[go: up one dir, main page]

Academia.eduAcademia.edu

Filsafat Pendidikan "Filsafat Pendidikan di Masa Depan"

Filsafat Pendidikan “Filsafat Pendidikan di Masa Depan” Disusun Oleh: Rafidah Alimah (A1C019009) Dean Alsamgi ( A1C019039) Dosen Pembimbing : Dr. Muhammad Kristiawan, M.Pd PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS BENGKULU 2019 Filsafat Pendidikan di Masa Depan (Dean Alsamgi, Rafidah Alimah) Prodi Pendidikan Matematika Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Universitas Bengkulu rafidahalimah04@gmail.com Dosen Pembimbing: Dr. Muhammad Kristiawan, M.Pd A. Apa itu Filsafat Pendidikan? Filsafat Pendidikan adalah salah satu aliran dalam filsafat yang dipegunakan dalam penanganan promblematika pada pendidikan, yang mana filsafat ini dapat membantu dalam penentuan pengembangan peserta didik. Tujuan dari pendidikan ini sendiri dapat dicapai melaluli filsafat pendidikan yang mana filsafat pendidikan ini sendiri ialah perangkat nilai-nilai yang melandasi dalam pendidikan itu sendiri. Filsafat pendidikan pada hakekatnya adalah penerapan analisa filsafat terhadap lapangan pendidikan. Menurut Jhon Dewey (Barnaib,1990:14) filsafat adalah teori umum dari pendidikan, yang merupakan landasan dari semua pemikiran mengenai pendidikan. Pada dasarnya filsafat pendidikan menggunakan cara kerja filsafat yaitu berpikir tanpa ada batasan dan akan menggunakan hasil-hasil dari berfilsafat yang berupa hasil pemikiran tentang realitas pengetahuan dan nilai (Kristiawan,2016). Brubacer (1950) mengelompokkan filsafat pendidikan pada dua kelompok besar yaitu; 1)Filsafat pendidikan konservatif, filsafat pendidikan konservatif ini adalah yang didasari oleh filsafat idealism, realism, humanisme (humanism rasional), dan suprenaturalisme atau realism religious; 2)Filsafat pendidikan progressif, filsafat pendidikn progressif ini adalah filsafat yang didukung oleh filsafat pragmatism dari John Dewey dan Romantic Naturalisme dari Roousseau. Filsafat-filsafat tersebut melahirkan filsafat pendidikan Esensialisme, Perenialisme, Progressivisme dan Rekonstruksionisme B. Bagaimana Filsafat Pendidikan di masa depan? Tentu saja perubahan zaman membuat perubahan dalam cara berpikir atau cara berfilsafat hal ini menyebabkan terjadi perubahan pula dalam filsafat pendidikan itu sendiri. Dalam proses perkembangan filsafat pendidikan ke depan, pendidik harus melihat bagaimana perkembangan filsafat akhir-akhir ini, untuk melihat gambaran filsafat di masa depan. Gambaran filsafat pendidikan di masa depan dapat diperoleh dari fakta - fakta yang ada di masa kini, ditambah dengan kemungkinan kemungkinan yang masuk akal yang dapat terjadi di masa yang ada datang. Adapun untuk melihat fakta-fakta dan kemungkinan-kemungkinan yang ada dapat kita gunakan konsep-konsep seperti posmodernisasi,vitualisasi, dekonstruksi pendidikan dan evokusi filsafat pendidikan masa depan. 1. Posmodernisasi Apa itu posmodernisasi? Posmodernisasi berasal dari kata “post” berarti setelah sedangkan “modern” artinya setelah, menurut Jurgen Habermas mengatakan bahwa konsep posmodern merupakan “proyek yang belum selesai’’ artinya, konsepkonsep yang menjadi ciri khas modern masih tetap dipergunakan, yakni akal sehat (Rene Descartes), industrialisasi (Karl Marx), positivisme dalam ilmu-ilmu social (Auguste Comte). Menurut Jean-Francois Lyotard berpandangan bahwa konsep posmodern merupakan penolakan terhadap konsep modern. Hal-hal yang ditolak adalah nilai-nilai modern yang membuat manusia terjerembab ke dalam kemiskinan, eksploitasi, kesenjangan, dan dominasi. Menurut Michel Foucault konsep posmodern tidak berawal dari kontinuitas, tetapi sebaliknya yaitu berasal dari diskontinuitas. Dimana ia tidak membayangkan kenyataan yang dihadapi sebagai hal yang teratur, melainkan merupakan hal yang kacau (fraktal). Tiga kutub ini dapat dikatakan sebagi model-model pemikiran kontemporer dalam mereaksikan pemikiran-pemikiran sebelumnya, dan dimasa yang akan dating. Tiga sudut ini akan terus berdialog, dan hasil dialog tersebut tidaklah membentuk satu kesimpulan final, tetapi tetap sebagai simpulan sementara. 2. Virtualisasi Pendidikan Pendidikan mengalami perubahan realitas, yaitu dari pendidikan yang bersifat riil atau empiris, menuju ke pendidikan yang bersifat virtual. Misalnya dalam konsep kosmologi dimana objek berfikir nya menggunakan benda mati, maka dari sana akan didapati konsep-konsep tentang alam semesta yang berubah. Lalu dalam konsep ontologi, yakni tentang pencarian kenyataan yang hakiki, manusia akan dihadapkan pada kenyataan semu (virtual reality). Contohnya saat ini orang tidak perlu ke toko buku untuk membeli buku karena didalam dunia internet sudah disediakan berbagai toko dengan pilihan buku yang lebih lengkap, dan sementara pembeli hanya tinggal pilih buku yang di inginkan. Fakta-fakta seperti itulah yang menantang filsafat untuk merumuskan kembali apa yang dimaksud dengan kenyataan dan apa bedanya dengan imajinasi. Dan terakhir dalam konsep etika, contohnya seperti munculnya teknologi bayi tabung (IVF; in vitro fertilization), clonning, dan tes DNA. Semua teknologi tersebut menantang filsafat untuk mendefinisikan kembali tentang asal-usul dan nilai manusia. Dengan begitu “penciptaan” manusia melalui sebuah wadah yang dinamakan tabung incubator sudah mungkin dapat terjadi karena ada nya sebuah teknologi. 3. Dekonstruksi Pendidikan Dekonstruksi pendidikan merupakan bentukan dari kata “kontruksi” yang berarti bangunan dan diberi imbuhan “de” yang berarti merusak. Secara ilmiah, dekontruksi memiliki arti yaitu berpandangan bahwa konsep-konsep postmodern memiliki banyak kelemahan sehingga perlu dibongkar dan ditata ulang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa merubah konsep-konsep filsafat pendidikan itu sendiri kemudian membangun lagi konsep-konsep filsafat pendidikan adalah arti dari dekonstruksi pendidikan. 4. Evolusi Filsafat Pendidikan Masa Depan Di masa depan filsafat pendidikan akan ditandai dengan adanya perubahan tatanan konsepsi-konsepsi filsafat pendidikan itu sendiri. Contoh ketika filsafat dikatakan telah mati, maka secara otomatis akan melahirkan filsafat yang baru. Klaim matinya filsafat itulah yang disebut sebagai konsepsi filsafat yang bereaksi terhadap konsepsi-konsepsi pada filsafat sebelumnya. Karena gagasan matinya filsafat adalah bagian dari konsep filsafat itu sendiri, sehingga dengan itu filsafat justru akan hidup ketika dinyatakan mati. Sebab, klaim kematian yang dimaksud adalah konsep filsafat yang berlaku pada masa lalu, sementara tantangan dan konsep baru filsafat yang dihadapi itu masih dan akan terus hidup sampai sekarang. C. Mengapa filsafat pendidikan berubah di masa depan? Filsafat itu sangat fleksibel terhadap perubahan dan bersifat terbuka (open minded). Hal tersebut terjadi karena sudah menjadi naluri manusia untuk selalu menginginkan perubahan-perubahan dalam hidupnya. Manusia tidak ingin hanya menerima satu macam keadaan saja, tetapi juga berkeinginan memiliki keadaan lain yang tidak sama dengan masa sebelumnya. Sebagai contoh ketika zaman yunani kuno ada banyak filsuf-filsuf yang bermunculnya sebagai contoh Plato dengan Ariestoteles. Plato adalah filsuf yang beranut paham Idealisme sedangkan Ariestoteles yang mana adalah anak didik Plato beranut paham Realisme. Dari sini dapat di tarik bahwa ariestoteles membuktikan ia ingin menciptakan keadaan yang berbeda atau baru yang mana tidak sama dengan paham plato walaupun ariestoteles adalah anak didik dari plato. Begitu juga sama halnya dengan filsafat pendidikan yang akan selalu berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Hal ini lah yang membentuk pola pikir atau filsafat juga berubah mengikuti kebutuhan sesuai dengan perkembangan. Contohnya, dahulu orang-orang berlomba untuk mempelajari mesin tik demi membuat sebuah laporan yang diketik, namun lihatlah saat ini karena adanya perkembangan dan kemajuan zaman, saat ini semua orang justru berlomba-lomba untuk mempelajari Microsoft demi membuat laporan. Daftar Pustaka Kholifahhh, N. (2016, December 25). Filsafat Pendidikan Masa Depan. Diambil kembali dari nurkholifahhh17: http://nurkholifahhh17.blogspot.com Kristiawan, M. (2016). Filsafat Pendidikan. In M. Kristiawan, The Choice is your (pp. 9-12). Jogjakarta: Valia Pustaka Jogjakarta. Sielawati. (2016, November 7). Dipetik Oktober 6, 2019, dari Sielawati Blogspot Web site: http://sielawati.blogspot.com Pitriyani. (2016, Desember 14). Dipetik Oktober 6, 2019, dari Filsafat Pendidikan 2 Ciwaru: http://filsafatpendidikan2ciwaru.blogspot.com