[go: up one dir, main page]

Academia.eduAcademia.edu

Sejarah & pengertian Filsafat.doc

SEJARAH & PENGERTIAN FILSAFAT Oleh: Muhammad Leo Bisma – 153160022 ILMU KOMUNIKASI UPN ‘VETERAN’ YOGYAKARTA 2017 SEJARAH & PENGERTIAN FILSAFAT SEJARAH FILSAFAT Untuk mempelajari filsafat kita tidak bisa terlepas dari belajar atau mengkaji sejarah filsafat. Hal ini sangat penting mengingat dalam mempelajari sejarah kita juga akan mempelari ruang lingkup dimensi yang ada dalam ruang dan waktu yang melandasi suatu fenomena. Dengan fenomena yang ada kita bisa mengetahui sebab dan akibat yang saling terkait. Oleh karena itu dalam kajian filsafat belajar sejarah filsafat merupakan metode bahkan merupakan subject matter sebagaimana ,yang dijelaskan Wiramhardja : “ sejarah filsafat merupakan metode yang terkenal dan banyak digunakan orang dalam mempelajari filsafat bahkan merupakan metode yang sangat penting dalam belajar berfilsafat. Sejarah filsafat pun merupakan subject matter itu sendiri”. Mempelajari sejarah filsafat berarti kita mempejari dengan dasar kategori waktu mengenai pemikira secara kronologis, yang di dalamnya antara lain, tempat kejadian, lingkungan sosial, kebudayaan yang melingkupiya. Dengan mempelajari berbagai latar belakang yang merupakan bagian dari kronologi maka kita akan mengetahui watak dari pemikiran berdasarkan pereode sejarah tertentu. Maka untuk mengetahui watak dan karakter masing – masing pereode waktu atau dalam sejarah filsafat maka penulis membagi sejarah filsafat menjadi, pertama zaman Yunani Kuno atau Filsafat Alam (600 SM – 200 SM). Kedua Zaman Keemasan (470 SM – 300 SM). Kemudian yang ketiga dilanjutkan pada masa Abad Pertengahan pada masa Filsafat Islam (Arab) (awal abad VIII M – abad XII M). pereode Kristen (abad IX – XII M). Kemudian masuk pada zaman modern (1600 – 1800 M), diteruskan Zaman Baru (1800 – 1950 M). Dan terakhir adalah Postmodernism (1950 -…M) . Pra Socrates Pada masa awal ini sering di sebut dengan filsafat alam. Penyebutan tersebut didasarkan pada munculnya banyak pemikir/filosof yang memfokuskan pemikirannya pada apa yang diamati di sekitarnya, yakni alam semesta. Mereka –pemikir alam- mencari unsur induk yang dianggap asal dari segala sesuatu. Pandangan para filosof ini melahirkan monisme, yaitu aliran yang menyatakan bahwa hanya ada satu kenyataan fundamental. Kenyataan tersebut dapat berupa jiwa, materi, Tuhan atau sebutansi lainnya yang tidak dapat di ketahui. Pada zaman masa ini para filosof mulai berfikir ulang dan tidak mempercayai sepenuhnya pengetahuan yang didasarkan pada mitos-mitos, legenda, kepercayaan yang sedang menjadi meanstream di masyarakat waktu itu. Mereka mempercayai bahwa pengetahuan bisa didapatkan melalui proses pemikiran dan mengamati. Salah satu pemikir pertama pada masa ini adalah Thales (624 – 545 SM) berfikiran bahwa zat utama yang menjadi dasar semua kehidupan adalah air. Anaximander (610 – 546 SM) adalah murid dari Thales, tetapi walaupun begitu Thales berbeda pendapat dengan gurunya. Thales berfikiran bahwa permulaan yang pertama tidak bisa ditemukan (apeiron) karena tidak memiliki sifat-sifat zat yang ada sekarang. Ia mengatakan bahwa segala hal berasal dari satu subtansi azali yang abadi, tanpa terbatas yang melingkupi seluruh alam. Zaman Keemasan Jika pada masa Pra Socrates para pemikir masih berkutat pada wilayah kemenjadian, maka pada masa keemasan sudah masuk pada pemikiran dan keutamaan moral. Pada masa keemasan kajian sudah mengarah kepada manusia sebagai objek pemikiran. Pada masa ini juga sudah mulai berkembang dialektis- kritis untuk menunjukkan kebenaran. Socrates (470 – 399 SM) merupakan generasi pertama dari tiga filsafat besar dari Yunani. Pemikiran Socrates sangat dipengaruhi oleh kondisi kaum “sophis” cerdik cendekia yang dalam mengajarkan pengetahuannya meminta imbalan. Dan pada masa hidupnya kekuasaan politik di Athena sedang dikuasai oleh para “sophis” yang jahat dan sombong pada masa sebelumnya. Socrates adalah seorang yang meyakini bahwa menegakkan moral merupakan tugas filosof, yang berdasarkan ide-ide rasional dan keahlian dalam pengetahuan. Menurut Socrates ada kebenaran objektif yang tidak tergantung pada saya atau kita. Setiap orang bisa berpendapat benar dan salah tergantung pada pengujian rasionya. Socrates percaya bahwa kebaikan berasal dari pengetahuan diri, manusia pada dasarnya adalah jujur, dan kejahatan merupakan upaya akibat salah pengarahan yang membebani kondisi seseorang. Ia menjelaskan gagasan sistematis bagi pembelajaran mengenai keseimbangan alam dan lingkungan yang kemudian akan mengarah pada perkembangan method ilmu pengetahuan. Socrates berpendapat bahwa pemerintahan yang ideal harus melibatkan orang-orang yang bijak, dan dipersiapkan dengan baik dan mengatur kebaikan-kebaikan untuk masyarakat. Socrates memiliki pandangan atau gagasan tunggal dan transenden yang ada di balik pergerakan ini. Sampai dia di suruh bunuh diri meminum racun karena pandangannya dianggap meracuni kepercayaan umum yang saat itu masyarakat mempercayai kuil dan dewa-dewa. Abad pertengahan Filsafat abad pertengahan sering disebut filsafat scholastic, karena sekolah-sekolah yang ada sudah mengajarkan hasil dari pemikiran filsafat . Pada abad ini perkembangan filsafat sangat di pengaruhi oleh agama. Secara histori peradaban yang dibangun oleh Yunani mengalami masa kejayaan sudah sangat berkembang pesat dan besar, sehingga mempengaruhi pemikiran di Eropa. Karena pada saat di Eropa muncul peradaban Kristen. Namun pada pereode selanjutnya dominasi gereja semakin berlanjut, sampai pada titik belenggu kehidupan pemikiran manusia. Gereja memberlakukan aturan yang sangat ketat terhadap pemikiran manusia, termasuk pemikiran tentang teologi. Hanya pihak gereja yang berhak mengadakan penyelidikan terhadap agama. Kendati demikian ada saja pihak-phak pemikir yang melanggar peraturan tersebut, dan mereka dianggap orang yang murtad, dan kemudian diadakan pengejaran. Pengejaran terhadap orang-orang yang murtad ini mencapai puncaknya pada akhir abad XII dan yang paling berhasil di Spanyol. Pada abad IV Agustinus (354-430) adalah pemikir besar yang berpengaruh terhadap pemikiran yang berkembang. Pada Agustinus pemikirannya merupakan integrasikan dari teologi Kristen dan pemikiran filsafatinya. Ia sendiri tidak sepaham dengan pendapat yang mengatakan bahwa filsafat itu otonom atau lepas dari iman kristiani. Pada pemikiran masa ini ada beberapa hal yang penting dan sebagai maenstream yaitu rasio insani hanya dapat abadi jika medapatkan penerangan dari rasio Ilahi. Tuhan adalah guru yang tinggal dalam batin kita dan menerangi roh manusia. Abad pertengahan yang memasuki masa keemasan filsafat masih dipelajari dalam hubugannya dengan teologi. Namun wacana filsafat masih hidup dan dipelajari walaupun tidak secara terbuka dan mandiri. Zaman Modern Istilah modern itu sendiri tidak jelas apa maksudnya. Lazimnya, istilah modern menamplka kesombongan dan arogan, bahkan menampik buah pkiran yang telah lahir sebelumya disebut juga sebagai suatu pemberontakan yang sedikit dilebih-lebihkan. Pemikiran modern memiliki ciri khas dan karakter dalam mendapatkan kebenaran, cirinya adalah kesangsian –memberontak- terhadap kebenaran itu sendiri. Maka dalam mendpatkan kebenaran yang sejati adalah dengan kesangsian dan keraguan. Sama halnya dengan kaum pasca-modernisme yang memberontak terhadap pemikiran modern yang terlalu menghargai rasio. Mengenai siapa “founding fathers” Zaman Modern ini, beberapa ahli berpendapat adalah Rene Descartes dengan pikiran rasionalitas, John Locke dengan pemikiran empirisnya, Immanuel Kant dengan kritis melihat ketidak sempurnaan. Baik pada Descartes, Locke maupun Kant mengatakan bahwa, “pengamatan tanpa konsep adalah buta, sedangkan tanggapan tanpa penglihatan adalah hampa.” Ia berpendapat, bahwa pengetahuan itu dasarnya adalah pengamatan dan pemikiran. Untuk melihat lebih mudah, maka filsafat modern dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu: (1) rasionalisme, empirisme, dan kritisisme. (2) dialektika idealisme dan dialektika materialisme, (3)fenomenologi dan eksistensialime, serta (4) filsafat kontemporer dan pasca-modernisme. Para pemikir rasional menuntut kenyataan sejati yang berdasar pada pemikiran, sehingga hukum pengetahuan sangat jelas. Hal ini bisa berlaku jika hanya pengetahuan bersifat apriori. Dasar pengetahuan adalah sensasi yang berasal dari rangsangan-rangsangan yang berdasar pada pengalaman. Menurut kaum kritisisme (Kant) ilmu pengetahan harus memiliki kepastian sehingga rasionalisme adalah benar. Ilmu pengetahuan harus mau dan berkembang didasari oleh kenyataan-kenyataan yang berkembang pula. Post-Modernisme Postmodernisme memiliki ciri khas dan karakter yang mengakui ada entitas lain dari kebudayaan universal. Sehingga kebenaran tidak saling berhadapan antara subjek dan objek. Postmodernisme telah dan akan “melucuti” rasonalisme, matrialisme, empirisme, yang mulai ada sejak peradaban Yunani dan berkembang pada puncaknya pada zaman modern. Dengan istilah lain zaman ini mulai menanyakan kembali persoalan epistemologi, “ilmu” dan “keilmiahan. Postmodrnisme tidak mengakui kebenaran dan realitas tunggal, realitas diciptakan manusia dan kelompok yang dalam berbagai konteks prbadi, historis, dan cultural. Oleh karena itu kebenaran selalu bersifat relative secara cultural, kelompok, atau perspektif personal. PENGERTIAN FILSAFAT Pendahuluan Tujuan studi filsafat adalah mengantarkan ke dalam dunia filsafat, sehingga minimal dia dapat mengetahui apakah filsafat, maksud dan tujuannya. Adapun tujuan umumnya adalah menjadikan manusia yang susila. Pengertian “susila” di sini terdapat dalam rung lingkup tertentu sesui dengan tempat dan aturan yang ada. Orang susila dipandang sebagai ahli filsafat, ahli hidup, dan sekaligus sebagai orang yang bijaksana. Karena itu, pada giliran selanjutnya, orang tersebut akan mendapatkan kehidupan yang bahagia. Sedangkan tujuan khususnya adalah menjadikan manusia yang berilmu. Dalam hal ini, ahli filsafat dipandang sebagai orang yang ahli dalam bidang ilmu pengetahuan (ilmuwan), yang selalu mencari kenyataan kebenaran dari semua problem pokok keilmuwan. Perbedaan orang yang berfilsafat dengan yang tidak berfilsafat terletak pada sikap seseorang terhadap hidupnya. Karena filsafat akan mengajarkan kita tentang kesadaran, kemauan, dan kemampuan manusia sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk individu, makhluk social, dan makhluk Tuhan untuk diaplikasikan dalam hidup, maka yang diperlukan dalam studi filsafat adalah : 1.      Sikap yang sesuai. Sikap yang dimaksud adalah berusaha untuk mengobyektivikasikan dirinya, serta memandang perlu hal yang di pelajari. 2.      Kepribadian yang sesuai. Kepribadian yang dimaksud adalah berusaha untuk memperoleh sesuatu kepribadian yang sesuai. Pengertian filsafat Dari berbagai tulisan terkesan bahwa tidak ada kesamaan pendapat tentang asal mula kata filsafat. Sebagian orang berpendapat bahwa kata filsafat berasal dari bahasa Arab falsafah yang dikaitkan dengan kata sofiah yang berarti bijaksana dan kata sufisebagai sebutan begi orang yang ahli berfilsafat. Menurut pendapat ini, istilah filsafat selanjutnya berkembang di daratan Eropa, dibawa oleh prajurit salah satu kerajaan di Eropa yang melakukan penyerangan besar-besaran ke jazirah Arab. Di pihak lain ada yang berpendapat bahwa kata filsafat justru berasal dari bahasa Latin (Yunani) dan merupakan penyatuan dua kata philo yang berarti teman, sahabat, yang mungkin ada kaitan dengan bahasa Inggris fellow, dan kata shopia yang artinya sama dengan arti dalam bahasa Arab, yaitu bijaksana. Namun juga ada yang berpendapat bahwa dalam kata filsafat tersebut kata kuncinya bukan bijaksana, tetapi kebenaran, sehingga kata filasafat diartikan sebagai cinta kebijaksanaan atau cinta kebenaran.[2] Berikut ini adalah pendapat para filosof dunia tentang arti dari filsafat: a.       Menurut Plato, “filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran asli.” b.      Aristoteles mengartikan filsafat sebagai “ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang tergabung di dalamnya metafisika, logika, retorika, ekonomi, politik dan estetika.” c.       Immanuel Kant mengartikan filsafat sebagai pengetahuan yang menjadi pangkal pokok segala pengetahuan yang tercakup di dalamnya: apa yang dapat diketahui (metafisika), apa yang seharusnya diketahui (etika), sampai dimana harapan kita (agama), apa itu manusia (antropologi). Sedangkan Al-Farabi memaknai filsafat sebagai pengetahuan tentang hakikat sebagai yang sebnarnya. d.      Rene Descartes mengartikan filsafat merupakan kumpulan segala pengetahuan, di mana Tuhan, alam dan manusia menjadi pokok penyelidikan. e.       Menurut Francis Bacon, filsafat merupakan induk agung dari ilmu-ilmu, dan filsafat menangani semua pengetahuan sabagai bidangnya. Ciri -ciri pemikiran filsafat Menurut Clarence I. Lewis seorang ahli logika mengatakan bahwa filsafat itu sesungguhnya suatu proses refleksi dari bekerjanya akal.sedangkan sisi yang terkandung dalam proses refleksi adalah berbagai kegiatan/problema kehidupan manusia. Demikian juga kegiatan secara kefilsafatan bukan hanya merenung atau kontenplasi belakang yang tdak ada sangkut mautnya dengan realitas,namun berfikir secara kefilsafatan senantiasa berkaitan dengan masalah manusia dan bersifat Maka suatu kegiatan berfikir secara kefilsafatan pada hakikinya memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a.       Berfikir kritis. Suatu kegiatan berfikir secara kefilsafatan senantiasa bersifat kritis yaitu senantiasa mempertannyakaan segala sesuatu,problem-problem, atau hal-hal yang lain.sifat kritis ini juga mengawali perkembanggan ilmu pengetahuan modern. b.      Bersifat konseptual. Yaitu mengenai hasil generalisasi dan abstraksi dari pengalaman tentang hal-hal serta proses-proses individual. Berfikir secara kefilsafatan tidak bersangkutan dengan pemikiran terhadap perbuatan-perbuatanbebas yang dilakukan oleh orang-orang tertentu sebagaimana yang biasa dipelajari oleh seorang psikolog, melainkan bersangkutan dengan pemikiran c.       Kohereh (runtun). Berfikir secara koheren dan konsisten. Artinya, berfikir sesuai dengan kaidah-kaidah berfikir dan tidak mengandung kontradiksi atau dapat pula diartikan dengan berfikir secara runtut. d.      Bersifat menyeluruh (komprehensif). Berfikir secara filsafat berusaha untuk menjelaskan alam semesta secara keseluruhan e.       Bersifat universal. Berfikir secara umum adalah berfikir tentang hal-hal serta suatu proses yang bersifat umum. Jalan yang dituju oleh seorang filsuf adalah keumuman yang diperoleh dari hal-hal yang bersifat khusus yang ada dalam kenyataan. f.       Bersifat sistematis artinya pendapat yang merupakan uraian kefilsafatan itu harus saling berhubungan secara teratur dan terkandung adanya maksud atau tujuan tertentu g.      Bertanggungjawab artinya seseorang yang berfilsafat adalah orang yang berpikir sekaligus bertanggungjawab terhadap hasil pemikirannya, paling tidak terhadap hati nuraninya sendiri. Kegunaan mempelajari filsafat a.       Dengan belajar filsafat diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan, karena dengan bertambahnya ilmu pengetahuan akan bertambah pula cakrawala pandang yang semakin luas. sehingga dapat mebantu penyelesaian masalah yang akan kita hadapi dengan cara yang lebih bijaksana. b.      Agar terlatih berfikir serius,agar mampu memahami filsafat c.       Dasar dari semua tindakan adalah ide. sesungguhnya filsafat didalamnya memuat ide-ide yang fundemental. Ide-ide itulah yang akan membawa manusia kearah suatu kemampuan untk merentang kesadarannya dalam segala tindakannya. Daftar pustaka Prof. Dr. Suterdjo A. Wiramihardjo Pengantar Filsafat (Bandung: Refika Aditama 2007 Asmoro Ahmadi,Filsafat Umum,PT.RajaGrafindo Persada:Jakarta,1995,hlm VII Tamsil Muis, dan  Soegiono. Filsafat Pendidikan (Teori dan Praktik). PT Remaja Rosdakarya Offset: Bandung. 2012. hlm 4 Prof. Dr. Ahmad Tafsir. Filsafat Umum, PT. Remaja Rosdakarya: Bandung,2002.hlm 47 .Drs. Burhanudin Salam pengantar Filsafat (Jogyakarta: Bumi Aksara 2009) Ali Maksum Pengantar Filsafat Dari Masa Klasik Hingga post modernism (Ar-Ruzz Media:2008) PAGE \* MERGEFORMAT 10