Vol 6 No 2 (2024) P ISSN 2615-160X || E ISSN 2987-5501
10.30587/jieec.v%vi%i.7992
Pemberian Reward dan Kelekatan Anak dengan Ibu terhadap
Tingkat Kemandirian Anak Usia 5-6 Tahun Di Sekolah RA
Ukhuwah Al-Ikhlash Kureksari
Adelia Miranti Sidiq1, Nur Sifaur Rohmai2
adeliamirantis@stai-ypbwi.ac.id, nursifaur@gmail.com
STAI YPBWI, Surabaya
Abstrak
Kemandirian merupakan kemampuan seseorang yang terbentuk dari pengalaman-pengalaman
yang melalui proses belajar untuk tidak bergantung pada orang lain, mempunyai rasa percaya diri
mampu mengambil keputusan dan bertangung jawab atas segala sesuatu yang telah dilakukan.
Sebagai salah satu tugas perekmbangan pada anak usia dini, kemandirian perlu diperhatikan dan
ditanamkan sejak dini. Maka permasalahan yang penulis rumuskan dalam penelitian ini adalah:
1) bagaimana pemberian reward ibu terhadap anak usia 5-6 tahun 2) bagaimana kelekatan
dengan ibu pada anak usia 5-6 tahun. 3) apakah pemberian reward dan kelekatan dengan ibu
terhadap kemandirian anak usia 5-6 tahun. Hasil dari penelitian ini menujukan ada hubungan
antara pemberian reward dan kelekatan dengan ibu terhadap kemandirian anak di sekolah.
Menunjukan hasil positif sangat baik sesuai dengan nilai yang didominasi BSH( Berkembanag
Sesuai Harapan) dan BSB ( Berkembang Sangat Baik). Dapat disimpulkan bahwa pemberian
reward dan kelekatan dengan ibu terhadap kemandirian sangat signifikan.Hal ini menunjukan
bahwa semakin positif pemberian reward dan kelelkatan anak dengan ibu, maka semakin tinggi
tingkat pencapian kemandirian nya.
Kata Kunci: Pemberian Reward, Kelekatan Anak, Kemandirian, dan Anak Usia Dini
Abstract
Independence is a person's ability that is formed from experiences through a learning process
not to depend on other people, to have self-confidence to be able to make decisions and be
responsible for everything that is done. As one of the development tasks in early childhood,
independence needs to be considered and instilled from an early age. So the problems that the
author formulated in this research are: 1) how do mothers give rewards to children aged 5-6
years 2) how is the attachment to mothers for children aged 5-6 years. 3) Does giving rewards
and attachment to the mother affect the independence of children aged 5-6 years. The results of
this research show that there is a relationship between giving rewards and attachment to the
mother on children's independence at school. Shows very good positive results in accordance
with the values dominated by BSH (Developing According to Expectations) and BSB
(Developing Very Well). It can be concluded that giving rewards and attachment to the mother
on independence is very significant. This shows that the more positive the reward and
attachment the child is to the mother, the higher the level of achievement of independence.
Keywords: Giving Rewards, Child Attachment, Independence, and Early Childhood
1 – JIEEC UMG
PENDAHULUAN
Kehidupan pada masa anak dengan
berbagai pengaruh adalah masa kehidupan
yang sangat penting khususnya berkaitan
dengan diterimanya rangsangan ( stimulus)
dan perlakuan dari lingkungan hidupnya.
Kehidupan pada masa ank yang merupakan
suatu periode yang disebut sebagai periode
kritis ataupun sensitif dimana kualitas peran
ransangan harus diatur sebaik-baiknya,
tentunya memerlukan interven yang baik
dari orang tua maupun guru.
Masa anak-anak ini memiliki beberapa
tugas
perkembangan
untuk
dapat
melanjutkan
tahapan
perkembangan
selajutnya yaitu masa remaja. Salah satu
tugas perkembang anak untk mencapai
tahapan tersebut adalah menumbuhkan
kemandirian. Mandiri atau sering juga
disebut berdiri di atas kaki sendiri
merupakan kemampuan seseorang untuk
tidak tergantung pada orang lain serta
bertangung
jawab
atas
apa
yang
dilakukannya. hal ini diperkuat oleh Kartono
kemandirian adalah kemampuan berdiri
sendiri di atas kaki sendiri dengan kebenaran
dan tanggung jawab sendiri.
Dalam proses tumbuh kembang anak,
orang tua khususnya ibu berkewajiban
dalam mengasuh, membimbing, dan
mendidik yang tidak lepas dari berbagai
halangan. Begitu banyak usaha yang
dilakukan ibu untuk membekali diri dengan
pengetahuan yang berkaitan dengan proses
perkembangan anak. Bimbingan kepada
anak untuk menjadi manusia yang mandiri
dimulai dari lingkungan keluraga, yang
berupa
peberian
kesempatan
untuk
menyelesaikan tugas sederhana tanpa
bantuan, kebebasan dalam mengambil
keputusan dan mengembangkan diri sesuai
diri sesuai dengan bakat, minat dan
kebutuhan.
Menyadari akan pentingnya kehidupan
pada masa awal anak dengan berbagai
pengaruh
yang
berkaitan
dengan
diterimanya rangsangan (stimulus) dan
perlakuan yang diberikan kepada anak.
Lingkungan yang memberikan dukungan
positif akan menghasilkan anak-anak yang
berkualitas unggul di masa mendatang.
Anak usia dini sangat senang apabila
mendapatkan kata pujian ataupun reward
atas apa yang sudah anak lakukan dirumah
dan disekolah. Walaupun terkadang dalam
melakukan kegiatan anak belum berhasil,
orang tua atau guru tetap harus mendorong
semangat anak dengan memberikan reward
atau pujian dengan kasih dan sayang.
Reward atau pujian yang diberikan dengan
tepat mempunyai peran penting bagi anak.
Dengan menggunakan banyak kata pujian
dan penghargaan yang mendorong semangat
anak, maka orang tua dan guru akan melihat
perkembangan
mengembirakan
dalam
kehidupan anak, dan anak akan selalu berada
dalam kehidupan yang menyenangkan.
Peran orang tua khususnya ibu, sangat
besar
dalam
proses
pembentukan
kemandirian. Ibu, merupakan lingkungan
yang pertama dan utama bagi seorang anak,
sosok yang mempunyai keterlibatan
langsung dalam perawatan, perkembangan
anak dan pemberian nurisi. Profesi sebagai
ibu rumah tangga merupakan paling mulia.
Namun di jaman modern seperti sekarang
ini, seorang ibu tidak hanya dituntut
mengasuh anak dirumah, akan tetapi juga
dituntut untuk ikut aktif mengembangkan
karir esuai den minat dan latar belakang
pendidikan selain sebagai ibu rumah tangga.
Rutinitas kedua orang tua khususnya ibu
yang padat menyita seluruh waktu dan
tenaga untuk kegiatan tersebut sehingga
mengakibatkan pengasuhan anak digantikan
oleh pengasuh atau baby sitter, neneknya,
saudara dekat dan bahkan anak dititipkan di
yayasan penitipan anak. Kesibukan ini
2 – JIEEC UMG
mengakibatkan hubungan yang tidak
harmonis antara ibu dan anak. Sehingga
kebutuhan hidupnya kurang tercukupi
seperti kebutuhan kasih sayang, keamanan,
perhatian dan kurang pengawasan. Anak
merasa tidak diperhatikan dan dianggap
seperti anak mencari obyek lekat selain
orang tuanya atau mencari kegiatan lain.
Kelekatan anak pada ibu dapat
menimbulkan berbagai macam perilakuperilaku tertentu. Anak akan merasa tidak
nyaman dan takut ketika ditinggal oleh
ibunya, ia membutuhkan sosok yang mampu
melindungi dan membuat aman. Anak
merasa nyaman ketika mendengan suara
figure lekat (ibu), rabaan dan keberadaan
sang
ibu.
Sementara
itu
Hurlock
berpendapat bahwa anak lebih tergantung
pada orang tua dalam hal perasaan aman dan
kebahagiaan, maka hubungan yang buruk
dengan orang tua akan berakibat sangat
buruk. Apalagi kalau hubungan dengan ibu
yang lebih buruk karena kepada ibulah
sebagai besar sangat tergantung.
Berdasarkan latar belakang masalah
yang telah diuraikan di atas, maka dapat
ditarik rumusan masalah sebagai berikut: 1).
Bagimana pemberian reward ibu terhadap
anak pada KB-RA Ukhuwah Al-Ikhlash
Kureksari. 2). Bagaimana kelekatan anak
dengan ibu di sekolah pada KB-RA
Ukhuwah Al-Ikhlash Kureksari?. 3). Apakah
pemberian reward dan kelekatan dengan ibu
terhadap kemandirian anak disekolah pada
KB-RA Ukhuwah Al-Ikhlash Kurekasari.
Pembatasan suatu masalah digunakan
untuk menghindari adanya penyimpangan
maupun pelebaran pokok masalah agar
penelitian tersebut lebih terarah dan
memudahkan dalam pembahasan sehingga
tujuan penelitian akan tercapai yang
berkaiatan dengan pemberian reward dan
kelekatan anak dengan ibu terhadap
kemandirian anak saat disekolah pada KBRA Ukhuwah Al-Ikhlash Kureksari.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini adalah kualitatif
deskriptif yang menganalisa data dengan
cara menggambarkan data yang telah
terkumpul sebagaimana adanya tanpa
bermaksud membuat kesimpulan yang
berlaku untuk umum.
Penelitian ini data-datanya berupa
kata-kata (bukan angka-angka berasal dari
wawancara, catatan laporan, dokumen dll)
atau penelitian yang di dalamnya
mengutamakan untuk pendeskripsian secara
analisis tentang suatu peristiwa atau proses
sebagaimana adanya dalam lingkungan yang
alami untuk memperoleh makna yang
mendalam dari hakekat proses tersebut.
Penelitian kualitatif dari sisi definisi
lainnya dikemukakan bahwa hal itu
merupkan penelitian yang memanfaatkan
wawancara terbuka untuk menelaah dan
memahami sikap, pandangan, perasaaan, dan
perilaku individu atau sekelompok orang.
Berdasarkan kriteria yang disarankan,
maka subyek yang dilibatkan dalam
penelitian ini adalah kepala sekolah sebagai
manager sekolah dan penanggung jawab
proses belaja rmengajar dan keseluruhan
pelaksanaan administrasi. Guru sebagai
tenaga pendidik sekaligus pelaksana proses
belajar mengajar, guru sebagai moderator
dan fasilitator proses pembelajaran siswa
dalam mencapai prestasi belajarnya, dan
masyarakat/komite sekolah sebagai stake
holder dari hasil pendidikan di sekolah KBRA Ukhuwah Al-Ikhlash Kurekasari.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam hal ini, penulis menyajikan
sebuah data beserta analisisnya sebagai hasil
penelitian yang peneliti lakukan di KB-RA
Ukhuwah Al-Ikhlash Kureksari Waru
Sidoarjo. Data ini merupakan hasil
penelitian
berdasarkan
observasi,
dokumentasi, dan wawancara kepada kepala
3 – JIEEC UMG
sekolah, guru kelas kelompok B1 dan guru
kelas kelompok B2. Kemudian datayang
telah dikumpulkan tersebut dianalisis
agarmendapat gambaran yang jelas sesuai
dengan tujuan penelitian dalam penulisan
skripsi. Adapun data yang disajikan penulis
terlebih dahulu adalah data yang bersifat
kualitatif dekriptif, dimana data tersebut
merupakan hasil pengamatan di KB-RA
Ukhuwah Al-Ikhlash Kureksari Waru
Sidoarjo.
Sebelum beranjak pulang saya
bertemu dengan Ustadzah Hj. Hamidah
selaku Kepala Sekolah izin untuk
mewawancara walimurid kelompok B1 dan
kelompok B2 sesuai dengan judul skripi
saya pemberian reward dan kelekatan anak
dengan ibu terhadap kemandirian anak di
sekolah.
Pemberian Reward Ibu terhadap Anak
Berdasarkan dari observasi dan
wawancara yang dilakukan penelitian bahwa
wali murid KB-RA Ukhuwah Al-Ilkhlash
pemberian reward
untuk ananda
mempunyai ciri khas tertentu, anak
diberikan reward saat dia melakukan sesuai
dengan aturan. Pemberian reward Verbal (
pujian ) dan Non Verbal ( hadiah )
memberikan teladan yang positif dan
memberikan motivasi serta kelekatan anak
dengan ibu. Hal ini dipaparkan oleh wali
murid KB-RA Ukhuwah Al-Ikhlash berikut
hasil wawancara dengan Ibu Indri puji
selaku wali murid kelompok B1 menyatakan
bahwa:
“Pemberian reward sering dilakukan
baik verbal maupun non verbal, bentuk
pemberian reward verbal “kamu hari ini
hebat nak tingkatkan lebih baik yaaa” dan
bentuk reward non verbal sebuah pelukan
hangat dari ibu dan memberikan manian
edukasi
yang
membantu
anak
mempermudah ilmu baru seperti : buku
cerita, puzzle, bentuk huruf hijaiyah dan
lain-lain. Tidak perlu mahal yang peting ada
manfaat bagi anak dan sesuai dengan
kondisi orang tua. Reward dengan kelekatan
anak dengan ibu sangat berpengaruh anak
merasa dekat dan nyaman sehingga anak di
sekolah menjadi anak mandiri dan selalu di
motivasi dari rumah agar anak mandiri saat
disekolah.”
Ibu Surya Niengsi selaku wali murid
kelompok B2 menyatakan bahwa:
“Pemberian reward selalu dilakukan
saat dirumah menerepkan verbal dan non
verbal, bentuk reward verbal “ kamu hebat
terimakasih yaa harus ditingkatkan lagi yaa
sayang” bentuk reward non verbal ciuman
dari ibu,, membelikan makanan kesukaan
dan membelikan barang yang sesuai dengan
kebutuhan buat sekolah contonya: tas,
sepatu, buku, kotak pensil dan lain-lain.
Reward dan kelekatan anak dengan ibu
sangat berhubungan terhadap perkembangan
kemandirian anak disekolah.”
Setiap orang tua pasti mengininkan
anak-anaknya nanti tumbuh sebagai sosok
pribadi yang menyenangkan, mandiri,
dewasa dan memiliki akhlak yang baik.
Dengan seorang figure harus memberikan
contoh yang baik sehingga anak menerima
dengan baik.
Tujuan orang tua untuk memberikan
reward bukan berarti memanjakan anak
tetapi membuat anak semangat dalam
melakukan kebakan buat dirinya sendiri Ibu
peran utama saat membimbing anak agar dia
kelak akan hidup mandiri dan kelekatan
anak dan ibu membuat anak percaya diri
disekolah maupun dilingkungan.
Disekolah juga dilakukan pemberian
reward buat anak yang bisa menjawab
pertanyaan dari guru dan di akhir semester
ada reward buat anak yang aktif didalam
kelas.
Kelekatan Anak dengan Ibu
4 – JIEEC UMG
Aspek kelekatan aman (Secure
Attachment) menerangkan tentang anak
merasa percaya terhadap ibu sebagai figur
yang selalu siap mendampingi, sensitif dan
responsif, penuh cinta dan kasih sayang
ketika anak mencari perlindungan dan atau
kenyamanan, anak lebih menghargai ibunya,
dan selalu menolong atau membantunya
dalam menghadapi situasi yang mengancam
dan menakutkan.
Pola Kelekatan Aman (Secure
Attachment) anak pada ibu ditunjukkan
dengan anak senang ketika bertemu dengan
ibu, anak tidak merengek saat ibu sibuk
beraktivitas, anak merespon pelukan ibu
dengan senang dan erat, anak menuruti
nasehat ibu walaupun tidak sependapat, anak
menunjukkan ekspresi senang dan bahagia
saat diajak bercanda dengan ibu, pada saat
belajar anak didampingi oleh ibu dan
mendapatkan fasilitas yang cukup dan ketika
anak sedang takut ibu segera datang untuk
melindunginya.Hal ini dipaparkan oleh wali
murid KB-RA Ukhuwah Al-Ikhlash berikut
hasil wawancara :
Ibu Surya Niengsi selaku wali murid
B2 menyatakan bahwa:
“ Kelekatan anak dengan ibu sangat
dekat, anak banyak melakukan kegiatan
dengan ibu, seperti saya dan reynad hingga
melakukan pekerjaan bersama anak. Kadang
reynad itu bilang “ Maa capek yaa kerja
maafin reynad yaa maa” sambil berpelukan
secara tidak langsung anak itu dekat dan
merasakan.”
Hal ini dapat dipahami karena ibu
lebih banyak berinteraksi dengan dan
bertugas memenuhi kebutuhannya serta
memberikan rasa aman dan nyaman. Oleh
karena itu, sebagai figure di harpkan
memberikan rasa aman dan memahami
anaknya agar dapat menciptakan hubungan
yang baik, kerena ibu memegang peran
penting dalam proses perkembangan seorang
anak.
Kemandirian Anak Di Sekolah KB-RA
Ukhuwan Al-Ikhlash
KB-RA Ukhuwah Al-Ikhlash sangat
menjunjung
tinggi
keberhasilan
pembelajaran baik Akademik maupun Non.
Akademik sehingga menghasilkan siswasiswi berpretasi maka dari itu untuk
meningkatkan kemandirian belajar siswa
membutuhkan banyak dukungan berbagai
pihak diantaranya orang tua dan guru.
Sebagai orang tua selalu memberikan
motivasi dan dukungan belajar sehingga
anak semangat mencari ilmu di sekolah.
Pada aspek kemandirian ini akan
menerangkan
tentang
kemampuan
mengontrol emosi dan tidak tergantungnya
kebutuhan emosi dari orang tua, kemampuan
mengatur ekonomi dan tidak tergantungnya
kebutuhan ekonomi pada orang tua,
kemampuan untuk mengatasi berbagai
masalah yang dihadapi, dan kemampuan
untuk mengadakan interaksi dengan orang
lain dan tidak tergantung atau menunggu
aksi dari orang lain.
Berdasakan hasil Observasi dan
wawancara yang dilakukan peneliti pada
wali murid dan wali kelas B KB-RA
Ukhuwah Al-Ikhlash, tentang kemandirian
anak disekolah. Ketika anak berani
mengemukakan keinginanya, anak bisa
mengambil keputusan dan bertangung jawab
dengan pilihannya, mengikuti aturan yang
ditetapkan dikelas dan sekolah, menyesuikan
dengan situasi saat bermain dengan teman.
Ustadzah Mega selaku wali kelas B2
menyatakan bahwa:
“Anak bisa mengambil keputusan dan
bertangung jawab dengan pilihannya contoh
: Ananda Reynad suka memilih kegiatan
yang dia suka tetapi terkadang dia bingung
dengan keputusannya ustadzah Mega
5 – JIEEC UMG
mengarahkan “kamu harus tangung jawab
dengan pilihan perta yaa mas reynad kamu
past bisa”, dengan senang hati dan rasa
percaya diri reynad “siap ustadzah mega.”
Uraian dari hasil wawancara guru
kelas terdapat hasil yang sama antara
ustdzah mega dengan ustadzah suci yaitu
selalu terus mengingtkan kepada murid agar
selalu menerapkan kemandirian, selain itu
setiap di akhir semester dari pihak sekolah
ada reward bagi anak yang mandiri itu yang
membuat anak-anak berlomba-lomba.
Tabel. 1. Penilaian Kemandirian Anak Di
KB Ukhuwah Al-Ikhlash Kureksari
No
Nama
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Afifa
Ardi
Bulan
Bhima
Dzaky
Isyna
Khairu
Khaleed
Keisha
Nadya
Naufal
Naisila
Raihan
Rama
Salwa
Syaffa
Berani
Mengambil
keputusan
BSB
MB
BSB
BSB
MB
BSH
BSB
BSB
BSB
BSB
BSH
BSH
BSB
BSH
BSB
BSB
Menyesuaikan
diri dengan
lingkungan
BSB
BSH
BSB
BSB
BSH
BSH
BSB
BSB
BSB
BSB
BSH
BSB
BSB
BSH
BSB
BSB
Percaya diri
BSB
BSB
BSB
BSB
BSH
BSH
BSB
BSB
BSB
BSB
BSB
BSB
BSB
BSB
BSB
BSB
Berdasarkan hasil Tabel diatas
Penilaian
Berani
Mengambil
keputusan,MB= 2 Anak, BSH= 4 Anak
,BSB= 10 Anak. Penilaian Menyesuaikan
diri dengan lingkungan, BSH= 6 Anak,
BSB= 8 Anak. Penilaian Percaya diri,BSH=
2 Anak, BSB= 14 Anak. Dilihat dari hasil
penelitian diatas terlihat nilai anak-anak
meningkat, artinya pemberian reward dan
kelekatan anak dengan ibu terhadap
kemandirian anak ini dibuktikan dengan
nilai yang didominasi BSH ( Berkembang
Sesuai Harapan ) dan BSB ( Berkembang
Sangat Baik).
PENUTUP
Berdasarkan uraian dari bab-bab
sebelumnya, hasil penelitian tentang
Pemberian Reward dan kelekatan anak
dengan ibu terhadap kemandirian anak di
sekolah KB-RA Ukhuwah Al-Ikhlash telah
dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut: 1). Saat observasi ketika anak
diberikan reward sebagai penghargaan dan
motivasi maka anak melakukan perilaku
secara mandiri. 2). Dari hasil penelitian
Kelekatan anak kelompok B1 dan B2
terhadap ibu di KB-RA Ukhuwah Al-Ikhlash
Kureksari Waru Sidoarjo adalah sebagai
kelekatan dapat terjadi figure lekat dalam
relasinya dengan anak menujukan sensifitas,
sikap positif dan support. 3). Dari hasil
penelitian Pemberian reward dan kelekatan
anak kelompok B1 dan B2 dengan ibu
terhadap kemandirian di KB-RA Ukhuwah
Al-Ikhlash Kureksari Waru Sidoarjo adalah
terbukti dengan nilai yang didominasi BSH
( Berkembang Sesuai Harapan ) dan BSB (
Berkembang Sangat Baik) dengan penilaian
kemandirian anak di sekolah yaitu: berani
mengambil keputusan, menyesuaikan diri
dengan lingkungan dan percaya diri.
DAFTAR PUSTAKA
Ade Nurcahya, H. S. H. (2020). Pemberian
penguatan
(reinforcement)dan
kreatifitas mengajar guru sebagai
determinanmotivasi belajar siswa.
JPMANPER :
JURNAL
PENDIDIKAN
MANAJEMEN
PERKANTORAN,
5(1),
83–96.
https://doi.org/https://doi.org/10.17509
/jpm.v5i1.25855
Al Umairi, M. (2023a). Development of
Social Interaction and Behavior for
Early Childhood Education in the Era
Society (5.0). JOYCED : Journal of
Early Childhood Education, 3(2), 167–
176.
https://doi.org/https://doi.org/10.14421
/joyced.2023.32-08
Al Umairi, M. (2023b). Pengembangan
Interaksi dan Perilaku Sosial Terhadap
6 – JIEEC UMG
Pendidikan Anak Usia Dini di Abad
21. Kiddo : Jurnal Pendidikan Islam
Anak Usia Dini , 4(2), 1–12.
https://doi.org/10.19105/kiddo.v4i2.97
05
Al Umairi, M. (2024). Reinforcement of
Social Emotional Early Childhood in
the Era of Society 5.0. Al Hikmah:
Indonesian Journal of Early Childhood
Islamic Education (IJECIE), 8(1), 5162.
Annisa Eli Yana. (2023). HUBUNGAN
ANTARA
KEMAMPUAN
INTERAKSI SOSIAL DENGAN
KECERDASAN
EMOSIONAL
ANAK USIA DINI. Jurnal Kajian
Anak
(J-Sanak),
4(2),
3.
https://doi.org/https://doi.org/10.24127
/j-sanak.v4i02.3783
Daniel Solomon. (2016). Importance of Self
Awareness in Adolescence – A
Thematic Research Paper. IOSR
Journal Of Humanities And Social
Science,
21(1),
20.
https://www.iosrjournals.org/iosrjhss/papers/Vol. 21 Issue1/Version2/D021121922.pdf
Diena
Ardini.
(2017).
Hubungan
Manajemen Diri Dan Orientasi Masa
Depan
Dengan
Prokrastinasi
Akademik Pada Mahasiswa Aktif
Kuliah Dan Organisasi. Psikoborneo:
Jurnal
Ilmiah
Psikologi,
5(4).
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.308
72/psikoborneo.v5i4.4469
Emma
Rohima.
(2017).
Upaya
1Meningkatkan Kepekaan Sosial
Melalui
Layanan
Bimbingan
Kelompok Dengan Teknik Diskusi Di
Man Pematang Bandar [UIN Sumatera
Utara].
http://repository.uinsu.ac.id/id/eprint/3
957
Jessica Souza. (2023). Apa Itu Pembelajaran
Sosial dan Emosional? Child Mind
Institute.
https://childmind.org/article/what-issocial-and-emotional-learning/
Magnus
Osahon
Igbinovia.
(2016).
Emotional Self Awareness and
Information Literacy Competence as
Correlates of Task Performance of
Academic Library Personnel. Library
Philosophy and Practice (e-Journal),
1370.
https://digitalcommons.unl.edu/cgi/vie
wcontent.cgi?article=3764&context=li
bphilprac
McGovern, G., Pinetta, B. J., Montoro, J.
M., Channey, J., Rosario-Ramos, E.,
& Rivas-Drake, D. (2023). Stretching
towards social justice: A case study of
transformative social and emotional
learning (SEL). Social and Emotional
Learning: Research, Practice, and
Policy,
2(November),
100018.
https://doi.org/10.1016/j.sel.2023.1000
18
Mulyana, D. (2013). Metodologi penelitian
kualitatif : Paradigma baru ilmu
komunikasi dan ilmu sosial lainnya
(VIII). Remaja Rosdakarya.
Mushab
Al
Umairi.
(2023).
PENGEMBANGAN
INTERAKSI
SOSIAL TERHADAP PENDIDIKAN
ANAK
USIA
DINI
DALAM
PERSPEKTIF ISLAM DI ABAD 21.
ADAM :
Jurnal
Pengabdian
Masyarakat,
2(2),
274.
https://doi.org/https://doi.org/10.37081
/adam.v2i2.1534
Nazia
Nuril
Fuadia.
(2022).
PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSI
ANAK USIA DINI. WAWASAN:
Balai Diklat Keagamaan Jakarta, 3(1),
31–47.
https://doi.org/https://doi.org/10.53800
/wawasan.v3i1.131
Nurhayati, D. (2023). Perkembangan Sosial
Emosional Anak Usia Dini (Bila
Nurfadillah (ed.); 1st ed.). Widina
Bhakti
Persada
Bandung.
7 – JIEEC UMG
https://repository.penerbitwidina.com/
media/publications/559576perkembangan-sosial-emosional-anakusia-ce5883f0.pdf
Nurjannah.
(2017).
Mengembangkan
Kecerdasan Sosial Emosional Anak
Usia Dini Melalui Keteladanan.
HISBAH:
Jurnal
Bimbingan
Konseling Dan Dakwah Islam, 14(1),
50–61.
https://ejournal.uinsuka.ac.id/dakwah/hisbah/article/view
File/141-05/990
Prima Yoga Setyawan. (2023). Mengenal
Pembelajaran
Sosial
Emosional
Berbasis Mindfulness. PRIMARY,
2(1),
51–59.
https://primary.ump.ac.id/index.php/pr
imary/article/download/48/54
Puspasari, C., Masriadi, M., & Yani, R.
(2020). Representasi Budaya Dalam
Film Salawaku. Jurnal Jurnalisme,
9(1),
18.
https://doi.org/10.29103/jj.v9i1.3097
Reza Nur Azizah. (2022). PENINGKATAN
PERKEMBANGAN
SOSIAL
EMOSIONAL ANAK USIA DINI
MELALUI
PERMAINAN
TRADISIONAL PADA ANAK USIA
DINI. Jurnal Lentera Anak, 3(1), 53–
61.
https://ejournal.unisnu.ac.id/jla/article/
view/2954
Scaffidi Abbate, C., Boca, S., & Gendolla,
G. H. E. (2016). Self-awareness,
perspective-taking, and egocentrism.
Self and Identity, 15(4), 371–380.
https://doi.org/10.1080/15298868.201
5.1134638
Sidiq, A. M. M. A. U. (2022). Social
Development of Early Children in
Online Learning in the Time of the
Covid-19
Pandemic.
IJECES:
Indonesian Journal of Early Childhood
Education
Studies,
11(2).
https://doi.org/https://doi.org/10.15294
/ijeces.v11i2.57676
Syahreni Yenti. (2021). Perkembangan
Sosial Emosional Anak Usia Dini
(AUD) : Studi Literatur. Jurnal
Pendidikan Tambusai, 5(3), 9814–
9819.
https://jptam.org/index.php/jptam/artic
le/download/2238/2227/5023
8 – JIEEC UMG