[go: up one dir, main page]

Academia.eduAcademia.edu
KHOTBAH DAMAI KEAGAMAAN GERAKAN NIR-KEKERASAN (Analisis Teks Khotbah Gereja Kristen Muria Indonesia Yogyakarta) Disusun oleh: AHMAD SARKAWI NIM : 10.215.700 TESIS Diajukan kepada Pascasarajana UIN Sunan Kalijaga untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister Humaniora Program Studi Agama dan Filsafat Konsentrasi Studi Agama dan Resolusi Konflik YOGYAKARTA 2015 Abstrak Peran teks khotbah secara normatif merupakan media liturgi. Dalam konteks tersebut, teks khotbah pada umumnya digunakan sebagai alat untuk melakukan internalisasi maupun indoktrinasi nilai-nilai tertentu terhadap Jemaat. Akan tetapi, peran teks khotbah merespon konteks sosio-kultural maupun konteks misi historis. Hal tersebut berimplikasi pada pergeseran peran teks khotbah sebagai alat transformasi sosial. GKMI Mennonite merupakan gereja dengan ajaran anabaptis. GKMI Mennonite menjadi gereja dengan tujuan mengkampanyekan nilai-nilai perdamaian. Berkaitan dengan hal tersebut, terdapat tiga pertanyaan penelitian. Pertama, Bagaimana konseptualisasi damai dan khotbah dalam Gereja Kristen Muria Indonesia Yogyakarta? Kedua, Bagaimana interpretasi naskah khotbah Gereja Kristen Muria Indonesia Yogyakarta yang memuat nilai-nilai nirkekerasan, keadilan, hak asasi manusia (HAM), dan nilai cinta kasih? Ketiga, Bagaimana konsep damai tersebut dielaborasikan melalui nilai-nilai nirkekerasan, keadilan, hak asasi manusia (HAM), dan cinta kasih dalam naskah khotbah Gereja Kristen Muria Indonesia Yogyakarta? Dua pertanyaan penelitian tersebut dijawab menggunakan pendekatan field research dengan menganalisis teks khotbah. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan dokumentasi. Validasi data menggunakan trianggulasi melalui subjek penelitian. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah; Pertama, eksistensi nilainilai perdamaian di dalam teks khotbah ditunjukkan melalui rekonstruksi nilainilai perdamaian melalui deskripsi kisah, pengutipan ayat, serta argumentasi logis mengenai urgensi nilai-nilai perdamaian. Kedua, nilai-nilai perdamaian ditemukan pada tiga buku teks Komisi Suluh Komisi Umum, Komisi Wanita dan Komisi Senior. Masing-masing buku memuat nilai nir kekerasan, nilai keadilan, nilai hak asasi, dan nilai cinta kasih. Kata Kunci : Agama, Kristen, Mennonite, khotbah dan Perdamaian. vii KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji dan syukur penulis persembahkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi Taufiq dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Tesis ini. Shalawat dan Salam semoga senantiasa dilimpahkan untuk Nabi Muhammad SAW, contoh teladan terbaik dalam kehidupan sepanjang zaman. Tesis ini ditulis sebagai persyaratan penyelesaian program studi Magister Humaniora Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan judul, "Khotbah Damai Keagamaan Gerakan Nir-Kekerasan (Analisis Teks Khotbah Gereja Kristen Muria Indonesia Yogyakarta)”. Dalam penyelesaian tesis ini penulis sangat banyak sekali mendapatkan bimbingan, motivasi dan dukungan dari semua pihak baik moril maupun materil dari orang-orang yang sangat penulis cintai dan sayangi yang mengharapkan kesuksesan dan keberhasilan penulis. Berkat kemudahan yang Allah SWT berikan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya tesis ini dapat penulis selesaikan. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat: 1. Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof. Drs. H. Akh. Minhaji, M.A., Ph.D yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh kuiah di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2. Direktur Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Prof. Noorhaidi, M.A., M.Phil., Ph.D yang telah memberikan kesempatan dan kemudahan kepada penulis selama proses pendidikan. 3. Ketua Program Studi Agama dan Filsafat Dr. Moch Nur Ichwan, M.A. dan jajarannya atas segala kebijaksanaannya dalam melancarkan persoalanpersoalan administrasi dari sejak perkuliahan sampai selesai studi ini. 4. Bapak Dr. Mutiullah, M.Hum. Selaku pembimbing penulis yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan motivasi penulis dengan penuh kesabaran, keikhlasan dan rasa tanggung jawab sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik. viii 5. Para Guru Besar beserta segenap dosen dan staf pengajar yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu pengetahuan serta pengalaman sejak awal kuliah sampai penulisan tesis . 6. Pimpinan dan seluruh karyawan dan karyawati Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang telah memberikan bantuan berupa pinjaman buku sebagai referensi dalam penulisan tesis ini. 7. Teman-teman pegiat Rumah Baca Komunitas dan Ikatan Pelajar Muhammadiyah yang telah memberikan penulis dukungan selama perkuliahan dan selalu menemani penulis baik dikala suka maupun duka. 8. Teristimewa buat Orang-orang tercinta ayahanda Johan Syapri (Alm) dan Ibu Basaria, ayahanda Muallim Rahman, S.Pd. dan Ibu Sumiyati yang telah mencurahkan kasih sayang, mendidik, membimbing, mendo’akan, dan memotivasi serta memberikan semangat perjuangan yang tiada terhingga kepada penulis agar penulis selalu sukses dalam menuntut ilmu di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, yang entah kapan dan dimana penulis dapat membalas jasa-jasanya. 9. Selanjutnya kepada Bapak Dr. Susiyanto, M.Si, dan Ibu Hj. Eni Khairani, M.Si dan keluarga Bapak Raminzar, M.Pd dan Ibu Sni Sukmaini, S.Pd. yang selalu memberikan semangat dan dorongan kepada penulis untuk menyelesaikan studi dengan baik. 10. Keluarga Besar Rumah Baca Komunitas cak David Efendi dan mbak Rif’a beserta ponakan Hafiz dan Garda, kang Danan dan mbak Arin beserta ponakan Aqila dan Muntaz yang banyak membantu penulis dalam perjalanan menyelesaikan studi di UIN Sunan Kalijaga. 11. Pegiat Rumah Baca Komunitas Fauzan Anwar Sandiyah yang banyak menemani diskusi dan proses editing dalam penulisan Tesis ini, Mas Sakir, Om Andan, Om Unggul, Om Maskcu, Om Dullah, Dik Agam, Ikong, Vitho, Lupet dan semua pegiat rumah baca yang tidak bisa disebut satu persatu. 12. keluarga Besar di Sumbawa dan di Bengkulu, Wo Suniati (Almarhumah), Dang Ci dan Ayuk Mega, Dang katul dan ayuk Lis, Wo Gadis dan kakak ix buyung, Wo Meli dan kakak Marwan, Wo Hindun dan Kakak Parman, Dang bambang, Adekku Nova YS dan Anang, Adekku Anjas. 13. Keluarga besar LPCR PP Muhammadiyah, PWM Bengkulu, Khairani Studi centre, Bridging Program FE UII, Ikatan Pelajar Muhammadiyah, Universitas Muhammadiyah Bengkulu. 14. Keluarga besar Gereja Kristen Muria Yogyakarta, Pdt. Paulus Soegeng Widjaya, Pdt. Yanti, Pdt, Stevanus, Pdt. Rudi dan seluruh para jemaat Gereja Kristen Muria Indonesia Yogyakarta. 15. Almamater tercinta Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Akhirnya, Do’a dan harapan penulis mohonkan kepada Allah SWT, semoga semua menjadi amal ibadah dan mendapat balasan yang berlipat ganda di sisi Allah SWT. Amin.. Wassalam.. Padang, 19 Juni 2015 Penulis, Ahmad Sarkawi NIM. 10.215.700 x DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ................................................................................... i PERYATAAN KEASLIAN ....................................................................... ii PERYATAAN BEBAS PLAGIASI ........................................................... iii PENGESAHAN DIREKTUR .................................................................... iv PERSETUJUAN TIM PENGUJI .............................................................. v NOTA DINAS PEMBIMBING ................................................................. vi ABSTRAK .................................................................................................. vii KATA PENGANTAR ................................................................................ viii DAFTAR ISI .............................................................................................. x DAFTAR SINGKATAN ............................................................................ xiv DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xvii MOTTO ...................................................................................................... xviii HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. xix BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1 A. B. C. D. E. F. G. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1 Rumusan Masalah ............................................................................ 10 Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................... 10 Tijauan Pustaka ................................................................................ 11 Kerangka Teori ................................................................................ 14 Metode Penelitian ............................................................................. 23 Sistematika Pembahasan ................................................................... 29 BAB II GEREJA KRISTEN MURIA INDONESIA: SETTING PENELITIAN ........................................................................................... 31 A. Sejarah Gereja Kristen Muria Indonesia ........................................... 31 B. Gereja Kristen Muria Indonesia dan Mennonite ................................ 54 C. Gereja Kristen Muria Indonesia Yogyakarta ..................................... 66 BAB III KONSEPTUALISASI “DAMAI” DAN “KHOTBAH” DALAM GEREJA KRISTEN MURIA INDONESIA YOGYAKARTA ................ 83 A. Konsep Damai .................................................................................. 83 B. Makna Damai dalam Al-Kitab .......................................................... 85 xii C. D. E. F. G. Makna Damai bagi Jemaat GKMI .................................................... 95 Khotbah ........................................................................................... 98 Fungsi Khotbah ................................................................................. 101 Khotbah sebagai Media Perubahan .................................................. 106 Khotbah dalam Pandangan Jemaat GKMI Yogyakarta …………….. 107 BAB IV INTERPRETASI DAMAI DALAM KHOTBAH GEREJA KRISTEN MURIA INDONESIA YOGYKARTA ................................... 110 A. Khotbah di Gereja Kristen Muria Indonesia Yogyakarta ................... 110 B. Elaborasi nilai Perdamaian dalam Teks Khotbah ............................... 125 C. Pemaknaan Teks Khotbah menurut Jemaat ........................................ 127 BAB V KESIMPUAN DAN SARAN PENELITIAN ................................ 134 A. Kesimpulan Penelitian ..................................................................... 134 B. Saran Penelitian ............................................................................... 135 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 137 LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP xiii DAFTAR SINGKATAN BPPS : Buku Pegangan Pengajaran Sinode. BPK : Badan Pendidikan Kristen. CRCS : Centre for Religious and Cross-Cultural Studies. GARIS : Gerakan Reformis Islam. GKMI : Gereja Kristen Muria Indonesia. GGKMI : Gereja – Gereja Kristen Muria Indonesia. GITJ : Gereja Injil di Tanah Jawa. GPDI : Gereja Pantekosta di Indonesia. GKI : Gereja Kristen Indonesia. GKII : Gereja Kemenangan Iman Indonesia. GKP : Gereja Kristen Pasundan. GBI : Gereja Bethel Indonesia. GKJ : Gereja Kristen Jawa. HAM : Hak Asasi Manusia. HKBP : Huria Kristen Batak Protestan. ILGA : Intertional Lesbian, Gay, Trans and Intersex Association. JKI : Jemaat Kristen Indonesia. KBM : Komisi Beasiswa Mennonite. LDII : Lembaga Dakwah Islam Indonesia. MUI : Majelis Ulama Indonesia. MWC : Mennonite World Conference. xiii NZG : Nederlandsch Zendelingen Genootschap. PGI : Persekutuan Gereja – Gereja di Indonesia. PGIW : Persekutuan Gereja Indonesia Wilayah. PGMW : Persekutuan GGKMI Wilayah. PIPKA : Pengutusan Injil dan Pelayanan Kasih. UKDW : Universitas Kristen Duta Wacana. UKSW : Universitas Kristen Satya Wacana. xiv DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN 1 SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN NO: UIN.02/PPs./PP.00.9/628/2012. LAMPIRAN 2 SURAT PEMBERITAHUAN IZIN PENELITIAN NO: 023/MJ-GKMI/YK/III/2012. LAMPIRAN 3 DAFTAR INFORMAN PENELITIAN. LAMPIRAN 4 DAFTAR PENGURUS SINODE GKMI. LAMPIRAN 5 DOKUMEN GAMBAR GKMI YOGYAKARTA. xv MOTTO “Tanpa Kekerasan adalah tulisan pertama dari iman saya. Hal itu juga menjadi tulisan terakhir dari keyakinan saya” (MAHATMA GANDHI). “Konflik bukan sesuatu yang harus di hindari dalam kehidupan manusia, namun konflik merupakan tantangan baru dan upaya untuk dinamisasi kehidupan maka dengan itu jangan pernah menghindar dari konflik, kelolalah konflik agar menjadi wajah baru dari kehidupan manusia”. (Ahmad Sarkawi) Potensi seluruh manusia adalah sama. Perasaan kamu yang bilang ” Aku tidak berharga” adalah salah. Salah sama sekali. Kamu menipu dirimu sendiri. Kita semua memiliki kekuatan dalam batin kita, jadi apa yang kurang ? Jika kamu punya tekad, kamu dapat mengubah apapun. Kamu adalah guru bagi dirimu sendiri. (Dalai Lama) Akuilah dengan yang putih bersih, bahwa kamu sanggup dan mesti belajar dari orang Barat. Tapi kamu jangan jadi peniru orang Barat, melainkan seorang murid dari Timur yang cerdas, suka memenuhi kemauan alam dan seterusnya dapat melebihi kepintaran guru-gurunya di Barat. –Aksi Massa 1926 (Tan Malaka) xvi HALAMAN PERSEMBAHAN Maha karya ini di persembahkan untuk : Perempuan yang sudah menemaniku melihat senja bercerita tentang warna pelangi yang begitu indah walaupun sukar untuk di maknai sama oleh setiap orang. Terimakasih sudah menemaniku kekasihku semoga karya membuatmu semangat dan penuh kasih untuk selamanya, I love my darling Intan Lis Utami. Special untuk sang buah hati yang masih bersemayam dalam rahim ibunya, Matahari Kain Timur semoga akan mengerti makna damai kelak melalui karya fenomenal ini. I love you Matahari Kain Timur. xvii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persoalan menyebarnya kekerasan dengan beragam latar sosial politik mulai banyak menjadi perhatian peneliti justru di era setelah reformasi 1998 bergulir. Beragam praktik kekerasan ini telah dipotret oleh Klinken dalam bukunya “Perang Kota Kecil” yang memetakan keterkaitan antara kebebasan sipil dengan kekuatan negara „nasional‟ yang masih ingin mengambil peran pada saat masyarakat menghendaki kebebasan lebih luas. Di saat yang sama kontestasi antara agama satu dengan lainnya masih menjadi bagian penting dari kehidupan keagamaan di Indonesia1. Berbagai kerusuhan terus berlangsung di beberapa wilayah Indonesia, baik dengan sentimen suku, agama, etnis, dan golongan atau kelompok maupun berbasis ekonomi, politik, dan hukum. Semua itu tampaknya belum memperlihatkan tandatanda akan mereda. Beberapa laporan membuktikan bahwa fenomena kekerasan belum berhenti, misalnya kekerasan terhadap warga Ahmadiyah 2, pembubaran Konfrensi ILGA oleh kelompok islam tertentu3, kerusuhan Temanggung4, ledakan Gerry van Klinken, Communal Violence and Democratization in Indonesia “Small Town wars”, London and New York: Routledge. 2007, hal. 138-139. 2 Tim Penyusun, Laporan Kebebasan Beragama atau Berkeyakinan dan Toleransi 2010. Jakarta: The Wahid Institute Seeding Plural and Peaceful Islam. 2011, hal 62-67. 3 Zainal Abidin Bagir..dkk, Laporan Tahunan Kehidupan Beragama di Indonesia 2010, Yogyakarta: Program Studi Agama dan Lintas Budaya (Centre for Religious and Cross-Cultural Studies) Sekolah Pascasarjana, Universitas Gajah Mada. 2011, hal 24. 1 1 bom di gereja Kepunton Solo5. Kehadiran negara kemudian dipertanyakan lantaran negara hadir justru dalam wajah yang tidak ramah dan ketika dibutuhkan kehadirannya seringkali justru negara absen. Secara lebih spesifik penelitian ini mempunyai prakondisi psikologi kekerasan yang sangat serius yang diekpresikan dari beragam kasus-kasus kekerasan terhadap jemaat6 di beberapa Gereja di Indonesia. Laporan tahunan kehidupan beragama di Indonesia 2010 CRCS (Centre for Religious and Cross-Cultural Studies) Universitas Gajah Mada menyebutkan ada 39 kasus yang dialami oleh lembaga ibadah sepanjang tahun 20107 : 1. Pada bulan Januari tercatat ada delapan kasus yang tersebar di beberapa wilayah antara lain, perusakan bangunan yang digunakan sebagai gereja di Lampung Utara oleh warga, penyegelan gereja di Bekasi dan Tanggerang oleh pemerintah daerah, pembakaran gereja HKBP dan gereja GPDI di Padang Lawas, Sumatera Utara oleh massa, penolakan pendirian gereja GKI dan GKP di Cianjur, Jawa Barat oleh warga, dan penghentian peribadatan jemaat GBI Kairos di Jakarta Timur oleh massa. 4 Pubdate 08/02/11. http://nasional.kompas.com/read/2011/02/08/15220321/9.Korban.Rusuh. Temanggung.Dirawat. 5 Pubdate 25/09/11. http://nasional.inilah.com/read/detail/1778170/pelaku-bom-gereja-di-sologunakan-cara-tradisional. Pubdate 25/09/11. http://www.tempo.co/read/news/2011/09/25/063358122/Ledakan-Bom-di-GerejaKepunton- Terdengar-Sampai-1-Kilometer. Pubdate 25/09/11. http://nasional.vivanews.com/news/read/249953-ini-nama-korban-ledakan-bomgereja-kepunton. 6 Jemaat adalah segolongan ummat Kristen atau sehimpunan ummat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), KBBI offline Versi 1.1 Freeware@2010 by: Ebta Setiawan. 7 Zainal Abidin Bagir..dkk, Laporan Tahunan Kehidupan Beragama di Indonesia 2010, Yogyakarta: Program Studi Agama dan Lintas Budaya (Centre for Religious and Cross-Cultural Studies) Sekolah Pascasarjana, Universitas Gajah Mada. 2011, hal 39 – 43. 2 2. Pada bulan Februari tercatat ada empat kasus yang tersebar di beberapa wilayah antara lain : perobohan mushalla LDII di Mojokerto oleh warga, penyegelan Gereja HKBP di Karawang oleh warga dan gereja Galilea di Bekasi oleh massa ormas Islam, desakan penutupan gereja jemaat Kapel Katolik Stasi Capar Sumber di Cirebon, Jawa Barat oleh GARIS. 3. Pada bulan Maret tercatat ada tiga kasus yaitu penyegelan GKI Taman Yasmin di Bogor oleh pemerintah daerah, penutupan jalan menuju gereja Maria Immaculta di Jakarta oleh ormas Islam, penolakan pendirian gereja Katolik St. Ratu Rosary di Lenteng Agung Jakarta Selatan oleh umat Muslim. 4. Pada bulan April tercatat ada empat kasus yang tersebar di beberapa wilayah antara lain : pembakaran gereja GKJ Sukorejo di Kendal Jawa Tengah oleh orang tidak dikenal, penyegelan rumah tinggal yang dipakai sebagai gereja di Jeneponto Sulawesi Selatan oleh ormas Islam, protes terhadap keberadaan gereja Santo Johanes Baptista di Bogor oleh MUI dan massa ummat Islam, penyerangan terhadap kompleks wisma BPK Penabur yang dianggap sebagai gereja di Bogor oleh massa Muslim. 5. Mei tercatat ada dua kasus yaitu penolakan pembangunan gereja di Bandung oleh warga muslim dan penyegelan gereja HKBP Pondok Timur Indah di Bekasi oleh pemeritah daerah. 6. Juni tercatat ada tiga kasus kesemuanya terjadi di Jakarta Timur: penolakan pendirian gereja Katolik St. Yohanes Maria di Cilangkap, penolakan 3 pendirian gereja Katolik St. Kalvari di Pondok Gede, penolakan pendirian gereja Katolik St. Leo Agung di Jati Bening oleh warga. 7. Juli hanya ada satu kasus yaitu perobohan gereja Pantekosta di Bogor oleh pemerintah daerah. 8. Agustus tercatat ada dua kasus yaitu : pengrusakan gereja HKBP di Asahan Sumatera Utara oleh warga, pengrusakan gereja Katolik di Singaraja Bali oleh otoritas keuskupan Denpasar dan massa jemaat Katolik. 9. September tercatat ada dua kasus yaitu pelemparan batu ke gereja Katolik Alleluya di Kabupaten Pasir Kalimantan Timur oleh orang-orang tidak dikenal, pengrusakan mushalla An-Nur di kabupaten Bangkalan Jawa Timur oleh orang-orang tidak dikenal. 10. November tercatat ada tiga kasus yaitu ancaman terhadap gereja GKMI Karunia Bekasi cabang Cikarang Jawa Barat oleh sekelompok warga, demontrasi terhadap peribadahan di gereja Rehobot Berea Church “Glorius King” di Bandung oleh beberapa ummat muslim, penyegelan gereja GKI di Jayapura oleh jemaat GKI sentani. 11. Desember tercatat ada tujuh kasus yang tersebar di beberapa wilayah Kabupaten Bandung Jawa Barat kesemuanya dalam bentuk penyegelan gereja oleh pemerintahan daerah diantaranya : gereja HKBP Betania di Bandung, gereja GKI, gereja GKII jemaat Filadelphia, gereja Pantekosta Jemaat Immanuel, gereja GPdI, gereja Pantekosta Tabernakel Jemaat Maranatha, gereja Katolik Stasi Rancaekek Paroki Santa Olidia Cicadas. 4 Dari 39 kasus di atas, 37 kasus adalah rumah ibadah Gereja yang berbentuk penyegelan, pelarangan peribadatan, ancaman terhadap jemaat gereja, kekerasan berupa pelemparan batu terhadap gereja, pengrusakan dan pelarangan pendirian rumah ibadah. Sedangkan dua kasus lainnya terjadi pada Mushalla LDII di Mojokerta dan Musholla An-Nur di Bangkalan. Respon warga negara terhadap ketidaknyamanan, ketidakadilan bahkan kekerasan yang menimpa masyarakat secara individu maupun kelompok baik yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat lainnya atau juga dari negara sangatlah beragam. Secara garis besar ada dua bentuk respon dari warga yaitu: Pertama, merespon dengan kekerasan, yaitu melawan ketidakadilan dan kekerasan yang dialami dengan kekerasan juga. Seperti pepatah nyawa di balas dengan nyawa dengan makna yang berbeda adalah pembunuhan, atau juga berupa pembakaran, perusakan bahkan pemusnahan. Misalnya yang terjadi di negara ini beberapa tahun terakhir, bom bunuh diri, perusakan rumah ibadah, tawuran antar warga. kekerasan di Indonesia sangat kerap sekali di ingatan kita melalui media yang mempublikasi dan memberi infomarsinya, setiap menit baik media online, media elektronik maupun media massa akan memberikan sajian kekerasan yang terjadi di negeri ini. Kedua, masyarakat merespon dengan sikap anti kekerasan, sikap anti kekerasan bukan berarti membiarkan ketidakadilan tetap terjadi, namun sikap anti kekerasan lebih pada mencari jalan damai dalam bentuk dialog, memberikan informasi kemiskinan, ketidakadilan, penindasan berupa kampanye damai. Respon kedua ini jarang sekali menghiasi media kita, sehingga jalan dialog dan jalan damai serta sikap anti 5 kekerasan dalam menghadapi ketidakadilan, penindasan, kekerasan dan pembunuhan tidak menjadi massif dikalangan masyarakat kita. Briant Smart dalam defining civil disobedience mendefinisikan kekerasan sebagai penggunaan kekuatan penghancur yang besar terhadap orang atau harta bendanya, yaitu penggunaan kekuatan yang melanggar hak asasi manusia8. Kekerasan adalah sesuatu yang memperlebar kesenjangan antara potensial dan yang aktual, dan yang merintangi usaha mempersempit kesenjangan tersebut9. Sederhananya, kekerasan lebih tepat dipahami sebagai campur tangan fisik yang tidak diinginkan oleh kelompok-kelompok dan atau perseorangan terhadap tubuh orang lain. Sebagai konsekuensinya, orang tersebut menderita serangkaian dampak baik fisik maupun psikis mulai dari guncangan, memar, radang, bengkak, sakit kepala, patah tulang, serangan jantung, hilangnya anggota badan bahkan kematian10. Tingkat toleransi terhadap berbagai bentuk kejahatan, kekerasan dan ketidakadilan barangkali dapat berbeda-beda antara satu orang dengan orang lainnya atau dari satu budaya dengan budaya lainnya. Tetapi ada pengalaman yang senantiasa sama, yaitu tekanan, penderitaan dan alienasi yang dapat merubah perih hidup manusia pada umumnya11. Briant Smart, “Defining civil Disobedience”, dalam Hugo Adam Bedau, ed. Civil Disobedience in Focus, London and New York: Routledge. 1991, hal. 203. 9 Johan Galtung, Violence, Peace, and Peace Research, Journal Of Peace Reseacrh, 1969. 10 John Keane, Reflection on Violence, London: Verso, 1996, hal. 8-9. 11 Jamil Salmi, “Violence and Democratic Society Hooliganisme dan Masyarakat Demokrasi” terjemahan “Violence and Democratic Society New Approaches to Human Right” Zed Books, 1993 di alih bahasa oleh Slamet Raharjo, Yogyakarta: Pilar Media. 2005, hal 289. 8 6 Menolak kekerasan atau Ahimsa dalam ajaran Gandhi ditafsirkan oleh Joan Bonduran bahwa pada dasarnya Ahimsa adalah Aksi yang didasarkan atas penolakan terhadap perbuatan merusak12. Dengan demikian nir-kekerasan adalah sikap yang dilandasi cinta kasih yang berkomitmen pada kebenaran semata, diharapkan dapat mengeliminasi dan menghapus kekerasan dari muka bumi. Dalam merespon kekerasan yang terjadi belakangan ini harus direspon dengan gerakan nir kekerasan sehingga terwujudnya perdamaian. Konsep tentang perdamian antara agama dan budaya karena dia berkaitan dengan nilai-nilai keamanan dan keselarasan, martabat dan keadilan. Oleh Karena itu, tidak mengherankan apabila setiap sistem agama dan kepercayaan, apakah bersifat sekuler atau religius, mempunyai kesamaan mengenai nilai-nilai perdamaian baik yang nyata maupun perdamaian akhirat yang dijanjikan sebagai implementasi tentang ajara-ajaran. Maka perdamaian dapat di artikan sebagai fenomena yang positif (lebih dari sekedar tidak adanya konflik) yang diwujudkan melalui komitmen untuk saling berakomodasi dan sekaligus mengubah fragmentasi sosial, pengucilan dan polarisasi dan demi memajukan hubungan-hubungan yang bersifat koeksistensi sosial, kolaborasi dan kohesi sosial13. Dalam penelitian ini penulis menfokuskan pada respon terhadap kekerasan yang menimpa kelompok agama tertentu dalam hal ini adalah kelompk agama Kristen, 12 Joan V. Bondurant, The Conquest of Violence: the Gandhian Philosophy of Conflict, Berkeley & Los Angeles: Universitas of California Press. 1967, hal. 23. Dikutip oleh Chaiwat Satha Anand dalam agama-agama dan budaya perdamaian. Yogyakarta: Forum kajian budaya dan agama bekerjasama dengan PSKP UGM dan Quaker International Affair. 2001, hal 50. 13 Alo liliwery, “Komunikasi: Serba Ada Serba Makna” Jakarta: Kencana Prenada Media Groups. 2011, hal 434 – 437. 7 maka dengan itu perlawanan yang dilihat adalah perlawanan dalam bentuk nirkekerasan atau sikap anti kekerasan melalui jalan dialog, kampanye damai yang muncul dari kotbah damai di Gereja. Khotbah damai adalah pidato atau seruan melalui mimbar yang menguraikan ajaran-ajaran agama yang berisikan tema-tema peradamaian dalam rangka menciptakan keadaan yang tentram, tenang, aman, hidup rukun, tidak ada perrmusuhan, tidak ada kekerasan, dan tidak ada kerusuhan. Fokus gereja yang akan menjadi area kajian penelitian adalah Gereja Kristen Muria Indonesia di Kota Yogyakarta. Ada dua alasan mengapa fokus penelitian ini tertuju pada Gereja tersebut yaitu, pertama Gereja Kristen Muria Indonesia merupakan gereja minoritas yang ada di Indonesia, berdasarkan data singkat GerejaGereja Kristen Muria Indonesia dari Refleksi 90 tahun perjalanan Gereja Kristen Muria Indonesia berjumlah 50 Gereja Dewasa yang tersebar 43 Gereja di Pulau Jawa, 2 gereja di Pulau Kalimantan, 4 gereja di Pulau Sumatera, 1 gereja di Pulau Bali14. Dibandingkan dengan jumlah gereja yang lain di Indonesia jumlah Gereja Kristen Muria Indonesia di Indonesia masih sangat minoritas. Kemudian alasan Kedua Gereja Kristen Muria Indonesia salah satu Gereja Mennonite di Indonesia, Gereja Mennonite merupakan gereja yang tergolong di dalam gereja-gereja Anabaptis, yaitu gereja-gereja yang menolak baptisan anak dan hanya mengakui baptisan orang dewasa yang sudah menyatakan imannya. Dalam ajaran menonnit ada prinsip Nir-kekerasan dan perdamaian yaitu Allah 14 Sinode GKMI, Informasi 2011 Komunitas Pembawa Damai, Semarang; Sinode GKMI. 2011, hal 15 – 120. 8 memerintahkan penggunaan pedang di luar kesempurnaan Kristus. Namun di dalam kesempurnaan Kristus pedang hanyalah digunakan untuk peringatan untuk mengucilkan mereka yang tidak berdosa, tanpa mematikan. Oleh karena itu, orang Kristen tidak boleh menggunakan pedang. Itu berarti pula orang Kristen tidak boleh menjadi tentara. "Orang dunia bersenjatakan besi dan baja, tetapi orang Kristen dipersenjatai oleh senjata Allah, dengan kebenaran, kehidupan yang benar, perdamaian, iman, keselamatan, dan Firman Allah. Singkatnya, sebagaimana pikiran Allah terhadap kita, demikian pula pikiran anggota-anggota tubuh Kristus berjalan melalui Dia di dalam segala sesuatu, agar tidak terjadi perpecahan di dalam TubuhNya (Gereja) yang dapat menyebabkan kehancuran. Karena setiap kerajaan yang berperang melawan dirinya sendiri akan hancur. Di tengah maraknya pengrusakan, penyegelan, dan pelarangan gereja sepanjang tahun 2010, ada salah satu gereja yang menghadapi situasi ini dengan sikap anti kekerasan atau jalan damai yaitu Gereja Kristen Muria Indonesia atau di singkat GKMI yang ada di Yogyakarta. hal ini sangat menarik, maka peneliti mencoba untuk menggali konsep damai yang ada dalam Gereja Kristen Muria Indonesia melalui teks khotbah yang disampaikan para pendeta. Teks khotbah menjadi „objek‟ penelitian dalam penelitian ini karena khotbah merupakan media yang menjadi jembatan antara pendeta dan jemaat dalam menyampaikan misi-misi perdamaian dalam ajaran agamanya. 9 B. Rumusan Masalah Dari penjelasan di atas, penelitian ini dimulai dari rumusan masalah: 1. Bagaimana konseptualisasi damai dan khotbah dalam Gereja Kristen Muria Indonesia Yogyakarta? 2. Bagaimana interpretasi naskah khotbah Gereja Kristen Muria Indonesia Yogyakarta yang memuat nilai-nilai nir-kekerasan, keadilan, hak asasi manusia (HAM), dan nilai cinta kasih? 3. Bagaimana konsep damai tersebut dielaborasikan melalui nilai-nilai nirkekerasan, keadilan, hak asasi manusia (HAM), dan cinta kasih dalam naskah khotbah Gereja Kristen Muria Indonesia Yogyakarta? C. Tujuan dan Manfaat Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui konseptualisasi damai dan khotbah dalam Gereja Kristen Muria Indonesia Yogyakarta. 2. Untuk mengetahui nilai-nilai nir-kekerasan, keadilan, hak asasi manusia (HAM), dan cinta kasih dalam naskah khotbah Gereja Kristen Muria Indonesia Yogyakarta. 3. Untuk mengetahui elaborasi konsep damai melalui nilai-nilai nirkekerasan, keadilan, hak asasi manusia (HAM), dan cinta kasih dalam naskah khotbah Gereja Kristen Muria Indonesia Yogyakarta. 10 Manfaat dari penelitian adalah : 1. Manfaat akademik penelitian ini adalah untuk menambah khazanah keilmuan khusus program studi agama dan filsafat konsentrasi studi agama dan resolusi konflik. 2. Manfaat praktisnya bagi penulis adalah untuk memenuhi kewajiban akademik dan media solusi alternatif dalam mempraktikkan perilaku beragama yang damai dan nir-kekerasan. D. Tinjauan Pustaka Gereja Kristen Muria Indonesia dan Konsep damai bukanlah hal yang baru karena merupakan fenomena sosial yang telah banyak diteliti oleh para sarjana baik di tingkat nasional maupun internasional. Adapun buku-buku dan penelitian yang relevan dengan judul penelitian penulis adalah : Ika Arinta Yulianti dalam “Spirit Perdamaian Anabaptis Mennonite dalam Gereja Injili Tanah Jawa dan Gereja Kristen Muria Indonesia”. Penelitian ini membahas konsep perdamaian Anabaptis Mennonite yang di ajarkan oleh Menno Simons serta relevansi ajaran Mennonite yang diterapkan dalam Gereja Injili Tanah Jawa dan Gereja Kristen Muria Indonesia. Perbedaan dengan penelitian penulis adalah objeknya, Ika Arinta fokus pada Spirit Perdamaian Anabaptis Mennonite dalam Gereja Injili Tanah Jawa dan Gereja Kristen Muria Indonesia sedangkan fokus 11 peneletian penulis adalah pada melihat nilai-nilai perdamaian yang teriplementasi dalam Teks Khotbah di Gereja Kristen Muria Indonesia Yogyakarta.15 Pribadyo Prakosa dalam “Gereja Perdamaian: Tinjauan Terhadap Praksis Perdamaian Gereja Kristen Muria Indonesia Solo”. Penelitian ini membahas tentang Gereja Kristen Muria Indonesia Solo yang merupakan Gereja Mennonite serta mengkaji identitas Gereja Kristen Muria Indonesia Solo sebagai gereja perdamaian. Perbedaan dengan penelitian penulis adalah objeknya, Pribadyo fokus pada Gereja Kristen Muria Indonesia Solo sebagai gereja perdamaian sedangkan penelitian penulis fokus pada nilai-nilai perdamaian yang terimplementasi dalam teks khotbah dalam Gereja Kristen Muria Indonesia Yogyakarta.16 Lawrence M. Yoder dalam „Tunas Kecil Sejarah Gereja Kristen Muria Indonesia‟ memaparkan sejarah Gereja Kristen Muria Indonesia awal berdirinya dilatarbelakangi masyarakat Kristen Tionghoa di Muria dan usaha-usaha awal penginjilan yang dilakukan penginjilan Katolik pada abad ketujuh belas hingga para Misionaris dari Eropa pada abad kesembilan belas. Dalam buku tersebut, Yoder juga memaparkan gerakan penginjilan pertama di Muria mulai dari memberikan layanan pendidikan untuk masyarakat sampai ke luar Kudus termasuk masa krisis yang di 15 Ika Arika Yulianti, Spirit Perdamaian Anabaptis Mennonite dalam Gereja Injili Tanah Jawa dan Gereja Kristen Muria Indonesia. Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. 2015. 16 Pribadyo Prakosa, Gereja Perdamaian: Tinjauan Terhadap Praksis Perdamaian Gereja Kristen Muria Indonesia Solo, Yogyakarta: Universitas Kristen Duta Wacana, 2008. 12 alami Gereja Kristen Muria Indonesia. Potret lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana hubungan Gereja, masyarakat dan Negara17. Dalam buku-buku Ajaran Sosial Gereja, khususnya dalam Ensiklik Paus Yohanes XXIII tahun 1963 tentang Pacem in Terris (perdamaian di dunia). Dalam Pacem in Terris Paus Yohanes XXIII berpendapat bahwa perdamaian dapat ditegakkan hanya jika tata tertib yang ditentukan Allah di patuhi sepenuh-penuhnya. Dengan berpegang seluas-luasnya pada akal budi dan tradisi hukum kodrat, Yohannes XXIII merinci daftar hak-hak dan tugas-tugas yang harus dipenuhi oleh orang perorangan, pejabat, pemerintah dan masyarakat dunia18. Perdamaian perlu didasarkan atas suatu aturan yang ditegakkan di atas kebenaran, dibangun sesuai dengan keadilan, dihidupkan dan diintegrasikan oleh cinta dan kasih dan dilaksanakan dalam praktek dalam kebebasan. Pacem in Terris yang ditulis awal Konsili Vatikan II merupakan ensiklik pertama dialamatkan kepada semua orang yang berkehendak baik. Dokumen yang dikeluarkan tidak lama setelah krisis Kuba tahun 1962 dan pembangunan tembok Berlin ini berbicara kepada dunia yang sadar akan bahaya-bahaya perang nukir. Nada optimisnya dan perkembangan filsafat tentang hak-hak memberi kesan yang berarti baik pada orang-orang Katolik maupun orang-orang bukan Katolik19. 17 Lawrence M. Yoder, Tunas Kecil: Sejarah Kelahiran dan Perkembangan Gereja Kristen Muria Indonesia, Semarang: Komisi Literatur Sinode GKMI, 1980. 18 Dikutip oleh Hermenegildo De Almeida, dalam Tesis Peran Gereja Dalam Upaya Resolusi Konflik Pasca Referendum di Timor Leste, Yogyakarta: Konsentrasi Studi Agama dan Resolusi Konflik Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, 2011, hal. 17. 19 Michael J. Schulteis, Ed P. Deberri, dkk., Peter Henriot SJ, Pokok-Pokok Ajaran Sosial Gereja (Yogyakarta: kanisius, 1988), hal. 58. Dan bdk, JB. Banawiratma, (Ed)., Gereja dan Masyarakat, 13 Dalam Tesisnya Hermernegildo De Almeida yang berjudul “Peran Gereja Dalam Upaya Resolusi Konflik Pasca Referendum di Timor-Leste 1999” menjelaskan pentingnya upaya untuk mendamaikan dua kelompok yaitu: kelompok Pro-Integrasi dan Pro-Kemerdekaan, kelompok pro-integrasi tetap mendukung integrasi dengan Indonesia sedangkan kelompok pro-kemerdekaan mempunyai inspirasi untuk merdeka sendiri. Dalam tesisnya juga bagaimana peran Gereja dalam mengupayakan perdamaian di tengah konflik yang terjadi di Timor Leste. Dari berbagai penelitian dan buku diatas sebagai pembanding dan studi pustaka sejauh mana penelitian tentang Gereja Kristen Muria Indonesia khususnya konsep damai yang termuat dalam teks-teks kotbah yang disampaikan oleh pendeta untuk jemaat diangkat menjadi penelitian akademis sebagai bentuk pengembangan konsep damai, Sejauh yang penulis ketahui dari berbagai literatur penelitian yang ada, belum ada studi yang mengkhususkan melakukan analisis kotbah di Gereja Kristen Muria Indonesia Yogyakarta sebagai bentuk dari kotbah damai keagamaan gerakan nirkekerasan. E. Kerangka Teori R. Stark dan C.Y Glock menjelaskan terdapat konsep umum dalam semua agama dimana keberagamaan itu diungkapkan, konsensus umum ini menciptakan seperangkat dimensi inti dari keberagamaan itu. Dimensi inti tersebuat antara lain (Yogyakarta: Kanisius, 1968), hal. 84. Dan juga B. Kieser, Solidaritas 100 Tahun Ajaran Sosial Gereja (Yogyakarta: kanisius, 1992), hal. 64-65…dikutip oleh Hermenegildo De Almeida, dalam Tesis “Peran Gereja Dalam Upaya Resolusi Konflik Pasca Referendum di Timor Leste, Yogyakarta: Konsentrasi Studi Agama dan Resolusi Konflik Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, 2011 hal. 18. 14 adalah keyakinan, praktek, pengalaman, pengetahuan, dan konsekuensi- konsekuensi20. Dimensi keyakinan berisikan pengharapan-pengharapan dimana orang yang religius berpegang teguh pada pandangan teologis untuk mengakui kebenaran doktrin. Dimensi praktik agama mencakup perilaku, pemujaan, ketaatan, dam hal-hal yang dilakukan orang untuk menunjukkan komitmen terhadap ajaran agamanya. Dimensi praktik agama ini dibagi dua yaitu dimensi ritual dan ketaatan. Dimensi yang pertama mengacu kepada seperangkat ritus, tindakan kegamaan formal dan praktek-praktek suci yang semua agama mengharapkan para penganutnya melaksanakan. Ketaatan dan ritual bagaikan ikan dan air, meskin ada perbedaan penting, ketaatan di kalangan penganut Kristen diungkapkan melalui sembahyang pribadi, membaca injil dan barangkali menyanyi himne bersama. Dimensi inti berikutnya adalah dimensi pengalaman yang memperhatikan fakta bahwa semua agama mengandung pengharapan-pengharapan tertentu, meski itu tidak tepat jika dikatakan bahwa seseorang yang beragama dengan baik pada suatu waktu akan mencapai pengetahuan subjektif dan langsung mengenai pernyataan terakhir (kenyataan terakhir bahwa ia akan mencapai suatu keadaan kontak dengan perantara supranatural). Dimensi pengetahuan agama mengacu kepada harapan bahwa orang-orang yang beragama paling tidak memiliki sejumlah minimal pengetahuan mengenai dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab suci, dan tradisi- R. Stark dan C.Y Glock, “Dimensi-dimenis Keberagamaan” dalam Roland Robertson (ed), Agama dalam Analisa dan Interpretasi Sosiologis. Jakarta; Raja Grafindo Persada, 1993, hal. 295-297. 20 15 tradisi. Terakhir, adalah dimensi konsekuensi, dimensi ini mengacu kepada identifikasi akibat-akibat keyakinan keagamaan, praktek, pengalaman, dan pengetahuan seseorang dari hari kehari21. Weber melihat Kependetaan memiliki fungsi sebagaimana “pembawa” sistematisasi dan rasionalisasi budaya keagamaan, khususnya etika keagamaan. Hal ini adalah sifat proses perkembangan. Nabi (prophet) juga dilihat sebagai agen kunci dalam proses ini, tetapi proses rasionalisasi ini dicapai melalui suatu bentuk “terobosan” pada keteraturan budaya yang lebih tinggi dan integratif. Bagi Weber nabi adalah prototype pemimpin „kharismatik.‟ Dalam sosiologi Weber, konsep Kharisma adalah konsep fundamental; konsep Weber merupakan suatu istilah yang diterapkan pada suatu kualitas tertentu dari personalitas individu yang berdasar hal itu, dia melepaskan diri dari orang awam dan diperlakukan sebagai orang yang dianugrahi kekuatan supernatural, manusia super atau paling tidak secara spesipik memiliki kekuatan dan kualitas yang istimewa 22. Sejarawan Herbert Buttterfield pernah mengatakan bahwa kekerasan dan kekejeman adalah fenomena yang amat umum terjadi dalam sejarah manusia. Namun didalam sejarah kekerasan dan kekejaman juga merupakan hal yang paling sering ditutupi. Ia mengatakan “salah satu agenda intelektual terbesar abad ini dan 21 ibid Max Weber, “The Theory of social and economic organization, alih bahasa A.M Henderson dan T. Parsons, Free Press New York; 1947 hal, 358. dikutip oleh Brian Morris, “Antropolosi Agama Kritik teori-teori agama kontemporer” alih bahas Imam Khoiri, Yogyakarta: AK Group, 2007, hal, 85. 22 16 selanjutnya adalah studi tentang kekerasan dan isu-isu moral yang terlibat di dalamnya23. Kekerasan adalah penggunaan kekuatan penghancur yang besar terhadap orang atau harta bendanya, yaitu penggunaan kekuatan yang melanggar hak asasi manusia24. Definisi lain mengatakan kekerasan terjadi ketika sesuatu yang memiliki nilai, integritas, kehormatan, kesucian, atau sesuatu yang pada umumnya menuntut penghargaan diperlakukan dengan cara yang tidak menghargai tuntutan tersebut 25. Sementara Johan Galtung, kekerasan ada ketika manusia dipengaruhi sehingga realisasi aktual somatik dan mental mereka berada dibawah potensi realisasinya. Kekerasan adalah sesuatu yang memperlebar jurang antara potensial dan yang aktual, dan yang merintangi usaha mempersempit jurang tersebut26. Akhirnya, menurut John Keane kekerasan lebih tepat dipahami sebagai campur tangan fisik yang tidak diinginkan oleh kelompok-kelompok dan atau perseorangan terhadap tubuh orang lain, yang sebagai konsekuensinya orang tersebut menderita serangkaian dampak mulai dari guncang, memar, radang, bengkak, atau sakit kepala sampai patah tulang, serangan jantung, hilangnya anggota badan atau bahkan kematian27. 23 Robert Cribb (ed) The Indonesian Killing of 1965-1966: Studies from Java and Bali, Monash: Papers on Shoutheast Asia No. 21, 1991, hal. 14. 24 Briant Smart, “Defining civil Disobedience”, dalam Hugo Adam Bedau, ed. Civil Disobedience in Focus, London and New York: Routledge, 1991, hal. 203. 25 Jhon Morreal, The Justifiability of Violent Civil Disobedience dalam H.A. Bedau, ed. Civil Disobedience in Focus, London and New York: Routledge, 1991, hal. 132. 26 Johan Galtung, Violence, Peace, and Peace Research, Journal Of Peace Reseacrh, 1969. 27 John Keane, Reflection on Violence, London: Verso, 1996, hal. 8-9. 17 Melawan kekerasan tanpa kekerasan, ajaran Yesus upaya mengatasi praktik kekerasan tanpa kekerasan terdapat dalam Khotbah di bukit (Matius 5:38-41) dikatakan: “kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi dan gigi. Tetapi aku berkata kepadamu janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu. Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu. Dan siapapun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil.” Memerintahkan supaya manusia: Pertama “siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu”. Konteks kata-kata ini adalah “perbudakan”. Seorang tuan yang murka kepada seorang budaknya, akan menampar pipi kanan sang budak. Menampar pipi kanan lawan dengan tangan kanan harus menggunakan belakang telapak tangan. Bagi orang yahudi, menampar seorang dengan belakang telapak tangan adalah penghinaan dan adalah sebuah kekerasan. Sebaliknya, menampar pipi kiri seseorang dengan telapak tangan (lebih mudah dilakukan) adalah sebuah pengakuan akan kesetaraan. Ketika yesus mengajarkan “kalau seseorang menampar pipi kananmu berilah pipi kirimu”, ia hendak mengatakan: jangan lawan (balas) tetapi juga jangan lari (pasrah). Berilah pipi kirimu artinya: Katakan kepada musuh yang menghina itu bahwa anda setara dengan dia. Karena seorang tuan tidak akan mau menampar pipi kiri budaknya, sebab hal itu akan 18 menyatakan kesetaraan. Itu adalah sebuah contoh perlawanan dan menghentikan kekerasan tanpa kekerasan28. Kedua, “Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu”. Konteks kata-kata ini adalah sengketa di pengadilan atas hutang yang tak dibayar simiskin kepada si penghutangi (kaya). Sesuai hukum Yahudi (Keluaran 22:25-27)29 si penghutangi berhak mengambil jubah seseorang yang tidak membayar hutang pada waktunya, tetapi harus dikembalikan kepada yang punya sebelum matahari terbenam, karena itulah satusatunya pembalut kulitnya. Mengambil baju si miskin yang tidak membayar hutang adalah sebuah tindak kekerasan yang walau dilakukan atas nama hukum. Yesus menganjurkan cara melawan kekerasan seperti itu dengan menyerahkan sekaligus jubah kepada si kaya sehingga si miskin menjadi telanjang. Bagi oang yahudi saat itu, tindakan si miskin seperti itu (telanjang di muka umum) sangat mempermalukan si kaya. Lain kali si kaya akan berpikir tujuh kali melakukan perbuatan kekerasan yang demikian. Itulah contoh lain melawan kekerasan tanpa kekerasan30. Ketiga, “Dan, siapapun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil”. Konteks contoh ini adalah dunia militer. 28 Richard M. Daulay, Agama dan Budaya Perdamaian dalam Masyarakat Kristen, dalam Muhaimin Ag….(ed) Damai di Dunia Damai untuk Semua, Jakarta: Depag RI, 2004, hal. 136-137. 29 Alkitab, keluaran 22:25-27 “jika engkau meminjamkan uang kepada salah seorang umat-Ku, orang yang miskin di antaramu, maka janganlah engkau berlaku sebagai seorang penagih hutang terhadap dia: janganlah kamu bebankan bunga uang kepadanya. Jika engkau sampai mengambil jubah temanmu sebagai gadai, maka haruslah engkau mengembalikannya kepadanya sebelum matahari terbenam, sebab hanya itu saja penutup tubuhnya, itulah pemalut kulitnya, pakai apakah ia pergi tidur? Maka apabila ia berseru-seru kepadap-Ku, Aku akan mendengarnya, sebab Aku ini pengasih”. 30 Ibid, hal. 138. 19 Pada zaman Romawi ada aturan bahwa tentara Romawi hanya boleh memaksa rakyat sipil memikul beban (militer) sejauh satu mil. Aturan ini dibuat untuk sekedar meredam kebencian orang Yahudi kepada orang Romawi. Tetapi bagi orang Yahudi peraturan memikul beban satu mil adalah penghinaan, apalagi dilakukan di tanah perjanjian kepada umat pilihan Allah. Yesus mengajarkan bahwa tindakan kekerasan seperti itu harus dilawan dengan cara mengambil inisiatif tidak berhenti setelah satu mil (seseuai aturan) tetapi memikul beban itu sampai dua mil. Dengan demikian si tertindas telah menempatkan serdadu pada posisi melawan undang-undang (insubordinasi), yang resikonya adalah pemecatan. Kalau semua orang yahudi melakukan hal yang sama, maka praktek pemaksaan seperti itu akan hilang. Inilah contoh lain melawan kekerasan tanpa kekerasan31. Dengan tiga contoh ini kita dapat melihat bahwa Yesus bukannya mengajarkan sikap “nonresistance” (tanpa perlawanan), tetapi “non-violence” (tanpa kekerasan)32. Allah menghendaki Shalom: perdamaian, damai sejahtera dan kesejahteraan bagi segenap ciptaanNya. Betapa tidak! Allah telah menciptakan dunia yang damai, “sungguh amat baik”(kej. 1:31) 33. Aksi nir kekerasan atau tanpa kekerasan dikenal juga dengan Ahimsa Mohandas Karamchand Gandhi mengatakan bahwa protes tanpa kekerasan dapat berhasil asalkan dilaksanakan dengan disiplin. Sampai saat ini orang masih melihat kepada teori dan praktik Gandhi di bidang Nirkekerasan, yang ia tunjukan lewat aksi-aksi 31 Ibid. Ibid. 139 33 Rudiyanto, Panduan Hidup dalam Komunitas Murid Yesus, Semarang: Pustaka Muria, 2009, hal. 115. 32 20 seperti gerak jalan 300 kilometer dari Ashram Sabarmati ke Dandi untuk membuat garam yang ketika itu dimonopoli oleh penjajah Inggris. Walaupun Gandhi akhirnya harus masuk penjara lagi, aksi nirkekerasan yang disebut dengan “Satyagraha Garam” tersebut telah mengguncang inggris karena berita jutaan orang ikut gerakan non kekerasan di tanah jajahan mereka34. UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) dalam Declaration of a Culture of Peace menyebutkan bahwa budaya damai adalah sikap, tindakan, tradisi, dan model perilaku dan cara hidup yang didasarkan pada 35: 1. Menghargai kehidupan, mengakhiri kekerasan dan mengedepankan tindakan anti kekerasan melalui pendidikan, dialog, dan kerjasama. 2. Penghargaan penuh terhadap prinsip-prinsip kedaulatan, integrasi wilayah, kemerdekaan politik negara dan ketiadaan intervensi pada persoalan internal sebuah negara yang berhubungan dengan Piagam PBB dan hukum internasional. 3. Penghargaan penuh terhadap dan mengedepankan penghargaan terhadap seluruh hak asasi manusia dan kemerdekaan dasar. 4. Komitmen terhadap penyelesaian konflik secara damai. 34 Tentang paham dan aksi nirkekerasan Gandhi, lihat Joan V. Boundurant, Conquest of Violence the Gandhian Philosophy of Conflict, Princeton: University of Princeton, 1958. 35 United Nations, Declaration of a Culture of Peace http://www.undocuments.net/a53r243a.htm diakses 4 Juli 2015. 21 5. Upaya untuk menemukan kebutuhan pembangunan dan lingkungan tidak hanya saat ini tetapi juga untuk generasi yang akan datang. 6. Menghargai dan mengedepankan hak-hak pembangunan. 7. Menghargai dan mengedepankan kesamaan hak dan kesempatan bagi laki-laki dan perempuan. 8. Menghargai dan mengedepankan hak-hak setiap orang untuk merdeka berekspresi, berpendapat dan mendapatkan informasi. 9. Mengikuti prinsip-prinsip kebebasan, keadilan, demokrasi, toleransi, solidaritas, kerjasama, penghargaan terhadap kemajemukan, perbedaan budaya, dialog dan pengertian pada setiap tingkatan masyarakat dan bangsa . Dari berbagai pengertian kekerasan dan nir-kekerasan diatas merupakan konsep dasar untuk mendefinisikan apa yang dimaksud dengan khotbah damai. Khotbah damai secara bahasa berasal dari dua suka kata Khotbah dan Damai, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia36 menjelaskan definisi khotbah sebagai Pidato (terutama yang menguraikan ajaran agama), sedangkan damai adalah tidak ada perang, tidak ada kerusuhan, aman, tentram dan tenang, keadaan tidak bermusuhan dan hidup rukun. Secara sederhana dalam penelitian ini Khotbah Damai didefinisikan sebagai naskah pidato yang berisi ajakan atau seruan untuk mewujudkan nilai-nilai anti kekerasan, keadilan, hak asasi manusia, dan cinta kasih. 36 Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), KBBI offline Versi 1.1 Freeware@2010 by: Ebta Setiawan. 22 Dalam kerangka teori ini juga akan menjelaskan kriteria konsep damai yang terimplementasi dalam khotbah damai, berdasarkan pengertian kekerasan dan nir kekerasan dari berbagai pendapat tokoh di atas maka dapat dirumuskan kriteria konsep damai yang terimplementasi dalam khotbah damai sebagai berikut : 1. Nilai Nir kekerasan atau anti kekerasan Sama seperti yang dipikirkan dan yang dilakukan Gandhi, Marthin Luther King dan banyak lainnya yang telah menggarisbawahi bahwa sikap anti kekerasan adalah aksi animasi berdasarkan prinsip dan jika perlu menjadi nilai dasar dari perlindungan hakikat hidup orang banyak dari setiap usaha tindakan kekerasan dalam bentuk apa saja terhadap warga masyarakat37. Maka kemudian dalam konsep damai yang terimplementasi dalam khotbah damai harus mengandung nilai-nilai anti kekerasan sebagai tolak ukur apakah khotbah yang disampaikan mengandung konsep damai atau tidak. 2. Nilai Keadilan Perdamaian tidak dapat lepas dari keadilan, dan keadilan mesyaratkan tidak adanya penindasan (eksploitasi). Dengan kata lain, perdamaian mensyaratkan tidak adanya kekerasan yang secara luas dapat dihindari, karena semua itu harus dipahami sebagai penghinaan terhadap kebutuhan-kebutuhan manusia termasuk penghinaan terhadap keseimbangan alam 38. Maka nilai keadilan menjadi nilai dasar yan harus ada dalam konsep damai yang terimplementasi dalam khotbah Alo Liliweri, “Komunikasi : Serba Ada Serba Makna” Jakarta: Kencana Pradana Media Group, 2011, hal. 451. 38 Ibid, hal. 452. 37 23 damai, dengan terciptanya keadilan terhadap warga masyarakat maka perdamaian dapat diwujudkan dengan baik. 3. Nilai Hak Asasi Manusia Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai mahkluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerahNya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum dan pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia39. Dalam mewujudkan perdamaian maka kemudian hak asasi manusia menjadi nilai yang harus terpenuhi setiap manusia. Dengan demikian nilai hak asasi manusia harus termuat dalam konsep damai yang terimplementasi dalam khotbah damai. 4. Nilai Cinta Kasih Perdamaian bukan sekedar menghentikan sengketa, konflik, dan peperangan. Perdamaian bukan pula berhenti sejak para pihak menandatangani perjanjian untuk tidak melakukan sengketa, konflik dan peperangan. Perdamaian sebagai akhir dari semua tidak kekerasan yang bungkus oleh cinta kasih. Pendekatan transformasi perdamaian melalui kekuatan cinta kasih ini berpusat pada pendidikan, perubahan budaya, dan spiritualitas. Dari sudut pandang paradigma transformasi, spiritualitas menyiratkan wawasan tentang keterkaitan yang mendalam dan kesucian dari semua tingkat dan kompartemen realitas. Semua usaha perdamaian harus dapat menumbuhkan kepekaan terhadap diri 39 Undang-undang Nomor 39 tahun 1999 tentang hak asasi manusia, Bab I pasal 1. 24 sendiri, kepada orang lain, dan kepada makhluk non-manusia dan ciptaan Allah yang tidak saja mengakui namun terus berupaya untuk mengakomodasi kehadiran illahi dalam semua tindakan dan hubungan antar manusia40. Cinta kasih nilai yang tidak bisa dilepas dari manusia sebagai ciptaan Allah maka kemudian cinta kasih merupakan nilai yang harus terkandung dalam konsep damai yang tercantum dalam naskah khotbah damai keagamaan. F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian dan Pendekatan. Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan (field research), sebab data-data yang didapatkan penulis merupakan data-data yang merupakan hasil pengamatan langsung dilapangan41. Penelitian ini dirancang untuk mengungkapkan fenomena sosiologis dalam menyampaikan konsep damai atau nirkekerasan, khususnya dalam khotbah damai di Gereja Kristen Muria dengan menggunakan pendekatan sosiologi agama. Yang dimaksud dengan pendekatan Sosiologi agama disini adalah pendekatan sosiologis dalam studi agama fokus perhatiannya pada interaksi antara agama dan masyarakat42. Khotbah keagamaan merupakan proses interaksi antara agama dan masyarakat maka dari interaksi ini akan terlihat kekuatan agama mempengaruhi nilai, sikap dan perilaku masyarakat beragama. Karakter utama dari metode kualitatif adalah bukan dimaksudkan Alo Liliweri, “Komunikasi : Serba Ada Serba Makna” Jakarta; Kencana Pradana Media Group, 2011, hal, 452-453. 41 Arif Furchan, Pengantar Metode Kualitatif, Surabaya : Usaha Nasional, 1992, hal. 21. 42 Peter Berger, The Social Reality Of Relegion. (Hamondsworth: Penguin, 1993, ch. 1) dikutip oleh Michael S. Northcott dalam Peter Connolly (ed), Aneka Pendekatan Studi Agama tejemahan dari Aprroaches to the study of religion. Yogyakarta: LKiS, 2009, hal. 271. 40 25 untuk menguji suatu teori, tetapi untuk mengungkapkan fenomena dan realitas melalui data-data secara deskriptif. 2. Metode Penentuan Subjek Penelitian Subyek penelitian adalah orang atau apa saja yang dapat dijadikan penunjang dan data penelitian43. Sedangkan metode penentuan subyek adalah suatu cara untuk menentukan sumber di mana penulis mendapatkan data-data yang akan diperlukan44. Pertimbangan utama dalam menentukan subyek penelitian ini adalah kesesuaian antara sumber informasi yang terkait dengan permasalahan penelitian. Informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah tentang implementasi konsep damai nirkekerasan dalam khotbah damai di Gereja Kristen Muria Indonesia Yogyakarta. Informasi dihimpun dari berbagai sumber yaitu : informan utama adalah Pendeta Gereja Kristen Muria Indonesia Yogyakarta serta informan pendukung adalah para jemaat Gereja Kristen Muria Indonesia Yogyakarta. 3. Metode Pengumpulan Data Untuk pegumpulan data, penelitian ini menggunakan tiga teknik, yaitu pengamatan/ observasi, wawancara dan dokumentasi. a. Metode Observasi 43 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta, 2002, hal. 40. 44 Ibid. hal 211. 26 Observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatan melalui hasil kerja panca indera mata serta dibantu dengan panca indera lainnya. Sedangkan metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan45. Menurut Anas metode observasi adalah cara-cara menghimpun data yang dilakukan dengan mengamati dan mencatat gejala-gejala yang sedang diteliti, baik secara langsung (menggunakan indera) maupun secara tidak langsung (menggunakan alat bantu tertentu)46. Untuk meningkatkan validitas hasil pengamatan, penulis menggunakan alat bantu antara lain, kamera digital, dan recorder. b. Metode Wawancara Wawancara atau interview adalah sebuah dialog yang dilakukan pewawancara interviewer untuk memperoleh informasi dari terwawancara interviewee47. Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Dalam wawancara terstruktur, peneliti menetapkan masalah dan pertanyaan yang diajukan. Sedangkan dalam wawancara tidak terstruktur, peneliti tidak menetapkan masalah atau pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan sebelumnya. Tetapi sesuai dengan kebutuhan untuk menggali informasi yang lebih mendalam. 45 46 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, Jakarta: Kencana, 2007, hal. 115. Anas Sudijono, Metode Research dan Bimbingan Skripsi, Yogyakarta: UD Rama, 1981, hal. 47 Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian suatu…….hal. 132 18. 27 c. Metode Dokumentasi Dokumentasi adalah pengumpulan, pemilihan, pengolahan dan penyimpanan informasi dalam bidang pengetahuan, serta peengumpulan bukti dan keterangan seperti (gambar, kutipan, guntingan Koran, dan bahan resensi lainnya)48. Sedangkan metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan jalan menyelidiki data-data yang berasal dari benda-benda tertulis49. Dokumentasi dilakukan untuk mendapatkan informasi dari sumber yang berupa dokumen/arsip, foto, dan bahan lainnya. Data diperoleh dari dokumentasi data-data yang berkaitan dengan konsep damai nir kekerasan dalam khotbah damai di Gereja Kristen Muria Indonesia, baik berupa tulisan atau dokumen resmi mupun dokumen pribadi seperti, naskah khotbah, bulletin khotbah dan lainnya. 4. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data Agar data yang diperoleh, yang berada pada kesimpulan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka dilakukan pemeriksaan keabsahan data. Teknik yang digunakan dalam pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini, sebagaimana keikutsertaan, 48 49 dikatakan ketekunan Lexi J. pengamatan, Moleong triangulasi, meliputi: perpanjangan pemeriksaan sejawat Dendy Sugono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2000, hal. 272. Sutrisno Hadi, Metode Research Jilid, II, Yogyakarta: Andi Ofset, 1994, hal. 193. 28 kecukupan referensi, kajian kasus negative untuk pengecekan50. Namun dalam penelitian ini, tidak semua teknik diatas digunakan, hanya beberapa teknik yang tepat dan diperlukan saja digunakan, khususnya triangulasi. Teknik triangulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding data itu. Ada empat macam triangulasi, yaitu: memanfaatkan sumber, metode, penyidik dan teori51. Namun dalam penelitian ini yang akan digunakan dalam pemeriksaan keabsahan data adalah triangulasi sumber. Triangulasi sumber adalah membandingkan dan mengecek kembali derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan cara yang berbeda dalam metode kualitatif yang dilakukan dengan: 1). Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara, 2). Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan pribadi, 3). Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu, 4). Membandingkan keadaan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain seperti rakyat biasa, 5) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan 52. Hasil perbandingan yang diharapkan adalah berupa kesamaan atau argumentasi mengenai terjadinya perbedaan. 50 Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006, hal. 327. Ibid, hal. 330. 52 Ibid. 51 29 5. Teknik Analisis Data Analisis data adalah upaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara dan dokumentasi untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti serta menyajikan sebagai temuan bagi orang lain53. proses analisis data ini dilakukan seiring dengan proses pengumpulan data. Sedangkan teknik analisa data yang digunakan adalah teknik analisa interaktif dengan melalui empat tahap yaitu, pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, analiss data, dan penarikan kesimpulan54. G. Sistematika Pembahasan Agar memperoleh hasil yang utuh, maka dalam penyusunan ini penulis menggunakan sistematisasi bab perbab dengan gambaran sebagai berikut : Bab pertama adalah pendahuluan. Dalam pendahuluan penulis menjelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori, metode penelitian dan sistematika pembahasan. Bab kedua adalah Setting penelitian yaitu Gereja Kristen Muria Indonesia. Dalam bab kedua penulis menjelaskan gambaran umum sejarah lahirnya Gereja Kristen Muria Indonesia, Gereja Kristen Muria Indonesia sebagai Gereja Anabaptis, serta menjelaskan gambaran umum Gereja Kristen Muria Indonesia Yogyakarta sejarah dan aktivitas yang di lakukan untuk jemaat. 53 Neong Muhadjir, Metode Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Sarasin, 2002, hal. 45. Milles, Mattew B dan Huberman A. Michael, Analisa Data Kualitatif, terjemah Tjetjep Rohendi, Jakarta: UI Press, 1992, hal. 17. 54 30 Bab ketiga adalah konseptualiasasi damai dan khotbah dalam Gereja Kristen Muria Indonesia Yogyakarta. Dalam bab ketiga ini membahas tentang konsep damai, makna damai dalam Al-kitab serta makna damai bagi para jemaat Gereja Kristen Muria Indonesia Yogyakarta. Dalam bab ini juga membahas tentang definisi khotbah, fungsi khotbah dan pemahaman khotbah pada jemaat Gereja Kristen Muria Indonesia Yogyakarta. Bab keempat adalah interpretasi damai dalam khotbah Gereja Kristen Muria Indonesia Yogyakarta. Dalam bab ini membahas teks-tesk khotbah di Gereja Kristen Muria Indonesia Yogyakarta, elaborasi nilai perdamaian dalam teks Khotbah, dan pemaknaan teks khotbah bagi jemaat Gereja Kristen Muria Indonesia Yogyakarta. Bab kelima adalah penutup. Bab ini menjelaskan kesimpulan dan saran dari penelitian yang sudah di lakukan oleh peneliti. 31 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN PENELITIAN A. Kesimpulan Penelitian Gereja Kristen Muria Indonesia Yogyakarta (GKMI Yogyakarta) secara normatif membawa misi historis dan misi kontemporer mengenai promosi nilai-nilai perdamaian. Secara historis, misi GKMI Yogyakarta dalam mengkampanyekan nilai-nilai perdamaian melalui liturgi dan kegiatan sosial. Kegiatan keagamaan rutin (liturgi) maupun kegiatan sosial seperti pengobatan gratis, dan kegiatan filantropis lainnya merupakan manifestasi langsung dari nilai perdamaian GKMI. Konseptualisasi damai dan khotbah GKMI Yogyakarta Pertama, damai dipahami sebagai inner peace. Kedamaian yang ada dalam diri sendiri yang akan berakibat pada kenyamanan dalam kehidupan nyata (lihat makna kesatu dan kedua).Satu-satunya yang dapat mengendalikan diri dan kedamaian hati adalah dari diri sendiri Kedua, damai sebagai nilai dasar yang diberikan tuhan. Artinya, ada keyakinan bahwa agama beserta aturan yang diwahyukan tuhan itu mengandung perintah kedamaian. Ketiga, damai dimaknai secara integratif yang menyangkut kedamaian dalam diri, dengan sesama, dan juga dengan alam (makna keenam, ketujuh). Konseptualiasasi khotbah dalam GKMI dapat disimpulkan Pertama, khotbah sebagai dimensi instrumental sebagai pembawa pesan 135 sebagaimana adanya. Kedua, khotbah sebagai manifestasi representasu tuhan sehingga jemaat percaya pada apa yang disampaikan oleh pendeta. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan jemaat. Ketiga, dimensi universal bahwa firman tuhan sebenarnya bukan semata-mata untuk jemaat (satu agama) tetapi untuk manusia secara kesuluruhan. Interaksi antara jemaat dan nilai-nilai GKMI dilakukan melalui media-media sosialisasi seperti teks khotbah. Maka eksistensi nilai-nilai perdamaian seperti yang ditunjukkan melalui analisis teks dan elaborasi pemaknaan jemaat pada Bab IV memberikan jawaban atas pertanyaan pertama yang diajukan oleh penelitian ini. Jawaban atas pertanyaan tersebut akan dirangkum ke dalam tiga jawaban besar. Pertama, eksistensi nilai-nilai perdamaian di dalam teks khotbah ditunjukkan melalui rekonstruksi nilai-nilai perdamaian melalui deskripsi kisah, pengutipan ayat, serta argumentasi logis mengenai urgensi nilainilai perdamaian. Kedua, nilai-nilai perdamaian ditemukan pada tiga buku teks Komisi Suluh Komisi Umum, Komisi Wanita dan Komisi Senior. Masing-masing buku memuat nilai nir kekerasan, nilai keadilan, nilai hak asasi, dan nilai cinta kasih. Berkaitan dengan hasil temuan tersebut, elaborasi nilai-nilai nirkekerasan, keadilan, hak asasi manusia (HAM), dan cinta kasih dalam naskah khotbat Geraja Kristen Muria Indonesia Yogyakarta ditemukan melalui dua pola umum. 136 Pola pertama adalah nilai perdamaian direkonstruksi melalui teori atau prinsip hidup ideal. Pola kedua, bahwa nilai perdamaian direkonstruksi melalui pertautan antara teori dan kehidupan praksis yang melibatkan prinsip hidup ideal dan contohnya di dalam kehidupan seharihari. B. Saran Penelitian 1. Saran bagi GKMI Nilai-nilai perdamaian yang dikampanyekan oleh GKMI merupakan salah-satu varian gerakan perdamaian penting di Indonesia. upaya mengkampanyekan nilai-nilai perdamaian melalui teks khotbah akan mempengaruhi kesadaran jemaat karena teks khotbah merupakan bagian penting dari liturgi gereja. Dengan demikian penting untuk menempatkan konteks kontemporer di dalam sosialisasi nilai perdamaian secara komprehensif dengan memanfaatkan khazanah budaya lokal Indonesia sehingga dapat mendorong keterlibatan kultural. 2. Saran bagi Penelitian Lanjutan Penelitian ini memberikan beberapa catatan berupa temuan seputar teks dalam naskah-naskah khotbah. Beberapa temuan tersebut masih dapat dilanjutkan antara lain dengan meneliti karakteristik nilai perdamaian yang hendak direkonstruksi oleh GKMI. Sehingga akan membawa pertanyaan kritis mengenai sejauh apakah konteks sosio- 137 kultural mempengaruhi teks khotbah di dalam upaya rekonstruksi nilai perdamaian. Selain itu, beberapa tema lainnya yang dapat dieksplorasi bagi penelitian selanjutnya adalah terkait pemaknaan individu terhadap nilai-nilai perdamaian GKMI. 138 DAFTAR PUSTAKA Buku : Abineno, J.L. Ch., unsur-unsur Liturgia yang dipakai oleh Gereja-gereja di Indonesia, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000. ______________. Johanes Calvin: Pembangunan Jemaat, Tata Gereja dan Jabatan Gerejawi, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1992. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2002. Aritonang, Jan S., Berbagai Aliran di dalam dan di sekitar Gereja, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000. Al Qurtuby, Sumanto. Among the Believers: Kisah Hidup Seorang Muslim Bersama Komunitas Mennonite Amerika, Semarang: Lembaga Studi Sosial dan Agama, 2011. Anton, Bernand Pareira, Homiletik: Bimbingan Berkhotbah, Malang: Penerbit Dioma, 2004. Anand, Chaiwat Satha, Agama-Agama dan Budaya Perdamaian, Yogyakarta Forum Kajian Budaya dan Agama bekerjasama dengan PSKP UGM dan Quaker International Affair. Adam, Hugo Bedau (ed), Civil Disobedience in Focus, London and New York: Routledge. 1991. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Bina Aksara, 1987. Asy’arie, Musa, Menggagas Revolusi Kebudayaan tanpa Kekerasan, Yogyakarta: LESFI, 2002 Boehlke, Robert R. Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen: Dari Plato sampai IG. Loyola, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1991. 139 Boundurant, Joan V. Conquest of Violence the Gandhian Philosophy of Conflict, Princeton: Princeton University, 1958. Bungin Burhan. Penelitian Kualitatif, Jakarta: Kencana, 2007. Buttrick, David, Speaking Jesus: Homiletic Theology and The Sermon on The Mount, London: Westminster Jhon knox Press, 2002. ______________. Memberitakan Yesus Kristus dalam Khotbah: Suatu Latihan dalam Teologi Homiletis, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996. Calvin,Yohanes, Institutio; Pengajaran Agama Kristen, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1980. Christano, Charles. Seri Mengenal Jemaat Mennonite: Asal Mula Jemaat Mennonite, Semarang: Pustaka Muria, 1989. ______________. Seri Mengenal Jemaat Mennonite: Keyakinan Jemaat Mennonite, Semarang: Pustaka Muria, 1989. ______________. Seri Mengenal Jemaat Mennonite: Menjadi Murid, Semarang: Pustaka Muria, 2009. Clinebell, Howard, Tipe-tipe Pendampingan dan Konseling Pastoral (terj. B.H. Nababan), Yogyakarta: Kanisius, 2002. Cribb, Robert (ed). The Indonesian Killing of 1965-1966: Studies from Java and Bali, Monash Papers on Shoutheast Asia No. 21. 1991. Connolly, Peter (ed). Aneka Pendekatan Studi Agama, terj: Approaches to The Study of Religion, Yogyakarta: LKis, 2009. Darmaputera, Eka, Pergulatan Kehadiran Kristen di Indonesia, Jakarta: BPK Gunung mulia, 2001. Diredja, Janti. Refleksi dan Perspektif Strategis Pelayanan Di GKMI Yogyakarta, Paper untuk ujian peremptoir pendeta muda Yogyakarta: 2005 (tidak diterbitkan) De Jonge, Christiaan, Apa itu Calvinisme?, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1998. 140 From, Erich, Akar Kekerasan Analisis Sosio-Psikologis atas Watak Manusia, terj: The Anatomy of Human Destructiveness, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008 Fuhran, Arif. Pengantar Metode Penelitian Kualitatif, Surabaya: Usaha Nasional, 1992. Gandhi M.K, Mahatma Gandhi; Sebuah Autobiografi, terje: An Autobiografi or The Story of my Experiment with truth, Jakarta: Narasi, 2009 Gerrit Singgih, Emanuel. Berteologi dalam Konteks Pemikiran-pemikiran mengenai Kontekstualisasi Teologi di Indonesia, Yogyakarta: Kanisius dan Jakarta: BPK Gunung Mulia, cetakan ke tujuh, 2007. ______________. Makna dan Dampak Politis Pemberitaan Firman di dalam Alkitab dan Iman dan Politik dalam Era Reformasi di Indonesia, Jakarta: BPK Gunung Mulia 2002. GMKI, Sinode. Informasi 2011 Komunitas Pembawa Damai, Semarang: Sinode GMKI, 2011. ______________. Didiklah di Jalan Damai: Refleksi 90 Tahun Perjalanan GKMI, Semarang: Sinode GKMI, 2010. ______________. SULAM (Suluh Damai) Komisi Umum BPPS GKMI 2011, Semarang: Pustaka Muria, 2011. ______________. SULAM (Suluh Damai) Komisi Wanita BPPS GKMI 2011, Semarang: Pustaka Muria, 2011. ______________. SULAM (Suluh Damai) Komisi Senior BPPS GKMI 2011, Semarang: Pustaka Muria, 2011. Hadi, Sutrisno. Metode Research Jilid II, Yogyakarta: Andi Offset, 1994. Hendropuspito, Sosiologi Agama, BPK Gunung Mulia-Kanisius, Yogyakarta, 1983. Hendriks, Jan, Jemaat Vital dan Menarik, Yogyakarta: Kanisius, 2002. Heacock, Paul (ed), Cambridge Academic Content Dictionary, USA: Cambridge, 2009. Keane, Jhon. Reflection on Violence, London: Verso, 1996. 141 Klinken, Gerry. Communal Violence and Democratization in Indonesia “Small Town wars”, London and New York: Routledge. 2007. Liliwery, Alo. Komunikasi Serba Ada Serba Makna, Jakarta: Kenacana Prenada Media Group, 2011. Maryanto, Emest, Kamus Liturgi Sederhana, Yogyakarta: Kanisius, 2004. Martasudjita, E., Pengantar Liturgi: Makna, Sejarah dan Teologi Liturgi, Kanisius, Yogyakarta, 1999. Mehta, Ved, Ajaran-ajaran Mahatma Gandhi: Kesaksian dari Para Pengikut dan Musuh-musuhnya, terj: Mahatma Gandhi and His Apostles, Yogyakarta: pustaka pelajar, 2002 Miles, Mattew B dan Huberman A. Michael, Analisis Data Kualitatif, terjemah Tjetjep Rohendi, Jakarta: UI Press, 1992. Moleong Lexy J, Metodelogi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Remaja Rosdakarya, 2006. Morris, Brian, Antropologi Agama Kritik Teori-Teori Agama Kontemporer, Yogyakarta AK Group, 2007 Muhadjir, Noeng, Metodelogi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Sarasin, 2002. Muhaimin AG, Damai di Dunia Damai untuk Semua, Jakarta: Depag RI, 2004. O’Dea, Thomas F., Sosiologi Agama: Suatu Pengenalan Awal, Rajawali, Jakarta, 1985. Raja, Juli Toni (ed), Melawan Kekerasan Tanpa Kekerasan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, PP IRM, The Asia Foundation, 2000. Rudiyanto, Panduan Hidup Dalam Komunitas Murid Yesus, Semarang: Pustaka Muria, 2009. Ritzer, George & Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi dari Teori Sosiologi Klasik sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Posmodern, terj: Socioloical Theory, Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2010. 142 Ritschl, Dietrich, Teologi Pemberitaan Firman Allah: Mengapa kita Harus berkhotbah?, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1990. Rothlisberger, Homiletika, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1991. Rozi, Syafuan (dkk), Kekerasan Komunal: Anatomi Resolusi Konflik di Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006. Robertson, Rolan (ed), Agama : Dalam Analisa dan Interpretasi Sosiologis, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993 Salmi, Jamil, Violence and Democratic Society Hooliganisme dan Masyarakat Demokarasi, terj: Violence and Democratic Society, Yogyakarta: Pilar Media, 2005 Sudijono, Anas. Metodologi Research dan Bimbingan Skripsi, Yogyakarta: UD Rama, 1981 Sugono, Dendy, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2000 Sutrisno, Mudji & Hendar Putranto (ed), Teori-Teori Kebudayaan, Yogyakarta: Kanisius, 2005. Tim Peneliti Yayasan Paramadina, Magister Perdamaian dan Resolusi konflik, dan ICRP, Kontroversi Gereja di Jakarta, Yogyakarta: CRCS UGM, 2011 Tim Editorial, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Kemendikbud, 2008. Tindage, Ruddy dan Rainy MP Hutabarat (Penyunting). Gereja dan Penegakan Hak Asasi manusia, Yogyakarta: Kanisius dan Badan usaha milik Gereja GMIH, cetakan ke lima 2012 White, Jame F.. Pengantar Ibadah Kristen, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002 Yoder, M Lawrence, Tunas Kecil Sejarah Kelahiran Gereja dan Perkembangan Gereja Kristen Muria Indonesia, Semarang: Komisi Literatur Sinode GMKI, 1980 Zainal Abidin Bagir (dkk), Laporan Tahunan Kehidupan Beragama di Indonesia 2010, Yogyakarta: CRCS UGM, 2011 143 Skripsi, Tesis, Publikasi Resmi dan Jurnal : Undang-undang Nomor 39 tahun 1999 tentang hak asasi manusia Galtung, Johan. Violence, Peace, and Peace Research, Journal Of Peace Reseacrh, 1969. De Almeida, Hermenegildo. Peran Gereja Dalam Upaya Resolusi Konflik Pasca Referendum di Timor Leste, Tesis Konsentrasi Studi Agama dan Resolusi Konflik Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2011. (tidak diterbitkan) Arinta, Ika Yulianti. Spirit Perdamaian Anabaptis Mennonite dalam Gereja Injili Tanah Jawa dan Gereja Kristen Muria, Skripsi Jurusan Perbandingan Agama, Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2015. (tidak diterbitkan) Prakosa, P. Gereja Perdamaian: Tinjauan Terhadap Praksis Perdamaian Gkmi Solo. Skripsi, Fakultas Teologi Universitas Kristen Duta Wacana, 2008. (tidak diterbitkan) Majalah : Berita GKMI, “Didiklah di Jalan Damai”, Semarang: Majalah Bulanan No. 528 Tahun XLIV September 2011 Berita GKMI, “Hidup Itu Tidak Susah”, Semarang: Majalah Bulanan No. 532 Tahun XLV Januari 2012 Website : http://www.un-documents.net/a53r243a.htm diakses 4 Juli 2015 http://crcs.ugm.ac.id/wednesday-forum/328/Gerakan-Kristen-Mennonite-diIndonesia.html http://islamlib.com/id/artikel/mennonite-amerika-dan-spirit-pelayanan-kemanusiaan 144 http://nasional.vivanews.com/news/read/249953-ini-nama-korban-ledakan-bomgereja-kepunton http://www.tempo.co/read/news/2011/09/25/063358122/Ledakan-Bom-di-GerejaKepunton- Terdengar-Sampai-1-Kilometer. http://nasional.inilah.com/read/detail/1778170/pelaku-bom-gereja-di-solo-gunakancara-tradisional. http://www.antaranews.com/berita/1285987422/polisi-jaga-sekitar-masjidahmadiyah-bogor. http://www.antaranews.com/berita/1285949941/massa-serang-pemukimanahmadiyah-di-ciampea. http://regional.kompas/read/2010/12/09/09515441/Bangunan.Ahmadiyah.Digembok8 http://www.kompas.com/read/xml/2010/12/03/15534561/Lagi.Masjid.Ahmadiyah. Dirusak.Massa http://surabaya.detik.com/read/2010/03/26/220832/1326491/466/kontras-akanlaporkan-pembubaran-kongres-ilga-ke-mabes-polri http://nasional.kompas.com/read/2011/02/08/15220321/9.Korban.Rusuh. Temanggung.Dirawat 145 LAMPIRAN 5 Pengurus Sinode GKMI masa bakti 2009 – 2014 Ketua Umum Anggota Dewan Pertimbangan (DP) Pdt. Paulus Sugeng Widjaja, MAPS., Ph.D Pdt. Prof. Dr. Mesach Krisetya Pdt. Dr. Eddy Paimoen Iwan Ganius Sekretaris Umum Bendahara Umum Pdt. Timotius Adhi Dharma, M.Si. Agus Setianto, SE., MM. Anggota Badan Pemeriksa Perbendaharaan (BPP) Wakil Sekretaris Umum Wakil Bendahara Umum Drs. Daniel Kristanto Trihandoyo Ir. Srihono Purnomo, MBA. Dra. Laniwati Widodo, MBA. Akt. Yohanes Handojo, SE., MM. Azariah Sudibyo Hartanto, SE., Akt Ketua Bidang Theologi Ketua Bidang Persekutuan Pdt. Daniel K. Listijabudi, M.Th. Pdt. Peter Hiendarto, M.A. Ketua Bidang Pengembangan SDM Ketua Bidang Misi Eddy Sutjipto, MBA. Ir. Andryadi Bambang Kurniawan Unit Kerja Sinode GKMI 1. Pustaka Muria Kepala : Pdm. Paul Gunawan, AM 2. Akademi Muria Sekretaris : Ani Widjaja, S.Ag., M.Si 3. Dana Pensiun dan Dana Kesejahteraan Ketua : Andreas Soewatjono S. 4. Mennonite Diakonia Service Direktur : Pdt. Paulus Hartono, M.Min LAMPIRAN 5 DAFTAR INFORMAN PENELITIAN NO NAMA NO HAND PHONE USIA 1 Ajeng Prihatanti Siwi 08122953681 38 TAHUN 2 Sri Umiyati 085853537780 45 TAHUN 3 Pdt. Darius 081321566821 62 TAHUN 4 Pdm. Debby Tjioe Sin Giok 087822797222 50 TAHUN 5 Alang Budi Setiawan 08975814124 20 TAHUN 6 Dani Agus Wahyudi 08562959158 20 TAHUN 7 Rya Rosa 085743105849 21 TAHUN 8 Pdt. Rudiyanto 08883926859 37 TAHUN 9 Pdt. Stevanus 10 Aditya Mahardika 40 TAHUN 08985049615 17 TAHUN LAMPIRAN 6 DAFTAR DOKUMEN GAMBAR GKMI YOGYAKARTA 1. GKMI YOGYAKARTA 2. GKMI YOGYAKARTA 3. KEBAKTIAN UMUM 4. KEBAKTIAN MISA KAMIS PUTIH 5. KEBAKTIAN PEMUDA 6. JEMAAT YANG MENJADI PETUGAS KEBAKTIAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP A. Identitas Diri Nama Tempat/tgl. lahir Alamat Rumah Alamat Kantor Nama Ayah Nama Ibu Nama Istri : Ahmad Sarkawi : Bengkulu, 17 Agustus 1984 : Jl. Wonosari, Km 10 Dusun Babadan Piyungan Bantul Yogyakarta. : Jl. KHA. Dahlan No 103 Yogyakarta. : Johan Sapry (Alm) : Basaria : Intan Lis Utami B. Riwayat Pendidkan 1. Sekolah Dasar Negeri 36 Kepahiang, Bengkulu. Tahun 1997. 2. Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Kepahiang, Bengkulu. Tahun 2000. 3. Sekolah Menengah Umum Muhammadiyah 1 Kota Bengkulu. Tahun 2003. 4. Strata 1 Universitas Muhammadiyah Bengkulu. Tahun 2008. 5. Strata 2 Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Tahun 2015. C. Riwayat Pekerjaan 1. Relawan JPPR pemilu 2004. 2. Staf Edukasi Khairani Studi Centre 2005. 3. Presenter Radio Jazeerah Universitas Muhammadiyah Bengkulu 2005-2007. 4. Koordinator Program Pluralisme dan Gender Binuka Institute Bengkkulu 20052008. 5. Asisten Program Demokrasi dan pluralisme Maarif Institute Jakarta 2008-2009. 6. Dosen Bridging Program Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia 2012sekarang. D. Pengalaman Organisasi Ketua Pimpinan Ranting Ikatan Pelajar Muhammadiyah SMU Muhammadiyah 1 Bengkulu 2001. Ketua Organisasi Siswa Intra Sekolah SMU Muhammadiyah 1 Bengkulu 2001. Ketua Bidang Kader Pimpinan Daerah Ikatan Pelajar Muhammadiyah Kota Bengkulu 2002-2003. Ketua Bidang Iptek DPD Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Bengkuulu 2004-2006. Ketua BEM Universitas Muhammadiyah Bengkulu 2005-2006. Ketua Umum Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Muhammadiyah Bengkulu 2006-2008. Ketua Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah 2008-2010. Wakil Sekretaris LPCR PP Muhammadiyah 2010-2015. Direktur Rumah Baca Komunitas Yogyakarta 2013-2015. E. Minat Keilmuan : Resolusi Konflik, Perdamaian, Seksualitas, Gender dan Pluralisme. F. Karya Ilmiah. Artikel : 1. Kesetaraan dan keadilan Gender jalan surga untuk kita semua dalam Jurnal Sosial Keagamaan LPPM STIB Banyuwangi Jawa timur. 2. The Role of Student-Centre Learning to Prepare Actively Independent Learners: A Bridging Program Case Study in The Economics Faculty of the Islamic University of Indonesia. Univeritas Widyatama, Open University dan San Beda College. 3. The Role of Student Leadership Development program to prepare Indonesian's Future Leader: A Bridging Program Case Study in The Economics Faculty of the Islamic University of Indonesia. Univeritas Widyatama, Open University dan San Beda College. Penelitian : 1. Peran Mubaliq Muhammadiyah dalam mengatasi Tahayul, Bid'ah dan Kurafat di Desa Karang Pulau kecamatan Putri Hijau Bengkulu Utara. Universitas Muhammadiyah Bengkulu. 2. The Role of Student-Centre Learning to Prepare Actively Independent Learners: A Bridging Program Case Study in The Economics Faculty of the Islamic University of Indonesia. Pusat Pengkajian Ekonomi UII. 3. The Role of Student Leadership Development program to prepare Indonesian's Future Leader: A Bridging Program Case Study in The Economics Faculty of the Islamic University of Indonesia. Pusat Pengkajian Ekonomi UII. 4. Khotbah Damai Keagamaan Gerakan Nir-Kekerasan (Analisis Teks Khotbah Gereja Kristen Muria Indonesia Yogyakarta). Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Yogyakarta, 19 Juni 2015 Ahmad Sarkawi