[go: up one dir, main page]

Academia.eduAcademia.edu

makro

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI MEDAN ANALISIS PENGARUH EKSPOR, IMPOR, KURS NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP CADANGAN DEVISA INDONESIA SKRIPSI OLEH : JUNIARTHA R PINEM 050501109 EKONOMI PEMBANGUNAN Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Medan 2009 Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 ABSTRACT Foreign exchange reserves is an asset of central Bank. It has saved by reserve currency like dolar, euro, yen and uses for beganing international trade and covered the economic of the country. It saved in a Balance Payment (BOP) Prior to the 1997 Asia economic crisis, make Indonesia got a long time crisis monetary. It effected to the international trade (Export and Import) and got the exchange rate crisis. The influence our economy and we lost trust from another country especially’ The First Country’ and causes decrease our Balance Of Payment. The title of this script is ‘Analysis influencing of Export, Import, Exchange rate of Rupiah to Foreign Exchange Reserve. The hypotesis of this script is the Export has a positive influence to the foreign exchange reserves. Is the Import has negative influence to the foreign exchange reserves? And the last is the Exchange rate has a positive influence to the foreign exchange reserves. The research method used by the writer in secondary data. The writer got the data resource from Indonesian Bank. Keyword: Foreign Exchange reserves, Export, Import, Exchange rate. Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 ABSTRAK Cadangan devisa adalah asset ataupun aktiva dari bank sentral. Cadangan devisa tersimpan dalam mata uang asing seperti dolar, euro, yen dan digunakan untuk perdagangan internasional dan membiayai perekonomian sebuah negara. Cadangan ini tersimpan dalam neraca pembayaran. Krisis Asia 1997 dulu, membuat Indonesia mengalami krisis moneter yang berkepanjangan. Hal ini berdampak terhadap perdagangan internasional (Ekspor Impor) dan mengalami krisi nilai tukar. Mempengaruhi perekonomian kita dan mengakibatkan kita kehilangan kepercayaan negara lain terkhususnya Negara Dunia Pertama. Judul skripsi ini adalah “Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia’ Hipotesisnya yakni apakah Ekspor memiliki pengaruh yang positif terhadap cadangan devisa? Apakah Impor mempunyai pengaruh yang negative terhadap cadangan devisa, dan terakhir Apakah kurs nilai tukar rupiah memiliki pengaruh yang positif terhadap cadangan devisa? Penelitian ini menggunakan data primer dari Bank Indonesia. Kata kunci ; Cadangan devisa, Ekspor, Impor, Nilai tukar Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 KATA PENGANTAR Puji dan syukur serta sujud penulis ucapkan kehadirat Allah Bapa Sorgawi dan anaknya Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan kasih karunia-Nya kemampuan yang Tuhan bri dalam kehidupan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs terhadap Cadangan Devisa Indonesia”. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu, memberikan bimbingan, saran, motivasi dan dukungan moril kepada penulis baik selama masa perkuliahan maupun dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, MEc. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, MEc selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Unviversitas Sumatera Utara. 3. Bapak Drs. Rahmad Sumanjaya, Msi selaku dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 4. Bapak Drs. Arifin Siregar sebagai dosen Penguji I yang telah banyak memberikan saran dan masukan bagi penulis dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 5. Ibu Dra. Raina Linda Sari, MSi. Selaku dosen Penguji II yang telah banyak memberikan saran dan masukan bagi penulis dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. 6. Staf Pengajar dan Staf Administrasi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan atas pengajaran, bimbingan, dan bantuan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan. 7. Teristimewa kepada Ayahanda Alm. I. DH.Pinem SH. (Yang selalu menjadi semangat setiap anak-anaknya) Terimakasih yang sebesar-besarnya Ibu tersayang E. br. Sembiring yang telah membesarkan, mengasuh, mendidik, dan memberikan nasehat dan semangat baik moril maupun materil dan perjuangan menjadi orangtua di tengah-tengah keluarga . Dan juga kepada saudara-saudaraku tercinta Bang Tua Iin Robet Chtistian Pinem, Bang Tengah Franky Joice Pinem dan Keluarga, Kakakku Era Oktaviani br Pinem dan keluarga yang telah banyak memberikan dukungan doa, semangat untuk maju, serta materil. Semangat kalian membawa penulis menjadi adik yang penuh cita-cita meski kita tak bersama bapak tapi kita tetap bisa menjadi apa yang diharapkannya. “Surgakan Rumah ini”. 8. Kepada teman-temanku yang tercinta EPO5 ‘EpoS’ yang begitu erat membawaku pada persahabatan dan kenangan untuk selalu bersama. Tawa, canda, semangat yang penulis terima. baik di dalam kehidupan sehari-hari, perkuliahan maupun di dalam penyelesaian skripsi ini. Terkhusus temanku tersayang Lisna, Isabela, Resy yang selalu mendampingi penulis dalam penyelesaian skripsi ini, trimakasih buat Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 doa, semangat, persahabatan yang mewarnai dalam menjalani kehidupan seharihari dalam perkuliahan.Juga kepada Kelompok kecilku (Shinta, Ruth, Eni, Ishma, Sarah) dan Kakak & Abang kelompok (K.Yanti, B.Evan & B.Reagen) dalam doa dan kebersamaan dalam persekutuan. Kepada Ellia Rony Sitepu terimakasih buat dukungan doa, kasih sayang, semangat dan nasehat yang telah banyak menguatkan penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Kepada rekan-rekan serta adik-adik di Departemen Ekonomi Pembangunan yang telah memberi doa, semangat, dan saran bagi penulis. Dalam berbagai bentuk, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, hal ini tidak terlepas dari kurangnya pengalaman dan terbatasnya ilmu pengetahuan yang penulis miliki. Oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca guna mencapai kesempurnaan tulisan ini pada masa mendatang. Akhir kata, Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan berkat dan damai sejahtera bagi kita semua. Dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca. Medan, 14 Maret 2009 Penulis Juniartha R Pinem Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................i DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ii DAFTAR TABEL ...............................................................................................vii DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................viii BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN ............................................................. 1. 1.2. PERUMUSAN MASALAH ............................................................................. 5 1.3. HIPOTESIS ..................................................................................................... 7 1.4. TUJUAN PENELITIAN .................................................................................. 8 1.5. MANFAAT PENELITIAN .............................................................................. 8 BAB II URAIAN TEORITIS 2.1. CADANGAN DEVISA ................................................................................... 9 2.1.1. DEFENISI CADANGAN DEVISA .................................................... 13 2.1.2. TEORI CADANGAN DEVISA.......................................................... 15 2.1.3. CADANGAN DEVISA DALAM MAKRO EKONOMI .................... 16 A. Makro Ekonomi ............................................................................... 16 B. Pengaruh Perekonomian terbuka terhadap cadangan devisa ................ 17 2.2. EKSPOR ............................................................................................................ 2.2.1. DEFENISI EKSPOR .......................................................................... 20 Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 2.2.2. STRATEGI-STRATEGI KEBIJAKAN EKSPOR .............................. 23 A. Strategi Ekspor Secara Umum .......................................................... 23 B. Prosedur Ekspor ................................................................................. 25 2.2.3. BARANG BARANG KOMODITI EKSPOR ..................................... 27 2.2.4 ANEKA CARA EKSPOR ................................................................... 28 2.2.5. MASALAH EKSPOR ....................................................................... 30 2.2.6. TEORI PERDAGANGAN 2.3. IMPOR .............................................................................................................. 2.3.1. PENGERTIAN IMPOR...................................................................... 35 2.3.2. KEBIJAKAN SUBSITUSI IMPOR .................................................... 38 A. Tarif industri anak dan tariff proteksi ................................................. 38 B. Strategi Subsitusi Impor dan Hasilnya ............................................... 39 2.3.3. PROTEKSI DALAM IMPOR ........................................................... 42. 2.4.KURS (Valuta Asing) ..................................................................................... 43 2.4.1. DEFENISI KURS............................................................................... 48 2.4.2.KURS NOMINAL KURS RILL .......................................................... 50 2.4.3.MEKANISME TRANSAKSI KURS ................................................... 52 2.4.4 PENENTUAN NILAI TUKAR ........................................................... 54 2.4.5. PERUBAHAN NILAI TUKAR .......................................................... 57 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. RUANGLINGKUP PENELITIAN................................................................. 59 Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 3.2. JENIS DAN SUMBER DATA ....................................................................... 59 3.3. METODE DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA .................................... 60 3.4. PENGOLAHAN DATA................................................................................. 64 3.5. MODEL ANALISIS DATA ........................................................................... 65 3.6. TEST OF GOODNESS OF FIT (Uji Kesesuaian) .............................................. 3.6.1. KOEFISIEN DETERMINASI (R-Square) .......................................... 66 3.6.2. UJI T- STATISTIK ............................................................................ 66 3.6.3. UJI F- STATISTIK............................................................................. 68 3.7. UJI PENYIMPANGAN ASUMSI KLASIK ................................................... 67 3.8. DEFENISI VARIABEL OPERASIONAL ..................................................... 68 BAB IV PEMBAHASAN 4.1. GAMBARAN UMUM INDONESIA ................................................................. 4.1.1. KONDISI GEOGRAFIS..................................................................... 70 4.1.2. KONDISI DEMOGRAFIS ................................................................. 71 4.2. KONDISI PEREKONOMIAN INDONESIA 2007 ........................................ 71 4.3. PERKEMBANGAN TINGKAT CADANGAN DEVISA INDONESIA ........ 75 4.4. PERKEMBANGAN EKSPOR ....................................................................... 78 4.5. PERKEMBANGAN IMPOR ......................................................................... 81 4.6. PERKEMBANGAN KURS DI INDONESIA ................................................ 83 4.7. ANALISIS DATA ............................................................................................. 4.7.1. INTERPRETASI MODEL ................................................................. 90 Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 4.7.2. TEST OF GOODNESS OF FIT (Uji Kesesuaian) ............................... 92 4.7.3. UJI PENYIMPANGAN ASUMSI KLASIK ....................................... 93 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. KESIMPULAN .............................................................................................. 97 5.2. SARAN ......................................................................................................... 98 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 99 LAMPIRAN ..................................................................................................... 100 Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 DAFTAR TABEL TABEL 4.3.................................................................................................. 83 TABEL 4.4.................................................................................................. 86 TABEL 4.5. ................................................................................................ 89 TABEL 4.6. ................................................................................................ 92 Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 DAFTAR GAMBAR GAMBAR 3.1 Kurva Uji t-Statistik .......................................................... 53 GAMBAR 3.2 Kurva Uji F-Statistik ......................................................... 55 GAMBAR 3.3 Uji Durbin Watson ............................................................ 58 GAMBAR 4.7.1. Kurva Uji t-Statistik Variabel Ekspor .......................... 96 GAMBAR 4.7.2. Kurva Uji t-Statisitk Variabel Impor ........................... 97 GAMBAR 4.7.3. Kurva Uji t-Statistik Variabel Kurs.............................. 98 GAMBAR 4.7.4. Kurva Uji F-Statistik ................................................... 100 GAMBAR 4.7.5. Uji Durbin Watson....................................................... 103 Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tata ekonomi Indonesia yang ada sampai akhir 1970-an dapat dikatakan tata ekonomi peninggalan kolonial, kehidupan ekonomi di dominasi sektor pertanian, perkebunan, dan ekstraktif. Sejak proklamasi kemerdekaan, sampai dikeluarkannya UU No I / 67 / dan UU No 6 / 68 tentang Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam Negeri, atau tepatnya sampai saat dimulainya Repelita I. Kita belum berkesempatan memperbaiki tata ekonomi nasional. Namun guna pengembangan tata ekonomi yang lebih menuju akan kesejahteraan, maka pemerintah sebagai pihak yang berotoritas mengembangkan arah kebijakan dalam pembangunan Industrialisasi guna menaikan perekonomian nasional. Pembangunan yang pada awalnya berpusat terhadap sektor pertanian kini berganti arah menjadi sektor industri. Karena melihat begitu banyak negara yang telah diuntungkan melalui industrialisasi, kita pun ikut beranjak kearah yang sama. Dorongan tingkat kebutuhan yang semakin meningkat di Indonesia membuat perubahan ini dilakukan agar negara tidak banyak mengalami pengeluaran atas barang-barang yang dihasilkan oleh negara lain. Sejarah perekonomian Indonesia merupakan suatu catatan penting untuk melihat bagaimana perkembangan pertumbuhan perekonomian di Indonesia. Kondisi Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 perekonomian Indonesia mengalami begitu banyak dinamika di tahun 1980-an. Pada tahun 1983 terjadi resesi global dan berdampak pada perekonomian Indonesia. Di tahun 1983 terjadi deregulasi perbankan, yakni kebijakan yang diambil karena Indonesia mengalami banyak kemunduran ekonomi. Kebijakannya, yakni mempertinggi efisiensi dan mobilisasi dana. Pergerakan yang positif dari kebijakan ini adalah cuaca perekonomian internasional yang semakin baik dan hal ini mulai terlihat dampaknya sekitar tahun 1984-1985. Setiap arah kebijakan tentunya diharapkan mampu memberi sumbangan yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi, namun perlu waktu untuk mengecap keberhasilan suatu kebijakan. Seperti yang sudah di jelaskan di atas pergerakan ekonomi yang baik dimulai kembali di tahun 1984-1985, namun gejolak ekonomi kembali terjadi di tahun 1986. Suatu fenomena besar kembali terjadi yakni devaluasi kembali yang dilakukan oleh pemerintah. Cara-cara mengatasi gejolak ini pemerintah kembali mengeluarkan kebijakan-kebijakannya (Deregulasi). Hasilnya di tahun 1989 pertumbuhan ekonomi mulai menunjukan sisi positifnya, ditandai dengan ketiadaan ancaman devaluasi, cadangan devisa yang tinggi, tinggkat inflasi yang rendah dan terkendali, suku bunga yang cenderung menurun, serta kurs rupiah yang relatif stabil. Dengan di mulainya industrialisasi di Indonesia maka dengan sendirinya dibutuhkan devisa. Sumber pembiayaan perdagangan luar negeri tersebut disimpan dalam cadangan devisa, yang dipertanggung jawabkan oleh Bank Indonesia. Dan dicatat dalam neraca pembayaran Bank Indonesia.. Semakin giat kita melakukan industrialisasi semakin banyak devisa yang dibutuhkan. Dan kebutuhan itu Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 diperuntukan untuk barang konsumsi namun kini perlahan berubah untuk pemenuhan barang modal dan bahan baku. Devisa juga banyak digunakan untuk pembangunan proyek-proyek industri maupun proyek seperti jalan, jembatan, dermaga, landasan udara, terminal. Devisa yang digunakan guna pembangunan ini adalah berasal dari devisa hasil ekspor kita baik migas maupun non-migas dan hasil jasa pariwisata. Bahkan devisa kita juga diperoleh dari peminjaman hutang luar negeri agar mampu menjalankan pembangunan tersebut. Ringkasnya adalah devisa mutlak perlu untuk negara yang giat membangun (Amir.M.S,2004) Seiring dengan pergerakan pembangunan tersebut maka arah kebijakan industri kita pun ditetapkan jenis industri subsitusi impor, yakni barang-barang yang tadinya di impor dan kemudian di coba dibuat dalam negeri.. Valuta asing (Foreign Exchange Rate) diperlukan untuk mengimpor perlengkapan proyek-proyek industri manufakturing aneka jenis sesuai dengan jenis produk yang dibuat. Jenis Industri yang berkembang kebanyakan industri yang menghasilkan barang konsumsi primer seperti tekstil, pakaian jadi, terigu, makanan kaleng, obat-obatan dan barang konsumsi lainnya. Selama periode pembangunan industrialisasi dalam negeri tentunya yang menjadi pertanyaan adalah sumber cadanga devisa negara kita. Cadangan devisa tentunya menjadi suatu indikator yang kuat untuk melihat sejauh mana suatu negara mampu melakukan perdagangan dan menunjukan perekonomian negara tersebut. Yang menjadi sumber cadangan devisa awalnya adalah keyakinan bahwa Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah ruah dan tentunya patut di perdagangkan Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 ke luar negeri dan selebihnya pendanaan di dapat melalui bantuan luar negeri baik melalui hutang luar negeri juga melalui hibah atau sering disebut capital out flow. Neraca pembayaran yang merupakan alat untuk melihat posisi cadangan devisa Indonesia sejak tahun 1989/1990 selalu mengalami surplus, namun apabila terjadi defisit biasanya diimbangi dengan adanya arus modal dari luar. Seiring perkembangan pemerintah sebagai otoritas pemberlaku kebijakan serta pelaku gerak pertumbuhan ekonomi dalam negeri, pendanaan tersebut lebih di dominasi atas hutang luar negeri yang dianggap sebagai masukan pendapatan saat itu bagi pemerintah. Kondisi perekonomian Indonesia turut mengalami kejatuhan pula di saat perdagangan valuta asing juga mengalami kejatuhan di kawasan Asia. Diawali oleh guncangan pasar asing di Thailand, dan kemudian menjalar ke pasar valuta asing di negara-negara lainya di Asia. Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar berdampak negatif terhadap posisi neraca pembayaran, terutama karena jumlah utang luar negeri makin membengkak, dimana pada tahun 1997, total stok utang luar negeri secara rill 64,2% GDP 95,3% dan perekonomian Indonesia pun masih tarus mengalami masalah. Selain dari faktor diatas, yang menggerogoti cadangan devisa Indonesia adalah harga minyak. Faktor ekstern ini yang tidak bisa dikendalikan. Dalam kasus resesi pada tahun 1986, kejadiannya kurang lebih disebabkan karena harga ekspor minyak turun sampai titik terendah 9 dolar AS/ barrel. Situasi buruk ini juga diperparah kebutuhan BBM yang terus meningkat dalam negeri sementara produksi Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 minyak Indonesia terus menurun mengakibatkan terus terkurasnya cadangan devisa Indonesia hanya untuk memenuhi BBM dalam negeri. Posisi cadangan devisa suatu negara dikatakan aman biasanya apabila mencukupi kebutuhan impor untuk jangka waktu setidak-tidaknya untuk tiga bulan impor. Pada tahun 1996 tingkat pertumbuhan ekonomi mencapai 7,8 % per tahun dan inflasi pada 5 bulan pertama mencapai tingkat yang terendah selama 10 tahun terakhir pada periode yang sama. Investasi langsung luar negeri mencapai 6,5 Juta dolar AS per tahun fiskal 1996/1997 ( cukup untuk 5 bulan impor ), Posisi cadangan devisa Indonesia sampai pada paruh pertama tahun 1997, perekonomian Indonesia menunjukan kinerja yang cukup baik yang ditandai dengan menguatnya beberapa indikator makro ekonomi, tahun 1998 cadangan devisa Indonesia mencapai 23,90 Triliun rupiah, akan tetapi akibat krisis ekonomi merosot hingga bulan September 1999 berkisar 16,01 Miliar dolar AS (Tambunan, 2000) dan jika kita menilik ditahun berikutnya diluar dari penelitian ini kini posisi cadangan devisa tahun 2008 sebesar dan per -Januari 2009 menunjukan posisi cadangan devisa Indonesia sebesar US$ 335,715 Milliar.(www.bi.id) Kegunaan kondisi cadangan devisa harus dipelihara, agar transaksi internasional dapat berlangsung dengan stabil. Tujuan pengelolaan devisa merupakan bagian yang tak terpisahkan juga dari upaya menjaga nilai tukar, dimana menipisnya cadangan devisa akan mengundang spekulasi rupiah dari para spekulator, sehingga untuk memenuhi kebutuhan akan likuiditas perlu mempertahankan stabilitas nilai tukar. Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 Kondisi Indonesia setelah krisis ekonomi menunjukan tersedotnya cadangan devisa untuk kebutuhan dalam negeri. Karena devisa ekspor lebih rendah dari devisa impor. Dalam upaya mempertahankan cadangan devisa pada tingkat yang aman perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi cadangan devisa di Indonesia, yaitu Ekspor, Impor dan Kurs nilai tukar rupiah. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penulisan skripsi dengan judul “ Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs nilai tukar rupiah terhadap Cadangan Devisa Indonesia “ 1.2. Perumusan Masalah Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka diperoleh permasalahan sebagai berikut : 1. Apa pengaruh Ekspor terhadap posisi cadangan devisa di Indonesia 2. Apa pengaruh Impor terhadap posisi cadangan devisa di Indonesia 3. Apa pengaruh Nilai tukar ( Kurs ) terhadap posisi cadangan devisa di Indonesia. 1.3. Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara dari permasalahan yang menjadi objek peneliti dimana tingkat kebenaranya masih perlu di uji. Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka penulis membuat hipotesis sebagai berikut : Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 1. Ekspor mempunyai pengaruh positif terhadap cadangan devisa di Indonesia 2. Impor mempunyai pengaruh negatif terhadap posisi cadangan devisa di Indonesia 3. Nilai tukar rupiah ( Kurs ) mempunyai pengaruh positif terhadap posisi cadangan devisa di Indonesia 1.4. T ujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Ekspor terhadap posisis cadangan devisa di Indonesia 2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Impor terhadap posisi cadangan Devisa di Indonesia 3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh nilai tukar Rupiah (kurs) terhadap posisi cadangan devisa di Indonesia. 1.5. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah 1. Sebagai bahan studi dan tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi terutama Departemen Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian selanjutnya. 2. Sebagai masukan bagi kalangan akademis dan peneliti yang tertarik untuk membahas mengenai topik yang sama Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 3. Sebagai proses pembelajaran dan penambah wawasan ilmiah penulis dalam disiplin ilmu yang penulis tekuni. Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Cadangan Devisa 2.1.1. Pengertian cadangan devisa Cadangan Devisa (Foreign Exchange Reserves) adalah simpanan oleh bank sentral dan otoritas moneter. Simpanan ini merupakan (asset/ aktiva) bank sentral yang tersimpan dalam beberapa (mata uang cadangan) (Reserve Currency) seperti dolar, euro, yen dan digunakan untuk menjamin (kewajibannya) yaitu mata uang lokal yang diterbitkan dan cadangan berbagai (bank) yang disimpan oleh bank sentral (Pemerintah). Cadangan devisa tidak hanya disimpan dalam bentuk mata uang asing melainkan dalam bentuk surat-surat berharga ataupun logam mulia. Bank Indonesia sebagai bank sentral negara Indonesia bertanggung jawab atas pengaturan lalu lintas devisa. Sistem cadangan devisa 1970 menerapkan sistem devisa bebas. Peraturan tentang devisa bebas tertuang dalam UU No 24, 1999. Tentang lalu lintas devisa dan sistem nilai tukar menggantikan UU lama yaitu UU No 32, 1964. Cadangan devisa bertambah ataupun berkurang tampak dalam neraca lalu lintas moneter. Cadangan devisa lazim diukur dengan rasio cadangan resmi terhadap impor, yakni jika cadangan devisa cukup untuk menutupi impor suatu negara selama 3 bulan, lazim dipandang sebagai tingkat yang aman, dan jika hanya 2 bulan atau Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 kurang maka akan menimbulkan tekanan terhadap neraca pembayaran. (Rustian Kamaludin,1999) Mulai Juli, 2000 Bank Indonesia mengubah konsep pencataatan cadangan devisa. Angka cadangan devisa yang dilaporkan hanya menggunakan konsep International Reserve and Foreign Currency (IRFCL) yang merupakan standar pelaporan secara internasional (SDDS-IMF). Perbedaan antara angka cadangan devisa yang berdasarkan konsep GFA dengan IRFCL terjadi karena perbedaan defenisi. IRFCL hanya asset yang tergolong liquid yang diperhitungkan, sebagai komponen international reserves dan penilaiannya menggunakan kurs yang berlaku saat tanggal pelaporan. Sedangkan dalam konsep GFA, tidak dibedakan tingkat liquiditas tersebut serta tidak digunakan kurs yang berlaku pada saat pelaporan melainkan kurs mata uang asing per 31 Maret 1998. Konsep IRFCL, berangkat dari standar penyebaran data khusus (Special Data Dissemination Standards / SDDS), yang merupakan bentuk penyajian data ekonomi melalui internet dengan menggunakan standar penyajian data Dana Moneter Internasional (IMF). Cakupan SDDS adalah sektor rill, sektor fiskal, sektor keuangan, sektor eksternal. Mengenai IRFCL, struktur metode tersebut terbagi menjadi devisa internasional (internasional reserves), perkiraan aliran bersih devisa yang terjadwal (predetermined short-term net drains), perkiraan aliran devisa yang bersifat siaga (contingent short-term net drains), dan memo item (Sumber;Bank Indonesia) Menurt Amir. M.S dalm Teoru & Penerapan Ekspor Impor sumber cadangan devisa suatu negara pada umumnya terdiri dari banyak sumber. Agar lebih terperinci Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 sumber tersebut kita bagi saja menjadi yang berasal dari dalam negeri dan dari luar sebagai berikut : Sumber Cadangan Devisa Indonesia Dalam Negeri Luar Negeri 1.Hasil penjualan ekspor barang maupun 1.Pinjaman yang diperoleh dari negara jasa, seperti hasil ekspor karet, kopi, asing, badan-badan internasional, serta minyak, timah, tekstil, kayu lapis, ikan, swasta asing, seperti pinjaman dari udang, anyaman rotan, topi pandan, dan IGGI(Inter Gouvermental Group on lain sebagainya. Begitu pula ahsil Indonesia), kredit dari World Bank ekspor dan Asia Development Bank dan jasa, seperti uang tambang(freight), angkutan, provisi dan Supplier’s komisi jasa perbankan, premi asuransi, swasta asing Credit dari perusahaan hasil perhotelan dan industri pariwisata 2. Hadiah atau grant dan bantuan dari lainnya. badan-badan 3. Laba dari penanaman modal luar PBB seperti UNDP, UNESCO, dan pemerintah asing. negeri, seperti laba yang ditransfer dari perusahaan milik pemerintah dan warga negara Indonesia yang berdomisili di luar negeri. 4.Hasil dari kegiatan pariwisata internasional. Seperti uang tambang, Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 angkutan, sewa hotel, uang pandu wisata. Dari bagan diatas kita dapat melihat bahwa 2 dari 4 sumber devisa negara berasal dari luar.Tidaklah heran negara-negara pembangun seporti Indonesia rentan akan intervensi pihak luar dalam perekonomiannya bahkan politiknya. Cadangan Devisa banyak disimpan dalam mata uang asing dalam hal ini dolar, yen, euro yang merupakan “Hard Currencies” mata uang keras di perdagangan internasional.Kegunaan dari Valuta asing yakni : 1. Mengimpor barang konsumsi, bahan baku industri dan sektor produksi lainnya, peralatan dan perlengkapan (barang modal), perlengkapan pertahanan, keamanan, dsb. 2. Melunasi jasa pihak asing, seperti jasa perbankan, asuransi, pelayaran, penerbangan, perekayasaan, wisatawan Indonesia dan lain-lain sektor jasa 3. Membiayai kantor perwakilan pemerintah Indonesia (Kedutaan dan Konsulat) di luar negeri 4. Melunasi hutang luar negeri Namun demikian dalam proses perdagangan internasional semua mata uang negara-negara barat dan negara-negara Asia bebas dipertukarkan di Indonesia (Freely Convertible), dan Dana Moneter Internasional (IMF) telah menyatakan mata uang rupiah, sebagai mata uang yang ‘convertible’ (dapat dipertukarkan dengan mata uang Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 asing). Transfer valuta asing ke dalam negeri, begitupun sebaliknya transfer dari luar ke dalam negeri juga bebas. (Amir,2003) Faktor utama sumber cadangan devisa Indonesia yang paling diandalkan adalah dari hasil ekspor (perdagangan internasional) sumber pemasukannya sangat besar menambah cadangan devisa. Ekspor-Impor share pendapatan nasional sebesar 30%. Dan ini akan menambah surplus devisa yang merupakan kas pemerintah dalam melakukan pembiayaan dan pembangunan. Posisi cadangan devisa Indonesia 1985 senilai US$ 5,846 Miliar. Tahun 1991 cadangan devisa US$ 9,868 Miliar. Pada tahun 1998 cadangan devisa Indonesia sebesar US$ 28,004 Miliar dan terus meningkat sampai tahun 2004 menjadi US$ 36,320 Miliar. Tahun 2005 cadangan devisa Indonesia menurun pada nilai US$ 34,724 Miliar dan Tahun 2007 meningkat kembali sebesar US$ 56,920 Miliar.Dan kini data terakhir per-Januari 2009 menunjukan posisi cadangan devisa Indonesia sebesar US$ 335,715 Milliar. 2.1.2. Teori Cadangan Devisa Cadangan devisa bertambah atau berkurang akan tampak dalam neraca lalu lintas moneter. Jika tandanya negatif (-) berarti cadangan devisa bertambah dan bila positif (+) bererti cadangan devisa berkurang. Seperti yang sudah dijelaskan bahwa cadangan devisa mengambil peranan penting dalam perdagangan internasional suatu negara maka tanpa ditopang cadangan devisa yang kuat, perekonomian suatu negara dapat runtuh dalam seketika. Seperti masa krisis yang dialami Indonesia. Karena pengaruh pembiayaan cadangan devisa guna keperluan impor, pembayaran utang serta serangan dari para spekulan mampu Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 menggoncang perekonomian negara kita. Hal ini berarti bahwa pertumbuhan cadangan devisa yang tinggi dalam kaitannya dengan krisis bersifat positif. (Tjahjono,1998) Menurut Tjahjono, Cadangan devisa suatu negara dipengaruhi oleh transaksi berjalan dan ekspor. Perkembangan transaksi berjalan suatu negara perlu diwaspadai dengan cermat, karena defisit transaksi berjalan yang berlangsung dalam jangka panjang dapat menekan cadangan devisa. Oleh karena itu defisit transaksi berjalan sering kali dipandang sebagai signal ketidakseimbangan makro ekonomi yang memerlukan penyesuaian nilai tukar atau kebijakan makro ekonomi yang lebih ketat. Laju ekspor yang tinggi akan menghasilkan hard currency yang dapat memperkuat cadangan devisa, namun mengakibatkan apresiasi 1 domestic currency, yang kemudian menambah jumlah uang beredar melalui NFA (Net foreign asset) pada akhirnya dapat mendorong inflasi. Ini merupakan suatu siklus ekonomi yang berkesinambungan dan erat kaitannya dalam proses pertahanan pengolahan cadangan devisa. Dalam rumus cadangan devisa dapat dilihat sebagai berikut : Cdvt = (Cdvt 1 + Tbt + TMt) Keterangan : Cdvt 1 = Cadangan devisa sebelumnya 1 Apresiasi adalah Kenaikan dalam nilai mata uang relatif terhadap mata uang lain di pasar valuta asing. Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 Tbt = Transaksi berjalan Tmt = Transaksi modal 2.1.3. Cadangan devisa dalam makro ekonomi A. Makro ekonomi Ilmu ekonomi dipelajari karena mempunyai kegunaan yakni memberikan petunjuk-petunjuk mengenai kebijaksanan apa yang bisa diambil untuk menanggulangi suatu permasalahan ekonomi tertentu. Ekonomi makro sebagai suatu cabang dari ilmu ekonomi berkaitan dengan permasalahan kebijaksanaan tertentu, yaitu permasalahan kebijakan makro yakni masalah-masalah yang berkaitan dengan pengolahan dan pengendalian umum perekonomian, agar perekonomian bisa bekerja dan tumbuh secara keseimbangan umum. Terhindar dari penyakit makro ekonomi yakni inflasi, perdagangan, ketimpangan neraca pembayaran. Dalam makro ekonomi terdapat 4 pasar yang saling berhubungan ( Pasar Barang, pasar Uang, Pasar Modal, Pasar Luar negerii) . Pasar luar negeri yang merupakan orientasi langsung dari pasar ekspor-impor mempunyai peranan sangat besar bagi cadangan devisa Indonesia. Pasar luar negeri dapat dijelaskan sebagai pasar yang menunjukan permintaan dunia akan hasil-hasil ekspor kita bertemu dengan penawaran dari hasil-hasil tersebut yang bisa disediakan oleh para eksportir kita dan pada sisi lain, permintaan (kebutuhan) negara kita akan barang-barang impor bertemu dengan penawaran barang-barang tersebut oleh pihak luar negeri (supply barang-barang impor).(Boediono.) Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 Sumbangan atas jasa dan perdagangan telah mampu membawa pergerakan positif atas cadangan devisa. Oleh karena itu komponen ini dianggap penting oleh negara dan menganggap bahwa pembukaan diri terhadap pasar luar negeri akan menguntungkan negara. Sesuai dengan pandangan tokoh ekonomi modern John M Keynes 2 yang mengangap bahwa pembukaan diri suatu negara akan menguntungkan negara tersebut. Di pasar luar negeri permintaan akan barang ekspor kita bersama dengan penawaran akan barang tersebut menunjukan harga rata-rata ekspor kita dan kuantitas atau volume harga. Harga rata-rata dikalikan volume ekspor memberikan devisa dari ekspor. Di pasar yang sama permintaan masyarakat kita akan barang-barang impor dan menentukan harga rata-rata impor dan volume impor. Juga disini, harga rata-rata dikalikan volume impor memberikan pengeluaran devisa kita untuk impor barang/ jasa tersebut. Untuk pasar luar negeri sering kali kita menggabunggkan pasar ekspor dan impor dan mengamati apa yang terjadi dengan : a) Neraca perdagangan yaitu penerimaan apabila devisa ekspor dikurangi pengeluaran devisa untuk impor, atau neraca pembayaran apabila kita ingin pula mengetahui tentang aliran keluar-masuknya modal. b) Dasar penukaran Luar negeri (Terms of Trade) 3. Yaitu hanya harga ratarata ekspor kita dibagi dengan harga rata-rata impor kita. 2 J.M.Keynes pemikir ekonomi sumbangan terbesarnya dalam teori-teori ekonomi tertuang dalam buku ‘ The General Theory of Employment,Interst,and Money’ 1936 di Inggris. 3 Terms of Trade Rasio antara harga yang dibayar untuk impor dengan harga yang diperoleh dari ekspor dari suatu Negara.(Ekspor Impor.Amir MS) Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 c) Cadangan devisa, yaitu persediaan devisa yang kita punyai pada awal tahun plus saldo neraca pembayaran. Hal ini berarti cadangan devisa sangat erat kaitannya dalam penentuan kebijakan ekonomi makro dalam negara kita. Karena setiap kebijakan makro yang ada pastinya memiliki pengaruh terhadap perkembangan cadangan devisa dan begitu pula sebaliknya pengaruh posisi cadangan devisa terhadap kebijakan makro ekonomi yang diambil pemerintah. Guna memperlancar sistem pembiayaan pasar luar negeri serta menghindar dari penyakit-penyakit makro ekonomi yang mampu menghambat pertumbuhan ekonomi. B. Pengaruh perekonomian terbuka terhadap cadangan devisa Benjamin franklin mengatakan “Tidak ada negara yang dihancurkan oleh perdagangan“. Sebagian besar negara di dunia ini menganut perekenomian terbuka, mereka mengekspor barang dan jasa ke luar negeri, mereka mengimpor barang dan jasa dari luar negeri, dan mereka meminjam dan memberi pinjaman pada pasar keuangan dunia. Pentingnya interaksi internasional ini menunjukan ekspor, impor sebagai persentase dari GDP. Perdagangan bahkan merupakan sentral untuk menganalisis pembangunan ekonomi dan merumuskan kebijakan-kebijakan ekonomi. Di saat perekonomian terbuka bekerja, maka arus dana internasional merupakan suatu komponen didalamnya. Pola pembiayaan luar negeri akan mempengaruhi peranan serta besar kecilnya cadangan devisa negara. Hal ini pula akan menentukan apakah suatu negara merupakan negara donor atau negara Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 pengutang di pasar dunia, hingga pada akhirnya minilik bagaimana kebijakankebijakan di dalam negeri dan diluar negeri mempengaruhi arus modal dan barang. Pada perekonomian terbuka, pengeluaran suatu negara dalam tahun tertentu tidak perlu sama dengan output barang dan jasanya. Suatu negara bisa melakukan pengeluaran lebih banyak ketimbang produksinya dengan meminjam dari luar negeri, atau ia bisa melakukan pengeluaran lebih banyak dari produksinya dengan meminjam dari luar negeri. Pembagian pengeluaran menjadi empat komponen dan ditunjukan dalam identitas Y = C + I + G + EX Dimana : Cd , konsumsi barang dan jasa domestik Id , investasi dalam barang dan jasa domestik Gd, pembelian barang dan jasa domestik pemerintah Jumlah dari tiga simbol pertama, Cd + Id + Gd, adalah pengeluaran domestik pada barang dan jasa domestik, simbol keempat, EX, adalah pengeluaran luar negeri pada barang dan jasa domestik. Pengeluaran domestik pada seluruh barang dan jasa adalah jumlah pengeluaran domestik pada barang dan jasa domestik serta barang dan jasa mancanegara. Maka konsumsi total C sama dengan konsumsi barang dan jasa domestik Cd ditambah konsumsi barang dan jasa mancanegara Cf, investasi total I sama dengan investasi dalam barang dan jasa domestik Id ditambah investasi dalam Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 barang dan jasa mancanegara If, dan pembelian pemerintah total G sama dengan pembelian pemerintah barang dan jasa domestik Gd ditambah pembelian barang dan jasa mancanegara Gf, jadi C = Cd + Cf I = Id + If G = Gd + Gf Ketiga persamaan ini disubsitusikan menjadi : Y = (C-Cf) + ( I-If) + (G-Gf) + EX Persamaan ini bisa diubah menjadi Y = C + I + G + EX – ( Cf + If + Gf) Jumlah pengeluaran domestik pada barang dan jasa mancanegara (Cf + If + Gf) adalah jumlah pengeluaran pada impor (IM). Jadi, kita bisa menuliskan identitas pos pendapatan nasional tersebut menjadi Y = C + I + G +EX- IM Karena pengeluaran pada impor dimasukkan dalam pengeluaran domestik (C + I + G), dan karena barang dan jasa yang diimpor dari luar negeri adalah bagian dari output dari suatu negara, persamaan ini mengurangi pengeluaran pada impor. Mendefenisikan ekspor bersih (net exports) menjadi ekspor dikurang impor (NX = EX- IM), identitas itu menjadi Y = C + I + G + NX Persamaan ini menyatakan bahwa pengeluaran pada output domestik adalah jumlah dari konsumsi, pembelian pemerintah, dan ekspor bersih. Ini adalah bentuk Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 identitas pos pada pendapatan nasional yang menunjukan bagaimana output domestik, pengeluaran domestik, dan ekspor bersih dikaitkan. Dengan demikian, NX = Y – (C + I + G) (Ekspor bersih) = Output – Pengeluaran domestik Persamaan ini menunjukan bahwa dalam perekonomian terbuka, pengeluaran domestik tidak perlu sama dengan output barang dan jasa. Hal ini yang pada akhirnya mengarah pada fungsi cadangan devisa suatu negara apakah devisa masih mampu bertahan melakukan pembiayaan barang-barang impor atau bagaimana kondisi tingkat cadangan devisa setelah mengalami perdagangan. Mengalami surplus atas ekspor atau malah defisit sehingga mengharuskan suatu negara melakukan utang guna membiayai pengeluarannya. 2.1 EKSPOR 2.1.1. Pengertian Ekspor Ekspor adalah pengiriman barang keluar Indonesia dari peredaran. Keluar dari Indonesia berarti keluar dari daerah pabean Indonesia atau keluar dari yuridiksi Indonesia (Purba,1997). Ekspor adalah upaya menjalankan atau melakukan penjualan komoditas yang kita miliki kepada bangsa lain atau negara asing sesuai dengan ketentuan pemerintah dengan mengharapkan pembayaran dalam valuta asing, serta melakukan komunikasi dengan bahasa asing (Amir,2004) Jadi hasil yang diperoleh dari kegiatan mengekspor adalah berupa nilai sejumlah uang dalam valuta asing atau biasa disebut dengan istilah devisa, yang juga Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 merupakan salah satu sumber pemasukan negara. Sehingga ekspor adalah kegiatan perdagangan yang memberikan rangsangan guna menimbulkan permintaan dalam negeri yang menyebabkan timbulnya industri-industri pabrik besar, bersamaan dengan struktur positif yang stabil dan lembaga sosial yang efisien (Todaro,2000) Ekspor adalah salah satu sektor perekonomian yang memegang peranan penting dan melalui perluasan pasar sektor industri akan mendorong sektor industri lainnya dan perekonomian (Meier,1996:313) kesimpulannya ekspor merupakan sumber devisa ditambah perluasan pasar bagi produksi barang domestik dan perluasan tenaga kerja. (Marie Muhamad, www.fiskal.depkeu.go.id) Perlu adanya pertimbangan-pertimbangan kebijakan yang mengarah perluasan ekspor. Terlebih karena kompenen ini merupakan sumber devisa kita 70%. Yang mendorong perilaku ekspor pada awalnya adalah komitmen suatu negara untuk terbuka terhadap perdagangan internasional. Dalam teori Thomas Munn (Tokoh ekonomi klasik) menyatakan perdagangan internasional akan menguntungkan neraca pembayaran suatu negara asalkan mencapai X>M (Ekspor lebih besar dari Impor) melalui asumsi ini banyak negara tergiur untuk melakukan pembukaan diri dan melakukan perdagangan internasional bahkan menargetkan pencapai perluasan ekspor. Segala kelebihan produksi dalam negeri diharapkan mampu diperdagangkan diluar negeri serta menghasilkan keuntungan bagi negara daripada kelebihan barang justru hanya akan berdampak terhadap kelebihan barang dalam negeri yang mampu menjadikan inflasi dalam negeri, maka asumsi melakukan pelemparan barang keluar Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 mampu memberi dampak keuntungan yang lebih bagi suatu negara. Menurut teori asumsi klasik melaui Adam Smith “Absolut Advantage“ yang menekankan bahwa perdagangan bebas pastinya akan membawa suatu keuntungan bagi negara yang berdagang. Peranan sektor Ekspor antara lain : a. Memperluas pasar diseberang lautan bagi barang-barang tertentu, seperti yang ditekankan oleh para ahli ekonomi klasik, suatu industri dapat tumbuh dengan cepat jika industri itu dapat menjual hasilnya diseberang lautan daripada hanya dalam pasar negeri yang sempit. b. Ekspor menciptakan permintaan efektif yang baru. Akibatnya barang-barang dipasar dalam negeri mencari inovasi yang ditujukan untuk menaikan produktivitas. c. Perluasan kegiatan ekspor mempermudah pembangunan, karena industri tertentu tumbuh tanpa membutuhkan investasi dalam kapital sosial sebanyak yang dibutuhkan seandainya barang-barang tersebut akan dijual didalam negeri, misalnya karena sempitnya pasar dalam negeri akibat tingkat pendapatan rill yang rendah atau hubungan transportasi yang memadai. Dengan demikian, selain menambah peningkatan produksi barang untuk dikirim keluar negeri, ekspor juga menambah permintaan dalam negeri. Permintan efektif 4 yang merupakan harapan pemerintah dapat terpenuhi guna menunjukan kesejahteraan bangsa. Sehingga secara tidak langsung permintaan luar negeri 4 Permintaan efektif adalah permintaan yang disertai kemampuan membeli dari masyarakat. Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 mempengaruhi industri dalam negeri untuk menggunakan faktor produksinya. Misalnya modal dan juga menggunakan metode produksi yang lebih murah dan efisien sehingga harga dan mutu dapat bersaing di pasar Internasional. 2.2.2. Strategi-strategi kebijakan ekspor Indonesia merupakan kelompok negara berkembang (Negara Dunia Ketiga) 5 dalam perjalananya kelompok negara ini merupakan negara-negara yang tertinggal dalam mengawali pembangunannya bahkan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonominya. Hal ini disebabkan banyak negara Dunia Ketiga merupakan bekas jajahan ataupun akibat kondisi lainnya. Hingga untuk mengawali perbaikan diri tentunya banyak berkaca terhadap negara-negara maju (Dunia Pertama) yang notabene merupakan negara yang sudah kuat fundamental pembangunan maupun perekonomiannya. Dan memang sudah terlebih dahulu berbenah diri. Profesor Lance Taylor 6 memberikan ulasan yang bagus sekali ketika mengatakan Dapat dipastikan bahwa kemampuan ekspor merupakan mesin pertumbuhan. Akan tetapi keunikan sejarah dan lingkungan geografis yang dimiliki negara-negara industri baru semakin memperbesar keraguan mengenai bagaimana mungkin kemampuan ekspor itu dapat dimiliki secara universal oleh semua negara. Apa yang harus dituntut oleh negara-negara Dunia Ketiga dari tatanan ekonomi internasional adalah proteksi-proteksi terhadap kepentingan-kepentingan 5 Negara Dunia ketiga merupaka istilah bagi Negara-negara berkembang penganut sisitem ekonomi campuran, namun lebih mengarah pada sisitem Liberal yang banyak dipakai Negara Dunia Pertama sebagai Negara Industri. 6 Lance Taylor,’Back to basic; Theory for the rhetoric in North-South Negotiation,Word Development (Todaro,2000) Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 mereka yang sah menurut hukum dibidang perdagangan, bukan hanya sekedar konsesi-konsesi perdagangan. (Santiago Resolution of Thord World Social Scientist, April 1997 ). Sasaran dari setiap strategi kebijakan yang dipakai adalah satu, yakni bagaimana menentukan peningkatan pembangunan di negara-negara Dunia Ketiga. Kebijakan khusus ini menuntut perhatian setiap negara berkembang memilih antara fokus melihat ke luar atau ke dalam. Kata-kata Profesor Paul Streeten7, kebijakan yang memandang ke luar tidak hanya mendorong perdagangan bebas tapi juga menggerakan secara bebas modal, tenaga kerja, perusahaan dan pelajar, perusahaan multinasional, dan suatu sistem terbuka untuk komunikasi. Sedangkan kebijakan ke dalam mengarah pada usaha pengembangan pembangunan mereka sendiri dan menjadikan mereka tuan atas nasib mereka sendiri. Ini berarti kebijakan ini mendorong semangat pribumi untuk ”belajar dengan bekerja“ dibidang manufaktur dan membangun teknologi-teknologi tepat guna yang digali dari khazanah kebudayaan mereka sendiri sesuai dengan anugerah sumber daya negara yang dimiliki. Kedua arah kebijakan ini dapat diklasifikasikan menjadi strategi kebijakan Perluasan ekspor yang memandang keluar serta strategi kebijakan subsitusi impor yang memandang kedalam. Akan tetapi antara mayoritas negara Dunia Ketiga memilih strategi subsitusi impor dan beberapa berlaku hingga sampai saat ini termasuk didalamnya Indonesia. Perlu diketahui apa yang membedakan dua strategi 7 P.Streeten,’Trade Strategies for Development; some themes for the seventies’;World Development (Todaro.2000) Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 ini. Para pendukung ataupun yang menganjurkan subsitusi impor percaya bahwa negara-negara sedang berkembang harus pertama-tama mensubsitusi produksi dalam negeri sebelum mengimpor barang-barang konsumsi sederhana (subsitusi impor tahap pertama) dan kemudian mensubsitusi melalui produksi dalam negeri untuk suatu jajaran yang lebih luas barang manufaktur yang lebih canggih (subsitusi impor tahap kedua) semua dibalik proteksi “ industri anak “ (sebutan untuk industri dalam negeri) untuk tarif yang tinggi dan kuota-kuota atas impor. Dalam jangka panjang penganjur subsitusi impor mengutip sasaran ganda diversifikasi industri dalam negeri yang lebih besar dan kemampuan yang tertinggi untuk mengekspor barang-barang yang sebelumnya telah diproteksi karena ekonomi dalam skala besar (economies of scale) dan biaya tenaga kerja yang rendah telah menyebabkan harga dalam negeri menjadi lebih kompetitif dengan harga dunia. (Todaro,2000) A. Strategi Ekspor Secara Umum Strategi ekspor berkaitan dengan masalah strategi yang dapat memberikan peluang lestarinya status komoditi ekspor sebagai market leader. Empat alternatif strategi yang lain dikenal dengan four Generic International Strategies secara ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut (Tulus Tambunan, 2002). 1). Dynamic high Technology Strategy (DHTS) Yaitu strategi yang dapat memberikan peluang kepada perusahaan untuk menjadi market leader melalui inovasi teknologi yang tepat dan dilakukan secara terus-menerus. Untuk menjalankan strategi ini perusahaan harus memberikan Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 perhatian dan prioritas yang tinggi terhadap masalah R dan D (Research and Development) dan melakukan strategic partnership. 2). Low of Stable Technology Strategy (LSTS) Strategi ini memberikan peluang kepada perusahaan untuk menjadi market leader karena kemampuannya memelihara brand identity economic of scale, manufacturing knowhow, standar produksi, dan penyediaan suku cadang yang terdapat secara global. Kalau dilihat persyaratan strateginya, sebenarnya yang diperlukan oleh perusahaan adalah bagaimana dapat memelihara citra perusahaan dan reputasi bisnisnya. 3. Advanced Management Skills Strategy (AMSS) Yaitu strategi yang memberikan peluang pada perusahaan untuk menjadi market leader karena kemampuannya menerapkan manajemen yang tepat, khususnya dalam hal pemasaran dan koordinasi. Untuk itu, perusahaan harus memiliki perencanaan yang baik dalam bidang manajemen pemasaran, keuangan, dan organisasi. Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 B.ProsedurEkspor Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 2.2.3. Barang-barang komoditi ekspor Guna melihat pemilihan strategi yang berlaku di negara-negara Dunia Ketiga serta dengan menyediakan suatu latar belakang konseptual tentang pemilihan strategi kebijakan perdagangan diatas, secara lebih rinci dapat dikategorikan menjadi 4 bagian yakni a. Primary outward-looking policies (Peningkatan ekspor bahan mentah dan pertanian) b. Secondary outward-looking policies (Peningkatan ekspor manufaktur) c. Primary inward-looking policies (Terutama ditujukan untuk swasembada pangan dan hasil pertanian) d. Secondary inward-looking policies (Swasembada komoditas manufaktur melalui subsitusi impor) Sebagaimana negara-negara Dunia Ketiga menitikberatkan pada produksi barang-barang manufaktur, yang pertama-tama dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri (Secondary inward-looking) para negara berkembang juga merupakan negara yang banyak mengandalkan pruduk primer dalam artian kelebihan produksinya adalah barang primer ataupun pertanian. pengekspor masih percaya produk-produk primer untuk mendapatkanya lebih dari 70 % dari seluruh ekspor mereka. Dengan beberapa pengecualian negara-negara eksportir minyak dan sebahagian kecil negara-negara pengekspor barang tambang yang dibutuhkan oleh Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 pasar dunia, ternyata pertumbuhan ekspor primer negara berkembangpun kecil sekali dibandingkan keseluruhan perdagangan dunia.(Todaro,2000) 2.2.4. Aneka Cara Ekspor Dalam melaksanakan ekspor ke luar negeri dapat ditempuh beberapa cara antara lain sebagai berikut (Amir MS, 2003): a). Ekspor Biasa Dalam hal ini barang dikirim ke luar negeri sesuai dengan peraturan umum yang berlaku, yang ditujukan kepada pembeli di luar negeri untuk memenuhi suatu transaksi yang sebelumnya sudah diadakan dengan importir di luar negeri. b). Barter Yang dimaskud dengan barter adalah pengiriman barang-barang ke luar negeri untuk ditukarkan langsung dengan barang yang dibutuhkan dalam negeri. Dalam hal ini pengiriman barang, tidak menerima pembayaran dalam mata uang asing, tapi dalam bentuk barang yang dapat dijual di dalam negeri untuk mendapatkan kembali pembayaran dalam mata uang rupiah. c). Konsinyasi Yang dimaksud dengan konsinyasi adalah pengiriman barang ke luar negeri untuk dijual sedangkan hasil penjualannya diperlakukan sama dengan hasil ekspor biasa, di dalam hal pengiriman barang sebagai barang konsinyasi belum ada pembeli yang tertentu di luar negeri. Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 Cara penjualan di luar negeri dapat dilaksanakan dengan penjualan di pasar bebas, atau juga mungkin dengan mengikutsertakan barang tersebut di dalam pelelangan atau yang biasa disebut juga pada “commodities Exchange”. d). Package-Deal Dalam rangka memperluas pasaran hasil bumi kita terutama dengan negaranegara sosialis, pemerintah adakalanya mengadakan perjanjian perdagangan (trade agreement) dengan salah satu negara. Pada perjanjian ditetapkan sejumlah barang tertentu akan diekspor ke negara itu dan sebaliknya dari negara itu akan diimpor sejumlah jenis barang yang dihasilkan di negara tersebut dan yang kiranya kita butuhkan. Pada prinsipnya semacam barter, namun terdiri dari aneka komoditi. e). Penyelundupan (Smuggling) Setiap usaha yang bertujuan memindahkan kekayaan dari satu negara ke negara lain tanpa memenuhi ketentuan yang berlaku dapat dianggap sebagai usaha penyelundupan atau smuggling. Bahaya dari setiap penyelundupan terletak adanya pelarian dari kekayaan ke luar negeri (assets flight) tanpa mendapatkan suatu kompensasi. Hal ini berarti suatu pengurasan atas kekayaan negara dan masyarakat. Penyelundupan dapat dibagi dalam garis besarnya menjadi dua bagian yakni: 1. Yang seluruhnya dilakukan secara illegal. 2. penyelundupan administratif yang dilakukan dengan cara membonceng pada prosedur yang legal. Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 2.3.5. Masalah Ekspor a). Masalah pengumpulan dan masalah angkutan darat Masalah pengumpulan merupakan persoalan tersendiri, bagaimana caranyamengumpulkan barang itu dari tempat-tempat kecil dan dari produsen terbesar itu. Apakah masih harus dipertahankan adanya tengkulak dan pengijon hasil bumi, ataukah koperesai-koperasi desa harus digerakkan untuk keperluan ini, atau masih adakah suatu cara yang lebih sempurna. Bidang prasarana ekonomi memang belum sempurna, sehingga dalam banyak hal menjadi hambatan dalam usaha ke arah perbaikan dalam bidang-bidang lain (Amir MS, 2003). b). Masalah pembiayaan Rupiah Persoalan pembiayaan ini merupakan persoalan yang penting pula, apakah keuangan sendiri dari setiap pengusaha cukup kuat untuk membiayainya, ataukah tidak perlu bantuan dari bank-bank pemerintah atau badan-badan keuangan lainnya. Kalau demikian halnya sampai sejauh mana pemerintah dapat memberikan bantuan dalam pemecahan persoalan pembiayaan rupiah ini. c). Masalah Sortasi dan Up-grading Baik di desa maupun di kota-kota pelabuhan barang-barang yang sudah terkumpul harus disimpan dengan baik dan dimasukkan di dalam karung ataupun peti yang kuat sehingga terhindar dari kemungkinan kerusakan selama dalam penyimpanan atau selama dalam perjalanan. d) Masalah Pergudangan dan Pengepakan (Amir MS, 2003:45). Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 Kekurangan-kekurangan dalam mempersiapkan barang-barang yang akan dikirim ke luar negeri, pasti akan membawa konsekwensi yang tidak diharapkan. Disamping merupakan kegagalan dalam usaha mendapatkan devisa juga akan menjatuhkan nama baik sebagai eksportir maupun sebagai negara produsen f). Masalah Pemasaran Ada 3 hambatan pokok dalam pemasaran komoditi kita (Amir MS, 2003): 1. Daya saing yang rendah dalam harga dan waktu penyerahan, sebagai akibat biaya tinggi dan kebiasaan kerja aparatur yang birokratis. 2. Daya saing sering dianggap masalah intern (Micro) eksportir padahal sesungguhnya masalah nasional yang tak mungkin diatasi pengusaha sendirisendiri. 3. Saluran pemasaran tidak berkembang di luar negeri, karena tidak mengembangkan Wisma dagang (Multi commodity trader). 2.2.6. Teori - Teori A. Teori Keunggulan Mutlak (Absolut Advantage) – Adam Smith Teori keunggulan atau keuntungan absolut dari Adam Smith sering disebut dengan teori murni perdagangan internasional. Dasar pemikiran dari teori ini adalah bahwa suatu negara akan melakukan spesialisasi terhadap produksi dan ekspor suatu (atau beberapa) jenis barang tertentu, di mana negara tersebut memiliki keunggulan absolut dan tidak memproduksi atau impor suatu (atau beberapa) jenis barang tertentu dimana negara tersebut tidak mempunyai keunggulan absolut atas negara lain yang memproduksi jenis barang yang sama, atau suatu negara akan mengekspor Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 (mengimpor) barang X jika negara itu dapat (tidak dapat) memproduksinya lebih efisien atau murah dibandingkan negara lain. Jadi, teori ini menekankan bahwa efisiensi dalam penggunaan faktor produksi, misalnya tenaga kerja, di dalam proses produksi sangat menentukan keunggulan atau tingkat daya saing dari negara bersangkutan. Tingkat keunggulan diukur berdasarkan nilai tenaga kerja yang sifatnya homogen (Tulus Tambunan, 2004:47). B. Teori Keunggulan Komparatif – John S. Mill dan David Ricardo Persoalan dari teori keunggulan mutlak dari Adam Smith adalah bahwa perdagangan internasional akan terjadi jika negara-negara yang terlibat saling memperoleh manfaatnya, dan menurut Adam Smith hal ini hanya dapat terjadi apabila masing-masing negara memiliki keunggulan absolute yang berbeda. Implikasinya, jika Indonesia memiliki keunggulan mutlak atas AS untuk A dan B, yang berarti Indonesia mengekspor kedua jenis barang tersebut ke AS, maka perdagangan antara kedua negara tersebut tidak akan terjadi karena hanya Indonesia yang akan mendapat manfaatnya. Hal ini tidak dipikirkan oleh Adam Smith, dan ini merupakan kelemahan utama dari teorinya. Maka muncullah pemikiran dari John S. Mill dan David Ricardo, yang disebut sebagai teori keunggulan komperatif (atau teori biaya komparatif, yang dapat dianggap kritik dan sekaligus usaha penyempurnaan/perbaikan terhadap teori keunggulan absolute). Dasar pemikiran dari Ricardo maupun Mill mengenai penyebab terjadinya perdagangan antarnegara pada prinsipnya tidak berbeda dengan dasar pemikiran dari Adam Smith. Perbedaannya hanya pada cara pengukuran Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 keunggulan suatu negara, yakni dilihat komparatif biayanya, bukan perbedaan absolutnya. J.S. Mill beranggapan bahwa suatu negara akan mengkhususkan diri pada mengekspor barang tertentu bila negara tersebut memiliki keunggulan komparatif terbesar dan akan impor barang tertentu bila negara tersebut memiliki kerugian komparatif atau keunggulan komparatif terendah. Sedangkan dasar pemikiran dari David Ricardo adalah bahwa perdagangan antara dua negara akan terjadi bila masing-masing negara memiliki biaya relatif yang terkecil (atau produktivitas TK relatif yang terbesar) untuk jenis barang yang berbeda. Jadi penekanan Ricardo pada perbedaan efisiensi atau produktivitas relatif antar negara dalam memproduksi dua (atau lebih) jenis barang yang menjadi dasar terjadinya perdagangan internasional (Tulus Tambunan, 2004). C. Teori Pertumbuhan Schumpeter Ahli ekonomi Neo-klasik yang terkenal, yaitu Yoseph Schumpeter, dalam bukunya “The Theory of Economics Development” menekankan tentang peranan pengusaha dalam pembangunan. Menurutnya pembangunan ekonomi bukan merupakan proses yang harmonis atau gradual, tetapi merupakan perubahan yang spontan dan terputus-putus (discontinuous). Pembangunan ekonomi disebabkan oleh karena adanya perubahan-perubahan terutama dalam lapangan industri dan perdagangan. Sebagaiman kunci dari teori Schumpeter adalah bahwa untuk perkembangan ekonomi, faktor yang terpenting adalah enterprenuer, yaitu orang yang memiliki inisiatif untuk perkembangan produk nasional. Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 Schumpeter berkeyakinan bahwa pembangunan ekonomi diciptakan oleh inisiatif golongan pengusaha yang inofativ, yaitu golongan masyarakat yang mengorganisasi barang-barang yang diperlukan masyarakat secara keseluruhan. Merekalah yang menciptakan inovasi dan pembaharuan dalam perekonomian. Pembaharuan yang diciptakan oleh para pengusaha itu dalam bentuk: a). Memperkenalkan barang baru. b). Menggunakan cara-cara baru dalam memproduksi barang. c). Memperluas pasar barang ke daerah-daerah baru. d). Mengembangkan sumber bahan mentah yang baru. e). Mengadakan reorganisasi dalam suatu perusahaan atau industri. Selanjutnya Schumpeter membedakan penanaman modal dalam perekonomian menjadi dua golongan, yaitu penanaman modal otonom (otonomous investment), dan penanaman modal terpengaruh (induced investment). Otonomous investment dalam jangka panjang ditentukan oleh penemuan alam baru dan kemajuan teknologi. Oleh karena itu penanaman modal otonomi berarti penanaman modal untuk menciptakan pembaharuan. Sedangkan penanaman modal terpengaruh (induced investment) adalah penanaman modal sebagai akibat adanya kenaikan dalam produksi, pendapatan, penjualan atau keuntungan-keuntungan perusahaan. Setelah berlakunya perkembangan penemuan diatas menurutnya akan muncul kekuatan yang menimbulkan depresi perekonomian. Kekuatan tersebut antara lain bersumber dari kegagalan para pengusaha yang mengadakan pembaharuan dimana mereka bersaing berebut pasaran, produksi banyak tetapi tidak laku dijual. Mereka Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 lalu menutup usahanya. Keadaan ini akan menciptakan perubahan ketidakpastian dan resiko perusahan yang sangat tinggi yang akan menyebabkan para pengusaha tidak dapat mengadakan ramalan tentang prospek penanaman modal, yang pada gilirannya mereka enggan untuk mengadakan pembaharuan, dan terciptalah apa yang dinamakan resesi (Suryana, 2000:57). 2.3 IMPOR 2.3.1. Pengertian Impor Impor adalah pengiriman barang dagangan dari luar negeri ke pelabuhan di seluruh wilayah Indonesia kecuali wilayah bebas yang dianggap luar negeri, yang bersifat komersial maupun bukan komersial. Barang-barang luar negeri yang diolah dan diperbaiki di dalam negeri dicatat sebagai barang impor meskipun barang tersebut akan kembali keluar negeri. Dalam statistik perdagangan internasional impor samadengan perdagangan dengan cara memasukkan barang dari luar negeri kedalam wilayah pabean Indonesia dengan memenuhi ketentuan yang berlaku. Impor mempunyai sifat yang berlawanan denga ekspor. Impor suatu negara berkorelasi dengan output dan pendapatan negara tersebut secara positif. Permintaan untuk impor tergantung pada harga relatif atas barangbarang luar negeri dan dalam negeri. Oleh karena itu volume dan nilai impor akan dipengaruhi output dalam negeri dan harga relatif antara barang-barang buatan dalam negeri dan buatan luar negeri. Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 Impor berlawanan dengan ekspor. Ekspor dapat dikatakan injeksi bagi perekonomian namun impor merupakan kebocoran dalam pendapatan nasional. m = ∆M / ∆Y Dimana m = Marginal propensity to consume ∆M = Pertambahan impor ∆Y = Pertambahan pendapatan Impor ditentukan oleh kesanggupan / kemampuan dalam meghasilkan barangbarang yang bersaing dengan buatan luar negeri. Yang berarti nilai impor tergantung dari nilai tingkat pendapatan nasional negara tersebut. Makin tinggi tingkat pendapatan nasional , serta semakin rendah kemampuan dalam menghasilkan barangbarang tertentu , maka impor pun akan semakin tinggi. Sebagai akibatnya banyak kebocoran dalam pendapatan nasional. Secara matematis, hubungan impor dan pendapatan nasional dapat ditulis sebagai berikut; M = Mo + mY Dimana : M = Jumlah Impor Mo = Jumlah impor yang nilainya tidak ditentukan m = Marginal propensity to impor Y = Pendapatan nasional 2.3.2. Kebijakan Susbsitusi Impor Selama lebih dari dua dasawarsa terakhir, negara-negara sedang berkembang menghadapi menurunnya daya serap pasar dunia bagi produk-produk primer mereka, menigkatnya defisit transaksi berjalan pada neraca-neraca pembayaran dan adanya Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 rasa percaya terhadap mistik industrialisasi, mendorong negara-negara Dunia Ketiga termasuk Indonesia untuk mengejar apa yang umum diketahui sebagai strategi pembangunan “subsitusi impor”. Ini menyebabkan timbulnya suatu usaha untuk mengganti komoditas , biasanya produk manufaktur yang dahulu di impor dengan sumber-sumber produksi dan sediaan dalam negeri. Strategi yang tipikal ini, pertamatama adalah menciptakan rintangan tarif atau kuota terhadap komoditas tertentu yang diimpor, kemudian berusaha mendirikan industri lokal yang mempoduksi barangbarang yang dahulu mereka impor- yaitu beberapa barang seperti radio, sepeda, atau alat-alat listrik rumah tangga. Strategi yang tipikal ini melibatkan kerjasama dengan perusahaan asing yang didorong untuk mendirikan pabrik dibalik dinding proteksi tarif dan pemberian keringanan pajak dan memperoleh insentif investasi. Walaupun biaya awal produksi akan mendorong harga eceran lebih tinggi jika dibandingkan dengan harga impor, tetapi pemikiran ekonomi yang mendasari pembangunan operasi manufaktur subsitusi impor adalah bahwa industri akan mengenyam keuntungan produksi dalam skala yang besar dan biaya produksi yang rendah (ini yang dinamakan ‘industri anak’ untuk proteksi tarif) atau bahwa neraca pembayaran akan membaik berhubung impor barang-barang konsumsi dapat dibatasi. Seringkali suatu kombinasi dari kedua argumen itu diajukan. Pada akhirnya, diharapkan, industri anak akan tumbuh berkembang dan mampu bersaing di pasaran dunia. Ini nantinya dapat meningkatkan penghasilan devisa ekspor segera setelah mampu menurunkan biaya rata-rata produksinya. A. Tarif Industri anak dan Teori proteksi Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 Sebuah mekanisme yang prinsipil dari strategi subsitusi impor adalah peningkatan dinding tarif proteksi (yaitu pajak yang tinggi atas barang-barang impor) atau kuota (yang berdasarkan undang-undang membatasi kuantitas impor) di balik mana industri-industri subsitusi impor dimungkinkan untuk beroperasi. Rasionalisasi ekonomi dasar proteksi demikian itu adalah argumen ‘industri anak’ yang disebutkan pada bagian sebelumnya. Proteksi tarif terhadap komoditas yang diimpor diperlukan, demikian argumen itu, agar mengijinkan para produsen dalam negeri yang sekarang lebih dihargai lebih tinggi, cukup waktu untuk ‘belajar bisnis’ dan menerima skala ekonomis dalam produksi yang diperlukan untuk menurunkan biaya dan harga perunit barang. Dengan waktu yang cukup dan proteksi yang cukup, ‘anak’ itu akhirnya akan tumbuh dan berkembang, mampu berkompetisi secara langsung dengan para produsen negara maju, dan oleh karena itu, tidak lagi diperlukan proteksi demikian. Terutama, seperti dalam kasus banyak subsitusi impor sebelumnya, banyak negaranegara berkembang akan dapat menghasilkan tidak hanya untuk pasar dalam negeri tanpa dinding tarif, tetapi dapat juga mengekspor barang-barang manufaktur mereka yang sekarang biayanya lebih rendah ke berbagai negara. Dengan demikian, untuk banyak industri negara-negara Dunia Ketiga, dalam teorinya, suatu strategi subsitusi impor akan menjadi parsyarat untuk suatu strategi produksi ekspor. Karena alasan itu pula, antara lain (seperti misalnya keinginan untuk kemandirian yang lebih besar dan kemudahan untuk meningkatkan pendapatan pajak dari pengumpulan tarif), maka Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 subsitusi impor tampaknya akan menarik bagi banyak pemerintah negara sedang berkembang termasuk Indonesia dalam penerapannya. Teori dasar mengenai proteksi adalah sebuah isu lama dan kontroversial dibidang perdagangan internasional. B. Strategi industrialisasi subsitusi impor dan hasilnya Kebanyakan pengamat ekonomi sepakat bahwa strategi industrialisasi membuat barang-barang subsitusi impor dalam jumlah negara sedang berkembang kurang mendapat respons yang positif. Ada empat hal yang sering dipermaslahkan. Pertama, yang merupakan keuntungan paling utama dari operasi subsitusi impor adalah perusahaan-perusahaan asing yang memperoleh perlindungan dibalik tembok tarif mendapat keringanan / pembebasan pajak dan insentif penanam modal. Setelah melakukan pemotongan atas bunga, laba, royalti dan biaya menajemen, seluruh keuntunga ditransfer ke luar negeri dan sisanya yang umumnya tinggal sedikit biasanya ‘dibagi-bagi’ di antara industrialis lokal dan kaya yang selama ini bekerja sama dengan pengusaha asing dan yang memberikan perlindungan ekonomi dan politik Kedua, kebanyakan subsitusi impor dimungkinkan oleh adanya pemberian subsidi pemerintah dalam mengimpor barang-barang modal dan setengah jadi kepada perusahaan asing dan dalam negeri. Dalam hal perusahaan asing, pemberian subsidi impor ini dimanfaatkan untuk membeli barang modal dan barang setengah jadi dari perusahaan saudara-saudara (parent and sister companies) di luar negeri. Ini menimbulkan dua akibat. Pertama, berdirinya industri-industri padat modal, yang Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 biasanya bertujuan memenuhi kebutuhan kebiasaan konsumsi orang-orang kaya dan yang kecil pengaruhnya terhadap pekerjaan. Kedua hal itu tidak memeperbaiki posisis neraca pembayaran negara-negara sedang berkembang, subsitusi impor yang tidak selektif (indiscriminate) seringkali malahan memperburuk neraca pembayaran tersebut, yaitu dengan ditingkatkannya persyaratan impor oleh pemilik barang modal dan barang setengah jadi, seperti yang telah kita lihat, bagian yang baik dari keuntngan ditransfer ke luar negeri. Ketiga, dari banyak strategi subsitusi impor tahun-tahun sebelumya adalah pengaruh terhadap ekspor produk primer tradisional. Untuk membantu perusahaan manufaktur dalam negeri agar dapat mengimpor barang-barang modal dan barang setengah jadi lebih murah, maka nilai tukar luar negeri (yaitu nilai atau tingkat dimana Bank Sentral setempat bersedia membeli mata uang asing) seringkali dengan nilai yang jauh lebih tinggi(overvalued). Ini mempunyai akibat langsung turunnya harga impor dan naiknya harga ekspor, dalm arti diukur menurut atau sesuai dengan nilai mata uang lokal. Akibat langsung dari nilai tukar mata uang yang berlebihan (overvalued) itu dalam kaitannya dengan politik subsitusi impor adalah mendorong lebih jauh penerapan metode produksi padat modal (karena harga barang-barang modal yang diimpor, secara artifisial diturunkan) dan memukul sektor ekspor produk primer tradisional dengan menaikkan secara artifisial harga ekspor ini akan mneyebabkan para petani dalam negeri ini akan tidak mampu bersaing dipasaran dunia. Dalam pengaruhnya terhadap distribusi pendapatan, akibat dari kebijakan pemerintah seperti itu akan memukul petani-petani kecil dan yang bekerja sendiri Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 (self employed), karena yang menikmati keuntungan adalah para pemilik modal baik asing maupun dalam negeri. Proteksi industri dengan demikian mempunyai akibat di bidang perpajakan atas produk-produk pertanian di pasar dalam negeri dan tidak mendorong ekspor pertanian. Oleh karena itu dalam prakteknya, kebijakan subsitusi impor sering dikatakan memperburuk distribusi pendapatan dalam negeri dengan mendahulukan sektor perkotaan dan kelompok-kelompok yang penghasilannya lebih tinggi dan bersifat diskriminatif terhadap sektor pedesaan dan kelompok-kelompok berpenghasilan rendah. Keempat, subsitusi impor yang dapat dimengerti sebagai suatu gagasan yang ditujukan terutama untuk mendorong pertumbuhan industri anak dan industri yang tumbuh mantap melalui penciptaan mata rantai (linkages) hubungan antara pandangan ke depan’ dan ‘ke belakang’ dengan negara-negara lain, dalam prakteknya seringkali menghambat pertumbuhan industrialisasi tersebut. Banyak ‘industri anak’ yang tidak pernah tumbuh dan berkembang karena puas bersembunyi dibalik perlindungan tarif dan janji-janji pemerintah untuk menopang mereka agar menjadi lebik kompetitif melalui kebijakan penurunan tarif. Dalam kenyatannya, pemerintah negara-negara sedang berkembang itu sendiri serigkali menjalankan industri-industri yang diproteksi sebagai perusahaan-perusahaan milik negara (BUMN). Selain daripada itu, dengan meningkatnya biaya masukan ke industri-industri yang memiliki potensial berkembang ke depan itu (yaitu perusahaan-perusahaan yang nantinya akan membeli keluaran yang dihasilakan oleh perusahaan yang memperoleh perlindungan pada waktu mengimpor barang modal dan atau produk-produk setengah jadi dalam Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 proses produksi mereka sendiri, misalnya pembelian kertas cetak dari pabrik kertas lokal yang diproteksi) dan dengan membeli masukan-masukan (hasil produksi) mereka sendiri dari sediaan luar negeri dan bukannya melalui pemasok dalam negeri yang memiliki kaitan ‘ke belakang’ dengan pemasok-pemasok dalam negeri, perusahaan subsitusi impor yang tidak efisien dalam kenyatannya akan mematikan harapan untuk memulai proses industrialisasi yang mandiri dan terpadu. Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 C. Prosedur Impor Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 2.3.3. Proteksi dalam Impor Salah satu hasil dari penelitian Earn Engel dapat mengungkapkan terjadinya perubahan perdagangan berdasarkan Fast Track of Rapid Growth Development, di mana suatu negara mendahulukan berdirinya perusahaan-perusahaan industri yang mendukung sektor pertanian. Kegiatan perdagangan internasional menurut Robbock & Simmond, kegiatan ini dilakukan perusahaan-perusahaan multinasional antara lain terjadinya transfer of goods and services (pertukaran barang dan jasa) sebagai akibat adanya kemajuan perkembangan dan teknologi di bidang angkutan laut dan kereta api. Teknologi angkutan laut dan darat telah memungkinkan untuk dilakukannya pengangkutan barang-barang hasil produk pertanian yang telah diolah menjadi produk hasil manufacturing secara besar-besaran dari negara-negara berkembang ke Amerika dan Eropa. Bongkar muat barang dagangan dan pengangkutan barang ekspor-impor, dilakukan dalam waktu yang semakin singkat. Siklus perdagangan yang dahulu sistem free trade kini menjadi sistem tarif proteksi. A.. Sistem Tarif Terdapat 3 jenis sistem tarif yaitu: 1. Tarif Tunggal (single Column Tariff) Yang dimaksud dengan tarif tunggal adalah suatu tariff untuk satu jenis komoditi yang besarnya (prosentasenya) berlaku sama untuk impor komoditi tersebut dari negara mana saja, tanpa kecuali. 2. Tarif Umum/Konvensional (General/Conventional Tariff) Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 Yang dimaksud dengan tarif umum/konvensional atau lazim juga dikenal sebagai tariff berkolom-ganda adalah satu tarif untuk satu komoditi yang besar persentase tarifnya berbeda antara satu negara dengan negara lain. 3. Tarif Preferensi (Preferential Tarif) Tarif preferensi ini adalah salah satu sistem tarif yang merupakan pengecualian dari prinsip non-diskriminatif. Yang dimaksud dengan dengan tariff preferensi adalah tarif GATT yang persentasinya diturunkan, bahkan untuk beberapa komoditi sampai menjadi nol persen yang diberlakukan oleh negara terhadap komoditi yang diimpor dari negara-negara lain tertentu karena adanya hubungan khusus antara negara pengimpor dengan negara pengekspor. B. Kendala Non-Tarif Di samping halangan dan rintangan dalam bentuk tariff bea masuk, masih terdapat aneka ragam kendala yang sengaja diciptakan untuk menghalangi masuknya barang ke dalam peredaran suatu negara. Kendala impor yang berciri non-tarif ini antara lain: 1. Anti-Dumping atau Countervailing Duties Yang dimaksud dengan anti-dumping yang lazim disebut dengan countervailing duties adalah bea yang dipungut oleh negara pengimpor atas komoditi yang terbukti mendapat subsidi dari pemerintah negara pengekspor. Dalam tahun 1984 ekspor tekstil kita hamper saja di kenakan countervailing duties ini oleh Pemerintah Amerika Serikat. 2. Pajak Impor Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 Yang dimaksud dengan pajak impor adalah pajak yang dipungut atas komoditi impor disamping bea-masuk. Dengan berlakunya Undang-undang pajak yang baru, setiap barang impor dikenakan PPN (Pajak Pertambahan Nilai) sebesar 10%. 3. Ijin Impor dan alokasi devisa Yang dimaksud dengan ijin impor dan alokasi devisa ialah bila pemerintah secara umum melarang impor kecuali bagi mereka yang memperoleh ijin impor dan sekaligus memberika jatah (alokasi) devisa untuk membiayai impor itu. Hal ini terjadi misalnya pada saat kita masih memberlakukan “Deviezen Ordonantie 1934 dan Deviezen Verordering, 1940”. Dewasa ini ijin impor dan alokasi-devisa sudah tidak diperlukan lagi di Indonesia. 4. Kontraksi Rupiah dan mempengaruhi harga impor Yang dimaksud dengan kontraksi rupiah ialah tindakan bank yang mengetatkan kredit impor dengan cara memaksa importir menyetor deposito untuk pembukaan L/C. Dengan demikian di satu pihak bank menyedot uang dalam peredaran melalui impor dan di lain pihak kalkulasi impor menjadi lebih mahal karena bunga dan peredaran (turn-over) menjadi lamban. Dengan sendirinya barang impor sulit bersaing dengan produksi lokal. 5. Approved Traders (Importer) Yang dimaksud dengan approved importer adalah pemerintah pemerintah dengan sadar membatasi importir untuk komoditi tertentu, shingga kuantum, mutu, harga dan distribusi komoditi tersebut secara langsung dapat dikendalikan Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 Pemerintah. Pola ini merupakan taraf awal dari timbulnya monopoli atau oligopoly dalam impor komoditi tertentu. Contoh dari approved importers ini adalah cengkeh, bahan baku plastik, gandum, besi baja. 6. Pengaturan Teknis dan Administratif Yang dimaksud dengan pengaturan teknis dan administratif adalah memberikan peraturan dan prosedur yang rumit dan sulit dipenuhi serta memakan biaya dan waktu yang lama. Misalnya dengan menerapkan ketentuan sertifikat. Disamping itu ditetapkan pula prosedur inklaring yang panjang dengan menambah meja birokrasi bea-cukai sehingga akan mengakibatkan congestie di pelabuhan dan orang segan untuk mengekspor sesuatu ke Indonesia dan importir enggan mengimpor karena prosedur impor dan inklaring yang rumit. Salah satu sebab sulitnya memasuki pasaran domestic Jepang adalah karena rumitnya nontariff barriers ini. 7. Pengadaan Pemerintah dan Penunjukan PPN (Government Procurement dan State Trading) Yang dimaksud dengan Pengadaan Pemerintah adalah pembelian impor yang dipooling oleh pemerintah serta penunjukan PPN dan BUMN (Badan Usaha Milik Negara) dalam melaksanakan impor dan angkutan barang impor. 8. Impor-Quota Yang dimaksud dengan impor quota adalah pembatasan yang ditetapkan negara pengimpor atas jenis dan jumlah dari suatu komoditi yang boleh diimpor dari suatu negara lain. Kuota impor ini misalnya yang diterapkan oleh Pemerintah Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 Amerika terhadap tekstil Indonesia atau Kuota Kopi yang berlaku bagi anggota ICO (International Coffee Organization). A. Bentuk-bentuk Proteksi di Indonesia Alat perlindungan tarif terdiri dari : (1) Tarif Barier, terdiri dari : a) Bea masuk b) Bea Masuk Tambahan Yaitu tindakan pembebanan bea impor atas pos tarif hasil industri yang akan diimpor dan dimasukkan ke daerah pabean Indonesia. Bila bea masuk tidak cukup tinggi misalnya BM = 10%. Untukmmelindungi hasil produk dalam negeri dapat dikenakan bea masuk tambahan misalnya MBT = 10%. Sehingga total bea impor menjadi 20%. (2) Quota (Pembatasan Impor) Dengan quota benar-benar efektif untuk melindungi produk hasil dalam negeri, misalnya gula pasir hasil produksi Pabrik Gula Mini. Bila produksi gula 1.500 juta ton tidak mencukupi kebutuhan gula sekitar 1.800 ton, mak untuk memenuhi kekurangan gula sekitar 300 ton, diberikan quota sebanyak 300 ton. Denga demikian konsumen gula lokal tidak akan beralih ke gula impor. (3) Non Tarif Barier (NTB) Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 Perizinan impor untuk komoditi yang dibutuhkan di dalam negeri, dilakukan dengan sistem penunjukan terhadap beberapa perusahaan sebagai pelaksana impor. Misalnyaalat musik organ Elektronik (92.07.110) hanya diberikan kepada para importir produsen. (4) Duty Draw Back dan Duty Exemption Pemberian subsidi ekspor yang dikenal sebagai sertifikat ekspor telah berhasil mendorong ekspor non-migas, tetapi menghadapi tindakan balasan dari negara tujuan ekspor. 2.4 KURS (Valas) 2.4.1. Pengertian Kurs atau Valuta Asing (Valas) Telah kita pahami bahwa uang, yang mencakup setiap alat tukar yang dapat diterima secara umum, adalah merupakan alat yang sangat penting bagi setiap perekonomian modern yang menggantungkan diri pada spesialisasi dan pertukaran. Meskipun demikian, uang menjadi permaslahan nasional yang harus dikendalikan secara ketat oleh pemeritah. Bila kita tinggal di Indonesia, kita menerima rupiah dan membayar dengan rupiah juga, bila anda membuka usaha di Austria, anda meminjam schilling dan membayar karyawan anda dengan schilling juga. Mata uang suatu negara diterima secara umum dalam batas negara tersebut, tetapi tidak akan selalu diterima oleh rumah tangga dan perusahaan di negara lain. Pengusaha angkutan umum di Surabaya akan menerima rupiah atas penjualan karcisnya dan bukan Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 schilling Austria. Karyawan Austria tidak akan menerima gaji mereka dengan rupiah, namun hanya mau menerima schilling. Pengusaha Amerika akan menuntut pembayaran denga dolar Amerika untuk hasil penjualan barang-barang mereka. Mereka memerlukan dolar untuk menggaji karyawan, membeli bahan baku dan menginvestasikan kembali atau membagi keuntungannya. Tidak akan ada masalah seandainya mereka menjual barangnya kepada konsumen Amerika. Akan tetapi, jika mereka menjual barang-barangnya ke Indonesia, orang Indonesia harus menukarkan rupiahnya menjadi dolar Amerika, agar bisa membayar barang-barang tersebut, atau pengusaha Amerika tersebut harus menerima rupiah. Pegusaha ini menerima rupiah hanya jika mereka bisa menukarkan rupiahnya menjadi dolar Amerika yang mereka inginkan. Hal yang sama juga berlaku bagi setiap pengusaha di semua negara. Mereka akhirnya harus menerima pembayaran atas barang-barang mereka yang dijual, dengan mata uang dari negara mereka sendiri. Pada umumnya, perdagangan antar negara hanya dapat berlangsung jika dimungkinkan menukar mata uang satu negara menjadi mata uang negara lain., dapat dilakukan dengan berbagai cara meskipun, pada hakikatnya hanya menyangkut pertukaran mata uang dan membutuhkan jenis mata uang lainnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembayaran internasional yang memerlukan pertukaran mata uang satu negara dengan negara lain merupakan proses valuta asing. Valuta asing atau sering disebut Kurs (exchange rate) adalah harga di mana penduduk kedua negara saling melakukan perdagangan. (Mankiw.2000). Kurs Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 sering pula dikatakan valas ataupun nilai tukar mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain. Mata uang yang sering digunakan sebagai alat pembayaran dan kesatuan hitung dalam transaksi ekonomi dan keuangan internasional disebut sebagai hard currency, yaitu mata uang yang nilainya relatif stabil dan kadang-kadang mengalami apresiasi atau kenaikan nilai dibandingkan dengan mata uang lainnya. Total valas yang dimiliki oleh pemerintah dan swasta dari suatu negara yang pada umumnya disebut juga sebagai cadangan devisa negara tersebut yang dapat diketahui dari posisi Balance of Payment (BOP) atau neraca pembayaran internasionalnya. Makin banyak valas atau devisa yang dimiliki oleh pemerintah dan penduduk suatu negara maka berarti makin besar kemampuan negara tersebut melakukan transaksi ekonomi dan keuangan internasional dan makin kuat pula nilai mata uang 2.4.2. Kurs Nominal dan Kurs Rill Kurs nominal (nominal exchange rate) adalah harga relatif dari mata uang dua negara. Sebagai contoh, jika kurs antara dolar AS dan yen Jepang adalah 120 yen per dolar, maka anda bisa menukar 1 dolar untuk 120 yen di pasar dunia untuk mata uang asing. Orang Jepang yang ingin mendapatkan dolar akan membayar 120 yen untuk setiap dolar yang dibelinya. Orang Amerika akan mendapatkan 120 yen untuk setiap dolar yang ia bayar. Ketika orang-orang mengacu pada “kurs” di antara kedua negara, mereka biasanya mengartikan kurs nominal. Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 Kuras rill (real exchange rate) adalah harga relatif dari barang-barang kedua negara. Yaitu, kurs rill menyatakan tingkat dimana kita bisa memperdagangkan barang-barang dari suatu negara untuk barang-barang dari negara lain. Kurs rill kadang-kadang disebut terms of trade. Untuk melihat hubungan antara kurs rill dan kurs nominal, perhatikanlah sebuah barang yang diproduksi di banyak negara yakni mobil. Anggaplah harga mobil Amerika $10.000 dan harga mobil Jepang 2.400.000 yen. Untuk membandingkan harga dari kedua mobil tersebut, kita harus mengubahnya menjadi mata uang umum. Jika satu dolar bernilai 120 yen, maka harga mobil Amerika adalah 1.200.000 yen. Membandingkan harga mobil Amerika (1.200.000 yen) dan harga mobil Jepang (2.400.000 yen), kita menyimpulkan bahwa harga mobil Amerika separuh dari harga mobil Jepang. Dengan kata lain, pada harga berlaku, kita bisa menukar 2 mobil Amerika untuk 1 mobil Jepang. Dalam perhitungan hal ini dapat di ringkas menjadi : Kurs Rill = Kurs Nominal x Harga Barang Domestik Harga Barang Luar negeri Tingkat dimana kita memperdagangkan barang domestik dan barang luar negeri bergantung pada harga barang dalam mata uang lokal dan pada tingkat dimana mata uang dipertukarkan. Perhitungan kurs rill untuk barang tunggal ini menjelaskan bagaimana kita seharusnya mendefenisikan kurs rill untuk kelompok barang yang lebih luas. Kita nyatakan ℮ sebagai kurs nominal (jumlah yen per dolar), P adalah tingkat harga di Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 Amerika serikat (diukur dalam dolar), dan P* adalah tingkat harga di Jepang (diukur dalam yen). Maka kurs rill Є adalah Kurs rill = Kurs Nominal x Rasio Tingkat Harga Є = ℮ x (P/P*) Kurs rill di antara kedua Negara dihitung dari kurs nominal dan tingkat harga di kedua Negara. Jika kurs rill tinggi . barang-barang luar negeri relatif murah, dan barang-barang domestik relatif mahal. Jika kurs rill rendah, barang-barang luar negeri relatif mahal, dan barang-barang domestik relatif murah. 2.4.3. Mekanisme Transaksi Kurs (valuta asing) Istilah valuta asing mengacu pada mata uanga asing aktual atau berbagai klaim atasnya, seperti deposito bank atau surat sanggup bayar yang diperdagangkan. Nilai tukar valuta asing adalah harga dimana pembelian dan penjualan valuta asing berlangsung, nilai tukar merupakan jimlah mata uang dalam negeri yang harus dibayarkan untuk memperoleh satu unit mata uang asing. Sebagai contoh, bila seseorang harus menyerahkan Rp.1.600 untuk memperoleh $1, ini berarti bahwa nilai tukarnya adalah 1.600 8. Kenaikan harga valuta asing(atau kenaikan nilai tukar) disebut depresiasi atas mata uang dalam negeri. Mata uang asing menjadi lebih mahal, ini berarti nilai relative mata uang dalam negeri merosot. Turunnnya harga valuta asing (atau 8 Ini menyatakan nilai relatif kedua mata uang asing, dalam arti harga satu dolar terhadap rupiah. Kebalikannya, orang dapat saja melihat harga Rp 1 terhadap dolar, yang dalam contoh ini adalah $0.0006. Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 turunnya nilai tukar) disebut apresiasi mata uang dalam negeri. Mata uang asing menjadi lebih murah, ini berarti nilai relative mata uang dalam negeri meningkat. Misalnya, bila nilai dolar terhadap rupiah naik dari Rp 1.600 menjadi Rp. 2000 (dengan kata lain, nilai rupiah terhadap dolar merosot ), dikatakan bahwa rupiah mengalami depresiasi dan dolar apresiasi Mekanisme transaksi valuta asing berlangsung dengan berbagai cara. Salah satunya kita misalkan seorang pengusaha Indonesia ingin membeli seperangkat computer Amerika untuk dijual di Indonesia. Pengusaha Amerika yang membuat komputer tersebut meminta pembayaran dalam betuk mata uang dolar. Bila perangkat computer tadi dihargai $30.000, si pengusaha Indonesia akan pergi ke banknya membeli selembar cek senilai $30.000, dan mengirimkan cek tersebut ke penjual Amerika. Kita misalkan, bahwa untuk ini diperlukan uang sebesar Rp.50.000.000. (nilai tukar dalam transaksi ini adalh $1 = Rp 1.666,67, atau Rp 1 = $0,0006). Perusahaan Amerika tadi kemudian menyimpan ceknya di bank. Sekarang, misalnya dalam waktu yang bersamaan pengusaha Amerika ingin membeli 10 set kursi rotan Indonesia untuk dijual di Amerika. Bila satu set kursi rotan ini berharga Rp 5.000.000, pengusaha Indonesia ini harus menerima rupiah sebesar Rp 50.000.000. Untuk itu importir Amerika tadi pergi ke banknya, menulis cek atas rekeningnya sebesar $ 30.000 dan menerima cek yang ditarik dari bank komersial di Indonesia sebesar Rp 50.000.000 untuk itu importir Amerika tadi pergi ke banknya, menulis cek atas rekeningnya sebesar $30.000 dan menerima cek yang Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 ditarik dari bank komersial di Indonesia sebesar Rp.50.000.000. Cek ini kemudian dikirimkan ke Indonesia dan disimpan di bank yang berada di Indonesia. Kedua transaksi tersebut saling meniadakan, dan tidak ada perubahan netto sama sekali dalam rekening pasiva internasional. Tidak ada uang yang harus melewati bank-bank Amerika dan Indonesia masing-masing bank hanya menambah deposito salah seorang nasabah dalam negeri dan mengurangi deposito nasabah lainnya. Memang, selama arus pembayaran antar kedua negara sama jumlahnya (pengusaha Indonesia) membayar pengusaha Amerika sejumlah uang yang sama yang dibayarkan oleh pengusaha Amerika kepada pengusaha Indonesia), maka semua pembayaran dapat dikelola dengan cara seperti tadi, dan tidak perlu ada pembayaran netto dari bank-bank Amerika kepada bank-bank Indonesia. Seluruh perhitungan ini melibatkan proses pembandingan besaran uang, yang diukur menurut mata uang lain. Pembandingan seperti ini dilakukan dengan menggunakan nilai tukar. 2.4.4. Penentuan Nilai Tukar secara Fundamental A. Traditional Theories Traditional Theories terdiri dari Teori Purchasing Power Parity dan Teori Elastisitas. 1. Teori Purchasing Power Parity Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 Teori ini merupakan teori tertua dan merupakan teori terpopuler. Teori ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1556 oleh Martin de Azpilcueta Navarro. Teori ini berbunyi sebagai berikut: “The price of a good in one country should equal the price of the same good in another country, exchanged at the current rate.” (Luca, 1995) Teori ini menyatakan bahwa harga barang di suatu Negara harus sama dengan harga barang serupa di Negara lain sesuai dengan tingkat nilai tukar yang berlaku antarkedua negara tersebut. Teori ini disebut The Law of One Price. Contoh: harga sepotong roti di Amerika Serikat adalah 1 Dolar AS. Apabila nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS yang berlaku saat ini adalah Rp 8.000,00/USD, menurut asumsi The Las of One Price, harga sepotong roti di Indonesia harus Rp 8.000,00. Jadi, di mana pun kita membeli roti, apakah itu di Amerika Serikat atau di Indonesia, harganya adalah sama, sesuai dengan perbandingan tingkat nilai tukar yang berlaku antarkedua Negara tersebut. 2. Teori Elastisitas “Exchange rate is simply the price of foreign exchange which maintains the balance payment in equilibrium.” (Luca, 1995) Teori elastisitas mengatakan bahwa nilai tukar adalah harga dari valuta asing untuk mempertahankan neraca pembayaran internasional suatu negara agar tetap berada pada tingkat ekuilibrium. Dengan kata lain, respons nilai tukar terhadap perubahan dalam neraca perdagangan sangat dipengaruhi oleh elastisitas permintaan terhadap perubahan harga. Jika elastisitas permintaan bersifat inelastis, pengaruh Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 penurunan impor dan kenaikan ekspor dalam neraca pembayaran internasional akan sangat kecil. Akibatnya, nilai tukar harus melakukan penyesuaian secara tajam untuk menghilangkan defisit neraca pembayaran internasional. Jika elastisitas permintaan bersifat elastis, pengaruh penurunan impor dan kenaikan ekspor akan sangat berpengaruh bagi keseimbangan neraca pembayaran internasional sehingga hanya diperlukan sedikit penyesuaian dalam nilai tukar. B. Modern Monetary Theories on Short Term Exchange Rate Volatility “Modern monetary theories on short term exchange rate volatility take into consideration the short term capital market` roles and the long term impact of commodity markets on foreign exchange.” (Luca, 1995) Teori ini memperhatikan adanya peran pasar modal dalam jangka pendek dan peran bursa komoditi dalam jangka panjang terhadap fluktuasi nilai tukar. Teori ini mengatakan bahwa adanya perbedaan nilai tukar dan perbedaan dalam purchasing power parity adalah karena adanya suatu perubahan dalam permintaan dan penawaran terhadap asset-aset keuangan. Dalam pandangan modern, tori Purchasing Power Parity juga diperluas dengan menyertakan variabel-variabel, seperti jumlah uang yang beredar, tingkat suku bunga, dan pendapatan riil, dalam menentukan tingkat nilai tukar dua negara. C. Synthesis of Traditional and Modern Monetary Views “Since the financial markets adjust faster than the commodities markets, the exchange rate tends to be affected in the short term by the capital market changes, and by the commodities changes in the long term.” (Luca, 1995) Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 Menurut teori ini, dinamika perubahan yang terjadi di pasar keuangan (pasar modal dan pasar uang) lebih cepat jika dibandingkan dengan perubahan di pasar barang komoditi. Oleh karena itu, dalam jangka pendek fluktuasi nilai tukar lebih dipengaruhi oleh perubahan dalam pasar modal dan dalam jangka panjang fluktuasi nilai tukar dipengaruhi oleh perubahan yang terjadi di pasar barang. 2.4.5. Perubahan Nilai Tukar Yang menyebabkan fluktuasi nilai tukar adalah perubahan permintaan atau penawaran dalam bursa vauta asing. Apapun yang menggeser kurva permintaan akan suatu mata uang ke kanan atau kurva penawaran ke kiri akan mengundang apresiasimata uang tersebut. Apa saja yang menggeser kurva penawaran ke kiri akan mengundang depresiasi mata uang tersebut. Ini merupakan teoritis dari Hukum say yakni ‘Permintaan akan menciptakan penawaran’ Hanya saja hukum ini kali ini diterapkan pada pasar valuta asing. Namun pergeseran kurva permintaaan dan penawaran akan mengakibatkan perubahan nilai kirs. Ada banyak yang menjadi penyebabnya, sebagian bersifat sementara dan lainnya bersifat permanen antara lain; 1. Kenaikan Harga Domestik atas Barang Ekspor Misalkan nilai peralatan elektronik buatan Amerika yang dinyatakan dalam dolar naik. Pengaruh terhadap permintaan dolar akan tergantung pada elastisitas permintaan untuk barang-barang Amerika. Bila permintaan bersifat elastis, barangkali karena negara-negara lain menawarkan barang yang serupa di pasaran dunia, jumlah Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 pembelian terhadap barang-barang Amerika akan menyusut, sehingga lebih sedikit dolar yang akan diminta. Dengan perkataan lain, kurva permintaan dolar akan bergeser ke kiri dan dolar pun mengalami depresiasi. Bila permintaan bersifat inelastis, misalnya karena Amerika secara khas mampu menyediakan barang yang tidak dibayangi oleh barang subsitusi, jumlah yang dibelanjakan akan lebih banyak, permintaan dolar untuk membayar tagihan yang lebih banyak akan menggeser kuyrva permintaan ke kanan, dan dolar akan mengalami apresiasi. 2. Kenaiakan Harga Luar Negeri atas Barang Impor Akibat kenaikan harga yang besar pada barang impor yang ditawarkan. Misalkan harga wiski Scotsh dalam nilai Poundsterling melonjak tajam. Asumsikan juga para peminum Amerika mempunyai permintaan yang elastis terhadap wiski scotch tersebut, karena mereka dapat dengan mudah beralih ke minuman subsitusi lainnya. Maka mereka akan membelanjakan lebih sedikit poundsterling untuk wiski Scotch dibanding sebelumnya. Dengan perkataan lain, mereka harus menawarkan lebih sedikit dolar ke bursa valuta asing. Kurva penawaran dolar akan bergeser ke kiri, dan nilai dolar cenderung naik. 3. Aliran Modal Aliran modal berskala besar dapat berpengaruh kuat pada nilai tukar. Sebagai contoh, keinginan Pengusaha Amerika yang meningkat untuk menanam modal pada aktiva Indonesia akan menggeser kurva penawaran dolar ke kanan dan nilai dolar akan mengalami depresiasi. Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 Aliran dana investasi mengakibatkan apresiasi mata uang negara pengimpor modal, dan dengan apresiasi mata uang negara pengekspor modal. 4. Perubahan Struktur Perekonomian dapat mengalami perubahan struktur yang mengubah nilai tukar ekuilibrium. Perubahna struktur adalah istilah umum yang berlaku bagi perubahan struktur biaya,penemuan produk baru atau apa saja yang mempengaruhi pola keunggulan komparatif. Misalnya, bila produk suatu negara tertentu tidak berkembang secepat di negara lain, permintaan konsumen (pada tingkat harga yang tetap) bergeser perlahan menjauhi negara pertama menuju negara-negara pesaing yang lebih maju. Hal ini menyebabkan depresiasi perlahan pada mata uang negara pertama karena permintaan akan maat unagnya bergeser perlahan ke kiri. 5. Perubahan Tingkat Harga secara Keseluruhan Perubahan harga barang ekspor tertentu, seperti kalkulator elektronik, terdapat pula perubahan semua harga yang disebabkan oleh inflasi. Yang menjadi masalah di sini adalah perubaha tingkat harga domestik relatif terhadap tingkat harga di negara rekan dagang kita. Perubahan harga dalam perentase yang sama di kedua negara. Andaikan ada laju inflasi sebesar 10 persen di Amerika maupun Indonesia. Dalam hal ini, harga barang-barang Indonesia yang dinyatakan dalam rupiah dan harga barangbarang Amerika yang dinyatakan dalam dolar akan sama-sama naik 10 persen. Dengan nilai kurs yang berlaku, baik barang Indonesia (yang dinyatakan dalam dolar) maupun barang Amerika (yang dinyatakan dalam rupiah) masing-masing akan naik 10 persen. Jadi, harga relatif barang impor dan barang yabtg dibuat dalam negeri Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 tidak akan berubah dikedua negara. Sekarang tidak ada alasan untuk berharap adanya perubahan permintaan masing-masing negara untuk barang impornya, dengan nilai tukar semula. Dengan demikian laju inflasi di kedua negara tidak akan mengubah nilai tukar ekuilibrium. (Argumen ini merupakan basis dari Teori purchasing power parity yang berlaku pada nilai tukar) 2.4.5. Sistem Nilai Tukar Nilai tukar suatu mata uang di defenisikan sebagai haraga relatif dari suatu mata uang terhadap mata uang lainnya. Pada dasarnya terdapat tiga sistem nilai tukar (Kebanksentralan,2004), yaitu : 1. Floating Exchange Rate System ‘sitem nilai tukar mengambang’ Pada sistem ini, nilai tukar dibiarkan bergerak bebas sesuai dengan kekuatan permintaan dan penawaran yang terdapat di pasar. Dengan demikian, nilai tukar akan menguat apabila terjadi kelebihan penawaran di atas permintaan, dan sebaliknya nilai tukar akan melemah apabila terjadi kelebihan permintaan di atas penawaran yanga ada pada pasar valuta asing. Bank sentral dapat saja melakukan intervensi di pasar valuta asing, yaitu dengan menjual devisa dalam hal terjadi kekurangan pasokan atau membeli devisa apabila terjadi kelebihan penawaran untuk menghindari gejolak nilai tukar yang berlebihan di pasar. Akan tetapi, intervensi dimaksud tidak diarahkan untuk mencapai target tingkat nilai tukar tertentu atau dalam kisaran tertentu. Namun ada beberapa Negara yakni Nilai tukar beberapa mata uang utama (major currencies), seperti Dolar AS, Euro, Mark Jerman, Yen Jepang, Franc Swiss, dan Poundsterling Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 Inggris, ditentukan oleh kekuatan pasar (market forces) dan dibiarkan mengambang bebas terhadap mata uang negara lain. Dalam sistem ini tidak terdapat tindakan intervensi yang dilakukan pemerintah (Bank Sentral) untuk mempengaruhi nilai tukarnya. 2. Fixed Exchange Rate System ‘sistem nilai tukar tetap’ Pada sistem ini, nilai tukar atau kurs suatu mata uang terhadap mata uang lain ditetapkan pada nilai tertentu misalnya , nilai tukar rupiah terhadap mata uang dolar Amerika adalah Rp.8000 per dolar. Pada nilai tukar ini bank sentral aka siap untuk menjual dan membeli kebutuhan devisa untuk mempertahankan nilai tukar yang ditetapkan. Apabila nilai tukar tersebut tidak dapat dipertahankan, maka bank sentral dapat melakukan devaluasi* ataupun revaluasi nilai tukar yang ditetapkan.. 3. Managed floating Exchange Rate System’sistem nilai tukar mengambang terkendali’ Sistem nilai tukar mengambang terkendali merupakan sistem yang berada di antara kedua sistem nilai tukar di atas. Dalam sistem nilai tukar ini, bank sentral menetapkan batasan suatu kisaran tertentu dari pergerakan nilai tukar yang disebut intervention band’batas pita intervensi’. Nilai tukar akan ditentukan mekanisme pasar sepanjang berada dalam batas kisaran pita intervensi tersebut. Apabila nilai tukar menembus batas atas atau batas bawah dari kisaran tersebut, bank sentral akan secara otomatis melakukan intervensi di pasar valuta asing sehingga nilai tukar bergerak kembali ke dalam pita intervensi. Bank Sentral tidak menetapkan suatu acuan tingkat Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 /level nilai tukar tertentu, seperti yang diterapkan oleh sepuluh Negara Eropa yang tergabung dalam European Monetary System (1992). Masing-masing nilai tukar memiliki kelebihan dan kelemahan tersendiri. Pemilihan sistem yang diterapkan akan tergantung pada situasi kondisi perekonomian Negara yang bersangkutan, khususnya besarnya cadangan devisa yang dimiliki, keterbukaan ekonomi, sistem devisa yang dianut (bebas atau semi terkontrol), dan besarnya volume pasar valuta asing domestik. Sistem nilai tukar tetap mempunyai kelebihan karena adanya kepastian nilai tukar bagi pasar. Akan tetapi, sistem ini membutuhkan cadanga devisa yang besar karena keharusan bagi bank sentral untuk mempertahankan nilai tukar pada level yang ditetapkan. Selain itu, sistem ini dapat mendorong kecenderungan dunia usaha untuk tidak melakukan ‘hedging’perlindungan nilai’ valuta asingya terhadap risiko perubahan nilai tukar. Sistem ini umumnya diterapkan di negara yang mempunyai cadangan devisa yang besar, dengan sistem devisa yang masih relatif terkontrol. Sementara itu, sistem nilai tukar mengambang mempunyai kelebihan dengan tidak perlunya cadangan devisa yang besar karena bank sentral tidak harus mempertahankan nilai tukar pada suatu level tertentu. Akan tetapi, nilai tukar yang terlalu berfluktuasi dapat menambah ketidakpastian bagi dunia usaha. Sistem ini umumnya diterapkan di negara yang mempunyai cadangan devisa yang relatif kecil sementara sistem devisa yang dianut cenderung bebas. Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 BAB III METODE PENILITIAN Metode penilitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian. Metode penelitian adalah tatacara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan (M. Iqbal Hasan, 2002). Penulis menggunakana metode penelitian sebagai berikut : 3.1 Ruang lingkup Penelitian Penelitian memfokuskan kajian pada tiga variabel utama yaitu tingkat Ekspor, tingkat Impor, nilai Kurs tengah Rupiah, yang dianggap cukup mempengaruhi tingkat cadangan devisa di Indonesia. 3.2 Jenis dan Sumber data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang bersifat kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka-angka. Sedangkan sumber data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data yang diperoleh langsung melalui hasil laporan-laporan dari suatu penelitian. Disamping itu data lainnya yang mendukung penelitian ini diperoleh dari sumber bacaan seperti, bulletin penelitian, jurnal, majalah, dan buku bacaan. Data yang Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 digunakan dalam penelitian ini adalah data time series yang berkurun waktu 23 tahun (1985-2007) 3.3. Metode dan Teknik Pengumpulan Data Dalam penyusunan skripsi ini penulis menggunakan metode kepustakaan (library research) yaitu penelitian yang dilakukan dengan bahan-bahan kepustakaan berupa tulisan-tulisan ilmiah, dan laporan-laporan penelitian ilmiah yang ada hubungannya dengan topik yang diteliti. Teknik pengumpulan data yang dipergunakan adalah dengan melakukan pencatatan langsung berupa data time series dalam kurun waktu selama 23 tahun (1985-2007). 3.4. Pengolahan Data Penulis menggunakan program computer E-Views 4.1 untuk mengolah data dalam skripsi ini. 3.5. Model Analisis Data Dalam menganalisa besarnya pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan model ekonometrika dengan meregresikan variabel yang Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 ada dengan menggunakan metode kuadrat terkecil biasa (Ordinary Least Square / OLS ). Data yang digunakan dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan analisis statistik yaitu persamaan regresi linear berganda. Model persamaannya adalah sebagai berikut : Y = f ( X1, X2 , X3 ) Y = α + β1X1+β2X2+β3X3 ................................................................ (1) Kemudian fungsi tersebut ditransformasikan kedalam model persamaan regresi logaritma-logaritma ( Double log ) dengan spesifikasi model, yakni : Log Y = α +Log β1X1+ Log β2X2+ Log β3X3................................... (2) Dimana : Y = Cadangan Devisa Indonesia (Miliar Rupiah) α = Intercept / konstanta β = Koefisien Regresi X1 = Tingkat Ekspor (juta US dollar) X2= Tingkat Impor (juta US dollar) X3= Nilai kurs tengah rupiah µ = Term of Error Bentuk hipotesa di atas secara sistematis dapat dinyatakan sebagai berikut : ∂Y <0 ∂X 1 Artinya jika X1 (Ekspor) meningkat , maka Y ( Cadangan devisa ) akan mengalami peningkatan, cateris paribus. Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 ∂Y >0 ∂X 2 Artinya jika X2 (Impor) meningkat, maka Y ( Cadangan devisa ) akan mengalami penurunan, cateris paribus. ∂Y >0 ∂X 3 Artinya jika X3 (Kurs) meningkat, maka Y ( Cadangan devisa ) akan mengalami kenaikan, cateris paribus. 3.6. Test Of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian) 3.6.1. Koefisien Determinasi (R-Square) Koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel independen mampu memberi penjelasan terhadap variabel dependen. Nilai R2 berkisar antara 0 sampai 1 (0≤R 2≤1) (Gunawan Sumodiningrat, 2001). 3.6.2. Uji t-statistik Uji t-statistik merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel lainnya konstan. (Gunawan Sumodiningrat, 2001) Dalam uji ini digunakan hipotesis sebagai berikut : Ho : bi = b Ha : bi ≠ b Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 Dimana bi adalah koefisien variabel independen ke-i nilai parameter hipotesis, biasanya b dianggap = 0. Artinya tidak ada pengaruh variabel X terhadap Y. Bila nilai t-hitung > t-tabel maka pada tingkat kepercayaan tertentu Ho ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel independen yang diuji berpengaruh nyata (signifikan) terhadap variabel dependen. Nilai t-hitung diperoleh dengan rumus : t-hitung = (bi − b) Sbi Dimana : bi = Koefisien variabel independen ke-i b = Nilai hipotesis nol Sbi = Simpangan baku dari variabel independen ke-i Kriteria pengambilan keputusan : H0 : β = 0 Ha : β ≠ 0 Ho diterima (t*< t tabel) artinya variabel independen secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen. Ha diterima (t*>tabel) artinya variabel independen secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel dependen. Ho diterima Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 Ha diterima Ha diterima 0 Gambar 3.1 Kurva Uji t statistik 3.6.3. Uji F-statistik Uji F-statistik ini adalah pengujian yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen secara keseluruhan atau bersama-sama terhadap variabel dependen. Untuk pengujian ini digunakan hipotesis sebagai berikut : Ho : bi ≠ b2………………………........bk = 0 (tidak ada pengaruh) Ha : bi = 0 …………………………………..i = 1 (ada pengaruh) Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai F-hitung dengan F-tabel. Jika F-hitung > F-tabel maka Ho ditolak, yang berarti variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen. Nilai F-hitung dapat diperoleh dengan rumus : R 2 /(k − 1) F-hitung = (1 − R 2 ) /(n − k ) Dimana : R2 = Koefisien Determinasi k = Jumlah variabel independen n = Jumlah sample Kriteria pengambilan keputusan : H0 : β 1 = β 2 = β 3 = 0 Ho diterima (F*< F tabel) artinya variabel independent secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen. H0 : β 1 ≠ β 2 ≠ β 3 ≠ 0 Ha diterima (F* > F tabel) artinya variabel independent secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel dependen. Ho diterima Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 Ha diterima 0 Gambar 3.2 Kurva Uji F statistik 3.7. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik Beberapa asumsi klasik yang harus dipenuhi untuk suatu hasil estimasi regresi linear agar hasil tersebut dapat dikatakan baik dan efisien antara lain: 1. Model regresi adalah linear, yaitu linear di dalam parameter. 2. Residual variabel pengganggu (μ) mempunyai nilai rata-rata nol (Zero mean value of disturbance μ). 3. Homokedastisitas atau varian dari μ adalah konstan. 4. Tidak ada autokorelasi antara variabel pengganggu (μ). 5. Kovarian antara μ dan variabel independen (X1) adalah nol. 6. Jumlah data (observasi) harus lebih banyak dibandingkan dengan jumlah parameter yang akan diestimasi. 7. Tidak ada multikolinearitas. 8. Variabel pengganggu harus berdistribusi normal atau stokastik. Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 Berdasarkan kondisi tersebut di dalam ilmu ekonometrika, agar suatu model dikatakan baik atau sahih, maka perlu dilakukan beberapa pengujian seperti dibawah ini (Wahyu Ario Pratomo, Paidi Hidayat). 3.7.1. Multikolinearity Multikolinearity adalah alat untuk menujukkan adanya hubungan linear di antara variabel-variabel bebas dalam model regresi linear. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearity dapat dilihat dari R-Square, F-hitung, t-hitung dan standard error (Gunawan Sumodiningrat, 2001). Adanya multikolinearity ditandai dengan : • Standard error tidak terhingga • Terjadi perubahan tanda atau tidak sesuai dengan teori Tidak ada satupun t-statistik yang signifikan pada α = 5%, α =10%, α =1% • • R2 sangat tinggi 3.7.2. Autokorelasi (Serial Correlation) Serial Correlation adalah korelasi (hubungan) yang terjadi di antara anggota- anggota dari serangkaian pengamatan yang tersusun dalam rangkaian waktu (seperti pada data runtun waktu atau time series data) atau yang tersusun dalam rangkaian ruang (seperti pada data silang waktu cross-sectional data) (Gunawan Sumodiningrat, 2001). Terdapat beberapa cara untuk menguji keberadaan autokorelasi, yaitu : 1. Dengan menggunakan atau memplot grafik Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 2. Dengan D-W Test (Uji Durbin-Watson) Uji D-W ini dirumuskan sebagai berikut : DW-hitung = ∑ (e − e e ∑ 1 t t −1 )2 2 Bentuk hipotesisnya adalah sebagai berikut : Ho : p = 0, artinya tidak ada autokorelasi Ho : p ≠ 0, artinya ada autokorelasi Dengan jumlah sampel tertentu dan jumlah variabel independen tertentu diperoleh nilai kritis dl dan du dalam tabel distribusi Durbin-Watson untuk berbagai nilai α . Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut : Inconclusive Autokorelasi (+) Autokorelasi (-) Ho diterima (no serial correlation) 0 ρ =1 dl du ρ=0 4-du 4-dl 4 ρ = −1 Gambar 3.3 Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 Uji Durbin-Watson Dimana : Ho : Tidak ada autokorelasi DW<dl : Tolak Ho (ada korelasi positif) DW>4-dl : Tolak Ho (ada korelasi negatif) du<DW<4-du : Terima Ho (tidak ada autokorelasi) dl ≤ DW<4-du : Pengujian tidak dapat disimpulkan dapat disimpulkan (Inconclusive) 4-du ≤ DW ≤ 4-dl : Pengujian tidak (Inconclusive) 3.8. Defenisi Variabel Operasional Ekspor : Nilai barang dan jasa yang dikirim keluar negeri dalam satuan juta US dollar Impor : Nilai barang dan jasa yang diperoleh dari luar negeri dalam satuan juta US dollar Kurs : Harga relatif rupiah terhadap mata uang asing negara lain. Dalam penelitian ini terhadap US dollar Cadangan Devisa : Posisi bersih aktiva luar negeri pemerintah, dan bank-bank devisa yang harus dipelihara untuk keperluan transaksi internasional Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Indonesia 4.1.1. Kondisi Geografis Indonesia terletak antara 6008 ` Lintang Utara dan 11015` Bujur Timur. Negara kesatuan yang berbentuk Republik ini sejak tahun 2005 dibagi menjadi 33 provinsi. Pada tahun 2006 provinsi-provinsi tersebut terdiri dari 349 kabupaten, 91 kota, 5.656 kecamatan dan 71.563 desa. Indonesia merupakan negara bahari dengan luas lautnya sekitar 7,9 juta kilometer persegi (km2) (termasuk daerah zona eksklusif) atau 81 persen dari luas keseluruhan dan mempunyai garis pantai nomor dua terpanjang di dunia setelah Kanada. Daratan Indonesia yang mempunyai puluhan atau mungkin ratusan gunung api dan sungai. Sehubungan dengan letak yang dikelilingi beberapa samudera, serta banyak terdapat gunung berapi yang masih aktif, menyebabkan Indonesia sering dilanda gempa. Di Indonesia dikenal hanya dua musim, yaitu musim kemarau dan penghujan. Pada bulan Juni sampai dengan September arus angin bertiup dari Australia dan tidak banyak mengandung uap air, sehingga mengakibatkan musim kemarau. Sebaliknya pada bulan Desember sampai dengan Maret arus angin yang banyak mengandung uap air berhembus dari Asia dan Samudera Pasifik sehingga terjadi musim hujan. Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 Keadaan seperti itu berganti setiap setengah tahun setelah melewati masa peralihan pada bulan April-Mei dan Oktober-November. 4.1.2. Kondisi Demografi Kesejahteraan penduduk merupakan sasaran utama dari pembangunan sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM). Sasaran ini tidak mungkin tercapai bila pemerintah tidak dapat memecahkan masalah kependudukan, seperti besarnya jumlah penduduk Indonesia dan tidak meratanya penyebaran penduduk di Indonesia. Berbagai usaha untuk menekan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi telah dilakukan pemerintah melalui berbagai program keluarga berencana (KB) yang dimulai awal tahun 1970-an. Begitu pula usaha-usaha yang mengarah pada pemerataaan penyebaran penduduk telah dilakukan dengan cara memindahkan penduduk Pulau Jawa ke luar Pulau Jawa melalui program transmigrasi. Selain itu dengan telah diberlakukannya program otonomi daerah, diharapkan dapat mengurangi perpindahan penduduk terutama provinsi-provinsi di Pulau Jawa (Sumber: Statistik Indonesia). 4.2. Kondisi Perekonomian Indonesia 2007 Kondisi perekonomian Indonesia tahun 2007 dilihat dari beberapa indikator makro. BI Rate merupakan suku bunga acuan secara terukur dan menjadi suatu acuan Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 akan stabilisasi makro ekonomi. Sepanjang tahun 2007, Bank indonesia menurunkan BI Rate dan kemudian dipertahankan tetap sampai akhir tahun. Dari sisi suku bunga, BI rate telah dipertahankan pada tingkat 8.25%. Penurunan suku bunga Fed sebesar 50 bps di bulan September 2007 hingga menjadi 4.75% telah meningkatkan spread dengan BI rate sebesar 350 bps. Kondisi perekonomian Indonesia juga mengalami tekanan depresiasi nilai tukar di awal Agustus 2007, namun tampaknya telah berakhir dan nilai tukar rupiah terhadap US dolar kembali menguat dan bergerak pada kisaran Rp9.000-9.100 per US dolar hingga akhir September 2007. Perkembangan pasar modal juga sudah kembali menunjukkan trend yang meningkat. Selama periode kuartal III tahun 2007, perkembangan pasar keuangan global dan domestik telah menghadapi gejolak yang disebabkan oleh isu subprime mortgage yang terjadi di Amerika Serikat (AS). Ditambah tingginya tekanan inflasi. Sampai saat ini, tekanan inflasi di dalam negeri dirasa masih kuat, terutama sebagai akibat dari permintaan yang tumbuh cepat (menjelang hari besar agama yang menuntut pertambahan permintaan). Hal ini menjadi suatu pantuan yang harus dicermati Bank Indonesia sebagai otoritas moneter. Intervensi yang dilakukan BI yakni menaikan BI rate dan tetap mewaspadai tekanan kenaikan harga energi, pangan dan komoditi di pasar dunia meski saat ini telah mereda. Di sisi perdagangan internasional, perkembangan ekspor non migas di kuartal III 2007 diperkirakan mencapai 11.6% sementara ekspor migas akan sedikit Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 melambat dengan pertumbuhan -1.5%. Dari sisi impor, peningkatan laju pertumbuhan dicapai oleh impor barang modal (26%, kumulatif). Laju pertumbuhan impor bahan baku relatif stabil pada tingkat 12.8%, sementara impor barang konsumsi menurun menjadi 39%. Dengan memperhatikan perkembangan indikator ekonomi di atas dan faktor-faktor lainnya, Departemen Keuangan RI memperkirakan laju pertumbuhan ekonomi pada kuartal III tahun 2007 akan berkisar antara 6.2% s.d. 6.4% (y-o-y). Perkiraan laju pertumbuhan tersebut bersumber pada komponenkomponennya yaitu: peningkatan laju konsumsi RT mencapai kisaran 4.79% s.d. 4.86%, lebih tinggi dari pertumbuhannya di kuartal II 2007 (4.66%); pertumbuhan konsumsi pemerintah pada kisaran 3.58% s.d. 3.87%, relatif sama dengan pertumbuhannya di kuartal sebelumnya (3.83%); laju pertumbuhan investasi sebesar 7.17% s.d. 7.27%, lebih tinggi dari pertumbuhan di kuartal II 2007 (6.86%); pertumbuhan ekspor barang dan jasa mencapai 9.82% s.d. 9.87%, sedikit lebih tinggi dari pertumbuhannya di kuartal II (9.79%), dan Pertumbuhan impor barang dan jasa mencapai 7.06% s.d. 7.11%, dibanding pertumbuhannya di kuartal sebelumnya (7.22%). Dengan perkiraan-perkiraan tersebut, diyakini bahwa perkembangan ekonomi saat ini masih berada pada jalur yang tepat untuk mencapai sasaran pertumbuhan tahun 2007 sebesar 6.3% Hal ini juga diyakini melalui BI Rate yang telah di Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 transmisikan secara efektif di pasar finansial dan telah menimbulkan optimisme pelaku ekonomi di sektor rill. Kondisi tersebut didukung oleh memadainya likuiditas di perekonomian. Strategi Kebijakan Moneter melalui penetapan BI Rate diarahkan pada upaya pencapaian inflasi yang terkendali yang ditetapkan oleh pemerintah. Strategi tersebut dilakukan secara terukur dan hati-hati dan mempertimbangkan proyek inflasi, dinamika perekonomian terkini, dan stabilitas keuangan. Semenjak 2006 hingga 2007, Indonesia mampu menggerakan investor ke Indonesia. Sehingga ada pula kelebihan likuiditas diantaranya. Sehingga bila saat ini terjadi gejolak keuangan perekonomian internasional yang mampu mempengaruhi pasar keuangan internasional dan para spekulan-spekulan yang mulai muncul, maka untuk menjaga kestabilan di Indonesia BI Rate dipandang mampu untuk menahan ataupun meredam dampak inflasi apabila terjadi kelebihan dana likuiditas di Indonesia. 4.3. Perkembangan Cadangan Devisa Cadangan Devisa Indonesia merupakan kas bagi pembiayaan pemerintah. Pembangunan nasional dalam perekonomian terbuka seperti Indonesia, di mana sektor perdagangan luar negeri memegang peranan yang sangat besar, sangat dipengaruhi oleh perubahan perekonomian dunia serta pola dan pergeseran perdagangan antara negara. Di samping itu, karena keterbatasan sumber dana yang dapat dihimpun dari dalam negeri menyebabkan pembangunan nasional itu dalam pembiayaannya mempunyai ketergantungan yang cukup besar kepada sumber dana Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 dari luar negeri, khususnya berupa pinjaman luar negeri. Perdagangan internasional share 30% bagi peningkatan cadangan devisa dan sumber pendanaan dari luar tersebut juga merupakan suatu penambahan bagi cadangan devisa namun tetap merupakan sutu kewajiban dalam pembayarannya karena berbentuk utang. Cadangan Devisa disimpan dalam neraca pembayaran. Untuk mengetahui cadangan devisa maka kita harus mengetahui dulu apa itu neraca Pembayaran. Neraca pembayaran adalah catatan yang berisi setiap transaksi-transaksi perdagangan internasional.. Seperti pengiriman barang ekspor atau penerimaan barang impor, diklasifikasikan menurut pembayaran dan penerimaan yang timbul dari jenis transaksinya. Bagian-bagian dari neraca pembayaran adalah a) Transaksi berjalan yakni mencatat pembayaran yang muncul dari perdagangan barang dan jasa serta dari pendapatan berupa bunga, keuntungan, dan deviden dari modal yang dimiliki di satu negara dan diinvestasikan di negara lain. Rekening ini dibagi menjadi dua bagian utama. Yang pertama biasa dinamakan neraca perdagangan yang mencatat pembayaran dan penerimaan yang timbul dari impor dan ekspor barang berwujud.seperti kobil.komputer. Bagian kedua dai trasaksi berjalan dinamakan trasaksi jasa yang mencatat perdagangan jasa serta pembayaran atas pemanfaatan barang modal. Seperti jasa suransi, pengapalan. Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 b) Bagian kedua dalam neraca pembayaran yakni neraca modal. Yang mencatat semua transaksi yang berkaitan dengan lalu lintas modal keuangan internasional. c) Transaksi pemerintah yang dipegang oleh bank sentral suatu negara. Transaksi-transaksi ini mencerminkan pembelanjaan sisa seluruh rekening yang ada. Bank sentral menahan cadangannya yang akan digunakan untuk membeli dan menjual di bursa valuta asing. Sebagian dari cadangan ini berupa emas, sebagian berupa valuta asing. Surplus dari neraca modal plus trasaksi berjalan ini yang sering disebut sebagai neraca pembayaran dan merupakan cadangan devisa bagi pemerintah untuk melakukan pembiayaan serta perdagangan internasional. Bank sentral, atas nama pemerintah, dapat melakukan intervensi atau campur tangan dalam bursa valuta asing untuk mempengaruhi nilai tukar mata uangnya. Sebagai contoh, untuk menghindari jatuhnya nilai rupiah, Bank Indonesia harus membeli uang rupiah yang ditawarkan oleh masyarakat yang ingin melepaskannya. Ini berarti Bank Indonesia harus menjual emas atau valuta asing. Bank Indonesia dapat berbuat demikian hanya jika memiliki cadangan itu. Jika bank Indonesia ingin menghentikan kenaikan niali rupiah, ia akan masuk pasar dan menjual rupiah. Dalam hal ini, Bank Indonesia akan membeli valuta asing yang dengan demikian akan menambah jumlah cadangannya. Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 Posisi cadangan devisa di Indonesia Di tahun 1998 yang merupakan titik nadir dari masa krisis posisi cadangan devisa sebesar 23.762 US $ dan berbagai upaya dilakukan untuk menjaga cadangan devisa dengan perdagangan ataupun bantuan penerimaan dari negara lain sehingga mendapat penambahan kas dari negara lain (capital out flow) Posisi cadangan devisa terus berkembang (dapat dilihat dalam tabel 4.3). Neraca pembayan Indonesia (NPI) mencatat kinerja yang positif. Pada akhir tahun 2007, NPI mencata surplus yang terutama bersumber dari surplus transaksi berjalan sebesar 2,5% PDB. Kenaikan surplus ini ditopang oleh harga komoditas di pasar internasional dan permintaaan dunia yang cukup tinggi. Sementara itu, surplus transasi modal dan finaansial di dukung oleh menariknya imbal hasil rupiah di pasar keuangan domestik dan terjaganya kestabilan makro ekonomi dalam negeri. Dengan perkembangan tersebut, cadangan devisa terus meningkat, sehingga berdamp[ak positf terhadap kepercayaan pelaku ekonomi dan mampu meredam dampak gejolak yang terjadi di pasar finansial global. Secara umum, kinerja NPI dan indikator kerentanan eksternal terus membaik sehingga kestabilan nilai tukar rupiah terus terjaga. Posisi cadangan devisa hakikatnya harus selalu berimbang karena pertama, rekening ini mencatat pembayaran aktual, bukanya pembayaran yang diharapkan. Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 Kedua karena rekening ini mencatat semua pembayaran, apapun alasannya dilakukan pembayaran tersebut. Tabel 4.3 Perkembangan Cadangan Devisa Indonesia tahun 1985-2007 Tahun Cadangan Devisa ( Y ) ( Miliar ) 1985 5.846 1986 5.302 1987 6.512 1988 6.191 1989 6.562 1990 8.661 1991 9.868 1992 11.611 1993 12.352 1994 13.158 1995 14.674 1996 19.125 1997 21.418 1998 23.762 1999 27054 2000 29394 2001 28.004 2002 32.039 2003 36.296 Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 2004 36.320 2005 34.724 2006 42.586 2007 56.920 Sumber : Bank Indonesia Kantor Cabang Medan 4.4. Perkembangan Ekspor Ekspor patut diandalkan bagi sarana pertumbuhan ekonomi. Ada pengkhususan tersendiri bagi produk Negara kita. Dikarenakan untuk beberapa komoditi seperti karet, kopi, lada, rotan, damar, kayu yang hanya diproduksi oleh beberapa Negara. Sepanjang kurun waktu 1997 saat krisis moneter dan ekonomi mulai melanda Indonesia, ekspor barang-barang manufaktur Indonesia mengalami penurunan. Hingga akhir 1997 pertumbuhan ekspor hanya mencapai 7%, lebih rendah daripada pertumbuhan ekspor 1994. Hal ini diakibatkan krisis ekonomi yang cukup parah. Perkembangan nilai ekspor Indonesia selama periode tahun 2000-2004 cenderung meningkat dengan rata-rata pertumbuhan 4,05 persen per tahun, meskipun sempat melemah pada tahun 2001, dimana nilai ekspor Indonesia mengalami penurunan sebesar 9,34 persen, menjadi US $ 57.365juta. Hal ini sebagai dampak dari pengaruh melemahnya perekonomian dunia yang tumbuh lamban, khususnya Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 perekonomian Amerika Serikat sebagai salah satu negara tujuan utama ekspor Indonesia dan juga beberapa negara Asia. Nilai ekspor kembali mengalami kenaikan yang cukup tinggi pada tahun 2004 yaitu mencapai US $ 70.767 juta atau naik 17,24 persen. Kemudian pada tahun 2005 ekspor Indonesia meningkat kembali menjadi US $ 86.995 juta atau tumbuh sebesar 19,66 persen, pada tahun 2006 yaitu sebesar US $ 103.528 juta atau tumbuh sebesar 17,67 persen dan Ekspor tumbuh cukup tinggi di tahun 2007 terutama di topang oleh ekspor nonmigas. Total nilai ekspor selama tahun 2007 meningkat 14,0% menjadi $ 118,014 miliar. Kenaikan nilai ekspor tersebut terutama disebabkan oleh peningkatan harga komoditas, meskipun kenaikan volume ekspor juga terjadi pada berbagai komoditas. Namun demikian, kenaikan volume yang terjadi cenderung belum merata dan masih terkonsentrasi pada komoditas sumber daya alam (SDA), khususnya pertambangan. Hal ini sejalan dengan dengan kecenderungan kenaikan harga komoditas tambang yang berlangsung sejak tahun 2004. telah direspon oleh eksportir dengan peningkatan volume. Di sisi lain, kenaikan volume ekspor industri belum merata, bahkan terjadi penurunan komoditas utama seperti produk turunan CPO dan peralatan listrik. Demikia juga dengan kinerja sector migas yang belum menunjukan perbaikan signifikan dan masih menunjukan penurunan produksi alami akibat respon investasi dan eksplorasi baru migas yang agak lambat. Kenaikan harga komoditas di pasar internasional masih menjadi factor utama peningkatan nilai ekspor nonmigas. Harga komoditas ekspor nonmigas Indonesia Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 secara komposit meningkat 14,9% dibandingkan dengan tahun 2006. Secara lebih rinci, kenaikan harga kelompok pertanian, kelompok pertambangan, dan kelompok industri masing-masing sebesar 9,5%, 10,5% dan 26,1%. Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga relative adalah CPO (74,1%), nikel (56,6%), timah ((65,5%), dan kopi 925,7%) Di tengah kenaikan harga komoditas dunia, beberapa komoditas tidak bias mengoptimalkan peluang dengan meningkatkan volume ekspor akibat adanya kendala yang dihadapi. Salah satu komoditas yang cukup besar penurunan volume ekspor adalah CPO dan produk turunanya. Penurunan volume ekspor CPO yang terjadi pada awal tahun terkait dengan puncak masa panen tanaman sawit yang bergeser dari awal tahun 2007 menjadi akhir tahun 2006. Tabel 4.4 Perkembangan Ekspor Indonesia tahun 1985-2007 Tahun EKSPOR ( X1) ( Juta USD ) 1985 18527 1986 14396 1987 17206 1988 19509 1989 22974 1990 26807 1991 29635 1992 33796 1993 36607 Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 1994 40223 1995 47454 1996 50188 1997 56297 1998 50371 1999 51241 2000 65408 2001 57365 2002 59165 2003 64109 2004 70767 2005 86995 2006 103528 2007 118014 Sumber : Bank Indonesia Kantor Cabang Medan 4.5. Perkembangan Impor Impor suatu negara berkorelasi dengan out put dan pendapatan nasional negara tersebut. Permintaan untuk impor tergantung pada harga relatif atas barangbarang luar negeri dan dalam negeri. Oleh karena itu volume impor dan nilai impor akan dipengaruhi output dalam negeri, dan harga relatif antara barang dalam negeri dan buatan luar negeri. Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 Dalam hal pengaturan dan pengendalian impor ke arah yang menguntungkan dan melindungi produksi dalam negeri dan mendorong ekspor, telah diambil berbagai kebijaksanaan. Diantaranya diberlakukannya ketentuan tentang tarif bea masuk yang seragam bagi seluruh daerah pabean Indonesia, diberlakukan pada tahun 1986 melalui Paken 1986 yang mengatur tata cara persyaratan pengembalian bea masuk dan bea masuk tambahan dari barang impor yang digunakan untuk menghasilkan barang-barang ekspor. Paket kebijaksanaan 25 Oktober 1986 untuk menyederhanakan tata cara barang serta memperlancar penyediaan barang keperluan produksi dan memberikan perlindungan terhadap produksi dalam negeri dan perubahan tarif bea masuk. Perkembangan impor Indonesia berjalan sesuai dengan pemenuhan kebutuhan dalam negeri oleh karena itu saat ini Indonesia melakukan pola industrialisasi subsitusi impor. Dimana barang yang biasa di datangkan dari luar negeri kini diproduksi di Indonesia. Dan Perkembangan sektor industri ini memiliki dampak terhadap komposisi konsumsi barang impor yang mengalami fluktuasi di dalam negeri. Hal ini dipengaruhi oleh besarnya kebutuhan masyarakat terhadap jenis barang konsumsi dan juga dipengaruhi oleh fluktuasi kurs yang menentukan nilai mata uang yang digunakan untuk transaksi pembayaran dalam perdagangan barangbarang konsumsi tersebut. Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada pertengahan tahun 1998, nilai impor sebesar US$ 31942. dan meningkat tajam di tahun 2000 sebesar US$ 40.367 Impor barang-barang konsumsi selama kurun waktu 2001-2003 menunjukkan penurunan, dan pola laju pertumbuhannya berfluktuatif dibanding tahun-tahun sebelumnya.. Pada tahun 2002 impor barang konsumsi meningkat US$ 35.652dibanding tahun sebelumnya,. Tahun 2003 nilai impor meningkat lagi US$ 39.546 dan puncak peningkatan tertinggi di tahun 2004, yaitu sebesar US$ 50.615, peningkatan ini disebabkan gagal panen dan kerusakan persediaan barang-barang konsumsi. Tetapi kenaikan tidak juga berhenti walaupun bencana sudah berhenti pada tahun 2006 dimana barang impor meningkat walau hanya dalam jumlah yang kecil US$ 69.462 hingga pada tahun 2007 mengalami peningkatan yang tinggi impor sebesar US$ 73.868 yang disebabkan oleh dampak dari impor makanan, minuman, kosmetik, peralatan rumah tangga dan sebagainya dari berbagai negara importir (Sumber: Laporan Perekonomian Indonesia dan Laporan BI). Tabel 4.5 Perkembangan Impor Indonesia tahun 1985-2007 Tahun IMPOR ( X2 ) ( Juta USD ) 1985 12705 1986 11938 1987 12532 1988 13831 1989 16310 Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 1990 21455 1991 24834 1992 26774 1993 28376 1994 32322 1995 40921 1996 44240 1997 46223 1998 31942 1999 30600 2000 40367 2001 34668 2002 35652 2003 39546 2004 50615 2005 69462 2006 73868 2007 84930 Sumber : Bank Indonesia Kantor Cabang Medan 4.6. Perkembangan Kurs Pemerintah dalam upaya mempertahankan nilai tukarnya yang rentan berfluktuasi akibat perdagangan internasional telah beberapa kali melakukan devaluasi guna mempertahankan kinerja perdagangan luar negeri. Devaluasi adalah Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 kebijakan yang diambil oleh pemerintah untuk menurunkan nilai tukar mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain. Misalnya, nilai tukar rupiah semula ditetapkan sebesar Rp. 8000 per dolar AS diturunkan menjadi Rp. 9000 per dolar AS. Kebijakan devaluasi dalam jangka pendek dapat meningkatkan daya saing sehingga merangsang kegiatan ekspor, dengan asumsi negara lain tidak membalas dengan melakukan devaluasi dan eksportir dapat melakukan peningkatan efisiensi produksi untuk pemenuhan permintaan ekspornya. Devaluasi yang pernah dilakukan pemerintah yakni, Pada bulan agustus 1971 tersebut pemerintah melakukan devaluasi mata uang rupiah dari Rp 378/US$1 menjadi Rp 415/US$1 dan sejak tahun tersebut Indonesia menganut rezim devisa bebas, kurs ini dipertahankan hingga bulan November 1978. Sejak 1978 sistem kurs diganti dengan mengambang terkendali (Jhon Tafbu Ritonga, 2004). Pada tanggal 30 Maret 1983, pemerintah mendevaluasi juga rupiah dari Rp 702,5 menjadi Rp 994,- per dolar AS. Namun, tidak terlalu lama, tekanan pada rupiah di pasar semakin kencang dan akhirnya dilakukan juga devaluasi pada tanggal 12 September 1986 dari Rp 1.134,- menjadi Rp 1.655,- per dolar AS. ((Jhon Tafbu Ritonga, 2004) Goncangan di pasar Asia telah mampu membuat goncangan nilai tukar juga di Indonesia bahkan ini menjadi awal dari krisis moneter kita. Setelah terjadinya krisis moneter pada tahun 1997/1998 nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika serikat cenderung melemah hanya pada tahun 1999 nilai tukar rupiah terhadap dolar AS Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 menguat yaitu sebesar Rp 7.100 per dolar AS dari tahun 1998 yang melemah sebesar Rp 8.025 per dolar AS akibat terjadinya krisis moneter yang selanjutnya cenderung melemah pada tahun-tahun berikutnya. Nilai tukar rupiah pada tahun 2000 mengalami depresiasi yang tinggi yaitu sebesar Rp 9.595 per dolar AS dan mencapai puncak depresiasi pada tahun 2001 yaitu Rp 10.400 per dolar AS dan menguat walau hanya sedikit pada tahun 2003 yaitu Rp 8.465 per dolar AS. Akan tetapi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS cenderung melemah kembali pada tahun 2005 yaitu Rp 9.830 per dolar AS. Pelemahan rupiah tersebut disebabkan meningkatnya kebutuhan dolar dalam negeri terutama oleh koorporasi besar untuk pembayaran utang dan impor serta dampak penguatan dolar AS berkaitan dengan kenaikan suku bunga Fed. Sepanjang tahun 2007 nilai tukar rupiah bergerak stabil dan secara rata-rata menguat dibandingkan tahun sebelumnya. Kestabilan nilai tukar rupiah tersebut didukung oleh kondisi fundamental makroekonomi domestic yang semakinmembaik ditengah perkembangan ekonomi dan pasar keuangan global yang bergejolak. Krisis sector perumahan di Amerika Serikat (subprime mortgage) yang meluas dalam skala global disertai kenaikan harga minyak selama paruh kedua tahun 2007 sempat menimbulkan tekanan depresiasi terhadap nilai tukar. Namun, demikian kebijakan moneter dan fiscal yang ditempuh tekanan tersebu dapat diminimalisasi sehingga kestabilan rupiah dapt terjaga. pada tahun 2007 nilai tukar menguat walau hanya sedikit sebesar Rp 9.419 per dolar AS (Sumber: Laporan Perekonomian Indonesia dan Laporan Perekonomian BI). Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 Tabel 4.1 Perkembangan Kurs tengah Indonesia tahun 1985-2007 Tahun Kurs tengah ( X3 ) ( Rupiah) 1985 1125 1986 1641 1987 1650 1988 1729 1989 1795 1990 1901 1991 1992 1992 2062 1993 2110 1994 2200 1995 2308 1996 2383 1997 4650 1998 8025 1999 7100 2000 9595 2001 10400 2002 8940 2003 9465 2004 9290 2005 9830 2006 9020 Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 2007 9419 Sumber : Bank Indonesia Kantor Cabang Medan 4.7. Analisis Data Untuk mendapatkan hasil regresi antara variabel independent (Ekspor, Impor, dan Kurs) dan variabel dependen (tingkat cadangan devisa) maka digunakan data sekunder yang berasal dari Bank Indonesia yang dicatat mulai dari tahun 1987-2007 dan diolah dengan menggunakan bantuan program computer evius 4.1. Dengan hasil regresi dapat dbentuk model hasil estimasi sebagai berikut : Y = 0.164510 + 1.121773* LogX1 – 0.235429* LogX2 + 0.273247* LogX3 Standard error = (0.966551) (0.336762) t-statistik (3.331057) = R2= 0.98 *** (0.267126) (0.081985) (0.881341)* (3.332899)*** F-statistik = 411.8068 DW-stat = 1.800670 Ket: * )Signifikan pada α = 10% ** ) Signifikan pada α = 5% *** ) Signifikan pada α = 1% 4.7.1. Interpretasi Model Berdasarkan hasil regresi linear berganda dengan menggunakan program EViews 4.1 diperoleh estimasi sebagai berikut: Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 Y = 0.164510 + 1.121773* LogX1 – 0.235429* LogX2 + 0.273247* LogX3 Hasil estimasi di atas dapat dijelaskan pengaruh variabel independen yaitu Ekspor (X1), Impor (X2), Kurs rupiah terhadap dolar AS (X3) terhadap posisi cadangan devisa di Indonesia adalah sebagai berikut: 1. Ekspor Ekspor berpengaruh positif terhadap posisi cadangan devisa di Indonesia. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien regresi ekspor yaitu sebesar 1.121. Artinya setiap kenaikan 1 persen ekspor maka posisi cadangan devisa akan naik sebesar 11.2 persen, cateris paribus 2. Impor Impor berpengaruh negatiftif terhadap posisi cadangan devisa di Indonesia. Hal ini dapat dilihat oleh koefisien regresi Impor yaitu 0.235 Artinya setiap kenaikan 1 persen Impor maka posisi cadanagn devisa akan turun sebesar 2.3 persen, cateris paribus. 3. Kurs tengah rupiah terhadap dolar AS Kurs berpengaruh positif terhadap posisi cadangan devisa di Indonesia. Hal ini dapat dilihat oleh koefisien regresi Kurs yaitu 0.273 . Artinya setiap kenaikan 1 persen Kurs maka posisi cadangan devisa akan naik sebesar 2.73 persen, cateris paribus. 4.7.2. Test of goodness of fit (uji kesesuaian) A. Koefisien Determinasi (R-square) Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 Dari tabel regresi di atas dapat diperoleh koefisien Determinasi (R-square) sebesar 0,984 atau 98%, hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan variasi yang terjadi pada variabel independen (Ekspor,Impor,Kurs) dapat menjelaskan variabel dependen (Cadangan devisa) sebesar 98% sedangkan sisanya sebanyak 2% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak disertakan dalam model estimasi. B. Uji t-statistik (Uji Parsial) Uji t-statistik dilakukan untuk menguji apakan variabel independent diatas secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel dependen. Hipotesis : Ho : bi = 0 Ha : bi ≠ 0 Tidak Signifikan Signifikan Kriteria pengambilan keputusan : H0 : β = 0 Ho diterima (t*< t table) artinya variabel independen secara parsial Ha : β ≠ 0 tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen. Ha diterima (t*>table) artinya variabel independen secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel dependen. 1. Variabel ekspor (X1) Dari analisa regreisi diketahui t-hitung = 3.33 α = 10% : df = n-k-1 = 23-3-1 df = 19 maka t-tabel = 2.861 Dari hasil estimasi di atas dapat diketahui bahwa Ekspor (X1) siginifikan pada α = 1% dengan t-hitung>t-tabel (3.33>2.86), Dengan demikian Ha diterima. Artinya Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 variabel Ekspor (X1) berpengaruh nyata terhadap variabel posisi cadangan devisa (y) pada tingkat kepercayaan 99%. Ha diterima Ha diterima -3.33 Ha diterima -2.86 0 Gambar 3.1 2.86 3.33 Kurva Uji t statistik Variabel Ekspor 2. Variabel impor (X2) Dari analisa regreisi diketahui t-hitung = 0.88 α = 1% : df = n-k-1 = 23-3-1 df = 19 maka t-tabel = 1.729 Dari hasil estimasi di atas dapat diketahui bahwa Impor (X2) siginifikan pada α = 10% dengan t-hitung>t-tabel (0.88>1.72), Dengan demikian Ho diterima (t*> t table) artinya variabel impor secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap cadangan devisa (Y) pada tingkat kepercayaan 90%. Ini dikarenakan pembiayaan atas impor akan mengurangi jumlah cadangan devisa. Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 Ho diterima Ha diterima -1.72 Ha diterima -1.67 0 1.67 1.72 Gambar 3.2 Kurva Uji t statistik Variabel Impor 3. Variabel kurs (X3) Dari analisa regresi diketahui t-hitung = 3.33 α = 10% : df = n-k-1 = 23-3-1 df = 19 maka t-tabel = 2.861 Dari hasil estimasi di atas dapat diketahui bahwa Kurs (X3) siginifikan pada α = 10% dengan t-hitung<t-tabel (3.33>2.86), Dengan demikian Ho diterima (t*> t table) artinya variabel kurs secara parsial berpengaruh nyata terhadap cadangan devisa (Y) pada tingkat kepercayaan 90%. Ha diterima Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 Ha diterima Ha diterima -2.86 0 -2.09 2.09 2.86 Gambar 3.3 Kurva Uji t statistik Variabel Kurs C. Uji F-statistik (Uji Overall) Uji F-statistik dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen mampu secara bersama-sama mempengaruhi peningkatan variabel dependen. Hipotesis : : Ho : bi = 0 Tidak Signifikan Ha : bi ≠ 0 Signifikan Kriteria pengambilan keputusan : H0 : β 1 = β 2 = β 3 = 0 Ho diterima (F*< F tabel) artinya variabel independen secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen. H0 : β 1 ≠ β 2 ≠ β 3 ≠ 0 Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 Ha diterima (F* > F tabel) artinya variabel independent secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel dependen. Dari hasil analisa regresi diketahui F-hitung = 411.8068 Dimana, α = 1 %, V1 = k = 3 V2 = 23-3-1= 19 Maka F-tabel = 5.01 Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh bahwa F-hitung>F-tabel (218.338>5.01). Dengan demikian, Ha diterima yang artinya bahwa variabel Ekspor (X1), Impor (X2), Kurs (X3) secara keseluruhan mempengaruhi besarnya posisi cadangan devisa pada tingkat kepercayaan sebesar 99 %. Ho diterima Ha diterima 0 5.01 218.338 Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 Gambar 3.2 Kurva Uji F statistic 3.4.3 Uji Penyi mpangan Asumsi Klasik 1. Multicolinearitas Multicolinearitas adalah suatu kondisi dimana terdapat hubungan variabel independen diantara satu dengan lainnya. Dalam penelitian ini tidak terdapat multikolinearitas diantara variabel independen. Hal ini dapat dilihat dari setiap koefisien masing-masing variabel sesuai dengan hipotesa yang telah ditentukan. Dari model analisa: LogY= α + β 1 LogX3+ µ ……………(1) LogX1+ β 2 LogX2+ β 3 R2 = 0,984 Maka dilakukan pengujian diantara masing-masing variabel independen. Hal ini dilakukan untuk melihat apakah ada hubungan antara masing-masing variabel independen. Ekspor (X1) = f(Impor(X2), Kurs(X3) ) β 1LogX1 = α + β 2 LogX2+ β 3 LogX3+ µ …………………………………………(2) Maka didapat R2 = 0.988 artinya variabel Ekspor (X1) mampu memberi penjelasan sebesar 98 persen terhadap variable Impor (X2) dan Kurs (X3). Melalui Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 hasil R2 persamaan 2 ini terdapat multikolinearitas antara variabel independen. Karena R2 persamaan 2 lebih besar 0.4 dari R2 model analisis persamaan 1. Impor (X2) = f(Ekspor (X1), Kurs (X3) ) β2 LogX2 = α + β 1LogX1+ β 3LogX3+ µ …………………………………………(3) Maka didapat R2 = 0.981 artinya variable Impor (X2) mampu memberi penjelasan sebesar 98 persen terhadap variabel Ekspor(X1) dan Kurs (X3). Dari hasil R2 persamaan 3 ini dapat disimpulkan tidak ada multikolinearitas antara variabel independen. Karena R2 persamaan 3 lebih kecil dari R2 model analisis persamaan 1. Kurs (X3) = f( Ekspor(X1), Impor (X2) ) β 3LogX3 = α + β 1 Log X1+ β 2 LogX2+ µ …………………………………………(4) Maka didapat R2 = 0.90 artinya variabel Kurs (X3) mampu memberi penjelasan sebesar 90 persen terhadap variabel Ekspor (X1) dan Impor (X2). Dari hasil R2 persamaan 4 ini dapat disimpulkan tidak ada multikolinearitas antara variabel independen. Karena R2 persamaan 4 lebih kecil dari R2 model analisis persamaan 1. 2. Autokorelasi (Serial Correlation) Serial Correlation didefenisikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu atau ruang. A. Uji Durbin Watson (Uji DW) Hipotesa : H0 : ρ = 0, artinya tidak ada autokorelasi Ha : ρ = 0, artinya ada autokorelasi Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 Dari hasil analisa regresi diketahui Dw-hitung = 1.87 k = 3 ; n = 23 ; α = 1% dl = 0.98 ; 4-dl = 4-0,98 = 3.28 du = 1.68; 4-du = 4-1,68 =2,32 Inconclusive Autokorelasi (+) Autokorelasi (-) Ho diterima (no serial correlation) 0 0,98 1,68 1,87 2 2,32 3,28 4 Gambar 3.3 Uji Durbin-Watson Berdasarkan hasil regresi dapat diperoleh bahwa DW hitung = 1,87 berada pada posisi dwu<dw<2. Ini berarti H0 diterima (tidak ada autokorelasi) pada tingkat kepercayaan 99%. Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi posisi cadangan devisa di Indonesia, maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Bank Indonesia sebagai pihak otoritas moneter Indonesia harus mampu menjaga keseimbangan cadangan devisa. Karena cadangan devisa merupakan indikator kekuatan perekonomian kita. Menunjukan bagaimana kemampuan negara kita dalam melakukan pembiayaan perdagangan ataupun kemampuan membayar utang luar negeri sehingga menjaga kepercayaan pihak asing terhadap perekonomian kita. Cadangan devisa juga menjamini akan tindakantindakan pasar dalam melakukan investasinya, sehingga semakin terpercaya stabil (dalam hal ini dilihat dalam kekuatan cadangan devisanya). Perdagangan internasional merupakan penyumbang hasil yang besar bagi cadangan devisa Indonesia. Adapun surplus ini di dapat melalui selisih antara volume ekspor dan impor yang di dapat dalam neraca perdagangan. Penguatan cadangan devisa juga tidak terlepas dari pengaruh kurs, oleh karena itu perlu menjaga kestabilan nilai tukar guna membantu kestabilan perekonomian dan menunjang perluasan ekspor sehingga mencapai kemakmuran yang lebih baik Kebijakan perlindungan industri dalam negeri terhadap impor menjadi kesempatan bagi Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 pengusaha dalam negeri memasarkan produknya dalam negeri dan seefektif mungkin belajar dari industri luar agar mencapai hasil yang maksimal dan mampu bersaing di pasar luar. 2. Permintaan efektif yang masyarakat buat akan direspon oleh pihak industri meyakinkan diri untuk bersaing di pasar luar negeri dan menunjang pendapatan nasional. Proses ini tentunya akan diiringi oleh kemampuan pemerintah dalam mengolah makro ekonominya pada kondisi full employment. Dan akan menjaga efek kestabilan nilai tukar melalui kebijakan-kebijakanya guna merangsang investasi asing sehingga kepercayaan ekonomi terhadap negara semakin baik. 5.2. SARAN 1. Sebagai warga negara Indonesia sebaiknya kita mampu mengerti kondisi perekonomian negara kita. Sehingga setiap perilaku ekonomi yang kita lakukan dapat menguntungkan negara kita. Mengurangi pemakaian produk luar negeri mampu menjadi angka pengganda dalam kegiatan perekonomian kita. Sebab aliran perputaran uang kita akan lebih dirasakan oleh kita dan masyarakat Indonesia lainya. 2. Bagi Bank Indonesia kiranya dapat mempertahankan kinerja dalam pemberian data yang akurat dan tersedia setiap periodenya agar tidak terjadi manipulasi data dalam melakukan penelitian. Dan menyelaraskan kesamaan data dengan instansi-instanti terkait dalam pelaporan data. Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 DAFTAR PUSTAKA Halwani, Hendra, 2002. Ekonomi Internasional dan Globalisasi Ekonomi, Ghalia Indonesia: Jakarta. Hasan, M. Iqbal, 2002. Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian & Aplikasinya, Ghalia Indonesia: Jakarta. Tambunan, Tulus, 2001, Transformasi Ekonomi di Indonesia; Teori dan Penemuan Empiris, Salemba Empat: Jakarta M.S, Amir, 1999. Ekspor - Impor Teori dan Penerapannya, PT Pustaka Binaman Presindo: Jakarta. Pratomo, Wahyu Ario & Hidayat, Paidi, 2007. Pedoman Praktis Penggunaan Eviews dalam Ekonometrik, USU Press: Medan. Prasetiantono, A. Tony, 2005. Rambu-rambu Yang Diabaikan, Kompas: Jakarta Nachrowi, 2002. Penggunaan Teknik Ekonometrika, PT Raja Grafindo: Jakarta Rachbini, J. Didik & Tono, Suwidi, 2000. Bank Indonesia : Menuju Independensi Bank Sentral, PT. Mardi Mulyo: Jakarta. ……………..Bank Indonesia Cabang Medan, Statistika EkonomiKeuangan Indonesia Beberapa Tahun Penerbitan Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 Lampiran 1. Cadangan EKSPOR IMPOR Kurs tengah Devisa (Y) ( X1) ( X2 ) ( X3 ) ( Miliar USD ) ( Juta USD ) ( Juta USD ) ( Rupiah) 1985 5.846 18527 12705 1125 1986 5.302 14396 11938 1641 1987 6.512 17206 12532 1650 1988 6.191 19509 13831 1729 1989 6.562 22974 16310 1795 1990 8.661 26807 21455 1901 1991 9.868 29635 24834 1992 1992 11.611 33796 26774 2062 1993 12.352 36607 28376 2110 1994 13.158 40223 32322 2200 1995 14.674 47454 40921 2308 1996 19.125 50188 44240 2383 1997 21.418 56297 46223 4650 1998 23.762 50371 31942 8025 1999 27054 51241 30600 7100 2000 29394 65408 40367 9595 2001 28.004 57365 34668 10400 2002 32.039 59165 35652 8940 2003 36.296 64109 39546 9465 2004 36.320 70767 50615 9290 2005 34.724 86995 69462 9830 Tahun Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 2006 42.586 103528 73868 9020 2007 56.920 118014 84930 9419 Lampiran 2. Hasil regresi Ekspor, Impor, Kurs nilai rupuah terhadap posisi Cadangan devisa di Indonesia. Dependent Variable: LY Method: Least Squares Date: 03/12/09 Time: 08:11 Sample: 1985 2007 Included observations: 23 Variable C LX1 LX2 LX3 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat Coefficient Std. Error -0.164510 1.121773 -0.235429 0.273247 0.984854 0.982462 0.096729 0.177775 23.28580 1.800670 t-Statistic Prob. -0.170203 3.331057 -0.881341 3.332899 0.8666 0.0035 0.3891 0.0035 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic) 9.728399 0.730414 -1.677026 -1.479549 411.8068 0.000000 0.966551 0.336762 0.267126 0.081985 Lampiran 3. Hasil regresi Variabel Independen Ekspor terhadap Impor, Kurs Valuta asing. Dependent Variable: LX1 Method: Least Squares Date: 03/12/09 Time: 08:48 Sample: 1985 2007 Included observations: 23 Variable C LX2 Coefficien t Std. Error t-Statistic Prob. 2.359238 0.774874 0.365490 0.037927 6.455008 20.43073 0.0000 0.0000 Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 LX3 0.212231 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat 0.988895 0.987785 0.064228 0.082503 32.11412 1.974288 0.026671 7.957488 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic) 0.0000 10.65986 0.581124 -2.531663 -2.383555 890.5079 0.000000 Lampiran 4. Hasil regresi variabel independen Impor terhadap Ekspor, Kurs valuate asing. Dependent Variable: LX2 Method: Least Squares Date: 03/12/09 Time: 08:49 Sample: 1985 2007 Included observations: 23 Variable Coefficien t Std. Error t-Statistic Prob. C LX1 LX3 -2.466019 1.231525 -0.236673 0.592075 0.060278 0.043693 -4.165047 20.43073 -5.416682 0.0005 0.0000 0.0000 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat 0.981247 0.979372 0.080971 0.131125 26.78608 1.871756 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic) 10.34165 0.563764 -2.068355 -1.920247 523.2525 0.000000 Lampiran 5. Hasil regresi variabel independen Kurs valuta asing terhadap Ekspor,Impor. Dependent Variable: LX3 Method: Least Squares Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 Date: 03/12/09 Time: 08:50 Sample: 1985 2007 Included observations: 23 Variable Coefficien t Std. Error t-Statistic Prob. C LX1 LX2 -10.83446 3.580851 -2.512551 1.039326 0.449998 0.463854 -10.42450 7.957488 -5.416682 0.0000 0.0000 0.0000 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat 0.901553 0.891708 0.263821 1.392035 -0.381224 1.706245 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic) 1.352989 0.801701 0.294019 0.442127 91.57746 0.000000 Lampiran 6 Deskriptif statistik Perkembangan variabel Ekspor (X1) Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 Lampiran 7 Deskriptif statistik Perkembangan variabel Impor (X2) Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 Lampiran 8 Deskriptif statistik Perkembangan variabel Impor Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 Lampiran 9 Deskriptif statistik Perkembangan variabel dependent Cadangan Devisa (Y) Juniartha R. Pinem : Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia, 2009. USU Repository © 2009