebelum kedatangan
walisongo.
Setelah walisongo datang ke Jawa, Islam menjadi semakin diminati
sebagai agama masyarakat sekitar. Dengan statement seperti itu, ternyata
masyarakat sekitar yang pada awalnya menduduki kasta Sudra, akhirnnya memilih
Islam sebagai agama mereka yang tidak mengenal pengkastaan. Kemudian Sunan
Kalijogo dengan kekhasannya dalam mendakwahkan Islam melalui kesenian
wayang yang digemari masyarakat pada waktu itu, ternyata juga mengundang minat
masyarakat untuk memasuki agama Islam sebagai agama ketauhidan yang
mengenal Allah sebagai Tuhan mereka. Dan otomatis masyarakat dengan
sendirinya meninggalkan ajaran animisme dan dinamisme oleh nenek moyang
mereka. Dan masih banyak lagi peran Sunan-sunan yang dengan trik-triknya
mendakwahkan Islam di Jawa melalui pesantren, pembangunan masjid, tembang
Jawa, gamelan, serta hal-hal lain yang mengundang minat masyarakat pada waktu
itu sehingga Islam meluas di Jawa sampai dewasa ini.
10
B.
Saran
Penulis menyadari banyak terdapat kekeliruan dalam penulisan makalah ini,
maka penulis mengharapkan saran dari para pembaca demi kesempurnaan pada
penulisan makalah-makalah kami selanjutnya.
11
DAFTAR PUSTAKA
Anita,Dewi Evi (2014,2 Oktober).Wali Songo Mengislamkan Tanah Jawa,Dikutip
09 Oktober 2019,
http://journal.walisongo.ac.id/index.php/wahana/article/download/815/723
Urrahman,Aulia.Peran Wali Songo dalam Penyebaran Islam Di Indonesia,
Dikutip 10 Oktober 2019,
https://www.academia.edu/9163230/PERAN_WALISONGO_DALAM_
PENYEBARAN_ISLAM_DI_INDONESIA
Susmihara,(2017). Wali Songo dan Perkembangan Pendidikan Islam Di
Nusantara,Dikutip 10 Oktober 2019, http://journal.uinalauddin.ac.id/index.php/rihlah/article/download/4168/3868
12
13