KHOTBAH DAMAI
KEAGAMAAN GERAKAN NIR-KEKERASAN
(Analisis Teks Khotbah Gereja Kristen Muria Indonesia Yogyakarta)
Disusun oleh:
AHMAD SARKAWI
NIM : 10.215.700
TESIS
Diajukan kepada Pascasarajana UIN Sunan Kalijaga
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh
Gelar Magister Humaniora
Program Studi Agama dan Filsafat
Konsentrasi Studi Agama dan Resolusi Konflik
YOGYAKARTA
2015
Abstrak
Peran teks khotbah secara normatif merupakan media liturgi. Dalam
konteks tersebut, teks khotbah pada umumnya digunakan sebagai alat untuk
melakukan internalisasi maupun indoktrinasi nilai-nilai tertentu terhadap Jemaat.
Akan tetapi, peran teks khotbah merespon konteks sosio-kultural maupun konteks
misi historis. Hal tersebut berimplikasi pada pergeseran peran teks khotbah
sebagai alat transformasi sosial. GKMI Mennonite merupakan gereja dengan
ajaran anabaptis. GKMI Mennonite menjadi gereja dengan tujuan
mengkampanyekan nilai-nilai perdamaian.
Berkaitan dengan hal tersebut, terdapat tiga pertanyaan penelitian.
Pertama, Bagaimana konseptualisasi damai dan khotbah dalam Gereja Kristen
Muria Indonesia Yogyakarta? Kedua, Bagaimana interpretasi naskah khotbah
Gereja Kristen Muria Indonesia Yogyakarta yang memuat nilai-nilai nirkekerasan, keadilan, hak asasi manusia (HAM), dan nilai cinta kasih? Ketiga,
Bagaimana konsep damai tersebut dielaborasikan melalui nilai-nilai nirkekerasan, keadilan, hak asasi manusia (HAM), dan cinta kasih dalam naskah
khotbah Gereja Kristen Muria Indonesia Yogyakarta?
Dua pertanyaan penelitian tersebut dijawab menggunakan pendekatan field
research dengan menganalisis teks khotbah. Metode pengumpulan data yang
digunakan adalah wawancara dan dokumentasi. Validasi data menggunakan
trianggulasi melalui subjek penelitian.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah; Pertama, eksistensi nilainilai perdamaian di dalam teks khotbah ditunjukkan melalui rekonstruksi nilainilai perdamaian melalui deskripsi kisah, pengutipan ayat, serta argumentasi logis
mengenai urgensi nilai-nilai perdamaian. Kedua, nilai-nilai perdamaian ditemukan
pada tiga buku teks Komisi Suluh Komisi Umum, Komisi Wanita dan Komisi
Senior. Masing-masing buku memuat nilai nir kekerasan, nilai keadilan, nilai hak
asasi, dan nilai cinta kasih.
Kata Kunci : Agama, Kristen, Mennonite, khotbah dan Perdamaian.
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis persembahkan kehadirat Allah
SWT yang telah memberi Taufiq dan
Hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan Tesis ini. Shalawat dan Salam semoga senantiasa
dilimpahkan untuk Nabi Muhammad SAW, contoh teladan terbaik dalam
kehidupan sepanjang zaman.
Tesis ini ditulis sebagai persyaratan penyelesaian program studi Magister
Humaniora
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan judul,
"Khotbah Damai Keagamaan Gerakan Nir-Kekerasan (Analisis Teks
Khotbah Gereja Kristen Muria Indonesia Yogyakarta)”.
Dalam penyelesaian tesis ini penulis sangat banyak sekali mendapatkan
bimbingan, motivasi dan dukungan dari semua pihak baik moril maupun materil
dari orang-orang yang sangat penulis cintai dan sayangi yang mengharapkan
kesuksesan dan keberhasilan penulis. Berkat kemudahan yang Allah SWT
berikan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya tesis ini dapat penulis
selesaikan. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih
kepada yang terhormat:
1. Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof. Drs. H. Akh. Minhaji, M.A.,
Ph.D yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh
kuiah di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
2. Direktur Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Prof. Noorhaidi, M.A.,
M.Phil., Ph.D yang telah memberikan kesempatan dan kemudahan kepada
penulis selama proses pendidikan.
3. Ketua Program Studi Agama dan Filsafat Dr. Moch Nur Ichwan, M.A. dan
jajarannya atas segala kebijaksanaannya dalam melancarkan persoalanpersoalan administrasi dari sejak perkuliahan sampai selesai studi ini.
4. Bapak Dr. Mutiullah, M.Hum. Selaku pembimbing penulis yang telah
meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan motivasi penulis
dengan penuh kesabaran, keikhlasan dan rasa tanggung jawab sehingga tesis
ini dapat diselesaikan dengan baik.
viii
5. Para Guru Besar
beserta segenap dosen dan staf pengajar yang telah
membekali penulis dengan berbagai ilmu pengetahuan serta pengalaman sejak
awal kuliah sampai penulisan tesis .
6. Pimpinan dan seluruh karyawan dan karyawati Perpustakaan UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta yang telah memberikan bantuan berupa pinjaman buku
sebagai referensi dalam penulisan tesis ini.
7. Teman-teman
pegiat
Rumah
Baca
Komunitas
dan
Ikatan
Pelajar
Muhammadiyah yang telah memberikan penulis dukungan selama perkuliahan
dan selalu menemani penulis baik dikala suka maupun duka.
8. Teristimewa buat Orang-orang tercinta ayahanda Johan Syapri (Alm) dan Ibu
Basaria, ayahanda Muallim Rahman, S.Pd. dan Ibu Sumiyati yang telah
mencurahkan kasih sayang, mendidik, membimbing, mendo’akan, dan
memotivasi serta memberikan semangat perjuangan yang tiada terhingga
kepada penulis agar penulis selalu sukses dalam menuntut ilmu di UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta, yang entah kapan dan dimana penulis dapat membalas
jasa-jasanya.
9. Selanjutnya kepada Bapak Dr. Susiyanto, M.Si, dan Ibu Hj. Eni Khairani,
M.Si dan keluarga Bapak Raminzar, M.Pd dan Ibu Sni Sukmaini, S.Pd. yang
selalu
memberikan
semangat
dan
dorongan
kepada
penulis
untuk
menyelesaikan studi dengan baik.
10. Keluarga Besar Rumah Baca Komunitas cak David Efendi dan mbak Rif’a
beserta ponakan Hafiz dan Garda, kang Danan dan mbak Arin beserta
ponakan Aqila dan Muntaz yang banyak membantu penulis dalam perjalanan
menyelesaikan studi di UIN Sunan Kalijaga.
11. Pegiat Rumah Baca Komunitas Fauzan Anwar Sandiyah yang banyak
menemani diskusi dan proses editing dalam penulisan Tesis ini, Mas Sakir,
Om Andan, Om Unggul, Om Maskcu, Om Dullah, Dik Agam, Ikong, Vitho,
Lupet dan semua pegiat rumah baca yang tidak bisa disebut satu persatu.
12. keluarga Besar di Sumbawa dan di Bengkulu, Wo Suniati (Almarhumah),
Dang Ci dan Ayuk Mega, Dang katul dan ayuk Lis, Wo Gadis dan kakak
ix
buyung, Wo Meli dan kakak Marwan, Wo Hindun dan Kakak Parman, Dang
bambang, Adekku Nova YS dan Anang, Adekku Anjas.
13. Keluarga besar LPCR PP Muhammadiyah, PWM Bengkulu, Khairani Studi
centre, Bridging Program FE UII, Ikatan Pelajar Muhammadiyah, Universitas
Muhammadiyah Bengkulu.
14. Keluarga besar Gereja Kristen Muria Yogyakarta, Pdt. Paulus Soegeng
Widjaya, Pdt. Yanti, Pdt, Stevanus, Pdt. Rudi dan seluruh para jemaat Gereja
Kristen Muria Indonesia Yogyakarta.
15. Almamater tercinta Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Akhirnya, Do’a dan harapan penulis mohonkan kepada Allah SWT,
semoga semua menjadi amal ibadah dan mendapat balasan yang berlipat ganda di
sisi Allah SWT. Amin.. Wassalam..
Padang, 19 Juni 2015
Penulis,
Ahmad Sarkawi
NIM. 10.215.700
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
PERYATAAN KEASLIAN ....................................................................... ii
PERYATAAN BEBAS PLAGIASI ........................................................... iii
PENGESAHAN DIREKTUR .................................................................... iv
PERSETUJUAN TIM PENGUJI .............................................................. v
NOTA DINAS PEMBIMBING ................................................................. vi
ABSTRAK .................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ................................................................................ viii
DAFTAR ISI .............................................................................................. x
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xvii
MOTTO ...................................................................................................... xviii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. xix
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
Rumusan Masalah ............................................................................ 10
Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................... 10
Tijauan Pustaka ................................................................................ 11
Kerangka Teori ................................................................................ 14
Metode Penelitian ............................................................................. 23
Sistematika Pembahasan ................................................................... 29
BAB II GEREJA KRISTEN MURIA INDONESIA: SETTING
PENELITIAN ........................................................................................... 31
A. Sejarah Gereja Kristen Muria Indonesia ........................................... 31
B. Gereja Kristen Muria Indonesia dan Mennonite ................................ 54
C. Gereja Kristen Muria Indonesia Yogyakarta ..................................... 66
BAB III KONSEPTUALISASI “DAMAI” DAN “KHOTBAH” DALAM
GEREJA KRISTEN MURIA INDONESIA YOGYAKARTA ................ 83
A. Konsep Damai .................................................................................. 83
B. Makna Damai dalam Al-Kitab .......................................................... 85
xii
C.
D.
E.
F.
G.
Makna Damai bagi Jemaat GKMI .................................................... 95
Khotbah ........................................................................................... 98
Fungsi Khotbah ................................................................................. 101
Khotbah sebagai Media Perubahan .................................................. 106
Khotbah dalam Pandangan Jemaat GKMI Yogyakarta …………….. 107
BAB IV INTERPRETASI DAMAI DALAM KHOTBAH GEREJA
KRISTEN MURIA INDONESIA YOGYKARTA ................................... 110
A. Khotbah di Gereja Kristen Muria Indonesia Yogyakarta ................... 110
B. Elaborasi nilai Perdamaian dalam Teks Khotbah ............................... 125
C. Pemaknaan Teks Khotbah menurut Jemaat ........................................ 127
BAB V KESIMPUAN DAN SARAN PENELITIAN ................................ 134
A. Kesimpulan Penelitian ..................................................................... 134
B. Saran Penelitian ............................................................................... 135
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 137
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xiii
DAFTAR SINGKATAN
BPPS
: Buku Pegangan Pengajaran Sinode.
BPK
: Badan Pendidikan Kristen.
CRCS
: Centre for Religious and Cross-Cultural Studies.
GARIS
: Gerakan Reformis Islam.
GKMI
: Gereja Kristen Muria Indonesia.
GGKMI
: Gereja – Gereja Kristen Muria Indonesia.
GITJ
: Gereja Injil di Tanah Jawa.
GPDI
: Gereja Pantekosta di Indonesia.
GKI
: Gereja Kristen Indonesia.
GKII
: Gereja Kemenangan Iman Indonesia.
GKP
: Gereja Kristen Pasundan.
GBI
: Gereja Bethel Indonesia.
GKJ
: Gereja Kristen Jawa.
HAM
: Hak Asasi Manusia.
HKBP
: Huria Kristen Batak Protestan.
ILGA
: Intertional Lesbian, Gay, Trans and Intersex Association.
JKI
: Jemaat Kristen Indonesia.
KBM
: Komisi Beasiswa Mennonite.
LDII
: Lembaga Dakwah Islam Indonesia.
MUI
: Majelis Ulama Indonesia.
MWC
: Mennonite World Conference.
xiii
NZG
: Nederlandsch Zendelingen Genootschap.
PGI
: Persekutuan Gereja – Gereja di Indonesia.
PGIW
: Persekutuan Gereja Indonesia Wilayah.
PGMW
: Persekutuan GGKMI Wilayah.
PIPKA
: Pengutusan Injil dan Pelayanan Kasih.
UKDW
: Universitas Kristen Duta Wacana.
UKSW
: Universitas Kristen Satya Wacana.
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN NO:
UIN.02/PPs./PP.00.9/628/2012.
LAMPIRAN 2
SURAT PEMBERITAHUAN IZIN PENELITIAN NO:
023/MJ-GKMI/YK/III/2012.
LAMPIRAN 3
DAFTAR INFORMAN PENELITIAN.
LAMPIRAN 4
DAFTAR PENGURUS SINODE GKMI.
LAMPIRAN 5
DOKUMEN GAMBAR GKMI YOGYAKARTA.
xv
MOTTO
“Tanpa Kekerasan adalah tulisan pertama dari iman saya. Hal itu juga
menjadi tulisan terakhir dari keyakinan saya”
(MAHATMA GANDHI).
“Konflik bukan sesuatu yang harus di hindari dalam kehidupan manusia,
namun konflik merupakan tantangan baru dan upaya untuk dinamisasi
kehidupan maka dengan itu jangan pernah menghindar dari konflik,
kelolalah konflik agar menjadi wajah baru dari kehidupan manusia”.
(Ahmad Sarkawi)
Potensi seluruh manusia adalah sama. Perasaan kamu yang bilang ” Aku
tidak berharga” adalah salah. Salah sama sekali. Kamu menipu dirimu
sendiri. Kita semua memiliki kekuatan dalam batin kita, jadi apa yang
kurang ? Jika kamu punya tekad, kamu dapat mengubah apapun. Kamu
adalah guru bagi dirimu sendiri.
(Dalai Lama)
Akuilah dengan yang putih bersih, bahwa kamu sanggup dan mesti belajar
dari orang Barat. Tapi kamu jangan jadi peniru orang Barat, melainkan
seorang murid dari Timur yang cerdas, suka memenuhi kemauan alam dan
seterusnya dapat melebihi kepintaran guru-gurunya di Barat.
–Aksi Massa 1926
(Tan Malaka)
xvi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Maha karya ini di persembahkan untuk :
Perempuan yang sudah menemaniku melihat senja bercerita tentang warna
pelangi yang begitu indah walaupun sukar untuk di maknai sama oleh
setiap orang. Terimakasih sudah menemaniku kekasihku semoga karya
membuatmu semangat dan penuh kasih untuk selamanya,
I love my darling Intan Lis Utami.
Special untuk sang buah hati yang masih bersemayam dalam rahim
ibunya, Matahari Kain Timur semoga akan mengerti makna damai kelak
melalui karya fenomenal ini.
I love you Matahari Kain Timur.
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persoalan menyebarnya kekerasan dengan beragam latar sosial politik mulai
banyak menjadi perhatian peneliti justru di era setelah reformasi 1998 bergulir.
Beragam praktik kekerasan ini telah dipotret oleh Klinken dalam bukunya “Perang
Kota Kecil” yang memetakan keterkaitan antara kebebasan sipil dengan kekuatan
negara „nasional‟ yang masih ingin mengambil peran pada saat masyarakat
menghendaki kebebasan lebih luas. Di saat yang sama kontestasi antara agama satu
dengan lainnya masih menjadi bagian penting dari kehidupan keagamaan di
Indonesia1.
Berbagai kerusuhan terus berlangsung di beberapa wilayah Indonesia, baik
dengan sentimen suku, agama, etnis, dan golongan atau kelompok maupun berbasis
ekonomi, politik, dan hukum. Semua itu tampaknya belum memperlihatkan tandatanda akan mereda. Beberapa laporan membuktikan bahwa fenomena kekerasan
belum berhenti, misalnya kekerasan terhadap warga Ahmadiyah 2, pembubaran
Konfrensi ILGA oleh kelompok islam tertentu3, kerusuhan Temanggung4, ledakan
Gerry van Klinken, Communal Violence and Democratization in Indonesia “Small Town
wars”, London and New York: Routledge. 2007, hal. 138-139.
2
Tim Penyusun, Laporan Kebebasan Beragama atau Berkeyakinan dan Toleransi 2010. Jakarta:
The Wahid Institute Seeding Plural and Peaceful Islam. 2011, hal 62-67.
3
Zainal Abidin Bagir..dkk, Laporan Tahunan Kehidupan Beragama di Indonesia 2010,
Yogyakarta: Program Studi Agama dan Lintas Budaya (Centre for Religious and Cross-Cultural
Studies) Sekolah Pascasarjana, Universitas Gajah Mada. 2011, hal 24.
1
1
bom di gereja Kepunton Solo5. Kehadiran negara kemudian dipertanyakan lantaran
negara hadir justru dalam wajah yang tidak ramah dan ketika dibutuhkan
kehadirannya seringkali justru negara absen.
Secara lebih spesifik penelitian ini mempunyai prakondisi psikologi kekerasan
yang sangat serius yang diekpresikan dari beragam kasus-kasus kekerasan terhadap
jemaat6 di beberapa Gereja di Indonesia. Laporan tahunan kehidupan beragama di
Indonesia 2010 CRCS (Centre for Religious and Cross-Cultural Studies) Universitas
Gajah Mada menyebutkan ada 39 kasus yang dialami oleh lembaga ibadah sepanjang
tahun 20107 :
1. Pada bulan Januari tercatat ada delapan kasus yang tersebar di beberapa
wilayah antara lain, perusakan bangunan yang digunakan sebagai gereja di
Lampung Utara oleh warga, penyegelan gereja di Bekasi dan Tanggerang
oleh pemerintah daerah, pembakaran gereja HKBP dan gereja GPDI di
Padang Lawas, Sumatera Utara oleh massa, penolakan pendirian gereja GKI
dan GKP di Cianjur, Jawa Barat oleh warga, dan penghentian peribadatan
jemaat GBI Kairos di Jakarta Timur oleh massa.
4
Pubdate 08/02/11. http://nasional.kompas.com/read/2011/02/08/15220321/9.Korban.Rusuh.
Temanggung.Dirawat.
5
Pubdate 25/09/11. http://nasional.inilah.com/read/detail/1778170/pelaku-bom-gereja-di-sologunakan-cara-tradisional.
Pubdate 25/09/11. http://www.tempo.co/read/news/2011/09/25/063358122/Ledakan-Bom-di-GerejaKepunton- Terdengar-Sampai-1-Kilometer.
Pubdate 25/09/11. http://nasional.vivanews.com/news/read/249953-ini-nama-korban-ledakan-bomgereja-kepunton.
6
Jemaat adalah segolongan ummat Kristen atau sehimpunan ummat dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), KBBI offline Versi 1.1 Freeware@2010 by: Ebta Setiawan.
7
Zainal Abidin Bagir..dkk, Laporan Tahunan Kehidupan Beragama di Indonesia 2010,
Yogyakarta: Program Studi Agama dan Lintas Budaya (Centre for Religious and Cross-Cultural
Studies) Sekolah Pascasarjana, Universitas Gajah Mada. 2011, hal 39 – 43.
2
2. Pada bulan Februari tercatat ada empat kasus yang tersebar di beberapa
wilayah antara lain : perobohan mushalla LDII di Mojokerto oleh warga,
penyegelan Gereja HKBP di Karawang oleh warga dan gereja Galilea di
Bekasi oleh massa ormas Islam, desakan penutupan gereja jemaat Kapel
Katolik Stasi Capar Sumber di Cirebon, Jawa Barat oleh GARIS.
3. Pada bulan Maret tercatat ada tiga kasus yaitu penyegelan GKI Taman
Yasmin di Bogor oleh pemerintah daerah, penutupan jalan menuju gereja
Maria Immaculta di Jakarta oleh ormas Islam, penolakan pendirian gereja
Katolik St. Ratu Rosary di Lenteng Agung Jakarta Selatan oleh umat
Muslim.
4. Pada bulan April tercatat ada empat kasus yang tersebar di beberapa wilayah
antara lain : pembakaran gereja GKJ Sukorejo di Kendal Jawa Tengah oleh
orang tidak dikenal, penyegelan rumah tinggal yang dipakai sebagai gereja di
Jeneponto Sulawesi Selatan oleh ormas Islam, protes terhadap keberadaan
gereja Santo Johanes Baptista di Bogor oleh MUI dan massa ummat Islam,
penyerangan terhadap kompleks wisma BPK Penabur yang dianggap sebagai
gereja di Bogor oleh massa Muslim.
5. Mei tercatat ada dua kasus yaitu penolakan pembangunan gereja di Bandung
oleh warga muslim dan penyegelan gereja HKBP Pondok Timur Indah di
Bekasi oleh pemeritah daerah.
6. Juni tercatat ada tiga kasus kesemuanya terjadi di Jakarta Timur: penolakan
pendirian gereja Katolik St. Yohanes Maria di Cilangkap, penolakan
3
pendirian gereja Katolik St. Kalvari di Pondok Gede, penolakan pendirian
gereja Katolik St. Leo Agung di Jati Bening oleh warga.
7. Juli hanya ada satu kasus yaitu perobohan gereja Pantekosta di Bogor oleh
pemerintah daerah.
8. Agustus tercatat ada dua kasus yaitu : pengrusakan gereja HKBP di Asahan
Sumatera Utara oleh warga, pengrusakan gereja Katolik di Singaraja Bali
oleh otoritas keuskupan Denpasar dan massa jemaat Katolik.
9. September tercatat ada dua kasus yaitu pelemparan batu ke gereja Katolik
Alleluya di Kabupaten Pasir Kalimantan Timur oleh orang-orang tidak
dikenal, pengrusakan mushalla An-Nur di kabupaten Bangkalan Jawa Timur
oleh orang-orang tidak dikenal.
10. November tercatat ada tiga kasus yaitu ancaman terhadap gereja GKMI
Karunia Bekasi cabang Cikarang Jawa Barat oleh sekelompok warga,
demontrasi terhadap peribadahan di gereja Rehobot Berea Church “Glorius
King” di Bandung oleh beberapa ummat muslim, penyegelan gereja GKI di
Jayapura oleh jemaat GKI sentani.
11. Desember tercatat ada tujuh kasus yang tersebar di beberapa wilayah
Kabupaten Bandung Jawa Barat kesemuanya dalam bentuk penyegelan
gereja oleh pemerintahan daerah diantaranya : gereja HKBP Betania di
Bandung, gereja GKI, gereja GKII jemaat Filadelphia, gereja Pantekosta
Jemaat Immanuel, gereja GPdI, gereja Pantekosta Tabernakel Jemaat
Maranatha, gereja Katolik Stasi Rancaekek Paroki Santa Olidia Cicadas.
4
Dari 39 kasus di atas, 37 kasus adalah rumah ibadah Gereja yang berbentuk
penyegelan, pelarangan peribadatan, ancaman terhadap jemaat gereja, kekerasan
berupa pelemparan batu terhadap gereja, pengrusakan dan pelarangan pendirian
rumah ibadah. Sedangkan dua kasus lainnya terjadi pada Mushalla LDII di Mojokerta
dan Musholla An-Nur di Bangkalan.
Respon warga negara terhadap ketidaknyamanan, ketidakadilan bahkan
kekerasan yang menimpa masyarakat secara individu maupun kelompok baik yang
dilakukan oleh sekelompok masyarakat lainnya atau juga dari negara sangatlah
beragam. Secara garis besar ada dua bentuk respon dari warga yaitu: Pertama,
merespon dengan kekerasan, yaitu melawan ketidakadilan dan kekerasan yang
dialami dengan kekerasan juga. Seperti pepatah nyawa di balas dengan nyawa dengan
makna yang berbeda adalah pembunuhan, atau juga berupa pembakaran, perusakan
bahkan pemusnahan. Misalnya yang terjadi di negara ini beberapa tahun terakhir,
bom bunuh diri, perusakan rumah ibadah, tawuran antar warga. kekerasan di
Indonesia sangat kerap sekali di ingatan kita melalui media yang mempublikasi dan
memberi infomarsinya, setiap menit baik media online, media elektronik maupun
media massa akan memberikan sajian kekerasan yang terjadi di negeri ini. Kedua,
masyarakat merespon dengan sikap anti kekerasan, sikap anti kekerasan bukan berarti
membiarkan ketidakadilan tetap terjadi, namun sikap
anti kekerasan lebih pada
mencari jalan damai dalam bentuk dialog, memberikan informasi kemiskinan,
ketidakadilan, penindasan berupa kampanye damai. Respon kedua ini jarang sekali
menghiasi media kita, sehingga jalan dialog dan jalan damai serta sikap anti
5
kekerasan dalam menghadapi ketidakadilan, penindasan, kekerasan dan pembunuhan
tidak menjadi massif dikalangan masyarakat kita.
Briant Smart dalam defining civil disobedience mendefinisikan kekerasan
sebagai penggunaan kekuatan penghancur yang besar terhadap orang atau harta
bendanya, yaitu penggunaan kekuatan yang melanggar hak asasi manusia8. Kekerasan
adalah sesuatu yang memperlebar kesenjangan antara potensial dan yang aktual, dan
yang merintangi usaha mempersempit kesenjangan tersebut9. Sederhananya,
kekerasan lebih tepat dipahami sebagai campur tangan fisik yang tidak diinginkan
oleh kelompok-kelompok dan atau perseorangan terhadap tubuh orang lain. Sebagai
konsekuensinya, orang tersebut menderita serangkaian dampak baik fisik maupun
psikis mulai dari guncangan, memar, radang, bengkak, sakit kepala, patah tulang,
serangan jantung, hilangnya anggota badan bahkan kematian10.
Tingkat toleransi terhadap berbagai bentuk kejahatan, kekerasan dan
ketidakadilan barangkali dapat berbeda-beda antara satu orang dengan orang lainnya
atau dari satu budaya dengan budaya lainnya. Tetapi ada pengalaman yang senantiasa
sama, yaitu tekanan, penderitaan dan alienasi yang dapat merubah perih hidup
manusia pada umumnya11.
Briant Smart, “Defining civil Disobedience”, dalam Hugo Adam Bedau, ed. Civil Disobedience
in Focus, London and New York: Routledge. 1991, hal. 203.
9
Johan Galtung, Violence, Peace, and Peace Research, Journal Of Peace Reseacrh, 1969.
10
John Keane, Reflection on Violence, London: Verso, 1996, hal. 8-9.
11
Jamil Salmi, “Violence and Democratic Society Hooliganisme dan Masyarakat Demokrasi”
terjemahan “Violence and Democratic Society New Approaches to Human Right” Zed Books, 1993 di
alih bahasa oleh Slamet Raharjo, Yogyakarta: Pilar Media. 2005, hal 289.
8
6
Menolak kekerasan atau Ahimsa dalam ajaran Gandhi ditafsirkan oleh Joan
Bonduran bahwa pada dasarnya Ahimsa adalah Aksi yang didasarkan atas penolakan
terhadap perbuatan merusak12. Dengan demikian nir-kekerasan adalah sikap yang
dilandasi cinta kasih yang berkomitmen pada kebenaran semata, diharapkan dapat
mengeliminasi dan menghapus kekerasan dari muka bumi.
Dalam merespon kekerasan yang terjadi belakangan ini harus direspon dengan
gerakan nir kekerasan sehingga terwujudnya perdamaian. Konsep tentang perdamian
antara agama dan budaya karena dia berkaitan dengan nilai-nilai keamanan dan
keselarasan, martabat dan keadilan. Oleh Karena itu, tidak mengherankan apabila
setiap sistem agama dan kepercayaan, apakah bersifat sekuler atau religius,
mempunyai kesamaan mengenai nilai-nilai perdamaian baik yang nyata maupun
perdamaian akhirat yang dijanjikan sebagai implementasi tentang ajara-ajaran. Maka
perdamaian dapat di artikan sebagai fenomena yang positif (lebih dari sekedar tidak
adanya konflik) yang diwujudkan melalui komitmen untuk saling berakomodasi dan
sekaligus mengubah fragmentasi sosial, pengucilan dan polarisasi dan demi
memajukan hubungan-hubungan yang bersifat koeksistensi sosial, kolaborasi dan
kohesi sosial13.
Dalam penelitian ini penulis menfokuskan pada respon terhadap kekerasan yang
menimpa kelompok agama tertentu dalam hal ini adalah kelompk agama Kristen,
12
Joan V. Bondurant, The Conquest of Violence: the Gandhian Philosophy of Conflict, Berkeley
& Los Angeles: Universitas of California Press. 1967, hal. 23. Dikutip oleh Chaiwat Satha Anand
dalam agama-agama dan budaya perdamaian. Yogyakarta: Forum kajian budaya dan agama
bekerjasama dengan PSKP UGM dan Quaker International Affair. 2001, hal 50.
13
Alo liliwery, “Komunikasi: Serba Ada Serba Makna” Jakarta: Kencana Prenada Media Groups.
2011, hal 434 – 437.
7
maka dengan itu perlawanan yang dilihat adalah perlawanan dalam bentuk nirkekerasan atau sikap anti kekerasan melalui jalan dialog, kampanye damai yang
muncul dari kotbah damai di Gereja. Khotbah damai adalah pidato atau seruan
melalui mimbar yang menguraikan ajaran-ajaran agama yang berisikan tema-tema
peradamaian dalam rangka menciptakan keadaan yang tentram, tenang, aman, hidup
rukun, tidak ada perrmusuhan, tidak ada kekerasan, dan tidak ada kerusuhan.
Fokus gereja yang akan menjadi area kajian penelitian adalah Gereja Kristen
Muria Indonesia di Kota Yogyakarta. Ada dua alasan mengapa fokus penelitian ini
tertuju pada Gereja tersebut yaitu, pertama Gereja Kristen Muria Indonesia
merupakan gereja minoritas yang ada di Indonesia, berdasarkan data singkat GerejaGereja Kristen Muria Indonesia dari Refleksi 90 tahun perjalanan Gereja Kristen
Muria Indonesia berjumlah 50 Gereja Dewasa yang tersebar 43 Gereja di Pulau Jawa,
2 gereja di Pulau Kalimantan, 4 gereja di Pulau Sumatera, 1 gereja di Pulau Bali14.
Dibandingkan dengan jumlah gereja yang lain di Indonesia jumlah Gereja Kristen
Muria Indonesia di Indonesia masih sangat minoritas.
Kemudian alasan Kedua Gereja Kristen Muria Indonesia salah satu Gereja
Mennonite di Indonesia, Gereja Mennonite merupakan gereja yang tergolong di
dalam gereja-gereja Anabaptis, yaitu gereja-gereja yang menolak baptisan anak dan
hanya mengakui baptisan orang dewasa yang sudah menyatakan imannya. Dalam
ajaran menonnit
ada
prinsip
Nir-kekerasan
dan
perdamaian
yaitu
Allah
14
Sinode GKMI, Informasi 2011 Komunitas Pembawa Damai, Semarang; Sinode GKMI. 2011,
hal 15 – 120.
8
memerintahkan penggunaan pedang di luar kesempurnaan Kristus. Namun di dalam
kesempurnaan Kristus pedang hanyalah digunakan untuk peringatan untuk
mengucilkan mereka yang tidak berdosa, tanpa mematikan. Oleh karena itu, orang
Kristen tidak boleh menggunakan pedang. Itu berarti pula orang Kristen tidak boleh
menjadi tentara. "Orang dunia bersenjatakan besi dan baja, tetapi orang Kristen
dipersenjatai oleh senjata Allah, dengan kebenaran, kehidupan yang benar,
perdamaian, iman, keselamatan, dan Firman Allah. Singkatnya, sebagaimana pikiran
Allah terhadap kita, demikian pula pikiran anggota-anggota tubuh Kristus berjalan
melalui Dia di dalam segala sesuatu, agar tidak terjadi perpecahan di dalam TubuhNya (Gereja) yang dapat menyebabkan kehancuran. Karena setiap kerajaan yang
berperang melawan dirinya sendiri akan hancur.
Di tengah maraknya pengrusakan, penyegelan, dan pelarangan gereja sepanjang
tahun 2010, ada salah satu gereja yang menghadapi situasi ini dengan sikap anti
kekerasan atau jalan damai yaitu Gereja Kristen Muria Indonesia atau di singkat
GKMI yang ada di Yogyakarta. hal ini sangat menarik, maka peneliti mencoba untuk
menggali konsep damai yang ada dalam Gereja Kristen Muria Indonesia melalui teks
khotbah yang disampaikan para pendeta. Teks khotbah menjadi „objek‟ penelitian
dalam penelitian ini karena khotbah merupakan media yang menjadi jembatan antara
pendeta dan jemaat dalam menyampaikan misi-misi perdamaian dalam ajaran
agamanya.
9
B. Rumusan Masalah
Dari penjelasan di atas, penelitian ini dimulai dari rumusan masalah:
1. Bagaimana konseptualisasi damai dan khotbah dalam Gereja Kristen Muria
Indonesia Yogyakarta?
2. Bagaimana interpretasi naskah khotbah Gereja Kristen Muria Indonesia
Yogyakarta yang memuat nilai-nilai nir-kekerasan, keadilan, hak asasi
manusia (HAM), dan nilai cinta kasih?
3. Bagaimana konsep damai tersebut dielaborasikan melalui nilai-nilai nirkekerasan, keadilan, hak asasi manusia (HAM), dan cinta kasih dalam naskah
khotbah Gereja Kristen Muria Indonesia Yogyakarta?
C. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui konseptualisasi damai dan khotbah dalam Gereja
Kristen Muria Indonesia Yogyakarta.
2. Untuk mengetahui nilai-nilai nir-kekerasan, keadilan, hak asasi manusia
(HAM), dan cinta kasih dalam naskah khotbah Gereja Kristen Muria
Indonesia Yogyakarta.
3. Untuk mengetahui elaborasi konsep damai melalui nilai-nilai nirkekerasan, keadilan, hak asasi manusia (HAM), dan cinta kasih dalam
naskah khotbah Gereja Kristen Muria Indonesia Yogyakarta.
10
Manfaat dari penelitian adalah :
1. Manfaat akademik penelitian ini adalah untuk menambah khazanah
keilmuan khusus program studi agama dan filsafat konsentrasi studi
agama dan resolusi konflik.
2. Manfaat praktisnya bagi penulis adalah untuk memenuhi kewajiban
akademik dan media solusi alternatif dalam mempraktikkan perilaku
beragama yang damai dan nir-kekerasan.
D. Tinjauan Pustaka
Gereja Kristen Muria Indonesia dan Konsep damai bukanlah hal yang baru
karena merupakan fenomena sosial yang telah banyak diteliti oleh para sarjana baik
di tingkat nasional maupun internasional. Adapun buku-buku dan penelitian yang
relevan dengan judul penelitian penulis adalah :
Ika Arinta Yulianti dalam “Spirit Perdamaian Anabaptis Mennonite dalam
Gereja Injili Tanah Jawa dan Gereja Kristen Muria Indonesia”. Penelitian ini
membahas konsep perdamaian Anabaptis Mennonite yang di ajarkan oleh Menno
Simons serta relevansi ajaran Mennonite yang diterapkan dalam Gereja Injili Tanah
Jawa dan Gereja Kristen Muria Indonesia. Perbedaan dengan penelitian penulis
adalah objeknya, Ika Arinta fokus pada Spirit Perdamaian Anabaptis Mennonite
dalam Gereja Injili Tanah Jawa dan Gereja Kristen Muria Indonesia sedangkan fokus
11
peneletian penulis adalah pada melihat nilai-nilai perdamaian yang teriplementasi
dalam Teks Khotbah di Gereja Kristen Muria Indonesia Yogyakarta.15
Pribadyo Prakosa dalam “Gereja Perdamaian: Tinjauan Terhadap Praksis
Perdamaian Gereja Kristen Muria Indonesia Solo”. Penelitian ini membahas tentang
Gereja Kristen Muria Indonesia Solo yang merupakan Gereja Mennonite serta
mengkaji identitas Gereja Kristen Muria Indonesia Solo sebagai gereja perdamaian.
Perbedaan dengan penelitian penulis adalah objeknya, Pribadyo fokus pada Gereja
Kristen Muria Indonesia Solo sebagai gereja perdamaian sedangkan penelitian
penulis fokus pada nilai-nilai perdamaian yang terimplementasi dalam teks khotbah
dalam Gereja Kristen Muria Indonesia Yogyakarta.16
Lawrence M. Yoder dalam „Tunas Kecil Sejarah Gereja Kristen Muria
Indonesia‟ memaparkan sejarah Gereja Kristen Muria Indonesia awal berdirinya
dilatarbelakangi masyarakat Kristen Tionghoa di Muria dan usaha-usaha awal
penginjilan yang dilakukan penginjilan Katolik pada abad ketujuh belas hingga para
Misionaris dari Eropa pada abad kesembilan belas. Dalam buku tersebut, Yoder juga
memaparkan gerakan penginjilan pertama di Muria mulai dari memberikan layanan
pendidikan untuk masyarakat sampai ke luar Kudus termasuk masa krisis yang di
15
Ika Arika Yulianti, Spirit Perdamaian Anabaptis Mennonite dalam Gereja Injili Tanah Jawa
dan Gereja Kristen Muria Indonesia. Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. 2015.
16
Pribadyo Prakosa, Gereja Perdamaian: Tinjauan Terhadap Praksis Perdamaian Gereja
Kristen Muria Indonesia Solo, Yogyakarta: Universitas Kristen Duta Wacana, 2008.
12
alami Gereja Kristen Muria Indonesia. Potret lainnya yang tidak kalah pentingnya
adalah bagaimana hubungan Gereja, masyarakat dan Negara17.
Dalam buku-buku Ajaran Sosial Gereja, khususnya dalam Ensiklik Paus
Yohanes XXIII tahun 1963 tentang Pacem in Terris (perdamaian di dunia). Dalam
Pacem in Terris Paus Yohanes XXIII berpendapat bahwa perdamaian dapat
ditegakkan hanya jika tata tertib yang ditentukan Allah di patuhi sepenuh-penuhnya.
Dengan berpegang seluas-luasnya pada akal budi dan tradisi hukum kodrat, Yohannes
XXIII merinci daftar hak-hak dan tugas-tugas yang harus dipenuhi oleh orang
perorangan, pejabat, pemerintah dan masyarakat dunia18.
Perdamaian perlu didasarkan atas suatu aturan yang ditegakkan di atas
kebenaran, dibangun sesuai dengan keadilan, dihidupkan dan diintegrasikan oleh
cinta dan kasih dan dilaksanakan dalam praktek dalam kebebasan. Pacem in Terris
yang ditulis awal Konsili Vatikan II merupakan ensiklik pertama dialamatkan kepada
semua orang yang berkehendak baik. Dokumen yang dikeluarkan tidak lama setelah
krisis Kuba tahun 1962 dan pembangunan tembok Berlin ini berbicara kepada dunia
yang sadar akan bahaya-bahaya perang nukir. Nada optimisnya dan perkembangan
filsafat tentang hak-hak memberi kesan yang berarti baik pada orang-orang Katolik
maupun orang-orang bukan Katolik19.
17
Lawrence M. Yoder, Tunas Kecil: Sejarah Kelahiran dan Perkembangan Gereja Kristen
Muria Indonesia, Semarang: Komisi Literatur Sinode GKMI, 1980.
18
Dikutip oleh Hermenegildo De Almeida, dalam Tesis Peran Gereja Dalam Upaya Resolusi
Konflik Pasca Referendum di Timor Leste, Yogyakarta: Konsentrasi Studi Agama dan Resolusi
Konflik Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, 2011, hal. 17.
19
Michael J. Schulteis, Ed P. Deberri, dkk., Peter Henriot SJ, Pokok-Pokok Ajaran Sosial Gereja
(Yogyakarta: kanisius, 1988), hal. 58. Dan bdk, JB. Banawiratma, (Ed)., Gereja dan Masyarakat,
13
Dalam Tesisnya Hermernegildo De Almeida yang berjudul “Peran Gereja Dalam
Upaya Resolusi Konflik Pasca Referendum di Timor-Leste 1999” menjelaskan
pentingnya upaya untuk mendamaikan dua kelompok yaitu: kelompok Pro-Integrasi
dan Pro-Kemerdekaan, kelompok pro-integrasi tetap mendukung integrasi dengan
Indonesia sedangkan kelompok pro-kemerdekaan mempunyai inspirasi untuk
merdeka sendiri. Dalam tesisnya juga bagaimana peran Gereja dalam mengupayakan
perdamaian di tengah konflik yang terjadi di Timor Leste.
Dari berbagai penelitian dan buku diatas sebagai pembanding dan studi pustaka
sejauh mana penelitian tentang Gereja Kristen Muria Indonesia khususnya konsep
damai yang termuat dalam teks-teks kotbah yang disampaikan oleh pendeta untuk
jemaat diangkat menjadi penelitian akademis sebagai bentuk pengembangan konsep
damai, Sejauh yang penulis ketahui dari berbagai literatur penelitian yang ada, belum
ada studi yang mengkhususkan melakukan analisis kotbah di Gereja Kristen Muria
Indonesia Yogyakarta sebagai bentuk dari kotbah damai keagamaan gerakan nirkekerasan.
E. Kerangka Teori
R. Stark dan C.Y Glock menjelaskan terdapat konsep umum dalam semua
agama dimana keberagamaan itu diungkapkan, konsensus umum ini menciptakan
seperangkat dimensi inti dari keberagamaan itu. Dimensi inti tersebuat antara lain
(Yogyakarta: Kanisius, 1968), hal. 84. Dan juga B. Kieser, Solidaritas 100 Tahun Ajaran Sosial
Gereja (Yogyakarta: kanisius, 1992), hal. 64-65…dikutip oleh Hermenegildo De Almeida, dalam
Tesis “Peran Gereja Dalam Upaya Resolusi Konflik Pasca Referendum di Timor Leste, Yogyakarta:
Konsentrasi Studi Agama dan Resolusi Konflik Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, 2011 hal.
18.
14
adalah
keyakinan,
praktek,
pengalaman,
pengetahuan,
dan
konsekuensi-
konsekuensi20.
Dimensi keyakinan berisikan pengharapan-pengharapan dimana orang yang
religius berpegang teguh pada pandangan teologis untuk mengakui kebenaran
doktrin. Dimensi praktik agama mencakup perilaku, pemujaan, ketaatan, dam hal-hal
yang dilakukan orang untuk menunjukkan komitmen terhadap ajaran agamanya.
Dimensi praktik agama ini dibagi dua yaitu dimensi ritual dan ketaatan. Dimensi
yang pertama mengacu kepada seperangkat ritus, tindakan kegamaan formal dan
praktek-praktek suci yang semua agama mengharapkan para penganutnya
melaksanakan. Ketaatan dan ritual bagaikan ikan dan air, meskin ada perbedaan
penting, ketaatan di kalangan penganut Kristen diungkapkan melalui sembahyang
pribadi, membaca injil dan barangkali menyanyi himne bersama.
Dimensi inti berikutnya adalah dimensi pengalaman yang memperhatikan
fakta bahwa semua agama mengandung pengharapan-pengharapan tertentu, meski itu
tidak tepat jika dikatakan bahwa seseorang yang beragama dengan baik pada suatu
waktu akan mencapai pengetahuan subjektif dan langsung mengenai pernyataan
terakhir (kenyataan terakhir bahwa ia akan mencapai suatu keadaan kontak dengan
perantara supranatural). Dimensi pengetahuan agama mengacu kepada harapan
bahwa orang-orang yang beragama paling tidak memiliki sejumlah minimal
pengetahuan mengenai dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab suci, dan tradisi-
R. Stark dan C.Y Glock, “Dimensi-dimenis Keberagamaan” dalam Roland Robertson (ed),
Agama dalam Analisa dan Interpretasi Sosiologis. Jakarta; Raja Grafindo Persada, 1993, hal. 295-297.
20
15
tradisi. Terakhir, adalah dimensi konsekuensi, dimensi ini mengacu kepada
identifikasi
akibat-akibat
keyakinan
keagamaan,
praktek,
pengalaman,
dan
pengetahuan seseorang dari hari kehari21.
Weber melihat Kependetaan memiliki fungsi sebagaimana “pembawa”
sistematisasi dan rasionalisasi budaya keagamaan, khususnya etika keagamaan. Hal
ini adalah sifat proses perkembangan. Nabi (prophet) juga dilihat sebagai agen kunci
dalam proses ini, tetapi proses rasionalisasi ini dicapai melalui suatu bentuk
“terobosan” pada keteraturan budaya yang lebih tinggi dan integratif. Bagi Weber
nabi adalah prototype pemimpin „kharismatik.‟ Dalam sosiologi Weber, konsep
Kharisma adalah konsep fundamental; konsep Weber merupakan suatu istilah yang
diterapkan pada suatu kualitas tertentu dari personalitas individu yang berdasar hal
itu, dia melepaskan diri dari orang awam dan diperlakukan sebagai orang yang
dianugrahi kekuatan supernatural, manusia super atau paling tidak secara spesipik
memiliki kekuatan dan kualitas yang istimewa 22.
Sejarawan Herbert Buttterfield pernah mengatakan bahwa kekerasan dan
kekejeman adalah fenomena yang amat umum terjadi dalam sejarah manusia. Namun
didalam sejarah kekerasan dan kekejaman juga merupakan hal yang paling sering
ditutupi. Ia mengatakan “salah satu agenda intelektual terbesar abad ini dan
21
ibid
Max Weber, “The Theory of social and economic organization, alih bahasa A.M Henderson
dan T. Parsons, Free Press New York; 1947 hal, 358. dikutip oleh Brian Morris, “Antropolosi Agama
Kritik teori-teori agama kontemporer” alih bahas Imam Khoiri, Yogyakarta: AK Group, 2007, hal, 85.
22
16
selanjutnya adalah studi tentang kekerasan dan isu-isu moral yang terlibat di
dalamnya23.
Kekerasan adalah penggunaan kekuatan penghancur yang besar terhadap orang
atau harta bendanya, yaitu penggunaan kekuatan yang melanggar hak asasi
manusia24. Definisi lain mengatakan kekerasan terjadi ketika sesuatu yang memiliki
nilai, integritas, kehormatan, kesucian, atau sesuatu yang pada umumnya menuntut
penghargaan diperlakukan dengan cara yang tidak menghargai tuntutan tersebut 25.
Sementara Johan Galtung, kekerasan ada ketika manusia dipengaruhi sehingga
realisasi aktual somatik dan mental mereka berada dibawah potensi realisasinya.
Kekerasan adalah sesuatu yang memperlebar jurang antara potensial dan yang aktual,
dan yang merintangi usaha mempersempit jurang tersebut26. Akhirnya, menurut John
Keane kekerasan lebih tepat dipahami sebagai campur tangan fisik yang tidak
diinginkan oleh kelompok-kelompok dan atau perseorangan terhadap tubuh orang
lain, yang sebagai konsekuensinya orang tersebut menderita serangkaian dampak
mulai dari guncang, memar, radang, bengkak, atau sakit kepala sampai patah tulang,
serangan jantung, hilangnya anggota badan atau bahkan kematian27.
23
Robert Cribb (ed) The Indonesian Killing of 1965-1966: Studies from Java and Bali, Monash:
Papers on Shoutheast Asia No. 21, 1991, hal. 14.
24
Briant Smart, “Defining civil Disobedience”, dalam Hugo Adam Bedau, ed. Civil Disobedience
in Focus, London and New York: Routledge, 1991, hal. 203.
25
Jhon Morreal, The Justifiability of Violent Civil Disobedience dalam H.A. Bedau, ed. Civil
Disobedience in Focus, London and New York: Routledge, 1991, hal. 132.
26
Johan Galtung, Violence, Peace, and Peace Research, Journal Of Peace Reseacrh, 1969.
27
John Keane, Reflection on Violence, London: Verso, 1996, hal. 8-9.
17
Melawan kekerasan tanpa kekerasan, ajaran Yesus upaya mengatasi praktik
kekerasan tanpa kekerasan terdapat dalam Khotbah di bukit (Matius 5:38-41)
dikatakan:
“kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi dan gigi. Tetapi aku
berkata kepadamu janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat
kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga
kepadanya pipi kirimu. Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau
karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu. Dan siapapun yang
memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua
mil.”
Memerintahkan supaya manusia: Pertama “siapapun yang menampar pipi
kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu”. Konteks kata-kata ini adalah
“perbudakan”. Seorang tuan yang murka kepada seorang budaknya, akan menampar
pipi kanan sang budak. Menampar pipi kanan lawan dengan tangan kanan harus
menggunakan belakang telapak tangan. Bagi orang yahudi, menampar seorang
dengan belakang telapak tangan adalah penghinaan dan adalah sebuah kekerasan.
Sebaliknya, menampar pipi kiri seseorang dengan telapak tangan (lebih mudah
dilakukan) adalah sebuah pengakuan akan kesetaraan. Ketika yesus mengajarkan
“kalau seseorang menampar pipi kananmu berilah pipi kirimu”, ia hendak
mengatakan: jangan lawan (balas) tetapi juga jangan lari (pasrah). Berilah pipi kirimu
artinya: Katakan kepada musuh yang menghina itu bahwa anda setara dengan dia.
Karena seorang tuan tidak akan mau menampar pipi kiri budaknya, sebab hal itu akan
18
menyatakan kesetaraan. Itu adalah sebuah contoh perlawanan dan menghentikan
kekerasan tanpa kekerasan28.
Kedua, “Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena
mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu”. Konteks kata-kata ini adalah
sengketa di pengadilan atas hutang yang tak dibayar simiskin kepada si penghutangi
(kaya). Sesuai hukum Yahudi (Keluaran 22:25-27)29 si penghutangi berhak
mengambil jubah seseorang yang tidak membayar hutang pada waktunya, tetapi harus
dikembalikan kepada yang punya sebelum matahari terbenam, karena itulah satusatunya pembalut kulitnya. Mengambil baju si miskin yang tidak membayar hutang
adalah sebuah tindak kekerasan yang walau dilakukan atas nama hukum. Yesus
menganjurkan cara melawan kekerasan seperti itu dengan menyerahkan sekaligus
jubah kepada si kaya sehingga si miskin menjadi telanjang. Bagi oang yahudi saat itu,
tindakan si miskin seperti itu (telanjang di muka umum) sangat mempermalukan si
kaya. Lain kali si kaya akan berpikir tujuh kali melakukan perbuatan kekerasan yang
demikian. Itulah contoh lain melawan kekerasan tanpa kekerasan30.
Ketiga, “Dan, siapapun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil,
berjalanlah bersama dia sejauh dua mil”. Konteks contoh ini adalah dunia militer.
28
Richard M. Daulay, Agama dan Budaya Perdamaian dalam Masyarakat Kristen, dalam
Muhaimin Ag….(ed) Damai di Dunia Damai untuk Semua, Jakarta: Depag RI, 2004, hal. 136-137.
29
Alkitab, keluaran 22:25-27 “jika engkau meminjamkan uang kepada salah seorang umat-Ku,
orang yang miskin di antaramu, maka janganlah engkau berlaku sebagai seorang penagih hutang
terhadap dia: janganlah kamu bebankan bunga uang kepadanya. Jika engkau sampai mengambil
jubah temanmu sebagai gadai, maka haruslah engkau mengembalikannya kepadanya sebelum
matahari terbenam, sebab hanya itu saja penutup tubuhnya, itulah pemalut kulitnya, pakai apakah ia
pergi tidur? Maka apabila ia berseru-seru kepadap-Ku, Aku akan mendengarnya, sebab Aku ini
pengasih”.
30
Ibid, hal. 138.
19
Pada zaman Romawi ada aturan bahwa tentara Romawi hanya boleh memaksa rakyat
sipil memikul beban (militer) sejauh satu mil. Aturan ini dibuat untuk sekedar
meredam kebencian orang Yahudi kepada orang Romawi. Tetapi bagi orang Yahudi
peraturan memikul beban satu mil adalah penghinaan, apalagi dilakukan di tanah
perjanjian kepada umat pilihan Allah. Yesus mengajarkan bahwa tindakan kekerasan
seperti itu harus dilawan dengan cara mengambil inisiatif tidak berhenti setelah satu
mil (seseuai aturan) tetapi memikul beban itu sampai dua mil. Dengan demikian si
tertindas telah menempatkan serdadu pada posisi melawan undang-undang
(insubordinasi), yang resikonya adalah pemecatan. Kalau semua orang yahudi
melakukan hal yang sama, maka praktek pemaksaan seperti itu akan hilang. Inilah
contoh lain melawan kekerasan tanpa kekerasan31. Dengan tiga contoh ini kita dapat
melihat bahwa Yesus bukannya mengajarkan sikap “nonresistance” (tanpa
perlawanan), tetapi “non-violence” (tanpa kekerasan)32. Allah menghendaki Shalom:
perdamaian, damai sejahtera dan kesejahteraan bagi segenap ciptaanNya. Betapa
tidak! Allah telah menciptakan dunia yang damai, “sungguh amat baik”(kej. 1:31) 33.
Aksi nir kekerasan atau tanpa kekerasan dikenal juga dengan Ahimsa Mohandas
Karamchand Gandhi mengatakan bahwa protes tanpa kekerasan dapat berhasil
asalkan dilaksanakan dengan disiplin. Sampai saat ini orang masih melihat kepada
teori dan praktik Gandhi di bidang Nirkekerasan, yang ia tunjukan lewat aksi-aksi
31
Ibid.
Ibid. 139
33
Rudiyanto, Panduan Hidup dalam Komunitas Murid Yesus, Semarang: Pustaka Muria, 2009,
hal. 115.
32
20
seperti gerak jalan 300 kilometer dari Ashram Sabarmati ke Dandi untuk membuat
garam yang ketika itu dimonopoli oleh penjajah Inggris. Walaupun Gandhi akhirnya
harus masuk penjara lagi, aksi nirkekerasan yang disebut dengan “Satyagraha Garam”
tersebut telah mengguncang inggris karena berita jutaan orang ikut gerakan non
kekerasan di tanah jajahan mereka34.
UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization)
dalam Declaration of a Culture of Peace menyebutkan bahwa budaya damai adalah
sikap, tindakan, tradisi, dan model perilaku dan cara hidup yang didasarkan pada 35:
1.
Menghargai kehidupan, mengakhiri kekerasan dan mengedepankan tindakan anti
kekerasan melalui pendidikan, dialog, dan kerjasama.
2.
Penghargaan penuh terhadap prinsip-prinsip kedaulatan, integrasi wilayah,
kemerdekaan politik negara dan ketiadaan intervensi pada persoalan internal
sebuah negara yang berhubungan dengan Piagam PBB dan hukum internasional.
3.
Penghargaan penuh terhadap dan mengedepankan penghargaan terhadap seluruh
hak asasi manusia dan kemerdekaan dasar.
4.
Komitmen terhadap penyelesaian konflik secara damai.
34
Tentang paham dan aksi nirkekerasan Gandhi, lihat Joan V. Boundurant, Conquest of Violence
the Gandhian Philosophy of Conflict, Princeton: University of Princeton, 1958.
35
United
Nations,
Declaration
of
a
Culture
of
Peace
http://www.undocuments.net/a53r243a.htm diakses 4 Juli 2015.
21
5.
Upaya untuk menemukan kebutuhan pembangunan dan lingkungan tidak hanya
saat ini tetapi juga untuk generasi yang akan datang.
6.
Menghargai dan mengedepankan hak-hak pembangunan.
7.
Menghargai dan mengedepankan kesamaan hak dan kesempatan bagi laki-laki
dan perempuan.
8.
Menghargai dan mengedepankan hak-hak setiap orang untuk merdeka
berekspresi, berpendapat dan mendapatkan informasi.
9.
Mengikuti prinsip-prinsip kebebasan, keadilan, demokrasi, toleransi, solidaritas,
kerjasama, penghargaan terhadap kemajemukan, perbedaan budaya, dialog dan
pengertian pada setiap tingkatan masyarakat dan bangsa .
Dari berbagai pengertian kekerasan dan nir-kekerasan diatas merupakan konsep
dasar untuk mendefinisikan apa yang dimaksud dengan khotbah damai. Khotbah
damai secara bahasa berasal dari dua suka kata Khotbah dan Damai, dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia36 menjelaskan definisi khotbah sebagai Pidato (terutama
yang menguraikan ajaran agama), sedangkan damai adalah tidak ada perang, tidak
ada kerusuhan, aman, tentram dan tenang, keadaan tidak bermusuhan dan hidup
rukun. Secara sederhana dalam penelitian ini Khotbah Damai didefinisikan sebagai
naskah pidato yang berisi ajakan atau seruan untuk mewujudkan nilai-nilai anti
kekerasan, keadilan, hak asasi manusia, dan cinta kasih.
36
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), KBBI offline Versi 1.1 Freeware@2010 by: Ebta
Setiawan.
22
Dalam kerangka teori ini juga akan menjelaskan kriteria konsep damai yang
terimplementasi dalam khotbah damai, berdasarkan pengertian kekerasan dan nir
kekerasan dari berbagai pendapat tokoh di atas maka dapat dirumuskan kriteria
konsep damai yang terimplementasi dalam khotbah damai sebagai berikut :
1. Nilai Nir kekerasan atau anti kekerasan
Sama seperti yang dipikirkan dan yang dilakukan Gandhi, Marthin Luther
King dan banyak lainnya yang telah menggarisbawahi bahwa sikap anti kekerasan
adalah aksi animasi berdasarkan prinsip dan jika perlu menjadi nilai dasar dari
perlindungan hakikat hidup orang banyak dari setiap usaha tindakan kekerasan
dalam bentuk apa saja terhadap warga masyarakat37. Maka kemudian dalam
konsep damai yang terimplementasi dalam khotbah damai harus mengandung
nilai-nilai anti kekerasan sebagai tolak ukur apakah khotbah yang disampaikan
mengandung konsep damai atau tidak.
2. Nilai Keadilan
Perdamaian tidak dapat lepas dari keadilan, dan keadilan mesyaratkan tidak
adanya penindasan (eksploitasi). Dengan kata lain, perdamaian mensyaratkan
tidak adanya kekerasan yang secara luas dapat dihindari, karena semua itu harus
dipahami sebagai penghinaan terhadap kebutuhan-kebutuhan manusia termasuk
penghinaan terhadap keseimbangan alam 38. Maka nilai keadilan menjadi nilai
dasar yan harus ada dalam konsep damai yang terimplementasi dalam khotbah
Alo Liliweri, “Komunikasi : Serba Ada Serba Makna” Jakarta: Kencana Pradana Media Group,
2011, hal. 451.
38
Ibid, hal. 452.
37
23
damai, dengan terciptanya keadilan terhadap warga masyarakat maka perdamaian
dapat diwujudkan dengan baik.
3. Nilai Hak Asasi Manusia
Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai mahkluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan
anugerahNya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara,
hukum dan pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan
harkat dan martabat manusia39. Dalam mewujudkan perdamaian maka kemudian
hak asasi manusia menjadi nilai yang harus terpenuhi setiap manusia. Dengan
demikian nilai hak asasi manusia harus termuat dalam konsep damai yang
terimplementasi dalam khotbah damai.
4. Nilai Cinta Kasih
Perdamaian
bukan
sekedar
menghentikan
sengketa,
konflik,
dan
peperangan. Perdamaian bukan pula berhenti sejak para pihak menandatangani
perjanjian untuk tidak melakukan sengketa, konflik dan peperangan. Perdamaian
sebagai akhir dari semua tidak kekerasan yang bungkus oleh cinta kasih.
Pendekatan transformasi perdamaian melalui kekuatan cinta kasih ini berpusat
pada pendidikan, perubahan budaya, dan spiritualitas. Dari sudut pandang
paradigma transformasi, spiritualitas menyiratkan wawasan tentang keterkaitan
yang mendalam dan kesucian dari semua tingkat dan kompartemen realitas.
Semua usaha perdamaian harus dapat menumbuhkan kepekaan terhadap diri
39
Undang-undang Nomor 39 tahun 1999 tentang hak asasi manusia, Bab I pasal 1.
24
sendiri, kepada orang lain, dan kepada makhluk non-manusia dan ciptaan Allah
yang tidak saja mengakui namun terus berupaya untuk mengakomodasi kehadiran
illahi dalam semua tindakan dan hubungan antar manusia40. Cinta kasih nilai yang
tidak bisa dilepas dari manusia sebagai ciptaan Allah maka kemudian cinta kasih
merupakan nilai yang harus terkandung dalam konsep damai yang tercantum
dalam naskah khotbah damai keagamaan.
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian dan Pendekatan.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan (field research), sebab
data-data yang didapatkan penulis merupakan data-data yang merupakan hasil
pengamatan
langsung
dilapangan41.
Penelitian
ini
dirancang
untuk
mengungkapkan fenomena sosiologis dalam menyampaikan konsep damai atau
nirkekerasan, khususnya dalam khotbah damai di Gereja Kristen Muria dengan
menggunakan pendekatan sosiologi agama. Yang dimaksud dengan pendekatan
Sosiologi agama disini adalah pendekatan sosiologis dalam studi agama fokus
perhatiannya pada interaksi antara agama dan masyarakat42. Khotbah keagamaan
merupakan proses interaksi antara agama dan masyarakat maka dari interaksi ini
akan terlihat kekuatan agama mempengaruhi nilai, sikap dan perilaku masyarakat
beragama. Karakter utama dari metode kualitatif adalah bukan dimaksudkan
Alo Liliweri, “Komunikasi : Serba Ada Serba Makna” Jakarta; Kencana Pradana Media Group,
2011, hal, 452-453.
41
Arif Furchan, Pengantar Metode Kualitatif, Surabaya : Usaha Nasional, 1992, hal. 21.
42
Peter Berger, The Social Reality Of Relegion. (Hamondsworth: Penguin, 1993, ch. 1) dikutip
oleh Michael S. Northcott dalam Peter Connolly (ed), Aneka Pendekatan Studi Agama tejemahan dari
Aprroaches to the study of religion. Yogyakarta: LKiS, 2009, hal. 271.
40
25
untuk menguji suatu teori, tetapi untuk mengungkapkan fenomena dan realitas
melalui data-data secara deskriptif.
2. Metode Penentuan Subjek Penelitian
Subyek penelitian adalah orang atau apa saja yang dapat dijadikan penunjang
dan data penelitian43. Sedangkan metode penentuan subyek adalah suatu cara
untuk menentukan sumber di mana penulis mendapatkan data-data yang akan
diperlukan44. Pertimbangan utama dalam menentukan subyek penelitian ini adalah
kesesuaian antara sumber informasi yang terkait dengan permasalahan penelitian.
Informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah tentang implementasi
konsep damai nirkekerasan dalam khotbah damai di Gereja Kristen Muria
Indonesia Yogyakarta.
Informasi dihimpun dari berbagai sumber yaitu : informan utama adalah
Pendeta Gereja Kristen Muria Indonesia Yogyakarta serta informan pendukung
adalah para jemaat Gereja Kristen Muria Indonesia Yogyakarta.
3. Metode Pengumpulan Data
Untuk pegumpulan data, penelitian ini menggunakan tiga teknik, yaitu
pengamatan/ observasi, wawancara dan dokumentasi.
a. Metode Observasi
43
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta,
2002, hal. 40.
44
Ibid. hal 211.
26
Observasi
adalah
kemampuan
seseorang
untuk
menggunakan
pengamatan melalui hasil kerja panca indera mata serta dibantu dengan panca
indera lainnya. Sedangkan metode pengumpulan data yang digunakan untuk
menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan45.
Menurut Anas metode observasi adalah cara-cara menghimpun data yang
dilakukan dengan mengamati dan mencatat gejala-gejala yang sedang diteliti,
baik secara langsung (menggunakan indera) maupun secara tidak langsung
(menggunakan alat bantu tertentu)46. Untuk meningkatkan validitas hasil
pengamatan, penulis menggunakan alat bantu antara lain, kamera digital, dan
recorder.
b. Metode Wawancara
Wawancara atau interview adalah sebuah dialog yang dilakukan
pewawancara interviewer untuk memperoleh informasi dari terwawancara
interviewee47. Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Dalam wawancara
terstruktur, peneliti menetapkan masalah dan pertanyaan yang diajukan.
Sedangkan dalam wawancara tidak terstruktur, peneliti tidak menetapkan
masalah atau pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan sebelumnya. Tetapi
sesuai dengan kebutuhan untuk menggali informasi yang lebih mendalam.
45
46
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, Jakarta: Kencana, 2007, hal. 115.
Anas Sudijono, Metode Research dan Bimbingan Skripsi, Yogyakarta: UD Rama, 1981, hal.
47
Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian suatu…….hal. 132
18.
27
c. Metode Dokumentasi
Dokumentasi
adalah
pengumpulan,
pemilihan,
pengolahan
dan
penyimpanan informasi dalam bidang pengetahuan, serta peengumpulan bukti
dan keterangan seperti (gambar, kutipan, guntingan Koran, dan bahan resensi
lainnya)48. Sedangkan metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data
dengan jalan menyelidiki data-data yang berasal dari benda-benda tertulis49.
Dokumentasi dilakukan untuk mendapatkan informasi dari sumber yang
berupa dokumen/arsip, foto, dan bahan lainnya. Data diperoleh dari
dokumentasi data-data yang berkaitan dengan konsep damai nir kekerasan
dalam khotbah damai di Gereja Kristen Muria Indonesia, baik berupa tulisan
atau dokumen resmi mupun dokumen pribadi seperti, naskah khotbah, bulletin
khotbah dan lainnya.
4. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Agar data
yang diperoleh,
yang berada
pada
kesimpulan dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka dilakukan pemeriksaan keabsahan
data. Teknik yang digunakan dalam pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian
ini,
sebagaimana
keikutsertaan,
48
49
dikatakan
ketekunan
Lexi
J.
pengamatan,
Moleong
triangulasi,
meliputi:
perpanjangan
pemeriksaan
sejawat
Dendy Sugono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2000, hal. 272.
Sutrisno Hadi, Metode Research Jilid, II, Yogyakarta: Andi Ofset, 1994, hal. 193.
28
kecukupan referensi, kajian kasus negative untuk pengecekan50. Namun dalam
penelitian ini, tidak semua teknik diatas digunakan, hanya beberapa teknik yang
tepat dan diperlukan saja digunakan, khususnya triangulasi.
Teknik triangulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding data itu. Ada empat macam triangulasi, yaitu: memanfaatkan
sumber, metode, penyidik dan teori51. Namun dalam penelitian ini yang akan
digunakan dalam pemeriksaan keabsahan data adalah triangulasi sumber.
Triangulasi sumber adalah membandingkan dan mengecek kembali derajat
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan cara yang berbeda
dalam metode kualitatif yang dilakukan dengan: 1). Membandingkan data hasil
pengamatan dengan hasil wawancara, 2). Membandingkan apa yang dikatakan
orang di depan umum dengan apa yang dikatakan pribadi, 3). Membandingkan
apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang
dikatakan sepanjang waktu, 4). Membandingkan keadaan perspektif seseorang
dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain seperti rakyat biasa, 5)
membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan 52.
Hasil perbandingan yang diharapkan adalah berupa kesamaan atau argumentasi
mengenai terjadinya perbedaan.
50
Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006, hal. 327.
Ibid, hal. 330.
52
Ibid.
51
29
5. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah upaya mencari dan menata secara sistematis catatan
hasil observasi, wawancara dan dokumentasi untuk meningkatkan pemahaman
peneliti tentang kasus yang diteliti serta menyajikan sebagai temuan bagi orang
lain53. proses analisis data ini dilakukan seiring dengan proses pengumpulan data.
Sedangkan teknik analisa data yang digunakan adalah teknik analisa interaktif
dengan melalui empat tahap yaitu, pengumpulan data, reduksi data, penyajian
data, analiss data, dan penarikan kesimpulan54.
G. Sistematika Pembahasan
Agar memperoleh hasil yang utuh, maka dalam penyusunan ini penulis
menggunakan sistematisasi bab perbab dengan gambaran sebagai berikut :
Bab pertama adalah pendahuluan. Dalam pendahuluan penulis menjelaskan
tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
tinjauan pustaka, kerangka teori, metode penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab kedua adalah Setting penelitian yaitu Gereja Kristen Muria Indonesia.
Dalam bab kedua penulis menjelaskan gambaran umum sejarah lahirnya Gereja
Kristen Muria Indonesia, Gereja Kristen Muria Indonesia sebagai Gereja
Anabaptis, serta menjelaskan gambaran umum Gereja Kristen Muria Indonesia
Yogyakarta sejarah dan aktivitas yang di lakukan untuk jemaat.
53
Neong Muhadjir, Metode Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Sarasin, 2002, hal. 45.
Milles, Mattew B dan Huberman A. Michael, Analisa Data Kualitatif, terjemah Tjetjep
Rohendi, Jakarta: UI Press, 1992, hal. 17.
54
30
Bab ketiga adalah konseptualiasasi damai dan khotbah dalam Gereja Kristen
Muria Indonesia Yogyakarta. Dalam bab ketiga ini membahas tentang konsep
damai, makna damai dalam Al-kitab serta makna damai bagi para jemaat Gereja
Kristen Muria Indonesia Yogyakarta. Dalam bab ini juga membahas tentang
definisi khotbah, fungsi khotbah dan pemahaman khotbah pada jemaat Gereja
Kristen Muria Indonesia Yogyakarta.
Bab keempat adalah interpretasi damai dalam khotbah Gereja Kristen Muria
Indonesia Yogyakarta. Dalam bab ini membahas teks-tesk khotbah di Gereja
Kristen Muria Indonesia Yogyakarta, elaborasi nilai perdamaian dalam teks
Khotbah, dan pemaknaan teks khotbah bagi jemaat Gereja Kristen Muria
Indonesia Yogyakarta.
Bab kelima adalah penutup. Bab ini menjelaskan kesimpulan dan saran dari
penelitian yang sudah di lakukan oleh peneliti.
31
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN PENELITIAN
A. Kesimpulan Penelitian
Gereja Kristen Muria Indonesia Yogyakarta (GKMI Yogyakarta)
secara normatif membawa misi historis dan misi kontemporer mengenai
promosi nilai-nilai perdamaian. Secara historis, misi GKMI Yogyakarta
dalam mengkampanyekan nilai-nilai perdamaian melalui liturgi dan
kegiatan sosial. Kegiatan keagamaan rutin (liturgi) maupun kegiatan sosial
seperti pengobatan gratis, dan kegiatan filantropis lainnya merupakan
manifestasi langsung dari nilai perdamaian GKMI.
Konseptualisasi damai dan khotbah GKMI Yogyakarta Pertama,
damai dipahami sebagai inner peace. Kedamaian yang ada dalam diri
sendiri yang akan berakibat pada kenyamanan dalam kehidupan nyata
(lihat makna kesatu dan kedua).Satu-satunya yang dapat mengendalikan
diri dan kedamaian hati adalah dari diri sendiri Kedua, damai sebagai nilai
dasar yang diberikan tuhan. Artinya, ada keyakinan bahwa agama beserta
aturan yang diwahyukan tuhan itu mengandung perintah kedamaian.
Ketiga, damai dimaknai secara integratif yang menyangkut kedamaian
dalam diri, dengan sesama, dan juga dengan alam (makna keenam,
ketujuh). Konseptualiasasi khotbah dalam GKMI dapat disimpulkan
Pertama, khotbah sebagai dimensi instrumental sebagai pembawa pesan
135
sebagaimana adanya. Kedua, khotbah sebagai manifestasi representasu
tuhan sehingga jemaat percaya pada apa yang disampaikan oleh pendeta.
Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan jemaat. Ketiga, dimensi
universal bahwa firman tuhan sebenarnya bukan semata-mata untuk
jemaat (satu agama) tetapi untuk manusia secara kesuluruhan.
Interaksi antara jemaat dan nilai-nilai GKMI dilakukan melalui
media-media sosialisasi seperti teks khotbah. Maka eksistensi nilai-nilai
perdamaian seperti yang ditunjukkan melalui analisis teks dan elaborasi
pemaknaan jemaat pada Bab IV memberikan jawaban atas pertanyaan
pertama yang diajukan oleh penelitian ini. Jawaban atas pertanyaan
tersebut akan dirangkum ke dalam tiga jawaban besar.
Pertama, eksistensi nilai-nilai perdamaian di dalam teks khotbah
ditunjukkan melalui rekonstruksi nilai-nilai perdamaian melalui deskripsi
kisah, pengutipan ayat, serta argumentasi logis mengenai urgensi nilainilai perdamaian.
Kedua, nilai-nilai perdamaian ditemukan pada tiga buku teks Komisi
Suluh Komisi Umum, Komisi Wanita dan Komisi Senior. Masing-masing
buku memuat nilai nir kekerasan, nilai keadilan, nilai hak asasi, dan nilai
cinta kasih.
Berkaitan dengan hasil temuan tersebut, elaborasi nilai-nilai nirkekerasan, keadilan, hak asasi manusia (HAM), dan cinta kasih dalam
naskah khotbat Geraja Kristen Muria Indonesia Yogyakarta ditemukan
melalui dua pola umum.
136
Pola pertama adalah nilai perdamaian direkonstruksi melalui teori
atau prinsip hidup ideal. Pola kedua, bahwa nilai perdamaian
direkonstruksi melalui pertautan antara teori dan kehidupan praksis yang
melibatkan prinsip hidup ideal dan contohnya di dalam kehidupan seharihari.
B. Saran Penelitian
1. Saran bagi GKMI
Nilai-nilai perdamaian yang dikampanyekan oleh GKMI
merupakan salah-satu varian gerakan perdamaian penting di
Indonesia. upaya mengkampanyekan nilai-nilai perdamaian melalui
teks khotbah akan mempengaruhi kesadaran jemaat karena teks
khotbah merupakan bagian penting dari liturgi gereja. Dengan
demikian penting untuk menempatkan konteks kontemporer di dalam
sosialisasi
nilai
perdamaian
secara
komprehensif
dengan
memanfaatkan khazanah budaya lokal Indonesia sehingga dapat
mendorong keterlibatan kultural.
2. Saran bagi Penelitian Lanjutan
Penelitian ini memberikan beberapa catatan berupa temuan
seputar teks dalam naskah-naskah khotbah. Beberapa temuan tersebut
masih dapat dilanjutkan antara lain dengan meneliti karakteristik nilai
perdamaian yang hendak direkonstruksi oleh GKMI. Sehingga akan
membawa pertanyaan kritis mengenai sejauh apakah konteks sosio-
137
kultural mempengaruhi teks khotbah di dalam upaya rekonstruksi nilai
perdamaian. Selain itu, beberapa tema lainnya yang dapat dieksplorasi
bagi penelitian selanjutnya adalah terkait pemaknaan individu
terhadap nilai-nilai perdamaian GKMI.
138
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Abineno, J.L. Ch., unsur-unsur Liturgia yang dipakai oleh Gereja-gereja di
Indonesia, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000.
______________. Johanes Calvin: Pembangunan Jemaat, Tata Gereja dan Jabatan
Gerejawi, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1992.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka
Cipta, 2002.
Aritonang, Jan S., Berbagai Aliran di dalam dan di sekitar Gereja, Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2000.
Al Qurtuby, Sumanto. Among the Believers: Kisah Hidup Seorang Muslim Bersama
Komunitas Mennonite Amerika, Semarang: Lembaga Studi Sosial dan Agama,
2011.
Anton, Bernand Pareira, Homiletik: Bimbingan Berkhotbah, Malang: Penerbit Dioma,
2004.
Anand, Chaiwat Satha, Agama-Agama dan Budaya Perdamaian, Yogyakarta Forum
Kajian Budaya dan Agama bekerjasama dengan PSKP UGM dan Quaker
International Affair.
Adam, Hugo Bedau (ed), Civil Disobedience in Focus, London and New York:
Routledge. 1991.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Bina
Aksara, 1987.
Asy’arie, Musa, Menggagas Revolusi Kebudayaan tanpa Kekerasan, Yogyakarta:
LESFI, 2002
Boehlke, Robert R. Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama
Kristen: Dari Plato sampai IG. Loyola, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1991.
139
Boundurant, Joan V. Conquest of Violence the Gandhian Philosophy of Conflict,
Princeton: Princeton University, 1958.
Bungin Burhan. Penelitian Kualitatif, Jakarta: Kencana, 2007.
Buttrick, David, Speaking Jesus: Homiletic Theology and The Sermon on The
Mount, London: Westminster Jhon knox Press, 2002.
______________. Memberitakan Yesus Kristus dalam Khotbah: Suatu Latihan dalam
Teologi Homiletis, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996.
Calvin,Yohanes, Institutio; Pengajaran Agama Kristen, Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1980.
Christano, Charles. Seri Mengenal Jemaat Mennonite: Asal Mula Jemaat Mennonite,
Semarang: Pustaka Muria, 1989.
______________. Seri Mengenal Jemaat Mennonite: Keyakinan Jemaat Mennonite,
Semarang: Pustaka Muria, 1989.
______________. Seri Mengenal Jemaat Mennonite: Menjadi Murid, Semarang:
Pustaka Muria, 2009.
Clinebell, Howard, Tipe-tipe Pendampingan dan Konseling Pastoral (terj. B.H.
Nababan), Yogyakarta: Kanisius, 2002.
Cribb, Robert (ed). The Indonesian Killing of 1965-1966: Studies from Java and Bali,
Monash Papers on Shoutheast Asia No. 21. 1991.
Connolly, Peter (ed). Aneka Pendekatan Studi Agama, terj: Approaches to The Study
of Religion, Yogyakarta: LKis, 2009.
Darmaputera, Eka, Pergulatan Kehadiran Kristen di Indonesia, Jakarta: BPK
Gunung mulia, 2001.
Diredja, Janti. Refleksi dan Perspektif Strategis Pelayanan Di GKMI Yogyakarta,
Paper untuk ujian peremptoir pendeta muda Yogyakarta: 2005 (tidak
diterbitkan)
De Jonge, Christiaan, Apa itu Calvinisme?, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1998.
140
From, Erich, Akar Kekerasan Analisis Sosio-Psikologis atas Watak Manusia, terj:
The Anatomy of Human Destructiveness, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008
Fuhran, Arif. Pengantar Metode Penelitian Kualitatif, Surabaya: Usaha Nasional,
1992.
Gandhi M.K, Mahatma Gandhi; Sebuah Autobiografi, terje: An Autobiografi or The
Story of my Experiment with truth, Jakarta: Narasi, 2009
Gerrit Singgih, Emanuel. Berteologi dalam Konteks Pemikiran-pemikiran mengenai
Kontekstualisasi Teologi di Indonesia, Yogyakarta: Kanisius dan Jakarta:
BPK Gunung Mulia, cetakan ke tujuh, 2007.
______________. Makna dan Dampak Politis Pemberitaan Firman di dalam Alkitab
dan Iman dan Politik dalam Era Reformasi di Indonesia, Jakarta: BPK
Gunung Mulia 2002.
GMKI, Sinode. Informasi 2011 Komunitas Pembawa Damai, Semarang: Sinode
GMKI, 2011.
______________. Didiklah di Jalan Damai: Refleksi 90 Tahun Perjalanan GKMI,
Semarang: Sinode GKMI, 2010.
______________. SULAM (Suluh Damai) Komisi Umum BPPS GKMI 2011,
Semarang: Pustaka Muria, 2011.
______________. SULAM (Suluh Damai) Komisi Wanita BPPS GKMI 2011,
Semarang: Pustaka Muria, 2011.
______________. SULAM (Suluh Damai) Komisi Senior BPPS GKMI 2011,
Semarang: Pustaka Muria, 2011.
Hadi, Sutrisno. Metode Research Jilid II, Yogyakarta: Andi Offset, 1994.
Hendropuspito, Sosiologi Agama, BPK Gunung Mulia-Kanisius, Yogyakarta, 1983.
Hendriks, Jan, Jemaat Vital dan Menarik, Yogyakarta: Kanisius, 2002.
Heacock, Paul (ed), Cambridge Academic Content Dictionary, USA: Cambridge,
2009.
Keane, Jhon. Reflection on Violence, London: Verso, 1996.
141
Klinken, Gerry. Communal Violence and Democratization in Indonesia “Small Town
wars”, London and New York: Routledge. 2007.
Liliwery, Alo. Komunikasi Serba Ada Serba Makna, Jakarta: Kenacana Prenada
Media Group, 2011.
Maryanto, Emest, Kamus Liturgi Sederhana, Yogyakarta: Kanisius, 2004.
Martasudjita, E., Pengantar Liturgi: Makna, Sejarah dan Teologi Liturgi, Kanisius,
Yogyakarta, 1999.
Mehta, Ved, Ajaran-ajaran Mahatma Gandhi: Kesaksian dari Para Pengikut dan
Musuh-musuhnya, terj: Mahatma Gandhi and His Apostles, Yogyakarta:
pustaka pelajar, 2002
Miles, Mattew B dan Huberman A. Michael, Analisis Data Kualitatif, terjemah
Tjetjep Rohendi, Jakarta: UI Press, 1992.
Moleong Lexy J, Metodelogi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Remaja Rosdakarya,
2006.
Morris, Brian, Antropologi Agama Kritik Teori-Teori Agama Kontemporer,
Yogyakarta AK Group, 2007
Muhadjir, Noeng, Metodelogi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Sarasin, 2002.
Muhaimin AG, Damai di Dunia Damai untuk Semua, Jakarta: Depag RI, 2004.
O’Dea, Thomas F., Sosiologi Agama: Suatu Pengenalan Awal, Rajawali, Jakarta,
1985.
Raja, Juli Toni (ed), Melawan Kekerasan Tanpa Kekerasan, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, PP IRM, The Asia Foundation, 2000.
Rudiyanto, Panduan Hidup Dalam Komunitas Murid Yesus, Semarang: Pustaka
Muria, 2009.
Ritzer, George & Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi dari Teori Sosiologi Klasik
sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Posmodern, terj: Socioloical
Theory, Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2010.
142
Ritschl, Dietrich, Teologi Pemberitaan Firman Allah: Mengapa kita Harus
berkhotbah?, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1990.
Rothlisberger, Homiletika, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1991.
Rozi, Syafuan (dkk), Kekerasan Komunal: Anatomi Resolusi Konflik di Indonesia,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006.
Robertson, Rolan (ed), Agama : Dalam Analisa dan Interpretasi Sosiologis, Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 1993
Salmi, Jamil, Violence and Democratic Society Hooliganisme dan Masyarakat
Demokarasi, terj: Violence and Democratic Society, Yogyakarta: Pilar Media,
2005
Sudijono, Anas. Metodologi Research dan Bimbingan Skripsi, Yogyakarta: UD
Rama, 1981
Sugono, Dendy, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2000
Sutrisno, Mudji & Hendar Putranto (ed), Teori-Teori Kebudayaan, Yogyakarta:
Kanisius, 2005.
Tim Peneliti Yayasan Paramadina, Magister Perdamaian dan Resolusi konflik, dan
ICRP, Kontroversi Gereja di Jakarta, Yogyakarta: CRCS UGM, 2011
Tim Editorial, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Kemendikbud, 2008.
Tindage, Ruddy dan Rainy MP Hutabarat (Penyunting). Gereja dan Penegakan Hak
Asasi manusia, Yogyakarta: Kanisius dan Badan usaha milik Gereja GMIH,
cetakan ke lima 2012
White, Jame F.. Pengantar Ibadah Kristen, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002
Yoder, M Lawrence, Tunas Kecil Sejarah Kelahiran Gereja dan Perkembangan
Gereja Kristen Muria Indonesia, Semarang: Komisi Literatur Sinode GMKI,
1980
Zainal Abidin Bagir (dkk), Laporan Tahunan Kehidupan Beragama di Indonesia
2010, Yogyakarta: CRCS UGM, 2011
143
Skripsi, Tesis, Publikasi Resmi dan Jurnal :
Undang-undang Nomor 39 tahun 1999 tentang hak asasi manusia
Galtung, Johan. Violence, Peace, and Peace Research, Journal Of Peace Reseacrh,
1969.
De Almeida, Hermenegildo. Peran Gereja Dalam Upaya Resolusi Konflik Pasca
Referendum di Timor Leste, Tesis Konsentrasi Studi Agama dan Resolusi
Konflik Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2011. (tidak
diterbitkan)
Arinta, Ika Yulianti. Spirit Perdamaian Anabaptis Mennonite dalam Gereja Injili
Tanah Jawa dan Gereja Kristen Muria, Skripsi Jurusan Perbandingan Agama,
Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2015.
(tidak diterbitkan)
Prakosa, P. Gereja Perdamaian: Tinjauan Terhadap Praksis Perdamaian Gkmi Solo.
Skripsi, Fakultas Teologi Universitas Kristen Duta Wacana, 2008. (tidak
diterbitkan)
Majalah :
Berita GKMI, “Didiklah di Jalan Damai”, Semarang: Majalah Bulanan No. 528
Tahun XLIV September 2011
Berita GKMI, “Hidup Itu Tidak Susah”, Semarang: Majalah Bulanan No. 532 Tahun
XLV Januari 2012
Website :
http://www.un-documents.net/a53r243a.htm diakses 4 Juli 2015
http://crcs.ugm.ac.id/wednesday-forum/328/Gerakan-Kristen-Mennonite-diIndonesia.html
http://islamlib.com/id/artikel/mennonite-amerika-dan-spirit-pelayanan-kemanusiaan
144
http://nasional.vivanews.com/news/read/249953-ini-nama-korban-ledakan-bomgereja-kepunton
http://www.tempo.co/read/news/2011/09/25/063358122/Ledakan-Bom-di-GerejaKepunton- Terdengar-Sampai-1-Kilometer.
http://nasional.inilah.com/read/detail/1778170/pelaku-bom-gereja-di-solo-gunakancara-tradisional.
http://www.antaranews.com/berita/1285987422/polisi-jaga-sekitar-masjidahmadiyah-bogor.
http://www.antaranews.com/berita/1285949941/massa-serang-pemukimanahmadiyah-di-ciampea.
http://regional.kompas/read/2010/12/09/09515441/Bangunan.Ahmadiyah.Digembok8
http://www.kompas.com/read/xml/2010/12/03/15534561/Lagi.Masjid.Ahmadiyah.
Dirusak.Massa
http://surabaya.detik.com/read/2010/03/26/220832/1326491/466/kontras-akanlaporkan-pembubaran-kongres-ilga-ke-mabes-polri
http://nasional.kompas.com/read/2011/02/08/15220321/9.Korban.Rusuh.
Temanggung.Dirawat
145
LAMPIRAN 5
Pengurus Sinode GKMI masa bakti 2009 – 2014
Ketua Umum
Anggota Dewan Pertimbangan (DP)
Pdt. Paulus Sugeng Widjaja, MAPS., Ph.D
Pdt. Prof. Dr. Mesach Krisetya
Pdt. Dr. Eddy Paimoen
Iwan Ganius
Sekretaris Umum
Bendahara Umum
Pdt. Timotius Adhi Dharma, M.Si.
Agus Setianto, SE., MM.
Anggota Badan Pemeriksa
Perbendaharaan (BPP)
Wakil Sekretaris Umum
Wakil Bendahara Umum
Drs. Daniel Kristanto Trihandoyo
Ir. Srihono Purnomo, MBA.
Dra. Laniwati Widodo, MBA. Akt.
Yohanes Handojo, SE., MM.
Azariah Sudibyo Hartanto, SE., Akt
Ketua Bidang Theologi
Ketua Bidang Persekutuan
Pdt. Daniel K. Listijabudi, M.Th.
Pdt. Peter Hiendarto, M.A.
Ketua Bidang Pengembangan SDM
Ketua Bidang Misi
Eddy Sutjipto, MBA.
Ir. Andryadi Bambang Kurniawan
Unit Kerja Sinode GKMI
1. Pustaka Muria
Kepala : Pdm. Paul Gunawan, AM
2. Akademi Muria
Sekretaris : Ani Widjaja, S.Ag., M.Si
3. Dana Pensiun dan Dana
Kesejahteraan
Ketua : Andreas Soewatjono S.
4. Mennonite Diakonia Service
Direktur : Pdt. Paulus Hartono,
M.Min
LAMPIRAN 5
DAFTAR INFORMAN PENELITIAN
NO
NAMA
NO HAND PHONE
USIA
1
Ajeng Prihatanti Siwi
08122953681
38 TAHUN
2
Sri Umiyati
085853537780
45 TAHUN
3
Pdt. Darius
081321566821
62 TAHUN
4
Pdm. Debby Tjioe Sin Giok
087822797222
50 TAHUN
5
Alang Budi Setiawan
08975814124
20 TAHUN
6
Dani Agus Wahyudi
08562959158
20 TAHUN
7
Rya Rosa
085743105849
21 TAHUN
8
Pdt. Rudiyanto
08883926859
37 TAHUN
9
Pdt. Stevanus
10
Aditya Mahardika
40 TAHUN
08985049615
17 TAHUN
LAMPIRAN 6
DAFTAR DOKUMEN GAMBAR GKMI YOGYAKARTA
1. GKMI YOGYAKARTA
2. GKMI YOGYAKARTA
3. KEBAKTIAN UMUM
4. KEBAKTIAN MISA KAMIS PUTIH
5. KEBAKTIAN PEMUDA
6. JEMAAT YANG MENJADI PETUGAS KEBAKTIAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri
Nama
Tempat/tgl. lahir
Alamat Rumah
Alamat Kantor
Nama Ayah
Nama Ibu
Nama Istri
: Ahmad Sarkawi
: Bengkulu, 17 Agustus 1984
: Jl. Wonosari, Km 10 Dusun Babadan Piyungan Bantul
Yogyakarta.
: Jl. KHA. Dahlan No 103 Yogyakarta.
: Johan Sapry (Alm)
: Basaria
: Intan Lis Utami
B. Riwayat Pendidkan
1. Sekolah Dasar Negeri 36 Kepahiang, Bengkulu. Tahun 1997.
2. Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Kepahiang, Bengkulu. Tahun 2000.
3. Sekolah Menengah Umum Muhammadiyah 1 Kota Bengkulu. Tahun 2003.
4. Strata 1 Universitas Muhammadiyah Bengkulu. Tahun 2008.
5. Strata 2 Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Tahun
2015.
C. Riwayat Pekerjaan
1. Relawan JPPR pemilu 2004.
2. Staf Edukasi Khairani Studi Centre 2005.
3. Presenter Radio Jazeerah Universitas Muhammadiyah Bengkulu 2005-2007.
4. Koordinator Program Pluralisme dan Gender Binuka Institute Bengkkulu 20052008.
5. Asisten Program Demokrasi dan pluralisme Maarif Institute Jakarta 2008-2009.
6. Dosen Bridging Program Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia 2012sekarang.
D. Pengalaman Organisasi
Ketua Pimpinan Ranting Ikatan Pelajar Muhammadiyah SMU Muhammadiyah 1
Bengkulu 2001.
Ketua Organisasi Siswa Intra Sekolah SMU Muhammadiyah 1 Bengkulu 2001.
Ketua Bidang Kader Pimpinan Daerah Ikatan Pelajar Muhammadiyah Kota Bengkulu
2002-2003.
Ketua Bidang Iptek DPD Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Bengkuulu 2004-2006.
Ketua BEM Universitas Muhammadiyah Bengkulu 2005-2006.
Ketua Umum Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Muhammadiyah Bengkulu 2006-2008.
Ketua Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah 2008-2010.
Wakil Sekretaris LPCR PP Muhammadiyah 2010-2015.
Direktur Rumah Baca Komunitas Yogyakarta 2013-2015.
E. Minat Keilmuan : Resolusi Konflik, Perdamaian, Seksualitas, Gender dan Pluralisme.
F. Karya Ilmiah.
Artikel :
1. Kesetaraan dan keadilan Gender jalan surga untuk kita semua dalam Jurnal Sosial
Keagamaan LPPM STIB Banyuwangi Jawa timur.
2. The Role of Student-Centre Learning to Prepare Actively Independent Learners: A
Bridging Program Case Study in The Economics Faculty of the Islamic University of
Indonesia. Univeritas Widyatama, Open University dan San Beda College.
3. The Role of Student Leadership Development program to prepare Indonesian's
Future Leader: A Bridging Program Case Study in The Economics Faculty of the
Islamic University of Indonesia. Univeritas Widyatama, Open University dan San
Beda College.
Penelitian :
1. Peran Mubaliq Muhammadiyah dalam mengatasi Tahayul, Bid'ah dan Kurafat di
Desa Karang Pulau kecamatan Putri Hijau Bengkulu Utara. Universitas
Muhammadiyah Bengkulu.
2. The Role of Student-Centre Learning to Prepare Actively Independent Learners:
A Bridging Program Case Study in The Economics Faculty of the Islamic
University of Indonesia. Pusat Pengkajian Ekonomi UII.
3. The Role of Student Leadership Development program to prepare Indonesian's
Future Leader: A Bridging Program Case Study in The Economics Faculty of the
Islamic University of Indonesia. Pusat Pengkajian Ekonomi UII.
4. Khotbah Damai Keagamaan Gerakan Nir-Kekerasan (Analisis Teks Khotbah
Gereja Kristen Muria Indonesia Yogyakarta). Pascasarjana Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Yogyakarta, 19 Juni 2015
Ahmad Sarkawi