[go: up one dir, main page]

Academia.eduAcademia.edu
ISSN 2088 - 186X Jurnal ADI KARSA Teknologi Komunikasi Pendidikan BALAI TEKNOLOGI KOMUNIKASI PENDIDIKAN DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA PROVINSI DIY ISSN 2088-186X Edukasi Vol. XIV No. 15 Hlm. i - iv 1 - 110 Yogyakarta November 2018 ISSN 2088 - 186X Daftar Isi Penerapan Metode Kooperatif Jigsaw Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Ipa Siswa Kelas VI SD Oleh : Ifut Riati .............................................................................................................. PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN PRESTASI HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMK Oleh : Eko Mulyadi ........................................................................................................ 1 12 Peningkatan Hasil Belajar Kompetensi Dasar Analisis Elektrokimia Melalui Pendekatan Konstektual Di SMK Oleh : Heni Ekawati ....................................................................................................... 24 Peningkatan Prestasi Belajar Daur Air Melalui Pendekatan CTL Dengan Pemanfaatan Lingkungan Sekitar Oleh: Erni Dwi Endarwati ............................................................................................. 32 Antisipasi Perilaku Kekerasan Anak Sekolah Dasar Melalui Manajemen Konflik Berbasis Sekolah Oleh : Fahrudin ............................................................................................................. 42 Peningkatan Hasil Belajar Materi Tata Surya Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Oleh : Yanuarita Widi Astuti ........................................................................................... 54 Peningkatan Sikap Percaya Diri Melalui Metode Debat Pada Mata Pelajaran PPKn Oleh: Desi Ariani ........................................................................................................... 64 Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Melalui Pembelajaran Explicit Instruction Menggunakan Media Manik-Manik Pada Anak Tunagrahita Sedang Oleh: Sri Puji Lestari ..................................................................................................... 76 Penerapan Cara “Tok Ser” Pada Penilaian Harian Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Sikap Percaya Diri Siswa Oleh : Hari Sumanti ........................................................................................................ 85 Analisis Kebutuhan E-Training Kurikulum 2013 Bagi Guru-Guru Di Daerah Istimewa Yogyakarta Oleh: Estu Miyarso ........................................................................................................ 94 iii PENINGKATAN SIKAP PERCAYA DIRI MELALUI METODE DEBAT PADA MATA PELAJARAN PPKn Oleh: Desi Ariani Guru PPKn SMK Koperasi Yogyakarta email: desi.uny.pknh@gmail.com ABSTRACT:This action research is aimed to improve students’ self confidence and to know the action’s barriers by using debate method in Civic and Five Principles Education subject of class X MIPA 4 SMA Negeri 1 Bantul. The research design is using Kemmis dan Mc. Taggart model. The data collection was using observation, documentation, and unstructured interview. The data analysis used quantitative and qualitative description. The research showed that students’ self confidence in class X MIPA 4 was improved through debate method by considering 4 self confidence behavior indicators namely, 1) expressing opinion, 2) working cooperatively in group, 3) facing opponent, 4) speaking fluently, with little doubt. Students of class X MIPA 4 who has self confidence in high category of 69%-80% improves from 68% to 84%. Keywords: self-confidence, debate, Civic and Five Principles Education PENDAHULUAN Pendidikan merupakan hal sangat penting bagi kemajuan bangsa demi terwujudnya cita-cita bangsa yang tertera dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 pada alenia ke-4 salah satu citacita bangsa yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Dari tujuan bangsa itu setelah Indonesia merdeka menjadi kunci penting bagi bangsa Indonesia untuk mengembangkan pendidikan di segala aspek kehidupan. Pendidikan yang dulu hanya dirasakan pada segelintir orang saja kaum bangsawan yang bisa menikmati pendidikan. Namun setelah Indonesia merekda menjadi konsen bersama untuk mengembangkan pendidikan. Kondisi sosial politik mempunyai pengaruh terhadap pendidikan. Terutama pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang dipengaruhi oleh kondisi rezim Orba telah mempengaruhi bidang pendidikan pada perubahan kurikulum PKn pelaksanaan pengajaran di lapangan yang lebih mendukung status-quo atau legimitasi pembenaran 64 JURNAL ADIKARSA Volume XIV No.15 (Justifikasi) berbagai kebijakan rezim orba daripada untuk meningkatkan pemberdayaan warga negara dalam berhubungan dengan negara. Para pelajar peserta mata pelajaran PKN hanya dilatih menghafal tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) , tidak banyak berbeda dengan penataran P4. Sebab P4 menjadi makanan pokok PKN, yang berarti juga pendangkalan terhadap materi PKN, padahal cakupan materi sangat luas. Peningkatan pengetahuan dan kemampuan yang memadai tentang demokrasi, pembentukan sikap demokratis, kritis, berani melakukan kontrol demi menegakan kebenaran dan keadilan, terasa kurang diperhatikan. Guru tidak memiliki keberanian untuk mmberikan informasi yang riel, obyektif tentang berbagai masalah penyimpangan yang dilakukan pemerintah, akibatnya subyek didik menerima informasi yang tidak benar. Subyek didik jelas tahu tentang kondisi ini, karena kepekaan terhadap apa yang terjadi dalam lingkungan serta karena derasan arus informasi yang mereka Peningkatan Sikap Percaya Diri Melalui Metode Debat Pada Mata Pelajaran PPKn terima. Akibatnya pengajaran PKN dirasakan subyek didik kurang bermakna, karena yang diajarkan lain dengan kenyataan. Akibat dari kondisi ini, PKn semakin sulit untuk mengembangkan karakter warga negara yang demokratis, sehingga menjadi lahan subur bagi berkembangnya otoriterisme (Cholisin, 2000:20). Pendidikan Kewarganegaraan dengan paradigma baru terlebih lagi dengan berlakunya kurikulum 2013 dengan nama Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ditutut agar pengembangan pembelajaran lebih demokratis di mana metode pengajaran pendidikan yang demokratis adalah bentuk pendidikan yang menempatkan pendidik dan peserta didik dalam kedudukan yang seimbang. Pendidik menempatkan diri sebagai pembibing peserta didik, dilain pihak peserta didi mempunyai keduduan sebagai subyek sekaligus obyek (Dwi Siswoyo, 2007: 134). Melihat pada fakta di lapangan pada observasi awal, Kondisi di lapangan menunjukan ketika sisiwa diminta untuk bertanya kepada guru belum terlihat percaya diri dan ketika secara berkelompok siswa masih dengan siswa yang terbiasa aktif masih menonjol dalam berdiskusi atau mempresentasi hasil ke depan kelas sehingga rasa percaya siswa belum semuanya terlihat hanya beberapa saja yang aktif bertanya atau menanggapi pernyataan yang didiskusikan. Masalah yang kedua jika ada salah satu siswa yang tampil ke depan yang di belakang belum ada antusias untuk menyimak dan mendengarkan secara komprehensif sehingga akibatnya siswa yang duduk dibelakang asyik sendiri. Terlebih lagi materi yang dipelajari tidak tersampaikan. Masalah ketiga buku-buku yang dijadikan pedoman siswa belum bisa dimksimalkan dalam kegiatan pembelajaran walaupun pada kurikulum 2013 ini menuntut siswa mencari sumber dan menggali berbagai bacaan untuk mencari informasi berkaitan dengan materi pelajaran yang diajarakan. Siswa sebagaian besar hanya menuliskan apa saja yang ia dapat dari hasil kegiatan mengamati saja belum mampu menggali dan menganalisis hubungan-hubungan antara materi ajar dengan kondisi yang mutakhir saat ini. Padahal dalam pembelajaran PPKn bersifat konstektual dengan demikian harus melihat kondisi dan kenyataan kehidupan sosial dan perkembangan nasional yang terjadi saat ini. Dari masalah-masalah di atas penting kiranya untuk mengembangkan metode yang mengakar pada kondisi nyata di negeri ini dan meningkatkan dalam merumuskan susatu ide gagasan berpikir ketika berdiskusi untuk berpikir kritis dan analitis sehingga untuk mencapai tujuan keaktifan siswa secara menyeluruh tersebut dengan menggunakan model debat aktif. Sehingga pada akhirnya akan tercapaian pembelajaran yang aktif dan menyenangkan dengan berpusat pada siswa (student center) bukan lagi pada guru yang harus mencekoki materi-materi pembelajaran yang membosankan bagi peserta didik. Di mana student center learning (SCL) merupakan metode pembelajaran yang memberdayakan peserta didik menjadi pusat perhatian selama proses pembelajaran berlangsung. Landasan pemikiran dari teori teori konstruktivis (Westwood Peter, 2008:26) berasal dari teori belajar yang dikembangkan oleh Jean Piaget (1983), Jerome Breuner (1961), dan John Dewey (1933), yaitu memusatkan proses pembelajaran pada perubahan perilaku peserta didik itu sendiri dan dialami langsung untuk membentuk konsep belajar dan memahami. Selanjutnya, konsep pengalaman belajar dari segitiga Dale membuktikan bahwa belajar mengalami 65 sendiri pada kondisi nyata atau sebenarnya dan mengendalikan proses belajarnya merupakan pemenuhan pengalaman belajar yang lebih baik dibanding belajar dengan mengamati. Dari situlah pembelajaran yang mengajarkan sikap sekaligus pengetahuan adalah PPKn yang amat tepat untuk pengembangan sikap rasa percaya diri kalangan siswa dan memunculkan sikap terbuka sehingga bisa berdialog secara demokratis melalui metode debat. Kajian Sikap Percaya Diri Dalam buku adolesconce: perkembangan remaja karangan John Santrock, kepercayaan diri diartikan sebagai dimensi evaluatif yang menyeluruh diri (John W. Santrock, 2003: 336). Menurut De Angelis (1995) kepercayaan diri berawal dari tekad pada diri sendiri, untuk melakukan segala hal yang dibutuhan dan diharapkan secara rasional. Kepercayaan diri adalah keyakinan untuk berani menghadapi tantangan hidup. Percaya pada diri sendiri berarti keyakinan untuk mampu melawan kekhawatiran dan tidak menyerah (Angelis, 1995). James Neill menyatakan bahwa self-confidence adalah keyakinan terhadap penilaian atas kemampuan diri dan meraskan adanya kepantasan untuk berhasil. Adapun indiator-indikator sikap percaya diri adalah sebagai berikut: Tabel 1. Indikator-indikator Percaya Diri oleh Ahli No Indikator Positif Indikator Negatif 1. Mengerahkan atau memerintahkan orang lain 2. 3. Menggunakan kualitas suara yang disesuaikan dengan situasi Mengekspresikan pendapat 4. Duduk dengan orang lain dalam aktivitas sosial Merendahkan orang lain dengan cara menggoda, memberi nama panggilan dan menggosip Menggerakan tubuh secara dramastis atau tidak sesuai konteks Melakukan sentuhan yang tidak sesuai atau menhindari kontak fisik Memberikan alasan-alasan ketika gagal melakukan sesuatu 5. Bekerja secara kooperatif dalam kelompok Melihat sekeliling untuk memonitor orang lain 6. 7. Memandang lawan bicara ketika mengajak atau diajak bicara Menjaga kontak mata selama perbicangan berlangsung Membual secara berlebihan tentang prestasi, keterampilan dan penampilan Merendahkan diri sendiri secara verbal, depresi 8. Memlai kontak yang ramah dengan orang lain 9. Menjaga jarak yang sesuai antara diri sendiri dengan orang lain Berbicara dengan lancar, hanya mengalami sedkit keraguan Berbicara terlalu kras, tiba-tiba, atau dengan nada suara yang dogmatis Bengekspresikan pandangan atau pandangan, terutama ketika ditanya Memposisikan diri secara submisif 10. Sumber: John W. Santrock. Adolescence Perkembangan Remaja. (Jakarta: Erlangga, 2003) hal. 338 Terkait dengan penelian ini maka peneliti hanya mengambil 4 indikator dari 10 indikator di atas yaitu: 4. Berbicara dengan lancar, mengalami sedkit keraguan hanya Metode Debat 1. Mengekspresikan pendapat 2. Bekerja secara kooperatif kelompok 3. Memandang lawan bicara mengajak atau diajak bicara 66 JURNAL ADIKARSA dalam ketika Volume XIV No.15 Metode debat adalah salah satu metode pembelajaran di mana siswa secara individual maupun kelompok dilatih, disatu pihak untuk mengemukakan suatu pendapat Peningkatan Sikap Percaya Diri Melalui Metode Debat Pada Mata Pelajaran PPKn terhadap suatu persoalan, sedangkan sekelompok siswa di pihak lain diminta untuk mengemukakan bantahan, sanggahan atau pendapat yang berbeda disertai alasan atau argumentasi (Abdul Gofur, 2007: 1213). Di dunia pendidikan, debat bisa menjadi metode berharga untuk meningkatkan pemikiran dan perenungan terutama jika anak didik diharapkan mampu mengemukakan pendapat yang pada dasarnya bertentangan dengan diri mereka sendiri (Melvin Silberman, 2006: 141). Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang mempunyai misi sebagai pendidikan nilai dan moral Pancasila, penyadaran akan norma dan konstitusi UUD 1945, pengembangan komitmen terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia Pancasila dan Kewarganegaraan dimaksudkan sebagai upaya membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air yang dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila, Undang Undang Dasar komitmen Negara Kesatuan Republik Indonesia. METODE PENELITIAN Penelitian ini termasuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang memfokuskan penelitian tentang peningkatan sikap percaya diri siswa kelas X IPA 4 melalui metode debat pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X IPA 4 SMA Negeri 1 Bantul, karena tingkat kepercayaan diri pada kelas ini lebih rendah dibandingkan dengan kelas lainnya. Obyek penelitian adalah hasil proses berupa sikap percaya diri melalui metode debat. Bulan September-Oktober 2016 di SMA Negeri 1 Bantul, Yogyakarta di jalan K.H.A Wakhid Hasyim Bantul Yogyakarta 55711. Berdasarkan tujuan penelitian, maka metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Kemmis dan McTaggart dalam Suwarsih Madya (1994:2), yang mengatakan bahwa Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu bentuk refleksi diri kolektif yang dilakukan oleh peserta-pesertanya dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktik-praktik itu dan terhadap situasi tempat dilakukan praktik-praktik tersebut. Model PTK yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan model Kemmis dan McTaggart. Adapun alur kegiatan penelitian tindakan menurut Kemmis dan McTaggart adalah: Keterangan : 1. Perencaan 3 1 2 2. Tindakan dan Observasi 1 3. Refleksi 1 6 4. Rencana terevisi 1 4 5 5. Tindakan dan Observasi II 6. Refleksi II 9 7. Rencana terevisi II 7 8 Gambar 1: Alur PTK menurut Kemmis dan McTaggart. 67 Teknik Pengumpulan Data yaitu Observasi, Wawancara tidak terstrukur dan Dokumentasi Foto. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Analisis data kuantitatif dalam penelitian ini adalah melakukan perhitungan data berupa angka-angka. Analisis data kualitatif yaitu menggambarkan kenyataan sesuai dengan perhitungan data. Perhitungan data berupa skor sikap percaya diri yang diperoleh siswa kelas X IPA 4 pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalaui metode debat. Pengukuran persentase skor hasil observasi menggunakan rumus sebagai berikut (Anas Sudjono, 2010). Persentase = Jumlah skor yang diperoleh x 100% Skor maksimum Hasil perhitungan persentasetersebut ditafsirkan ke dalam katogori sebagai berikut (Acep Yoni, 2010: 175).Kualifasi persentase sikap percaya diri siswa sebagai berikut: No Persentase Katagori 1. 81%-100% Sangat Tinggi 2. 69%-80% Tinggi 3. 56%-68% Sedang 4. ≤ 55% Rendah Tabel 1. Kualifikasi Persentase Sikap Percaya Diri Siswa Sumber: Acep Yoni, dkk. (2010). Menyusun Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Familia 1. Kriteria sangat tinggi, yaitu siswa mempunyai siakp percaya diri dengan rentang persentase 81%-100% 2. Kriteria tinggi, yaitu siswa mempunyai sikap percaya diri dengan rentangan persentase 69%-80% 68 JURNAL ADIKARSA Volume XIV No.15 3. Kriteria sedang yang siswa mempunyai sikap percaya diri dengan rentang persentase 56-68% 4. Kriteria rendah yaitu siswa memounyai sikap percaya diri dengan rentang ≤ 55% HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam pelaksanaan pembelajarannya peneliti menggunakan dua siklus. Siklus I pada tanggal 27 Agustus 2016 dan 3 September 2016 sedangkan pada siklus II pada 24 September 2016. 1. Siklus I Model pembelajaran dengan menggunakan metode debat siklus I dilaksanakan tanggal 27 Agustus 2016 pada jam pelajaran kelima sampai dengan keenam, pada pukul 10.30-12.00 WIB dengan materi dengan materi “ Wilayah Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menurut Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia ”. terdiri dari perencanaan dan pelaksanaan. Sedangkan siklus I pada pertemuan II dilaksanakan tanggal Sabtu, 3 September 2016 pada jam pelajaran kelima sampai demgam keenam, pada pukul 10.3012.00 WIB dengan materi dengan materi “Penduduk dan Warga Negara menurut UUD NKRI Tahun 1945’’. Terdiri dari perencanaan dan pelaksanaan. Juga dilaksanakan Tahap Observasi Kegiatan Guru dan Kegiatan Siswa. Peningkatan Sikap Percaya Diri Melalui Metode Debat Pada Mata Pelajaran PPKn dan Keamanan menurut Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia. Langkahlangkah pada siklus II juga sama siklus I yautu perencanaan dan pelaksaan. Juga kegiatan observasi guru dan siswa. Gambar 2: memberi arahan kegiatan debat dan pelaksanaan debat belum bisa sesuai rencana karana di awal belum diminta untuk memposisikan tempat duduk untuk saling berhadapan Tabel 2. Persentase Siswa Kelas X MIPA 4 Pada Empat Kategori Sikap Percaya Diri Siklus I Rentang Persentase Katagori Jumlah siswa Persentase 81%-100% Sangat Tinggi 0 0% 69%-80% Tinggi 25 68% 56%-68% Sedang 3 8% ≤ 55% Rendah 9 24% 37 100% JUMLAH Berdasarkan hasil refleksi siklus I, pelaksanaan tindakan masih banyak kendala. Tindakansiklus I pada kelas X MIPA 4 mempunyai sikap percaya 68% katagori tinggi dengan rentang persentase 69%80%. Hasil tersebut belum mencapai kriteria keberhasilan. Tindakan diperbaiki untuk meningkatkan sikap percaya diri siswa kelas X MIPA 4. Tindakan dilanjutkan pada siklus II dengan dasar hasil refleksi siklus I 2. Siklus II Gambar 3: Jalannya debat berlangsung guru sebagai moderator debat sekaligus memberikan penilian Persentase rentang Katagori Jumlah siswa Persentase 81%-100% sangat tinggi 1 3% 69%-80% tinggi 31 84% 56%-68% sedang 2 5% ≤ 55% rendah 3 8% 37 100% JUMLAH Tabel 3. Persentase Siswa Kelas X MIPA 4 Pada Katagori Sikap Percaya Diri Siklus II Sumber: Hasil Peneliti, 2016 Penelitian Diolah oleh Model pembelajaran dengan menggunakan metode debat siklus II dilaksanakan tanggal 24 September 2016 pada jam pelajaran kelima samapai dengam keenam, pada pukul 10.30-12.00 WIB dengan materi dengan materi “ Pertahanan 69 Tabel tersebut menunjukkan persentase siswa dengan kategori tinggi sebesar 76% artinya siswa yang mempunyai sikap percaya diri dengan rentang persentase 69%–80% sebesar 76% atau sebanyak 28 siswa dari 37 siswa kelas X MIPA 4. Pada siklus II, ada 2% siswa mempunyai sikap percaya diri kategori sangat tinggi dengan rentang persentase 81–100%. Hasil tersebut menunjukkan tindakan siklus II sudah mencapai kriteria keberhasilan yaitu 75% siswa dari seluruh jumlah siswa kelas X MIPA 4 mempunyai sikap percaya diri kategori tinggi dengan rentang persentase 69%–80%. Refleksi pada siklus II dilakukan bersama oleh peneliti dan teman sejawat untuk menilai proses pembelajaran PPKn dengan menggunakan metode debat. Berdasarkan kegiatan tersebut, hampir semua peran dan langkah pembelajaran PPK dengan menggunakan metode debat terbimbing sesuai rencana pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan guru dengan baik. Sikap percaya diri siswa kelas X MIPA 4 mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Peningkatan tersebut dikarenakan adanya perbaikan tindakan. Beberapa kendala pada siklus I diperbaiki pada tindakan siklus II. Perbaikan dilakukan pada kegiatan-kegiatan guru dalam menggunakan metode debat yang bermuara pada perbaikan kegiatan siswa yang menunjukkan adanya sikap percaya diri. Berikut diagram kegiatan guru kelas X MIPA 4 dengan menggunakan metode debat pada mata PPKn sebagai berikut: PRESENTASE Diagram Persentase Kegiatan Guru 100 80 60 40 20 0 83% 63% SIKLUS 1 SIKLUS 2 Gambar 4. Diagram Persentase Kegiatan Guru Diagram tersebut menunjukkan kegiatan guru kelas X MIPA 4 dalam pembelajaran dengan metode debat pada siklus I sebesar 63% artinya guru tersebut melaksanakan kegiatan pokok dalam pembelajaran PPKn dengan menggunakan metode debat sebanyak 15 dari 24 butir. Hal ini berarti guru belum menjalankan peran dan langkahlangkah pembelajaran PPKn dengan metode debat secara optimal. Kegiatan guru di siklus II sebesar 83% artinya guru tersebut melaksanakan kegiatan pokok dengan menggunakan metode debat 83% sebanyak 20 dari 24 butir. Hal ini berarti guru sudah 70 JURNAL ADIKARSA Volume XIV No.15 menjalankan peran dan langkah-langkah dengan menggunakan metode debat dengan baik. Dengan demikian, kegiatan guru dalam embelajaran PPKn dengan menggunakan metode pada siklus I ke siklus II mengalami peningkatan. Observasi dilakukan pada kegiatan siswa selama proses pembelajaran PPKn dengan metode debat berlangsung. Pengamatan difokuskan pada sikap percaya diri dalam pembelajaran PPKn dengan metode debat. Persentase sikap percaya diri siswa pada tiap siklus dapat dilihat pada tabel berikut. Peningkatan Sikap Percaya Diri Melalui Metode Debat Pada Mata Pelajaran PPKn Tabel 4. Rekapitulasi Data Persentase Siswa Kelas X MIPA 4 Katagori Sikap Percaya NO PERSENTASE KRITERIA SIKLUS 1 SIKLUS II JUM- PERSENTASE LAH SISWA JUMLAH SISWA PERSENTASE 81– sangat 100% tinggi 2. 69–80% tinggi 0 0% 1 3% 25 68% 31 84% 3. 56–68% sedang 3 8% 2 5% rendah 4. ≤ 55% jumlah siswa 9 24% 3 8% 37 100% 37 100% 1. ≤ 55% Sumber: Hasil Penelitian Diolah Oleh Peneliti, 2016 Tabel tersebut menunjukkan bahwa ada peningkatan jumlah siswa kelas X MIPA 4 yang mempunyai sikap≤percaya diri kategori persentase 55% m sangat tinggi dan kategori tinggi. Jumlah siswa Diagram Persentase Sikap Percaya Diri Siklus I dan Siklus II J U M L A H S I S W yang mempunyai sikap percaya diri kategori sangat tinggi dengan rentang persentase 81–100% meningkat dari 0 menjadi 1 siswa. Jumlah siswa yang mempunyai sikap percaya diri kategori tinggi dengan rentang persentase 69–80% meningkat dari 25 menjadi 28 siswa. Data tersebut juga menunjukkan adanya penurunan jumlah siswa kelas X MIPA 4 yang mempuyai sikap percaya diri sedang dan rendah. Jumlah siswa yang mempunyai sikap percaya diri kategori sedang dengan rentang persentase 56–68% menurun dari 3 menjadi 2 siswa. Jumlah siswa yang mempunyai sikap percaya diri rendah dengan rentang persentase ≤ 55% menurun dari 9 menjadi 3 siswa. Data tabel persentase siswa kelas X MIPA 4 pada setiap kategori sikap percaya diri di siklus I dan II dapat diperjelas melalui diagram berikut: 40 35 30 25 20 15 10 5 0 84% 68% 24% 0% 8% 3% Sangat Tinggi Tinggi siklus I siklus II 5% Sedang 8% Rendah Gambar 5. Diagram Persentase Sikap Percaya Diri Siklus I dan Siklus II Pada diagram menunjukkan bahwa jumlah siswa yang mempunyai sikap percaya diri sangat tinggi dan tinggi meningkat. Siswa yang mempunyai sikap percaya diri sangat tinggi meningkat dari 0% menjadai 3% dan kategori tinggi meningkat dari 68% menjadi 84%. Jumlah siswa yang mempunyai sikap percaya diri kategori sedang dan rendah menurun. Siswa yang mempunyai sikap percaya diri kategori sedang menurun dari 8% menjadi 5% dan kategori rendah menurun dari 24% menjadi 8%. Persentase siswa kelas X MIPA 4 pada setiap indikator sikap percaya diri di siklus I dan siklus II dapat dilihat pada diagram berikut: 71 Diagram Perindikator Sikap Percaya Diri Siswa presentase jumlah siswa 80 73% 74% 74% 71% 72% 68% 62% 65% 60 40 siklus 1 siklus 2 20 0 1 2 3 4 Indikator Gambar 6. Diagram Perindikator Sikap Percaya Diri Siswa Pada diagram menunjukkan bahwa jumlah siswa yang memenuhi indikator 1 (ekspresikan pendapat) yakin pada diri sendiri) pada siklus I dan siklus II meningkat dari 73% menjadi 74%, indikator 2 (bekerja kooperatif) meningkat dari 71% menjadi 72%, indikator 3 (memandang lawan bicara) meningkat dari 62% menjadi 68%, indikator 4 (berbicara dengan lancar) meningkat dari 65% menjadi 74%. Pada siklus II, jumlah siswa meningkat pada semua indikator sikap percaya diri. Data-data tersebut menunjukkan bahwa hasil tindakan sudah mencapai kriteria keberhasilan sehingga tindakan dihentikan pada siklus II. dari jumlah seluruh siswa kelas X MIPA 4. Hasil tersebut belum mencapai kriteria keberhasilan tindakan yaitu ada 75% siswa dari jumlah seluruh siswa kelas X MIPA 4 mempunyai sikap percaya diri kategori tinggi dengan rentang 69%–80%. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan di kelas X MIPA 4 SMA Negeri 1 Bantul telah terlaksana sebanyak 2 siklus. Siklus pertama terdiri dari 2 pertemuan sedangkan siklus kedua 1 kali pertemuan. Setiap siklus terdiri dari beberapa tahap yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi , dan refleksi. Kriteria keberhasilan tindakan dalam penelitian ini yaitu ada 75% siswa dari seluruh siswa kelas X MIPA 4 mempunyai sikap percaya diri kategori tinggi dengan rentang persentase 69%–80%. Pada siklus pertama guru sudah memberikan stimulus pertama dengan siswa diberikan kesempatan untuk memimpin berdoa sehingga siswa dapat dilihat rasa percaya dirinya. Selanjutnya ketika memasuki pembelajaran guru kurang bisa mengkaitkan pembelajaaran yang telah lalu sehingga berdampak pada arah pembelajaran selanjutnya ditambah lagi guru tidak memberikan pokok-pokok kegiatan yang akan dilaksanan termasuk gambaran kegiatan yang akan dilakukan sedangkan dari siswa sendiri dalam menyampaikan pendapatnya waktu pertama kali belum terlalu berani mengutarkan secara lugas dan tepat. Sudah ada yang mengutarakan pendaptnya tetapi masih beberapa anak saja dan ketika Hasil tindakan siklus I menunjukkan bahwa jumlah siswa yang mempunyai sikap percaya diri kategori tinggi dengan rentang persentase 69%–80% sebesar 68% 72 JURNAL ADIKARSA Volume XIV No.15 Kegagalan tersebut dikarenakan pelaksanaan tindakan siklus I tidak sesuai rencana. Pada tahap orientasi, guru tidak menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan siswa sehingga siswa masih bingung dan ragu-ragu dalam melakukan kegiatan dalam pembelajaran dengan metode debat. Peningkatan Sikap Percaya Diri Melalui Metode Debat Pada Mata Pelajaran PPKn menanggapi juga masih didominasi anak tersebut. Kelemahan pada siklus 1 yaitu guru kurang mendorong mencatat dari hal-hal yang penting setelah menyaksikan tayangan video untuk memberikan argumen ketika debat berlangsung selanjutnya guru juga kurang memfokuskan pada masalah yang dikaji mengenai isu debat yang disampaikan sehingga berdampak pada siswa yang enggan bertanya walaupun ada pertanyaan dari siswa hanya beberapa saja yang ing bertanya . Dilihat ketika diskusi dalam mengumpulkan data untuk argumen untuk debat belum terlihat secara kompak karena waktu yang terlalu singkat siswa hanya mengerjakan dengan teman sebangkunya. kerjasama dalam kelompoknya sendiri justru kurang baik karena mengingat jumlah siswa terlalu banyak sehingga interaksi hanya pada sekelompok orang saja. Siswa sudah memperlihatkan dengan bicara lancar hanya masih ada beberapa siswa yang mengalami sedikit keraguan dalam menjawab atau memberi sanggahan terhadap kelompok lawan. Penguasaan materi kurang materi kasus yang diberikan dan ketika bicara di depan masih banyak yang terlihat membawa handphone dengan menjiplak hasil browsing yang ia dapat lalu mereka utarakan ketika kegiatan debat. Pada siklus II ini guru sudah memberika perbaikan-perbaikan dalam lamgkahlangkahnya yaitu dengan meminta siswa langsung membentuk kelompoknya menjadi 2 kelompok atau yang pro dan kontra di mana pada siklus II ini siswa sudah memposisikan peran masing-masing dengan maksud mempermudah pembagian kelompok dan menyingkat waktu. Hal ini sangat mempengarhi keberdaan psikologis siswa untuk siap menerima kegiatan debat karena selain menghemat waktu juga menjadikan lebih efektif. Pembentukan kelompok ini sangat penting membantu siswa untuk meningkatkan percaya diri seperti yang diutarkan Bekti Setiti (2011: 12-13) terbentuknya kepercayaan diri pada sesorang diawali dengan perkembangan konsep diri yang diperoleh dalam pergaulan suatu kelompok. Dalam siklus II ini dari sisi pro dan kontra sudah terlihat untuk bertanya pada guru secara langsung yang sebelumnya masih malu-malu untuk bertanya. Rasa percaya diri muncul ketika siswa ingin lebih banyak tahu tentang kasus yang disediakan. Siswa berani melakukan tanya jawab ketika guru membuka pertanyaan di mana sebelumnya siswa hanya bertanya ketika sesi pertanyaan ditutup karena siswa masih terasa takut tetapi pada siklus II ini sudah muncul pertanyaan yang berkaitan dengan kasus tersebut juga konsep yang telah didapat. Siswa termotivasi dalam kegiatan debat ini dengan memberikan banyak pertanyaan dan keingintahuan yang tinggi mereka mampu berbicara lancar dengan memberikan argumen-argumen yang tepat. Baik kelompok pro dan kontra samasama memberikan argumen dengan lancar, cepat dan tepat. Kegiatan debat tepat sekali untuk melatih rasa kepercayaan diri siswa yaitu dengan melatih berkomunikasi antara sesama sesama anggota kelompok dan antar anggota kelompok (kelompok lawan) sebagaimana yang dikatakan Anita Lie (2003: 4) berkomunikasi merupakan salah satu cara untuk meningkatkan taraf percaya diri. Cara berkomunikasi dengan orang lain akan menentukan perasaan pada diri sendiri. Anak yang mampu berkomunikasi dengan lancar ditunjukkan dengan bicaranya yang teratur, tidak terlalu cepat atau tidak terlalu pelan, tidak mengulang ulang suku kata tertentu, atau keterampilan berkomunikasi yang lainnya. 73 Pemberi kesimpulan juga sudah terlihat dari siswa yang berbeda hal ini menunjukan pelaksanaan debat dari awal sampai akhir siswa yang bertugas untuk memberikan kesimpulan di akhir mampu dan memerhatikan materi debat dengan seksama juga berani tampil penuh percaya. Terakhir guru memberikan apresiasi yang mampu memberikan refleksi dengan baik hal ini sangat penting bagi siswa seperti yang dikemukan John Santrock Adolescence yaitu adanya dukungan emosional dan penerimaan sosial sehingga dengan adanya pemberian apresiasi terhadap siswa dapat meningkatkan rasa percaya. PENUTUP Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan selama 2 siklus dan berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan dari beberapa indikator berikut diketahahi bahwa: 1) Mengekspresikan pendapat, 2) Bekerja secara kooperatif dalam kelompok, 3) Memandang lawan 4) Berbicara dengan lancar, hanya mengalami sedikit keraguan, yang mempunyai sikap percaya diri kategori tinggi dengan rentang persentase 69%–80% meningkat dari 68% menjadi 84%. Enam langkah tersebut antara lain: 1) Memberi stimulus dalam hal ini siswa didorong untuk lebih aktif bertanya, 2) Mengidentifikasi masalah, 3) Mengumpulkan data, 4) Mengolah data di mana guru memantau jalannya diskusi, 5) Memferifikasi, dalam kegiatan debat guru sebagai moderator, 6) Menyimpulkan, guru mendampingi siswa saat memberikan kesimpulan bersama-sama guru. 74 JURNAL ADIKARSA Volume XIV No.15 Hambatan-hambatan yang ada dalam pelaksanaan debat untuk meningkatkan rasa percaya diri adalah kelompok debat siswa terlalu banyak sehingga ada kesulitan dalam mengumpulkan data yang terjadi hanya dominasi siswa yang sudah terbiasa mengerjakan tugas sehingga kegiatan diskusi dalam anggota kelompoknya kurang merata terlebih lagi saat debat berlamgsung masih ada siswa yang hanya menyerahkan tanggung jawabnya pada kelompoknya ketika akan mengajukan argumen. Sebagai saran dari peneliti pembelajaran dengan menggunakan metode debat perlu dipersiapkan dengan matang sebelum memasuki kelas yaitu dengan membagi sub kelompok agar situasi di kelas kondusif. Untuk meningkatkan keterampilan proses debat, guru diharapakan lebih mendorong lagi untuk memberikan motivasi. Peningkatan Sikap Percaya Diri Melalui Metode Debat Pada Mata Pelajaran PPKn DAFTAR PUSTAKA Acep Yoni, dkk. (2010). Menyusun Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Familia. Dwi Siswoyo dkk. (2008). Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press. Anita Lie. (2003). Menjadi Orang Tua Bijak 101 Cara Menumbuhkan Percaya Diri Anak. Jakarta: Elex Media Komputindo. Peter, Westwood. (2008). What Teachers Need to Know about Teaching Methods: Victoria, Acer: Press Australia. Bekti Setiti. (2011). Peningkatan Sanjaya, Wina. (2009). Strategi Kepercayaan Diri Siswa melalui Pembelajaran Berorientasi Standar Metode CooperativeLearning Tipe Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana. Numbered Head Together (NHT) Santrock, John W. (2003). Adolescence dalam Pembelajaran Matematika Perkembangan Remaja. Jakarta: (Penelitian Tindakan Kelas di SMP Erlangga. Negeri 4 Kota Tangerang Selatan). Silberman, Melvin. (2006). Active Learning Skripsi. 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Abdul Gafur. (2007). Modul, Strategi Bandung: Nusa Media. dan Metode, Pembelajaran PKn. SMA/MA/SMK/MAK Mata Yogyakarta: Departemen Pendidikan Silabus Pelajaran Pendidikan Pancasila Dan Nasional UNY. Kewarganegaraan (PPKn). 2016. Cholisin. (2000). IKN-PKN. Jakarta: Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Universitas Terbuka........................... Kebudayaan. 75