Cakradonya Dent J; 12(1): 56-63
AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL 70% DAUN BIDURI (Calotropis gigantea)
TERHADAP Aggregatibacter actinomycetemcomitans ATCC 29523
ANTIBACTERIAL ACTIVITY OF 70% ETHANOL EXTRACT OF LEAF BIDURI
(Calotropis gigantea) AGAINST Aggregatibacter actinomycetemcomitans ATCC 29523
Zulfan M Alibasyah, Diana Setya Ningsih, Maya Putri Sinda
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala
Corresponding Author: ufanraiz@yahoo.com
Abstrak
Aggregatibacter actinomycetemcomitans ATCC 29523 merupakan bakteri biakan murni yang bersifat
anaerob fakultatif Gram-negatif. Bakteri ini dominan pada periodontitis agresif lokalisata dan
berperan penting dalam patogenesisnya. Daun biduri (Calotropis gigantea) mengandung flavonoid,
fenol, tanin, saponin, terpenoid, dan alkaloid yang merupakan senyawa antibakteri. Metode maserasi
dilakukan untuk pembuatan ekstrak Calotropis gigantea dengan menggunakan etanol 70% sebagai
bahan pelarut. Penelitian ini termasuk eksperimental laboratoris menggunakan metode difusi sumuran
dalam pengujian aktivitas antibakteri ekstrak etanol 70% daun Calotropis gigantea terhadap
Aggregatibacter actinomycetemcomitans ATCC 29523 pada konsentrasi 5%, 10%, 15%, 20%, 25%,
dan 30%. Setiap konsentrasi menunjukkan hasil zona hambat sebesar 3,3 mm, 9,6 mm, 11 mm, 12,7
mm, 14,4 mm, dan 16,6 mm. Didapatkan hasil zona hambat yang berbeda pada berbagai konsentrasi,
dan hasil hambatan semakin besar pada konsentrasi yang semakin tinggi. Analisis dengan uji one way
Anova menunjukkan nilai signifikansi p<0,05 yang menyatakan semua hasil penelitian ini memiliki
perbedaan bermakna. Berarti bahwa ekstrak etanol 70% daun biduri (Calotropis gigantea) dalam
berbagai
konsentrasi
di
atas
dapat
menghambat
pertumbuhan
Aggregatibacter
actinomycetemcomitans ATCC 29523.
Kata Kunci: Aggregatibacter actinomycetemcomitans, Daun biduri, Difusi Sumuran
Abstract
Aggregatibacter actinomycetemcomitans ATCC 29523 is a purely culture of Gram-negative
facultative anaerobes. This bacterium is dominant in localized aggressive periodontitis and plays an
important role in its pathogenesis. Biduri leaves (Calotropis gigantea) contain flavonoids, phenols,
tannins, saponins, terpenoids, and alkaloids which are antibacterial compounds. The maceration
method was carried out for the production of Calotropis gigantea extract using 70% ethanol as a
solvent. This research is an experimental laboratory using diffusion well method in testing
antibacterial activity of 70% ethanol extract of Calotropis gigantea leaves against Aggregatibacter
actinomycetemcomitans ATCC 29523 at concentrations of 5%, 10%, 15%, 20%, 25%, and 30%. Each
concentration showed inhibition zone results of 3.3 mm, 9.6 mm, 11 mm, 12.7 mm, 14.4 mm and 16.6
mm. There are different inhibitory zone results at various concentrations, where the inhibition results
will be greater at higher concentrations. Analysis with one way ANOVA test showed a significance
value of p<0.05 which means that this study had significant differences. It can be concluded that 70%
ethanol extract of the leaves of biduri (Calotropis gigantea) in various concentrations as written above
can inhibit the growth of Aggregatibacter actinomycetemcomitans ATCC 29523.
Keyword: Aggregatibacter actinomycetemcomitans, biduri leaves, well diffusion
56
Cakradonya Dental Journal p-ISSN: 2085-546X; e-ISSN: 2622-4720.
Available at http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/CDJ
Cakradonya Dent J; 12(1): 56-63
PENDAHULUAN
Bakteri Aggregatibacter actinomycetem
comitans
(A.
actinomycetemcomitans)
merupakan Gram-negatif anaerob yang
bersifat fakultatif, dengan bentuk cocobacillus,
dan non-motil. Bakteri ini tidak bercabang,
berukuran sekitar 0,4x1,0 µm dengan suhu
pertumbuhan optimum 37°C, dan kolonisasi
utamanya berada dalam plak subgingiva. 1,2 A.
actinomycetemcomitans ditemukan sebagai
patogen utama pada periodontitis agresif
lokalisata, yang dikarakteristikkan dengan
kerusakan ligamen periodontal dan tulang
alveolar secara cepat.2,3
Terapi utama periodontitis agresif dapat
dilakukan dengan terapi mekanis (scaling dan
root planing) serta terapi penunjang berupa
terapi kimiawi (antibiotik dan obat kumur)
untuk menghilangkan bakteri yang masih
tersisa. Dewasa ini masyarakat telah
meminimalisir
penggunaan
obat-obatan
sebagai
bahan
terapi,
karena
dapat
menimbulkan efek samping berupa resistensi
bakteri terhadap antibiotika serta gangguan
pengecapan dan perubahan warna gigi.4
Masyarakat telah beralih memanfaatkan
tumbuhan herbal sebagai bahan terapi, salah
satunya adalah tumbuhan biduri (Calotropis
gigantea).5 Tumbuhan biduri (Calotropis
gigantea) di Provinsi Aceh biasa dikenal
sebagai tumbuhan rubik. Berbagai bagian pada
tumbuhan biduri (Calotropis gigantea) seperti
getah, batang, akar, daun, dan bunganya telah
teridentifikasi mengandung senyawa bioaktif. 5
Beberapa penelitian telah dikembangkan
untuk meneliti tumbuhan biduri (Calotropis
gigantea). Penelitian Ishnava et al. (2011)6
menggunakan ekstrak getah biduri (Calotropis
gigantea) ditemukan dapat menghambat S.
mutans dan L. acidophilus dengan aktivitas
sebesar 19 mm. Penelitian Radhakrishnan et
al. (2014)7 dengan ekstrak batang dan akar
biduri (Calotropis gigantea) menunjukkan
aktivitas antibakteri yang efektif terhadap
bakteri S. aureus, E. coli, V. chloerae, P.
aeruginosa, dan S. Typhi. Pada ekstrak batang
didapatkan jangkauan hambat 9-12 mm,
sedangkan pada ekstrak akar didapatkan zona
hambat sebesar 8-11 mm. Selain itu, penelitian
Dutta et al. (2014)8 yang menggunakan ekstrak
etanol daun biduri (Calotropis gigantea) juga
menemukan daya antibakteri yang signifikan
terhadap E. coli dengan luas hambat 2,8 cm.
57
Seluruh bagian pada tumbuhan biduri
(Calotropis gigantea) dapat digunakan untuk
menghambat pertumbuhan berbagai bakteria.
Beberapa penelitian sebelumnya
yang
membandingkan ekstrak daun, bunga, dan
buah
biduri
(Calotropis
gigantea),
mendapatkan hasil bahwa ekstrak daun
mengandung sifat antibakteri yang paling
tinggi.5,9,10 Penelitian Dutta et al. (2014)8
terhadap uji fitokimiawi ekstrak etanol daun
biduri
(Calotropis
gigantea)
berhasil
mengidentifikasi kandungan flavonoid yang
menghasilkan warna hijau, fenol berwarna biru
kehitaman,
alkaloid
berwarna
merah
kecoklatan, terpenoid berwarna oranye, tanin
berwarna biru kehitaman, serta pada tes
karbohidrat terbentuk cincin berwarna ungu.
Penelitian Dewi dkk. (2018)11 menggunakan
ekstrak etanol daun biduri (Calotropis
gigantea) dengan berbagai konsentrasi sebagai
antibakteri terhadap Staphylococcus aureus
menunjukkan bahwa konsentrasi terkecil 20%
dapat menghambat pertumbuhan bakteri
sebesar 26,2 mm; sedangkan konsentrasi
tertinggi 100% menghambat perumbuhan
bakteri sebesar 31,5 mm. Perbedaan zona
hambat dapat disebabkan oleh adanya
pengenceran pada setiap konsentrasi.11
Berdasarkan uraian latar belakang di atas,
maka akan dilakukan penelitian mengenai
aktivitas antibakteri ekstrak etanol 70% daun
biduri (Calotropis gigantea) terhadap A.
actinomycetemcomitans ATCC 29523.
BAHAN DAN METODE
Penelitian
ini
adalah
penelitian
eksperimental laboratoris menggunakan post
test design only control group dan dikerjakan
pada bulan Desember 2018. Sampel penelitian
ini adalah daun biduri (Calotropis gigantea)
dengan karakteristik berwarna hijau segar
yang didapat dari pantai Ulelheu, Banda Aceh.
Bakteri
biakan
murni
A.
Actinomycetemcomitans ATCC 29523 didapat
dari Laboratorium Oral Biology FKG UI.
Pembuatan ekstrak dilakukan dengan metode
maserasi, digunakan untuk menguji antibakteri
dari ekstrak yang dihasilkan menggunakan
metode difusi sumuran.
Untuk pembuatan ekstrak etanol 70%
daun biduri (Calotropis gigantean) dibutuhkan
sebanyak 2 kg daun dan di cuci terlebih dahulu
di bawah air mengalir, ditiriskan, dipisahkan
dengan tulang daun, dan dibiarkan selama
Cakradonya Dental Journal p-ISSN: 2085-546X; e-ISSN: 2622-4720.
Available at http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/CDJ
Cakradonya Dent J; 12(1): 56-63
tujuh hari pada suhu ruangan hingga kering.
Simplisia daun yang sudah kering di potong
kecil-kecil dan di blender, kemudian
dimasukkan ke dalam larutan etanol 70% dan
dimaserasi selama 3x24 jam pada suhu
ruangan. Hasil maserasi disaring dengan
corong bucher dan kertas Whatmann no.1
untuk memisahkan filtrat dan residu. Filtrat
ditampung ke dalam tabung Erlenmeyer.
Kemudian dilakukan pemekatan filtrat dengan
rotary evapotary untuk mendapatkan ekstrak
yang kental. Selanjutnya dilakukan uji
fitokimia untuk mengidentifikasi kandungan
kimiawi pada ekstrak etanol 70% daun biduri
(Calotropis gigantea). Kandungan kimia yang
diuji adalah flavonoid, fenol, tanin, saponin,
terpenoid, dan alkaloid.
Ekstrak murni (100%) daun biduri
(Calotropis gigantea) yang telah didapat
diencerkan dengan akuades agar didapatkan
konsentrasi 5%, 10%, 15%, 20%, 25%, dan
30% kemudian dihomogenkan dengan
menggunakan vortex. Rumus yang digunakan
untuk mengencerkan ekstrak adalah
C1 . V1 = C2 . V2
Keterangan:
C1 konsentrasi awal
C2 konsentrasi akhir
V1 volume awal
V2 volume akhir
Selanjutnya ekstrak diencerkan untuk
mendapatkan volume menggunakan rumus
sebagai berikut:
Vpengencer = V2 – V1
Dilanjutkan dengan uji konfirmasi A.
actinomycetemcomitans ATCC 29523 dengan
pewarnaan Gram. Langkah pertama yang
dilakukan pada pewarnaan Gram dengan
jarum ose yang telah dipijarkan untuk
mengambil bakteri dari media, kemudian
dioleskan pada permukaan kaca preparat,
lalukan di atas lampu spiritus agar terfiksasi.
Tetesi kaca preparat dengan crystal violet dan
biarkan selama 60 detik, lalu cuci di bawah
aliran akuades. Selanjutnya teteskan lugol di
atas kaca preparat dan biarkan selama 60 detik,
dicuci kembali menggunakan akuades
mengalir. Tetesi dengan alkohol 96% hingga
berwarna jernih, kemudian ditetesi safranin
dan tunggu 45 detik lalu gunakan kembali
58
akuades
mengalir
untuk
pencucian.
Selanjutnya teteskan minyak emersi pada kaca
preparat yang sudah kering, kemudian diamati
di bawah mikroskop cahaya. Hasil yang
terlihat
pada
morfologi
A.
actinomycetemcomitans ATCC 29523 adalah
berwarna merah karena termasuk bakteri
Gram-negatif
yang
tidak
mampu
mempertahankan zat warna crystal violet.
Selanjutnya dilakukan peremajaan pada
bakteri dengan mengambil sebanyak 1-3
goresan ose A. actinomycetemcomitans pada
media, kemudian Mueller Hinton Agar (MHA)
dalam petri dish digunakan sebagai media
untuk inokulasi bakteri dengan metode streak
T. Petri dish dimasukkan ke dalam anaerobic
jar lalu dimasukkan ke dalam inkubator CO2
dengan suhu 37°C selama 24 jam untuk proses
inkubasi. Pekerjaan dilanjutkan dengan
pembuatan suspensi A. Actionmycetem
comitans dengan menggunakan jarum ose
yang telah dipijarkan untuk mengambil
bakteri, lalu bakteri di ose dimasukkan ke 5ml
larutan NaCl 0,85% dalam tabung reaksi.
Kemudian larutan dalam tabung reaksi
dihomogenkan menggunakan vortex. Larutan
Mc.Farland 0,5 (5 x 108 CFU/ml) dapat
digunakan untuk menyetarakan kekeruhan
larutan.
Uji aktivitas antibakteri yang diperoleh
dari ekstrak etanol 70% daun biduri
(Calotropis
gigantea)
terhadap
A.
actinomycetemcomitans ATCC 29523 pada
media Mueller Hilton Agar (MHA) diuji
menggunakan metode difusi sumuran. Pada
pengujian dilakukan replika sebanyak 3 kali.
Sumuran berdiameter 6 mm dengan
kedalaman 4 mm dibuat menggunakan
perforator sebanyak 6 lubang pada media
MHA
yang
telah
diinokulasi
A.
actinomycetemcomitans
ATCC
29523,
kemudian ekstrak etanol daun biduri
(Calotropis gigantea) dengan konsentrasi
kelipatan 5 dari 5% hingga 30% dimasukkan
masing-masing 0,5 µl dalam lubang sumuran
yang telah ditandai. Digunakan metronidazol
sebagai kontrol positif dan akuades sebagai
kontrol negatif. Petri dish yang sudah diisi
media, bakteri, dan ekstrak dimasukkan ke
dalam inkubator CO2 dengan suhu 37°C
selama 1 hari untuk proses inkubasi.
Selanjutnya digunakan alat ukur (jangka
sorong) untuk mengukur diameter dari zona
hambat yang diperoleh. Hasil pengukuran
Cakradonya Dental Journal p-ISSN: 2085-546X; e-ISSN: 2622-4720.
Available at http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/CDJ
Cakradonya Dent J; 12(1): 56-63
yang diperoleh diinterpretasikan berdasarkan
tabel klasifikasi Davis dan Stout (Tabel 1).
variabel konsentrasi yaitu 5, 10, 15 20, 25, dan
30 (%) yang terlihat dalam Gambar 2.
Tabel 1. Klasifikasi Davis dan Stout.12
Diameter Zona
Kemampuan Daya Hambat
Terang
Pertumbuhan Bakteri
(mm)
> 20
Sangat Kuat
11-20
Kuat
5-10
Sedang
<5
Lemah
Perangkat lunak SPSS digunakan untuk
menganalisis data. Uji yang dilakukan adalah
One Way Analysis of Variance (ANOVA)
untuk melihat antibakteri yang diperoleh dari
ekstrak etanol 70% daun biduri (Calotropis
gigantea)
terhadap
Aggregatibacter
actinomycetemcomitans ATCC 29523.
HASIL
Hasil ekstraksi daun biduri (Calotropis
gigantea) dengan pelarut etanol didapatkan
sebanyak 40 ml ekstrak murni 100% dengan
warna hijau kehitaman seperti yang terlihat
pada Gambar 1.
Gambar 1. Hasil ekstrak etanol 70% daun biduri
(Calotropis gigantea)
Uji fitokimiawi ekstrak etanol 70% daun
Calotropis gigantea menunjukkan flavonoid,
tanin, saponin, terpenoid, dan alkaloid positif
terkandung dalam ekstrak yang dapat dilihat
dalam Tabel 2.
Tabel 2. Hasil uji fitokimiawi ekstrak etanol 70%
daun Calotropis gigantea.
Uji Fitokimia
Hasil Uji
Flavonoid
+
Fenol
+
Tanin
+
Saponin
+
Terpenoid
+
Alkaloid
+
Keterangan : (+) ada kandungan
Hasil ekstrak murni 100% diencerkan
dengan akuades untuk menghasilkan beberapa
59
Gambar 2. Ekstrak etanol 70% daun biduri
(Calotropis gigantea) yang telah diencerkan
Aggregatibacterctinomycetemcomitans
ATCC 29523 yang telah di kultur dalam media
Mueller Hinton Agar (MHA) dan diinkubasi
pada suhu 37°C selama 1 hari menunjukkan
adanya
koloni
Aggregatibacter
actinomycetemcomitans
ATCC
29523
berwarna putih kekuningan dan memiliki
permukaan yang cembung. Morfologi koloni
Aggregatibacter
actinomycetemcomitans
ATCC 29523 pada media MHA terlihat pada
Gambar 3.
Gambar 3. Hasil kultur Aggregatibacter
actinomycetemcomitans ATCC 29523 pada media
MHA.
Uji antibakteri yang diperoleh dari
ekstrak etanol 70% daun biduri (Calotropis
gigantea)
terhadap
Aggregatibacter
actinomycetemcomitans
ATCC
29523
dilakukan dengan tiga kali pengulangan
(triplo). Hasil yang didapat menunjukkan
adanya daya hambat yang dinyatakan dengan
adanya zona bening (clear zone) di sekitar
lubang/sumuran yang telah berisi ekstrak daun
biduri (Calotropis gigantea).
Rata-rata zona hambat yang didapat
dikelompokkan
mengikuti
klasifikasi
kemampuan daya hambat menurut Davis dan
Stout seperti yang terlihat dalam Tabel 3.
Cakradonya Dental Journal p-ISSN: 2085-546X; e-ISSN: 2622-4720.
Available at http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/CDJ
Cakradonya Dent J; 12(1): 56-63
Tabel 3. Hasil pengujian aktivitas antibakteri ekstrak
etanol 70% daun Calotropis gigantea terhadap
Agggregatibacter actinomycetem comitans
Konsetrasi
bahan uji
5%
10%
15%
20%
25%
30%
Kontrol negatif
(akuades)
Kontrol positif
(metronidazole)
Rata-rata zona Kemampuan daya
hambat (mm)
hambat
3,3
9,6
11,0
12,7
14,4
16,6
0
30,5
Lemah
Sedang
Kuat
Kuat
Kuat
Kuat
Tidak Ada
Sangat Kuat
Berdasarkan klasifikasi kemampuan
daya hambat David dan Stout, didapatkan hasil
zona hambat yang bervariasi pada setiap
konsentrasi ekstrak. Pada tabel di atas dapat
disimpulkan konsentrasi yang semakin tinggi
menghasilkan zona hambat yang semakin
besar. Pada kontrol negatif menggunakan
akuades tidak didapatkan zona hambat,
sedangkan hasil pengamatan pada kontrol
positif
menggunakan
metronidazol
menunjukkan zona hambat paling besar di
antara setiap konsentrasi yang di uji.
Uji One way Anova digunakan sebagai
uji statistik pada penelitian ini, dengan syarat
kelompoknya lebih dari dua dan data harus
terdistribusi normal serta homogen. Terdapat 8
kelompok perlakuan pada penelitian ini.
Didapatkan hasil yang normal pada uji
normalitas dan homogenitas terhadap varian
data dengan nilai p>0,05. Tabel 4
Tabel 4. Hasil Least Significant Difference (LSD)
K
K
K
K
K
K
5% 10% 15% 20% 25% 30%
K 5%
.014* .004* .001* .000* .000*
K 10% .014
.545 .187 .049 .008*
K 15% .004* .545
.453 .143 .024*
K 20% .001* .187 .453
.445 .096
K 25% .000* .049* .143 .445
.329
K 30% .000* .008* .024* .096 .329
*=p<0,05 : memiliki perbedaan yang bermakna
Uji one way Anova juga menunjukkan
bahwa kelompok uji berpengaruh terhadap
pertumbuhan Aggregatibacter actinomycetem
comitans ATCC 29523 dengan nilai p<0,05.
Kemudian hasil uji statistik pada penelitian ini
dianalisis menggunakan Least Significant
60
Difference (LSD). Hasil LSD menunjukkan
adanya perbedaan bermakna pada beberapa
konsentrasi yang diuji dengan menghasilkan
nilai p<0,05 yang tertera dalam Tabel 4.
PEMBAHASAN
Penelitian dilakukan terhadap bakteri
yang dinyatakan sebagai patogen utama pada
periodontitis agresif lokal. Salah satu penyakit
yang mengenai jaringan periodontal gigi
adalah periodontitis agresif, ditandai oleh
terjadinya kerusakan dengan sangat cepat pada
tulang alveolar dan ligamentum periodontal. 2
Bakteri yang berperan penting dalam
periodontitis
agresif
lokal
adalah
Aggregatibacteractinomycetemcomitans yang
merupakan bakteri fakultatif anaerob Gramnegatif yang berbentuk coccobacillus.1 Hasil
kultur Aggregatibacteractinomycetemcomitans
ATCC 29523 pada media Mueller Hinton
Agar (MHA) menunjukkan pertumbuhan
bakteri berbentuk bulat dan cembung berwarna
putih kekuningan. Uji konfirmasi bakteri
Aggregatibacter
actinomycetemcomitans
ATCC 29523 dengan pewarnaan Gram yang
diamati dengan mikroskop cahaya pada
pembesaran 100 kali memperlihatkan koloni
berbentuk coccobacillus dan berwarna merah
muda. Koloni yang tampak berwarna merah
muda membuktikan bahwa Aggregatibacter
actinomycetemcomitans ATCC 29523 adalah
bakteri yang memiliki senyawa lipid tinggi
pada dinding sel dengan susunan yang tipis
sehingga berpengaruh pada saat proses
pewarnaan Gram, bakteri ini tidak dapat
berupaya mempertahankan zat warna crystal
violet.13
Penelitian ini dilakukan dengan menguji
efek antibakteri yang diperoleh dari ekstrak
etanol 70% daun biduri (Calotropis gigantea)
terhadap bakteri A. actinomycetemcomitans
ATCC 29523. Daun biduri (Calotropis
gigantea) adalah tumbuhan yang biasa
digunakan sebagai bahan dasar untuk
pengobatan
tradisional.
Daun
biduri
(Calotropis gigantea) mengandung senyawa
metabolit sekunder yang memiliki kegunaan
sebagai antibakteri seperti senyawa flavonoid,
fenol, tanin, saponin, terpenoid, dan senyawa
alkaloid. Kandungan antibakteri pada ekstrak
daun biduri (Calotropis gigantea) sangat
mudah didapat dengan menggunakan pelarut
etanol. Penggunaan pelarut etanol dapat
bereaksi dengan baik karena pelarut etanol
Cakradonya Dental Journal p-ISSN: 2085-546X; e-ISSN: 2622-4720.
Available at http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/CDJ
Cakradonya Dent J; 12(1): 56-63
memiliki toksisitas rendah, titik didih rendah,
dan tidak berbahaya, serta memiliki sifat non
polar yang mampu melarutkan lebih banyak
senyawa antibakteri pada daun biduri
(Calotropis gigantea) yang bersifat sitotoksik.
Berdasarkan pengujian fitokimiawi yang
dilakukan, didapatkan hasil bahwa ekstrak
etanol 70% daun biduri (Calotropis gigantea)
positif
mengandung
senyawa-senyawa
antibakteri yaitu flavonoid, fenol, tanin,
saponin, terpenoid, serta senyawa alkaloid
yang merupakan kandungan metabolit
sekunder. Uji fitokimiawi pada penelitian ini
memiliki hasil yang sama dengan penelitian
Dutta et al. (2014)8 terhadap kandungan
ekstrak etanol daun biduri (Calotropis
gigantea). Dinyatakan bahwa ekstrak tersebut
juga memiliki senyawa flavonoid, saponin,
tanin, alkaloid, dan terpenoid.
Kandungan metabolit sekunder ekstrak
etanol 70% daun biduri (Calotropis gigantea)
pada penelitian ini berhasil menghambat
pertumbuhan
bakteri
Aggregatibacter
actinomycetemcomitans
ATCC
29523.
Kemampuan ekstrak daun biduri (Calotropis
gigantea) untuk menghambat pertumbuhan
bakteri A. actinomycetemcomitans ATCC
29523 terlihat mulai dari konsentrasi rendah
(5%) hingga konsentrasi tinggi (30%),
kemampuan ini disebabkan karena setiap
konsentrasi yang digunakan mengandung
senyawa antibakteri dan memiliki aktivitas
bakteriostatik yang mampu menghambat
pertumbuhan bakteri. Senyawa flavonoid
dapat menonaktifkan adhesin mikroba, enzim,
dan protein pembawa sel untuk menghambat
pertumbuhan bakteri.14 Senyawa flavonoid
juga dapat menghambat replikasi DNA. 11
Senyawa
saponin
bekerja
dengan
menghancurkan sifat permeabilitas bakteri
sehingga menyebabkan kematian sel bakteri.
Saponin juga dapat menyebar dari membran
luar dan mengakibatkan terganggu serta
berkurangnya kestabilan dari membran sel.15
Senyawa tanin dapat membentuk ikatan
kompleks dengan protein polipeptida dalam
menghambat pertumbuhan bakteri, sehingga
terganggunya proses sintesis protein dan
akibatnya terjadi kerusakan pada sel bakteri.11
Senyawa alkaloid memiliki kemampuan
mensistesis dinding dari sel bakteri dan juga
dapat menghancurkan DNA.16
Besar kemampuan antibakteri yang
diperoleh dari ekstrak etanol 70% daun biduri
61
(Calotropis
gigantea)
berupa
dapat
menghambat pertumbuhan bakteri, berbedabeda
tergantung
pada
penggunaan
konsentrasinya. Penelitian ini menunjukkan
daya hambat paling besar terdapat pada
konsentrasi tertinggi yaitu 30%. Knsentrasi
yang semakin tinggi dari ekstrak etanol 70%
daun biduri (Calotropis gigantea) yang
digunakan, menghasilkan kemampuan hambat
yang
lebih
besar
terhadap
bakteri
Aggregatibacter
actinomycetemcomitans
ATCC 29523 (Tabel 5.1). Semakin banyak
kandungan metabolit sekunder maka semakin
tinggi kemampuan antibakteri dari ekstrak
etanol 70% daun biduri (Calotropis gigantea).
Semakin tinggi konsentrasi ekstrak etanol 70%
daun biduri (Calotropis gigantea) akan
semakin baik digunakan sebagai antibakteri,
hal ini disebabkan karena akan semakin
banyak jumlah kandungan metabolit sekunder
pada konsentrasi yang semakin tinggi. Hasil
dalam penelitian ini sejalan dengan penelitian
Majundar (2014)17 yang juga menggunakan
ekstrak tumbuhan biduri (Calotropis gigantea)
sebagai antibakteri. Hasil penelitian Alluri dan
Majumdar menunjukkan ekstrak tumbuhan
biduri
(Calotropis
gigantea)
dapat
menghambat pertumbuhan bakteri pada
konsentrasi 0.125 mg/ml, 0.25 mg/ml, 0.5
mg/ml, 1.0 mg/ml, dan 2.0 mg/ml yang
digunakan, berdasarkan hasil diperoleh bahwa
semakin tinggi konsentrasi ekstrak tumbuhan
biduri (Calotropis gigantea) maka efek
antibakteri yang didapatkan akan semakin
besar pula.17 Konsentrasi hambat minimal
yang diperoleh dari ekstrak etanol 70% daun
biduri
(Calotropis
gigantea)
terhadap
Aggregatibacter
actinomycetemcomitans
ATCC 29523 juga dipengaruhi oleh banyak
atau sedikitnya tingkat pengenceran ekstrak
yang dilakukan. Semakin sedikit akuades
yang digunakan untuk pengenceran maka akan
semakin banyak kandungan
metabolit
sekunder yang didapat, sebaliknya jika
semakin banyak akuades yang digunakan
untuk pengenceran maka akan semakin sedikit
kandungan metabolit sekundernya. Banyak
atau sedikitnya kandungan metabolit sekunder
pada ekstrak daun biduri (Calotropis gigantea)
yang dihasilkan oleh tingkat pengenceran
ekstrak daun biduri (Calotropis gigantea)
sesuai dengan penelitian Dewi (2018)11 yang
menyatakan bahwa perbedaan ekstrak daun
biduri
(Calotropis
gigantea)
dalam
Cakradonya Dental Journal p-ISSN: 2085-546X; e-ISSN: 2622-4720.
Available at http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/CDJ
Cakradonya Dent J; 12(1): 56-63
menghambat pertumbuhan bakteri pada setiap
konsentrasi disebabkan oleh pengenceran yang
dilakukan. Semakin rendah pengenceran maka
semakin banyak dan semakin besar
kemampuan senyawa antibakteri dalam
menghambat pertumbuhan bakteri.11
Analisis data terhadap diameter zona
hambat bakteri A. actinomycetemcomitans
ATCC 29523 menggunakan one-way Anova
menghasilkan nilai p<0.05 (Lampiran 8). Nilai
p<0,05 berarti memiliki kesimpulan perbedaan
bermakna dari daya hambat bakteri pada
berbagai kelompok konsentrasi ekstrak daun
biduri (Calotropis gigantea). Berbagai
konsentrasi ekstrak etanol 70% daun biduri
(Calotropis gigantea) yang digunakan dapat
menghambat
pertumbuhan
bakteri
Aggregatibacter
actinomycetemcomitans
ATCC 29523, namun daya hambat bakteri
yang dihasilkan berbeda. Perbedaan besarnya
daya hambat bakteri yang dihasilkan oleh
berbagai konsentrasi pada ekstrak etanol 70%
daun biduri (Calotropis gigantea) ini terjadi
karena perbedaan jumlah kandungan metabolit
sekunder sebagai antibakteri pada masingmasing konsentrasi. Konsentrasi yang paling
tinggi menghasilkan daya hambat bakteri yang
lebih besar terhadap A actinomycetemcomitans
ATCC 29523 karena memiliki lebih banyak
komponen senyawa antibakteri.
Hasil uji lanjut Least Significant
Difference (LSD) terhadap diameter zona
hambat bakteri A. actinomycetemcomitans
ATCC 29523 berdasarkan Tabel 5.2 memiliki
kesimpulan perbedaan bermakna dengan nilai
p<0.05 yang diperoleh dari setiap konsentrasi,
kontrol negatif (aquades), dan kontrol positif
(metronidazole)
dalam
menghambat
pertumbuhan bakteri. Perbedaan bermakna
nilai signifikansi pada diameter zona hambat
bakteri A. actinomycetemcomitans ATCC
29523 disebabkan oleh pengaruh dari berbagai
konsentrasi ekstrak etanol 70% daun biduri
(Calotropis gigantea) serta kontrol positif
(metronidazol) dan kontrol negatif (akuades).
Aktivitas antibakteri pada masing-masing
konsentrasi ekstrak etanol 70% daun biduri
(Calotropis gigantea) memberikan efek yang
berbeda. Perbedaan zona hambat bakteri pada
tiap kelompok perlakuan dapat disebabkan
oleh setiap peningkatan konsentrasi yang
berpengaruh terhadap peningkatan efektifitas
antibakteri yang terkandung dalam daun biduri
(Calotropis gigantea), sehingga setiap
62
konsentrasi akan menghasilkan perbedaan
pada zona hambatnya.18 Metronidazol sebagai
kontrol positif dalam penelitian ini dapat
menghambat
pertumbuhan
bakteri
Aggregatibacter
actinomycetemcomitans
ATCC 29523 sangat lebih baik dari pada
berbagai konsentrasi ekstrak etanol 70% daun
biduri (Calotropis gigantea). Kontrol positif
menghasilkan zona hambat bekteri yang lebih
besar
dibandingkan
dengan
berbagai
konsentrasi ekstrak etanol 70% daun biduri
(Calotropis gigantea) yang digunakan.
Keadaan ini terjadi karena kontrol positif
(metronidazol) termasuk dalam obat golongan
antibiotika yang memiliki spektrum luas serta
juga efektif melawan bakteri anaerob Gram
negatif, salah satunya adalah bakteri
Aggregatibacter
actinomycetemcomitans.
Selain itu antibiotik metronidazol juga
memiliki kandungan bahan aktif yang bersifat
murni. Metronidazol dapat merusak DNA,
mengakibatkan terhambatnya sintesis asam
nukleat
sehingga
dapat
mengganggu
pertumbuhan bakteri. Konsentrasi ekstrak
etanol 70% daun biduri (Calotropis gigantea)
yang tinggi akan lebih banyak mengandung
senyawa antibakteri dan semakin efektif dalam
menghambat pertumbuhan bakteri. Berbeda
dengan metronidazol sebagai kontrol positif,
hasil dari akuades sebagai kontrol negatif tidak
memiliki kemampuan dalam menghambat
pertumbuhan
bakteri
Aggregatibacter
actinomycetemcomitans ATCC 29523. Hal ini
terbukti dengan tidak terdapatnya zona hambat
bakteri di sekitar akuades. Tidak adanya zona
hambat bakteri yang dapat diamati karena
akuades sebagai kontrol negatif tidak memiliki
sifat antibakteri, hanya bekerja secara short
acting dan tidak persistens, sehingga tidak
efektif menjadi salah satu bahan penghambat
dalam pertumbuhan bakteri.
Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa ekstrak yang diperoleh
dari etanol 70% daun biduri (Calotropis
gigantea) dapat menghambat pertumbuhan
Aggregatibacter actinomycetecomitans ATCC
29523 dengan kemampuan hambat yang
berbeda-beda pada setiap konsentrasi.
KESIMPULAN
Ekstrak etanol 70% daun biduri
(Calotropis gigantea) dapat menghambat
pertumbuhan
bakteri
A.
actinomycetemcomitans
ATCC
29523.
Cakradonya Dental Journal p-ISSN: 2085-546X; e-ISSN: 2622-4720.
Available at http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/CDJ
Cakradonya Dent J; 12(1): 56-63
Berdasarkan klasifikasi kemampuan daya
hambat David dan Stout, ekstrak Calotropis
gigantea pada konsentrasi 5% dapat
menghambat
pertumbuhan
A.
actinomycetemcomitans ATCC 29523 dengan
kemampuan daya hambat lemah yaitu 3,3mm,
konsentrasi 10% memiliki kemampuan daya
hambat sedang yaitu 9,6mm, sedangkan
konsentrasi 15%, 20%, 25%, dan 30%
memiliki kemampuan daya hambat dengan
kategori kuat yaitu masing-masing 12,7mm,
14,4mm, dan 16,6mm.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Zhou X, Lie Y. Atlas of Oral
Microbiology From Healthy Microflora
to Disease. London, UK: Academic
press; 2015.p.67-93
2.
Sriraman P, Mohanraj R, Neelakantan
P. Research Journal of Pharmaceutical ,
Biological and Chemical Sciences
Aggregatibacter actinomyctemcomitans
In Periodontal Disease. Res J Pharm
Biol Chem Sci. 2014;5(2):406–19.
3.
Nofak KF, Nofak JM. Aggressive
Periodontitis.
Carranza’s
Clinical
Periodontology. 11th ed. Elsavier
Saunders; 2012. P.169-173
4.
Gunardi I, Wimardhani YS. Oral
probiotik: Pendekatan baru terapi
halitosis.
Indones
J
Dent.
2009;16(1):64–71.
5.
Kumar PS, E S, Kalavanthy S. Review
on A Potential Herb Calotropis gigantea
(L.) R. Br Sch Acad J Pharm
2013;2(2):135–43.
6.
Ishnava KB, Chauhan JB, Garg AA,
Thakkar
AM.
Antibacterial and
phytochemical studies on Calotropis
gigantea (L.) R. Br. latex against
selected cariogenic bacteria. Saudi J
Biol Sci 2012;19(1):87–91.
7.
Radhakrishnan K, Thangamani P,
Balakrishnan V. Antibacterial and
phytochemical analysis of stem and root
extracts of Calotropis gigantea against
selected pathogens. Malaya J Biosci
2014;1(1):49–55.
8.
Dutta M, Rej S, Jamal S, Das S,
Chatterjee S. Study of phytochemical
constituents and antibacterial activity of
Calotropis gigantea. Int Sci J
2014;1(4):15–28.
9.
Singh M, Javed K. Comparative study
63
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
of chemical composition of Calotropis
Gigantea flower, leaf and fruit essential
oil. Eur Chem Bull 2015;4(10–12):477–
80.
Kumar G, Karthik L, Venkata K, Rao B.
Antibacterial activity of aqueous extract
of Calotropis gigantea leaves - an in
vitro study. Int J of Pharm Sci
2010;4(2):141–4.
Dewi DGDP, Mastra N, Jirna IN.
Perbedaan Zona Hambat Pertumbuhan
Staphylococcus aureus Pada Berbagai
Konsentrasi Ekstrak Etanol Daun Biduri
Secara
In
Vitro.
meditory.
2018;6(5):39–45.
Davis W, Stout T. Disc Plate Methode
of Microbiological Antibiotic Assay. J
Microbiol. 1997;22(4)(4):666–70.
Karachewski NO, Busch EL, Wells CL.
Comparison of PRAS II, RapID ANA,
and API 20A systems for identification
of anaerobic bacteria. J Clin Microbiol
1985;21(1):122–6.
Kumar S, Pandey AK. Chemistry and
Biological Activities of Flavonoids: An
Overview. Sci World J 2013; ID:162730
Ernawati, Sari K. Kandungan Senyawa
Kimia dan Aktivitas Antibakteri Ekstrak
Kulit Buah Alpukat (Persea americana
P.Mill) Terhadap Bakteri Vibrio
alginolyticus. J Kaji Vet 2015;3(2):203–
11.
Ningsih DR, Zusfahair, Kartika D.
Identifikasi
Senyawa
Metabolit
Sekunder Serta Uji Aktivitas Ekstrak
Daun Sirsak Sebagai Antibakteri.
Molekul, UJS 2016;12(2):114–24.
Alluri N, Majumdar M. Phytochemical
analysis and in vitro antimicrobial
activity of calotropis gigantea , inermis
and trigonella foecum- lawsonia
graecum. Int J of Pharm and Pharm Sci
2014;6(4):10–3.
Nuria MC, Arvin F, Sumantri. Uji
aktvitas antibakteri ekstrak etanol daun
Jarak Pagar (Jatropha curcas L)
terhadap bakteri Staphylococcus aureus
ATCC 25923, Escherichia coli ATCC
25922, dan Salmonella typhi ATCC
1408. J Ilmu-Ilmu Pertan 2009;5(2):26–
37.
Cakradonya Dental Journal p-ISSN: 2085-546X; e-ISSN: 2622-4720.
Available at http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/CDJ