Eko Teguh Paripurno
Core Competency and Contribution to DRR in Indonesia: 25 years of working on community based disaster risk management in Indonesia, contributed directly to capacity building of more than 750 local CBDRM facilitators in 20 provinces in Indonesia since 1994, not including thousands of community members and community facilitators in hundreds of villages in Indonesia, not exclusively but continuously work with community on Merapi Volcano, Egon Volcano and recently with Kelud, Semeru, Agung, and Sinabung Volcano
Phone: +62818260162
Address: Indonesia
Phone: +62818260162
Address: Indonesia
less
InterestsView All (8)
Uploads
Papers
Selama lebih dari lima belas tahun terakhir dalam penyelenggaraan Konferensi ini terlihat bahwa pertukaran praktik-praktik PRBBK di lapangan selama konferensi telah membantu untuk membangun kesepakatan tentang nilai-nilai, hasil-hasil, tujuan-tujuan, dan strategi-strategi PRBBK. Dari kerja-kerja yang sporadis dan sektoral yang diarahkan oleh visi dan misi perorangan, banyak lembaga saat ini telah mengubah pendekatannya dengan pendekatan-pendekatan yang lebih holistik, termasuk dalam memilih metode-metode dan alat-alat untuk kerja- kerja PRBBK dengan menggunakan alat-alat yang partisipatif seperti penelusuran desa secara partisipatif (participatory rural appraisal/PRA), pengkajian aksi partisipatif (participatiory action reseach/PAR), dan penelusuran desa secara cepat (rural rapid appraisal/RRA).
Panduan ini diharapkan akan dapat digunakan untuk membantu para praktisi PRBBK baik pemerintah, organisasi masyarakat, universitas, dunia usaha dan komunitas dalam membangun ketangguhan masyarakat terhadap risiko bencana dengan bertahan terhadap ancaman-ancaman bahaya dan menangani isu-isu terkait kapasitas dan kerentanan. Ini artinya membangun kapasitas untuk menggerakkan sumber daya kolektif masyarakat untuk mengelola risiko bencana daripada membangun ketergantungan mereka pada bantuan dan dukungan luar.
Penyelenggaraan program pengembangan Destana memiliki empat landasan: i) landasan empiris- faktual bencana yang menunjukkan realitas ancaman di Indonesia, ii) landasan filosofi kearifan lokal yang menunjukkan akar sosial-budaya dari pengurangan risiko bencana, iii) pembangunan berkelanjutan yang menempatkan pengurangan risiko bencana menjadi bagian penting, dan iv) otonomi desa yang memberikan kewenangan kepada desa untuk mengatur dirinya sendiri termasuk dalam hal pengurangan risiko bencana.
Panduan penilaian ketangguhan desa dan kelurahan edisi pertama, tahun 2019, berisi 5 komponen dengan 25 indikator total 112 pertanyaan. Panduan edisi kedua, tahun 2021 ini merupakan edisi hasil penajaman, pengkayaan dan penyesuaian yang didasarkan pada catatan-catatan evaluasi dari penggunaan modul edisi pertama pada tahun 2019 dan 2020.
Panduan edisi kedua ini terdiri dari 3 komponen dan 25 indikator dengan total 100 pertanyaan. Dilengkapi perangkat lunak sederhana yang dapat digunakan di semua jenis telepon seluler serta komputer. Tujuannya agar pengelolaan hasil-hasil penilaian lebih sederhana, mudah, cepat dan tidak membutuhkan tenaga manusia. Kesimpulan hasil penilaian dan rekomendasinya dapat dicermati secara langsung setelah laporan penilaian dikirim melalui perangkat lunak.
Perangkat lunak tersebut mudah didistribusikan secara daring. Ini semakin memungkinkan untuk digunakan dalam penilaian ketangguhan desa dan kelurahan secara mandiri oleh masyarakat kawasan rawan bencana di seluruh Indonesia.
Memadukan kemampuan warga dalam melakukan pemetaan secara partisipatoris akan mendorong proses pengelolaan risiko bencana tanah longsor. Panduan ini dibuat untuk memastikan warga melakukan upaya-upaya mengenal bencana longsor, melakukan pengkajian risiko bencana partisipatif, pengembangan sistem peringatan dini inklusif, penyusunan rencana evakuasi dan penysunan rencana kontijensi.
Dalam pelaksanaanya, dilakukan dengan metode PRA. PRA tidak terlalu baru memang. Saat ini banyak lembaga telah menerapkan dan mengembangkan teknik-teknik PRA pada kasus pengembangan masyarakat yang tematis, namun penerapannya pada penanggulangan bencana masih jauh tertinggal, misalnya dibanding pada pengembangan sumber daya alam. Buku ini dimaksudkan sekedar contoh dalam menerapkan teknik-teknik PRA dalam penanggulangan bencana. Ketika PRA ini sudah sangat kental digunakan dalam penanggulangan bencana, maka bolehlah PRA ini bermakna Participatory Risk Appraisal, atau pengkajian risiko (bencana) secara partisipatoris. Memulai dengan langkah ini, diharapkan penanggulangan bencana lebih berbasis kerakyatan.
Penanggulangan bencana secara partisipatoris lebih mementingkan proses dan hasil dalam bentuk kesepakatan-kesepakatan antar masyarakat lokal dalam mengelola sumber dayanya dan risiko bencana, dibanding pengakuan ilmiah. Oleh karena, pada tahap awal pengakuan ilmiah tidak perlu dipaksakan atas hasil penanggulangan bencana secara partisipatif ini. Pada pasca tahap ini barangkali baru bisa dimulai intervensi teknologi pada penanggulangan bencana, khususnya longsor.
Selama sepuluh tahun terakhir dalam penyelenggaraan Konferensi ini terlihat bahwa pertukaran praktik-praktik PRBBK di lapangan selama konferensi telah membantu untuk membangun kesepakatan tentang nilai-nilai, hasil-hasil, tujuan-tujuan, dan strategi-strategi PRBBK. Dari kerja-kerja yang sporadis dan sektoral yang diarahkan oleh visi dan misi perorangan, banyak lembaga saat ini telah mengubah pendekatannya dengan pendekatan-pendekatan yang lebih holistik, termasuk dalam memilih metode-metode dan alat-alat untuk kerja- kerja PRBBK dengan menggunakan alat-alat yang partisipatif seperti penelusuran desa secara partisipatif (participatory rural appraisal/PRA), pengkajian aksi partisipatif (participatiory action reseach/PAR), dan penelusuran desa secara cepat (rural rapid appraisal/RRA).
Panduan ini diharapkan akan bisa digunakan untuk membantu para praktisi PRBBK dalam membangun ketangguhan masyarakat terhadap risiko bencana dengan bertahan terhadap ancaman-ancaman bahaya dan menangani isu-isu terkait kapasitas dan kerentanan. Ini artinya membangun kapasitas untuk menggerakkan sumber daya kolektif masyarakat untuk mengelola risiko bencana daripada membangun ketergantungan mereka pada bantuan dan dukungan luar.
di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, Depok tanggal 17/12/2015 & Balai Budaya Penggak Men Mersi, Denpasar Bali tanggal 15/01/2016.
Refleksi - Aksi Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH) dalam Perspektif Manajemen Risiko Berbasis Komunitas. Pernah digunakan untuk pemantik Diskusi Terfokus Penyusunan Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Ekoregion Kalimantan 2014