Seminar Nasional Akuntansi Vokasi 7. Pontianak 2018
MODEL KURIKULUM PENDIDIKAN AKUNTANSI UNTUK
MENGANTISIPASI DESRUPSI TEKNOLOGI
Ali Masjono
Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Jakarta
Ali.masjonomuchtar@akuntansi.pnj.ac.id
Catatan: Artikel Ini telah dipresentasikan di pada SNAV VIII di
Politeknik Negeri Pontianak. pada tanggal tanggal 7 hingga 9 Mei 2018.
Abstrak
Era desrupsi telah berjalan dan telah mengancam beberapa profesi, banyak profesi telah tergerus
dengan kemajuan teknologi. Akankah auditor tergerus dengan desrupsi ini. Tujuan dari artikel ini
adalah memberikan alternatip solusi agar kurikulum akuntansi merobah orientansi pengajarannya
(model pembelajaran, kurikulum, pola, sumber dan methodology) kepada muatan teknologi yang
berimbang antara akuntansi model lama dengan akuntansi berbasis komputer agar lulusan mampu
menghadapi desrupsi di dunia nyata. Penulisan artikel berdasarkan hasil observasi, pengalaman dan
kajian artikel terkait dengan topik bahasan. Analisis berdasarkan hasil pembahasan dari observasi
terhadap progam studi komputerisasi akuntansi yang ada di Indonesia dan hasil pengembangan
kurikulum yang pernah di lakukan oleh penulis dibeberapa Perguruan Tinggi. Untuk menjawab
tantangan desrupsi ini bisa diantisipasi jika pengajaran akuntansi manual dikombinasikan dengan
teknologi informasi secara penuh. Semua siklus akuntansi telah dikomputerisasikan dan sebagai
konsekwensinya adalah auditnyapun harus berbasis komputer dan menggunakan komputer.
Mahasiswa harus dibekali illmu akuntansi dan ilmu komputer yang seimbang dengan harapan
desrupsi akan bisa diantisipasi dengan baik. Alternatip kurikulum untuk mengantisipasi desrupsi
dapat dilihat di artikel.
Kata kunci; desrupsi, kurikulum berimbang, auditor
Abstract
Disruption era has been running and has threatened several professions, many professions have been
eroded by technological advances. Will the auditor be crushed with this disruption? The purpose of
this article is to provide an alternative solution for the accounting curriculum to change its teaching
orientation (model of teaching, curicula, pattern, source and methodology) to a balanced technology
load between conventional accounting and computer-based accounting to produce graduate with
capability of dealing with disruptions in the real world. Writing articles based on the results of
observation, experience and review of articles related to the topic of discussion. Analysis based on
the results of the discussion of the observations on computerized accounting study program in
Indonesia and the results of curriculum development ever done by authors in several universities.
To address this challenge, it can be anticipated if manual accounting teaching is combined with full
information technology. All accounting cycles have been computerized and consequently the audits
should be computer-based and using a computer. Students must be equipped with balanced
accounting and computer science in the hope that disruption will be well anticipated. Alternative
curricula to anticipate disruption can be seen in the article.
Key word: disruption, balance curricula, auditor
SNAV 7 Pontianak 1
Seminar Nasional Akuntansi Vokasi 7. Pontianak 2018
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ada tiga latar belakang utama yang menjadi alasan ditulisnya artikel ini. Pertama
adalah kemajuan teknologi yang telah mendesrupsi berbagai hal dan kedua
pengalaman jurusan akutansi di Politeknik Negeri Jakarta dalam mengantisipasi
perubahan teknologi dan ketiga adalah Pengendalian aplikasi berbeda dengan
pengendalian manajemen dalam beberapa hal berikut ini pengendalian aplikasi
melibatkan hardware dan software bukan bukan dikerjakan oleh manusia. (Weber,
1998).
Desrupsi Terknologi
Kemajuan teknologi telah membawa perubahan dalam berbagai bidang kehidupan
manusia. Banyak pekerjaan/jenis usaha yang memudar kemudian hilang, seperti
biro atau agen perjalanan, dulunya kita harus datang atau menghubungi kantor
tersebut untuk dapat membeli tiket pesawat, sekarang cukup dengan menggunakan
Handphone untuk membeli tiket pesawat dan banyak jenis pekerjaan yang akan
hilang karena kemajuan teknologi tersebut. Disamping itu banyak jenis pekerjaan
baru yang muncul sebagai akitab dari desrupsi teknologi. (Rhenald Kasali, 8
October, 2017 , Rumah Perubahan)
Demikian juga dengan profesi auditor (non teknologi), secara perlahan pekerjaan
auditor akan digantikan oleh mesin, salah satu tugas auditor adalah memastikan
adanya pengendalian disetiap proses transaksi yang terjadi. Jika proses manual,
untuk memastikan bahwa telah terjadi dan ada pengendalian, maka seorang auditor
akan melakukan verfikasi secara independen terhadap proses transaksi tersebut
dengan cara melihat bukti bukti secara pisik (Independent Verification), proses
verfikasi tersebut saat ini sudah dapat dilakukan dengan bantuan teknologi.
Jika dilihat dari fungsi Mesin ATM, banyak fungsi verifikasi yang harus dilakukan
ketika mengambil uang. Pertama ketika memasukan kartu ke ATM, disini telah
terjadi verifikasi pertama, yaitu mencocokan kartu (kondisi kartu, masa berlaku dan
ukuran kartu serta kode yang ada di kartu) dengan data yang tersimpan oleh pihak
SNAV 7 Pontianak 2
Seminar Nasional Akuntansi Vokasi 7. Pontianak 2018
bank, untuk situasi sekarang data tersebut tersimpan pada kartu chip yang tersimpan
di kartu untuk mempercepat proses verifikasi). Verfikasi berikutnya adalah
mencocokan PIN untuk memastikan bahwa pemilik kartu adalah orang yang berhak
(authorized user). Proses verifikasi ketika menggunakan ATM dikenal dengan
istilah Identification and authentication. Menurut Weber (1998),
Users identify themselves to an access control mechanism by providing
information such as name, or account number. The identification
information enable the mechanism to select from its files of
authentication information the entry correspondence to the users.
Weber (1998).
Fungsi verifikasi yang dicontohkan pada ATM tersebut bisa berjalan dengan baik
karena dibantu oleh fungsi bahasa pemerograman yang secara konsisten
menjalankan fungsinya. Bukti bahwa fungsi verifikasi dan autentikasi tersebut telah
dijalankan dengan baik, bisa dibaca dan buktikan dengan cara melihat dan
menganalisis fungsi yang ada di bahasa pemerogaman. Pertanyaannya adalah
mampukan mahasiswa akuntansi menganalisis bahasa pemerogaman untuk
meyakinkan bahwa fungsi verifikasi dan otentikasi telah beroperasi dengan
konsisten serta terus menerus?
Cara lain untuk membuktikan bahwa fungsi verifikasi dan otentikasi telah
dilaksanakan dengan baik adalah dengan membaca data transaksi yang disimpan di
database. Data tersebut disimpan dalam jumlah yang besar dan auditor harus
mampu untuk memilih data mana yang akan dibaca/dianalisis untuk membuktikan
bahwa transaksi yang tersimpan di database semuanya telah di verifikasi dengan
baik. Untuk mempermudah proses pembuktian maka data tersebut di ekstrak atau
dipindahkan ke bentuk yang lazim dikenal oleh berbagai aplikasi, misalnya ke
bentuk Excel. Setelah data dapat dibaca di excel maka proses pembuktian dilakukan
dengan membaca data tersebut dengan berbagai alat analisis statistik atau dengan
batuan program aplikasi seperti Audit Command Langguage (ACL). Pertanyaan
yang timbul adalah sudahkan mahasiswa akuntansi dibekali kemampuan untuk
mengaudit data tersebut?
SNAV 7 Pontianak 3
Seminar Nasional Akuntansi Vokasi 7. Pontianak 2018
Melihat dari penomena disruption yang sedang berlangsung saat ini, cepat atau
lambat pekerjaan auditor manual akan tergerus dengan kemajuan tekonologi
tersebut, karena semua bentuk pengendalian telah diimplementasikan dengan
menggunakan teknologi, konsekwensinya adalah manusia harus patuh dan tidak
bisa bernegosiasi. Fenemena ini perlu diantisipasi dengan menyesuaikan kurikulum
akuntansi agar desrupsi terhadap prosesi akuntan dapat dihambat.
Pengalaman Progam Studi Akuntansi Di Politeknik
Pengalaman program studi akuntansi di politeknik dalam mengajarkan matakuliah
komputer menjadi acuan tulisan ini. Sejak dibukanya program studi akuntansi di
politeknik tahun 1986, yang waktu itu disebut dengan tataniaga, banyak perubahan
kurikulum telah terjadi. Diawal pembentukan kurikulum program studi akuntansi
sarat dengan muatan Teknologi dan sangat ideal untuk saat itu. Semester I ada
pengantar komputer, semester II matakuliah pengolah kata (wordstar), semester III
penggunaan Lotus 123, semester IV ada matakuliah dbase dan semester V ada
bahasa pemrograman BASIC, dan terakhir ada matakuliah komputer akuntansi
yang dikenal dengan penggunaan Sybiz. Demikian juga untuk bahasa Inggris yang
ada disetiap semester. Kurikulum ini telah menghasilkan lulusan program studi
akuntansi yang bisa mengaudit (auditor), mampu menggunakan aplikasi komputer
dan mahir berbahasa Inggris.
Sejalan dengan perubahan kurikulum yang terjadi hampir setiap lima tahun, muatan
teknologi komputer dan bahasan Inggris tergerus karena ada kepentingan
matakuiah inti. Hingga saat ini muatan teknologi yang masih bertahan masih
terpaku kepada model yang dulu diajarkan sejak berdirinya, hanya saja, lotus 123
diganti dengan excel, Pengolah kata WS diganti dengan
MS Word, Dbase
digantikan dengan MS Access dan Bahasa pemerograman tidak ada lagi di
kurikulum.
Pengendalian Aplikasi dilakukan oleh hardware dan software
Paragraph sebelumnya telah menjelaskan bagaimana verifikasi (pengendalian
aplikasi) dilakukan oleh hardware dan software. Fenomena ini membuktikan bahwa
pengendalian yang tadinya dikerjakan oleh manusia telah dialihkan kepada
SNAV 7 Pontianak 4
Seminar Nasional Akuntansi Vokasi 7. Pontianak 2018
hardware dan software. Peran manusia hanya sebagai pengguna dan seratus persen
patuh kepada pengendalian tersebut.
Pengendalian aplikasi fokus kepada penjagaan asset (penjagaan terhadap
kemungkinan hilang, pemindahan, penghancuran) dan memaintain integritas data
(meyakinkan otorisasi penggunaan, lengkap, akurat dan tidak terjadi pengulangan
penyimpanan data).
Jika semua bentuk pengendalian telah dikerjakan oleh hardware dan software, lalu
apa yang harus dilakukan oleh auditor untuk meyakinkan bahwa kerja mesin
tersebut benar benar sesuai dengan kriteria, standard dan ketentuan yang dibuat oleh
organisasi atau ketentuan yang dibuat oleh pemerintah.
Disini letak pentingnya meningkatkan pengentahuan sistem informasi/teknologi
informasi bagi mahasiwa akuntansi agar dapat memahami proses pengendalian
yang dilakukan oleh hardware dan software agar dapat menyakinkan bahwa
pengendalian aplikasi telah dapat menjaga asset perusahaan.
Permasalahan
Mengacu kepada phenomena yang sedang terjadi, banyak kekawatiran yang timbul
di dunia pendidikan, akankah profesi akuntan (auditor) dan profesi lainnya yang
akan terdesrupsi. Pengalaman Politeknik dalam menggunakan kurikulum
bermuatan teknologi semakin tergerus oleh kepentingan lain. Artikel ini akan dikaji
antisipasi apa yang harus dilakukan oleh profesi dosen agar auditor yang dihasilkan
dari proses pendidikan akuntansi mampu atau menyesuaikan keterampilan yang
diajarkan dengan arus desrupsi agar lulusan akuntansi masih dapat bertahan atau
berguna dimasa datang.
Tujuan
Memberikan alternatip solusi agar kurikulum akuntansi merobah orientansi
pengajarannya (model, kurikulum, pola, sumber dan methodology) kepada muatan
SNAV 7 Pontianak 5
Seminar Nasional Akuntansi Vokasi 7. Pontianak 2018
teknologi yang berimbang antara akuntansi model lama dengan akutansi berbasis
komputer agar lulusan mampu menghadapi desrupsi di dunia nyata.
Tinjauan Pusataka
Jasa akuntansi semakin meluas dan lebih spesialis. Jasa akutansi bukan hanya
sekedar bertumpu pada pemahaman, interpretasi, dan menerapkan standard,
dibutuhkan kreativitas dan inovasi untuk mengantisipasi era desrupsi agar tidak
terkikis oleh kemajuan teknologi.
Tuntutan akan perubahan kurikulum.
Perguruan Tinggi harus merobah fundamental kurikulumnya secara mendasar.
Rektor ITB (February 23, 2018) mengatakan bahwa mahasiswa harus menguasai
coding dan programming, karena ketika mereka nanti membuat produk untuk
jualan, mereka juga harus memiliki kemampuan membuat website. Mahasiswa
harus memiliki kemampuan data analitik, karena sekarang muncul big data.
Sehingga bila tidak memiliki kemampuan tersebut, mereka akan kerepotan. Untuk
program studi dan level tertentu, mahasiswa harus mempunyai kemampuan
Artifisial Intelijen. Mahasiswa memiliki softskill fleksibility dan sistem
sustainability. Artinya siapapun lulusannya, ke depan harus bisa dan memiliki
kemampuan
adaptasi
terhadap
perubahan
termasuk
di
tahun
2025.
(http://kabarkampus.com/2018/02/itb-siapkan-kurikulum-hadapi-2030).
Menurut kebiasaan, penyesuaian atau perubahan kurikulum dilakukan setelah satu
paket kurikulum melahirkan lulusan. Lulusan tersebut kemudian ditelusuri (trace)
keberadaannya setelah 3 bulan sejak dinyatakan lulus. Gunanya traces study adalah
untuk mengetahui apakah kurikulum yang diajarkan selama mereka kuliah telah
sesuai dengan keinginan industri.
Sejak puluhan tahun lalu telah banyak perubahan kurikulum dilakukan, secara
tradisi, pendidikan akuntansi fokus kepada akuntansi keuangan, perpajakan,
auditing dan akuntansi biaya. Pendidikan akuntansi konsentrasi pada aspek teknis
standard akuntansi keuangan, standard auditing yang penting bagi pendidikan
SNAV 7 Pontianak 6
Seminar Nasional Akuntansi Vokasi 7. Pontianak 2018
akuntansi. Sejak periode 1980 s.d 1990 pendidikan akuntansi mengalami perubahan
besar kearah akuntansi industri (Turner, K. Reed, R. Greiman, J (2011).
Di tahun 1989, the Accounting Education Change Commission (AECC) dan
American Accounting Association (AAA) mengindikasikan pertumbuhan
kebutuhan lulusan akuntansi yang dapat beradaptasi terhadap perubahan
lingkungan. Tantangannya adalah para pendidik akuntansi dapat mempertahankan
dan
meningkatkan
kompetensi
lulusan
untuk
dapat
beradaptasi
dan
mengimplementasikan keahliannya pada lingkungan baru. (Turner, K. Reed, R.
Greiman, J (2011).
Tahun 1999 AECC sukses mempromosikan perubahan pendidikan akuntansi yang
mengikuti rekomendasi dari Bedford Committee, rekomendasinya antara lain
lifelong learning based on a broader general education, conceptual understanding
of accounting and business matters, ethics, critical thinking, and communications
and interpersonal relations. Berdasarkan rekomendasi ini, perubahan prinsip
pendidikan akuntansi lebih berorientasi kepada pengguna akuntansi, bukan lagi
sebagai tenaga yang menyiapkan hasil akuntansi (laporan keuangan) dengan
penekanan lebih pada critical thinking dan communication. (Turner, K. Reed, R.
Greiman, J (2011).
Jasa akuntansi semakin luas dan semakin spesifik. Jasa yang diberikan oleh akuntan
bukan hanya berdasarkan pemahaman, interpreasi dan penerapan standard, tetapi
dituntut untuk lebih creative dan inovasi untuk mengantisipasi perubahan, termasuk
didalamnya desrupsi.
Pendidikan akuntansi telah gagal untuk mengidentifikasi perubahan yang intensive
dibidang teknologi (Albert, dkk). Semua siklus akuntansi telah menggunakan
teknology sebagai basis/alat untuk bertransaksi, fungsi pengendalian sepenuhnya
dilakukan oleh teknologi sebagai konsewensinya adalah data disimpan dalam
bentuk softcopy dan mengauditnyapun harus menggunakan komputer, tidak ada
lagi bukti bukti transaksi, dokumen dan data pendukung transaksi yang disimpan
dalam bentuk kertas.
SNAV 7 Pontianak 7
Seminar Nasional Akuntansi Vokasi 7. Pontianak 2018
Perubahan yang diinginkan adalah kemampuan mahasiswa untuk membaca data
yang terseimpan dalam bentuk elektronik, kemampuan memahami metode, prinsip
dan prosedur pembuatan siklus akuntansi menjadi berbasis komputer, kemampuan
untuk memahami adanya pengendalian yang ada di tempat penyimpanan data
tersebut dan kemampuan untuk membaca data tersebut untuk diaudit.
Prinsip
dan
rekomendasi
yang
tertuang
pada
paragraph
diatas
telah
diimplementasikan pada kurikululum pendidikan akuntansi di Indonesia. Kini
saatnya untuk menghadapai tantangan desrupsi dan tuntutan teknologi agar lulusan
akuntansi dapat selalu up-to-date dengan cara menyesuaikan kurikulum dengan
perkembangan teknologi secara lebih mendalam.
Pengendalian Menjadi Sentral Pendidikan Akuntansi
Pengendalian merupakan aktivitas yang wajib dilakukan oleh suatu organisasi agar
tujuan organisasi dapat tercapai sesuai dengan yang telah ditetapkan. Aktivitas
pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang digunakan untuk meyakinkan
bahwa tindakan yang tepat telah dilakukan untuk menghadapi resiko yang telah
diidentifikasi. (Hall,2011,p20). Lebih jauh Hall (Hall,2011) mengidentifikasikan
bahwa aktivitas pengendalian dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu Physical
Control dan Information Technology Control. Secara grafis aktifitas tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut:
SNAV 7 Pontianak 8
Seminar Nasional Akuntansi Vokasi 7. Pontianak 2018
Gambar 1; Category of Control
Activities
Information
General
Control
Technology
Application
Control
Independent
Verification
Control
Activities
Transaction
Authorization
Segregation of
Duties
Physical
Supervision
Accounting
Record
Access Control
Sumber: Information Technology Auditing, James Hall, 2011. Hal 21
Physical control secara umum melibatkan aktivitas manusia untuk memastikan
bahwa pengendalian telah dijalankan dengan baik, biasanya tidak berhubungan
dengan logika yang ada disistem komputer dan aktivitas ini fokus kepada aktivitas
manusia. Misalnya seorang supervisor harus memberikan parafnya sebelum suatu
proses dilanjutkan kepada proses berikutnya. Ketika mengaudit proses ini, maka
auditornya harus melihat apakah supervisor memberikan parafnya (authorize)
kepada setiap proses tersebut. Karena dokumen yang hendak diaudit jumlahnya
mencapai ratusan bahkan ribuan maka digunakan metode random untuk
menentukan bahwa proses tersebut 100% telah diotorisasi. Aktivitas otorisasi
seperti yang digambarkan tersebut telah tergantikan dengan komputer, misalnya
system otorisasi pada system Automatic Teller Machine.
Information Technology Control (IT Control)
Secara teori ada dua bentuk pengendalian pada IT, pertama General Control dan
Aplication control. Keduanya saling mengikat dan saling terintegrasi satu sama
SNAV 7 Pontianak 9
Seminar Nasional Akuntansi Vokasi 7. Pontianak 2018
lain. Pengendalian umum melibatkan semua jajaran pimpinan sampai ke
operasional perusahaan. Masing masing tingkatan akan berperan sesuai dengan
fungsi dan tugas masing masing. (perhatikan gambar1). Dengan bantuan teknologi,
semua sumber daya manusia di lini organisasi menggunakan komputer sebagai
media untuk mengakses data.
Gambar 1:Control Over IS
functions; Ron Weber, 1998
Pengendalian aplikasi menjadi sentral dari pengendalian berbasis komputer karena
aplikasi paling dekat dengan sumber data dan bisa langsung mengakses data, jika
aplikasi yang hendak masuk kesumber data tidak dikendalikan dengan baik maka
data akan dengan mudah dimodifikasi oleh aplikasi tersebut. Hingga saat ini,
pengendalian dengan menggunakan teknologi komputer termasuk yang efektif dan
efisien.
Pengendalian aplikasi ditujukan untuk meyakinkan bahwa setiap aplikasi yang
digunakan oleh suatu organisasi dapat menjaga asset, memaintain integritas data
dan dapat mencapai tujuan secara efisien dan efektif. Ada beberapa hal yang perlu
mendapat perhatian dalam hal pengendalian aplikasi, antara lain adalah:
Agar pengendalian aplikasi dapat berjalan secara konsisten dan terus
menerus maka pengendalian aplikasi melibatkan hardware dan software
bukan manusia.
Pengendalian aplikasi diterapkan pada data dan prosesnya, bukan pada
pengembangan, maintenan dan proses operasional system.
SNAV 7 Pontianak 10
Seminar Nasional Akuntansi Vokasi 7. Pontianak 2018
Pengendalian aplikasi ada pada setiap sistem aplikasi yang digunakan oleh
suatu organisasi
Pengendalian aplikasi cenderung fokus kepada penjagaan asset (penjagaan
terhadap kemungkinan hilang, pemindahan, penghancuran) dan memaintain
integritas data (meyakinkan otorisasi penggunaan, lengkap, akurat dan tidak
terjadi pengulangan penyimpanan data). (weber, 1998).
Pengaruh Teknologi Terhadap Audit
Weber (1998) mengatakan bahwa ada dua pengaruh komputer terhadap audit,
pertama adalah pengaruh kepada cara mengumpulkan bukti. Pengumpulan bukti
bukti audit tidak lagi dikumpulkan dari bukti bukti diatas kertas, melainkan
dikumpulkan dari database. Untuk dapat mengumpulkan bukti bukti audit dari
database maka diperlukan pengetahuan database, query untuk mengekstrak data
yang diperlukan.
Pengaruh kedua adalah pengaruh kepada cara mengevaluasi bukti bukti. Jika secara
manual bukti verfikasi dilihat pada apakah ada paraf supervisor atau tidak, paraf
tersebut didatabase digantikan oleh symbol atau bentuk lainya yang dapat dilusuri
keberadannya. Data yang telah diekstrack dari sumbernya dianalisis dengan
bantuan ilmu statistic dan pengetahuan database serta ilmu komputer lainnya.
Kedua hal ini akan sangat berpengaruh kepada kompetensi yang didapat oleh
mahasiswa. Jika tidak maka mahasiswa akan kesulitan menghadapai perbedaan
yang ada diantara industri dan dunia pendidikan.
METODOLOGI
Penulisan artikel ini bukan berdasarkan penelitian, melainkan berdasarkan hasil
observasi, pengalaman dan kajian artikel terkait dengan topik bahasan. Analisis
berdasarkan hasil pembahasan dari penelitian terhadap progam studi komputerisasi
akuntansi yang ada di Indonesia (Masjono, 2014) dan hasil pengembangan
kurikulum yang pernah di lakukan oleh penulis dibeberapa Perguruan Tinggi.
SNAV 7 Pontianak 11
Seminar Nasional Akuntansi Vokasi 7. Pontianak 2018
PEMBAHASAN
Auditor (manual) dan auditor system informasi
Untuk menjadi seorang auditor, mahasiswa pogram studi akuntansi harus
mempelajari berbagai matakuliah, dan agar lulusan bisa diakui sebagai auditor,
mahasiswa harus mengikuti uji kompetensi. Siklus ini sudah berjalan sejak puluhan
tahun yang lalu hingga sekarang masih menjadi persyaratan untuk menjadi auditor
dari program studi tersebut.
Titik berat kerjanya auditor terletak pada memastikan bahwa siklus akuntansi yang
digunakan oleh suatu perusahaan memiliki pengendalian, bukan hanya diatas kertas
tetapi dilaksanakan dengan konsisten dan terus menerus. Untuk situasi sekarang,
pekerjaan yang konsistensi dan terus menerus hingga mencapai 100%, hanya dapat
dilakukan oleh komputer.
Dengan dukungan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), semua siklus
akuntansi telah menggunakan bantuan komputer untuk memproses transaksi yang
terjadi didalam siklus tersebut. Sebagai contoh nyata adalah yang sekarang banyak
digunakan oleh toko online atau e-commerce. Ketika seseorang memesan barang
ditoko online, isian pertama yang diminta adalah ID customer (customer number).
Ketika diinput maka komputer akan mengecek ke database customer apakah ID
tersebut telah terdaftar atau belum, jika belum maka diwajibkan untuk mendaftar,
jika sudah terdaftar maka isian bisa dilanjutkan. Jika hal ini dilakukan secara
manual maka siklus akuntansi tersebut tidak akan selesai dalam waktu singkat.
Semua inputan di toko online akan selalu dikrosscek kebenarannya agar informasi
yang dihasilkan akurat.
Terkait dengan paragraph diatas, pertanyaan yang mengemukan adalah apakah
pekerjaan tersebut (verifikasi dan validasi) dilakukan oleh manusia?, bagaimana
proses validasi terjadi?, jika dilakukan secara manual akan bisa dijawab oleh
mahasiswa lulusan akuntansi, karena telah dibekali akuntansi dasar, akuntansi
SNAV 7 Pontianak 12
Seminar Nasional Akuntansi Vokasi 7. Pontianak 2018
mengengah, akuntansi biaya, akuntansi manajemen, akuntansi lanjutan, auditing
dan pengetahuan komputer yang tertuang dalam matakuliah pengantar komputer,
Sistem Informasi Akuntansi dan system database (jika ada) dengan kompetensi
utamanya adalah auditor (S1 atau D4). Tetapi siklus yang telah dikomputerisasi,
proses verifikasi dan validasi belum tentu bisa menjawab karena muatan TIK dalam
proses pembelajaran akuntansi belum memadai dan belum pas untuk menopang
siklus akuntansi berbasis komputer.
Agar bisa menjawab, mahasiswa harus dibekali dengan pengendalian umum dan
pengendalian aplikasi (lihat gambar 1) yang diajarkan secara lebih mendalam. Perlu
diketahui bahwa untuk memperdalam, terutama pengendalian aplikasi diperlukan
antara lain pengetahuan mengenai prinsip dasar komputer, system database
(integritas data), system analysis dan design, data flow, bahasa pemerogaman,
system keamanan dan jaringan dan Information system and control.
Jika dilihat dari situasi sekarang, program studi Komputerisasi Akuntansi (KA)
yang telah menjadi program studi andalan bagi perguruan tinggi sejenis AMIK,
STMIK untuk dapat menjawab tantangan diatas. Berdasarkan pengalaman
observasi terhadap implementasi kurikulum program studi komputerisasi akuntansi
memiliki variasi implementasi kurikulum yang cukup lebar, kisaran 50%(taksiran)
karena dari hasil observasi diketahui penyebabnya antara lain masing masing prodi
belum memiliki profil yang berbeda, masing masing prodi belum ada standard yang
pasti seperti layaknya progam studi akuntansi dan faktor SDM pendukung di prodi
masing masing menjadikan biasnya semakin lebar dan penyusunan kurikulum
cenderung untuk mencari jalan pintas.
Model kurikulum program studi KA
hendaknya mengacu kepada menghasilkan lulusan memiliki kompetensi utamanya
adalah auditor sistem informasi (S-1 atau D-4). (Masjono,2014).
Peraturan menteri riset, teknologi, dan pendidikan tinggi Republik Indonesia nomor
15 tahun 2017 tentang penamaan program studi pada perguruan tinggi, nama
komputerisasi akuntansi sebaiknya menggunakan nama Sistem informasi
SNAV 7 Pontianak 13
Seminar Nasional Akuntansi Vokasi 7. Pontianak 2018
Akuntansi (SIA). Berkenaan dengan hal ini diharapkan lulusan progam studi SIA
ini menghasilkan profil dan kompetensi yang sama diseluruh Indonesia, seperti
layakan progam studi akuntansi, berikut ini model kurikululum untuk program studi
akuntansi
yang
dikombinasikan
dengan
pengetahuan
komputer
untuk
menghasilkan auditor, manual maupun berbasis komputer.
Model Kurikulum inti progam akuntansi kombinasi dengan Teknologi. Luaran dari
kurikulm ini adalah auditor, baik manual maupun Auditor system Informasi.
Tabel 1. Kurikulum Inti progam studi akuntansi (d-4/S-1) dikombinasikan dengan
TIK
Semester I*
Introduction to Information Technology
Computer Applications (MS-Office)
Basic Accounting
Semester III
Database
Cost Accounting
Semester V
Computer Security and Network
Accounting Management
Accounting Theory
Semester VII
COBIT
Semester II
Accounting Information System (focus on
accounting cyscle)
System analysis and design/Business
Application Development
Intermediate Accounting
Statistic
Semester IV
Computer Langguages/web programming
Advance Accounting
Budgeting
Financial Management
Semester VI
Computer Controls and Audit
Auditing
Semester VIII
Skripsi/Final Project (pilihan mau
akuntansi manual atau akuntansi berbasis
komputer atau kombinasi).
*Catatan hanya matakuliah inti
Sumber: Diolah
Kombinasi yang ada di model kurikulum diatas, akan mampu menghasilkan lulusan
dengan kompetensi Utama sebagia berikut.
SNAV 7 Pontianak 14
Seminar Nasional Akuntansi Vokasi 7. Pontianak 2018
Lulusan mampu membuat aplikasi akuntansi berbasis siklus akuntansi.
Alasan diberikannya matakuliah pendukung kompetensi ini adalah data transaksi
yang terjadi disiklus akuntansi tidak lagi disimpan diatas kertas,melainkan didatabase. Untuk membangun aplikasi dibutuhkan semua matakuliah akuntansi dan
matakuliah teknologi komputer, kombinasi dari ilmu akuntansi dan ilmu komputer
teknologi akan dapat membangun aplikasi komputer. Lebih jauh untuk proses audit,
dibutuhkan keahlian membaca data dalam bentuk elektronik. Jika mahasiswa sudah
mampu membuat aplikasi, artinya mahasiswa mampu membuat tempat
penyimpanan data dan tahu cara mengauditnya.
Lulusan mampu melakukan audit manual dan audit berbasis komputer. Untuk
mampu mengaduit secara manual, semua matakuliah akuntansi sudah dapat
mendukung kompetensi ini. Untuk mampu mengaudit system berbasis komputer,
semua matakuliah komputer yang ada akan mampu menjadikan mahasiswa auditor
sistem informasi.
Kesimpulan
Era desrupsi telah berjalan dan akan mengerus profesi auditor, perlu adanya
tindakan nyata dari pelaku pendidikan untuk mengupgrade dan menyesuaikan
kurikulum akuntansi dengan mengkombinasikan antara akuntansi dan teknologi
komputer karena semua siklus akuntansi telah dikomputerisasikan dan
konsekwensi dari hal tersebut adalah auditnyapun harus berbasis komputer dan
menggunakan komputer.
Saran
Disarankan untuk mengupdate kurikulum program studi akuntansi dengan
mengkobinasikan antara tekonologi informasi dan ilmu akuntansi.
Keterbatasan Artikel
Artikel ini ditulis berdasarkan pengaman penulis, hasil obbservasi dan review
literature. Keterbatasan yang ada antara lain PEmbahasan masih kurang intensive
SNAV 7 Pontianak 15
Seminar Nasional Akuntansi Vokasi 7. Pontianak 2018
karena belum memberikan detil dari masing masing opsi matakuliah di kurikulum.
(halaman yang terbatas).
Daftar Pustaka
Albrecht, W Steve; Clark, D Cecil; Smith, Jay M; Stocks, Kevin D; Woodfield,
Leon W. “An Accounting Curriculum For The Next Century”. Issues In
Accounting Education; Sarasota Vol. 9, Iss. 2, (Fall 1994): 401.
American Accounting Association [AAA] Committee on the Future Structure Content, and
Scope of Accounting Education [The Bedford Committee]. 1986. Future accounting
education: Preparing for the expanding profession. Issues in Accounting Education (1):
168-195.
Gary L. Sundem & Doyle Z. Williams (2006) Changes in accounting education:
preparing for the twenty-first century, Accounting Education, 1:1, 55-61,
DOI: 10.1080/09639289200000006
Kasali, R (2006). “Change!”Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Kasali (2017). “Tiga Janji Disruption dan Relevansi Keterampilan Manusia –
Liputan6 31 October, 2017, Rumah Perubahan.
Kasali, R, (2017) Inilah Pekerjaan Yang akan Hilang Akibat “Disruption” 18
October, 2017, Rumah Perubahan.
Turner, K. Reed, R. Greiman, J (2011). “Accounting Education In Crisis”.
American Journal of Business Education – December 2011 Volume 4,
Number 12.
Masjono(2014). “Studi Terhadap Implementasi Kurikulum Program Studi
Komputerisasi Akuntansi di Indonesia” Account: Jurnal Akuntansi,
Keuangan dan Perbankan, Vol 1 No 2, edisi Desember 2014. ISSN No:
ISSN 2338-9753.
Weber, R (1998). “Infomation Systems Control and Audit” New Jersy: PrenticeHall, Inc.
SNAV 7 Pontianak 16