Girl born February 12th, 1994. Come from Pekalongan, Central Java, Indonesia. a nutritionist from Diponegoro University, Semarang. love a social world and wanna be empowering women.
Celiac disease merupakan penyakit imun enterophati yang dipicu oleh konsumsi gluten yang terkandu... more Celiac disease merupakan penyakit imun enterophati yang dipicu oleh konsumsi gluten yang terkandung pada gandum, rye, dan barley dimana penyakit ini menyerang individu yang rentan secara genetik. Individu yang mengalami celiac disease, dianjurkan untuk mengonsumsi pangan bebas gluten. Umumnya jenis gandum (wheat), gandum hitam (rye), dan barley mengandung gluten. Sebagian besar produk roti dan turunannya berbahan dasar gandum. Dengan demikian, butuh alternatif pangan turunan serealia yang bebas gluten bagi penderita celiac disease. Sorgum (Sorghum bicolor L. Moench) merupakan keluarga serealia dengan kandungan gluten yang lebih rendah daripada gandum. Meskipun tepung sorgum memiliki glutelin dan gliadin, tetapi protein tepung sorgum kurang memiliki kemampuan untuk membentuk gluten jika dibandingkan dengan terigu. Salah satu produk yang dapat dikembangkan dari tepung sorgum yaitu sereal. Tepung sorgum cocok untuk menjadi bahan dasar pembuatan sereal karena produk sereal tidak membutuhkan kadar gluten yang tinggi. Sereal merupakan produk makanan berbasis proses ekstrusi yang dibentuk menjadi serpihan, setrip (shredded), dan ekstrudat (extruded) sehingga produk ini siap santap untuk sarapan pagi. Pembuatan sereal pada gagasan ini akan dibentuk flakes. Metode pembuatan flakes sorgum diadopsi dari metode D. K. Tressler yaitu dengan mula-mula sorgum dicuci bersih kemudian dimasak menggunakan retort dengan suhu 120oC selama 15 menit dengan perbandingan air dan sorgum sebesar 2 : 1. Sorgum yang telah masak tersebut didinginkan selama 20 menit lalu dipipihkan dengan menggunakan roller kemudian dipanggang dengan oven panggang dengan suhu 300oF (148.89ºC) selama 12 menit. Flakes yang dihasilkan memiliki sifat crispy dan terbentuk pula flavor panggang (baked flavor) sehingga flakes tersebut dapat langsung dikonsumsi. Waktu rehidrasi flakes sekitar tiga menit dan nilai daya serap air sebesar 445.15%. Bahan-bahan yang digunakan terdiri dari gula 10%, coklat 0.50%, garam 0.15%, vanila 0.05%, CMC 0.15%, sorgum flakes 10%. Flakes ini mengandung energi 113.95 kkal, karbohidrat 26.11 gram, lemak 0.51 gram, protein 1.24 gram, dan serat kasar 0.26 gram. Sereal sorgum mempunyai peluang besar untuk menjadi alternatif pangan bagi penderita celiac disease karena tidak ditambahkan tepung terigu pada proses pembuatan. Produk ini dapat berkontribusi di dunia pasar karena belum ada produk sereal yang berbahan dasar tepung sorgum. Namun, pengembangan teknologi terkait budi daya hingga hasil panen sorgum perlu ditingkatkan agar produksi sorgum dapat meningkat dan pengembangan produk berbahan dasar tepung sorgum juga menjadi optimal.
Sepertiga makanan di dunia berakhir di pembuangan setiap tahunnya. Jumlahnya bisa mecapai 1,3 mil... more Sepertiga makanan di dunia berakhir di pembuangan setiap tahunnya. Jumlahnya bisa mecapai 1,3 miliar ton. Di sisi lain, data dari Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) menyatakan saat ini masih ada 795 juta warga yang kelaparan di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri, sebanyak 19,4 juta penduduk menderita kelaparan setiap hari. Sangat disayangkan bila ber-ton-ton makanan itu dibuang dan membiarkan ratusan juta manusia kelaparan. Sektor rumah tangga menyumbang cukup besar terhadap sisa makanan. Selain dari rumah tangga, kehilangan pangan dapat terjadi pada penyedia pangan, misalnya di hotel, restoran, dan usaha sejenis lain. Aksamala Foundation melakukan riset pada 100 sampel restoran yang tersebar di lima kota DKI Jakarta dari restoran skala besar, menengah, dan kecil, dengan proporsi 81% restoran nusantara dan 19% restoran asing. Hasil riset Aksamala Foundation menunjukkan 72 persen restoran di Jakarta setiap harinya memiliki kelebihan makanan yang tidak terjual. Temuan yang cukup mengejutkan adalah fakta bahwa 35 persen di antaranya membuang kelebihan makanan itu. Memang terdapat sebanyak 40 persen yang mendonasikan kelebihan makanan. Namun, donasi ini sebagian besar ditujukan kepada karyawan yang bekerja di restoran tersebut. Fakta lainnya adalah 60% jumlah yang dibuang berkisar satu sampai lima kilogram. Dapat dirata-ratakan jumlah yang terbuang adalah 2-3 kilogram/hari/restoran. Mari kita andaikan, bila sehari saja setidaknya masing-masing restoran menyisihkan 2 kilogram nasi untuk disalurkan pada kaum dhuafa kekurangan pangan, ini akan menyumbang penurunan yang besar dalam pengentasan masalah kelaparan di Indonesia. Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk menyalurkan kelebihan pangan dengan pihak yang masih kekurangan pangan. Khusunya kelebihan pangan di sektor restoran dan jenis usaha makanan serta minuman lainnya. Perlu gerakan efisiensi " menangani dan mengonsumsi pangan " mengingat banyaknya pangan mubazir.
Guna mengantisipasi terjadinya dampak buruk akibat bencana pada kesehatan dan gizi kelompok renta... more Guna mengantisipasi terjadinya dampak buruk akibat bencana pada kesehatan dan gizi kelompok rentan, maka kami Aksamala Foundation menerbitkan buku “Nutrition for Emergency”. Buku ini kami adaptasi dari buku pedoman penanggulangan masalah gizi dalam keadaan darurat oleh kementerian kesehatan dan WHO. Aksamala Foundation mengeluarkan pedoman penanggulangan masalah gizi khusus untuk kelompok rentan yang meliputi ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan baduta (bawah dua tahun). Kelebihan pedoman ini dengan pedoman yang sudah ada adalah pedoman ini diadopsi dari pengalaman tim Aksamala Foundation di lapangan saat tahap tanggap darurat dan dilengkapi langkah-langkah teknis pembuatan dapur umum serta menu dan resep masakannya. Pedoman ini merupakan acuan bagi pihak-pihak yang akan terjun di lapangan saat tanggap darurat awal, khususnya untuk mengelola kegiatan penanganan gizi dalam situasi bencana.
Buku ini akan membahas pengetahuan tentang kerusakan pangan, penilaian mutu pangan, pengolahan se... more Buku ini akan membahas pengetahuan tentang kerusakan pangan, penilaian mutu pangan, pengolahan serta pengawetan pangan sesuai dengan sifat pangan dengan mempertahankan dan meningkatkan mutu, kadar dan nilai gizi pangan
Pengolahan pangan adalah kumpulan metode dan teknik yang digunakan untuk mengubah bahan mentah me... more Pengolahan pangan adalah kumpulan metode dan teknik yang digunakan untuk mengubah bahan mentah menjadi makanan atau mengubah makanan menjadi bentuk lain yang lebih menarik untuk konsumsi oleh manusia. dalam peroses pengolahan pangan tihdak hanya bentuk makanan yang harus menarik dan rasanya harus enak, tentu saja kita harus selalu memperhatikan aspek higineis untuk kesehatan makanan yang akan dikonsusi nantinya.
buku aplikasi pengolahan apangan ini dipersiapkan dan disusun sebagai buku referensi yang akan menjadi acuan perkualiahan untuk mahasiswa tingkat sarjana maupunj s2/s3 ataupun masyarakat yang akan memperdalam ilmu dan teknologi pangan, baik di lingkungan perguruan tinggi ataupun di lembaga-lembaga pendidikand an penelitian lain.
dalam buku ini disampaikan lebih banyak berupa pengantar pengetahuan dari setiap topik yang berisi prinsip-prinsip dan aplikasi bahan pangan untuk yang kemungkinan dapat dimodifikasi dengan tetap berpedoman pada karakter dan pemilihan metode yang tepat
Background: A performance slope was often happened to Indonesian soccer athlete. A recent study e... more Background: A performance slope was often happened to Indonesian soccer athlete. A recent study explained that nitrate could influence athlete performance. Nitrate in beetroots could effect on energy producing mechanism through nitrite oxide (NO) activity on aerobic cardiorespiratory. Objective: to analyze the effect of beetroot juice on VO2max of soccer athelete. Method: A quasi experimental study was done by using pretest–post test control group design. The subjects were 12 soccer players aged 18-22 years at Unnes Soccer Club in February 2014. The treatment group consumed 300 ml beetroot juice and the control group consumed 300 ml syrup. The intervention was given for 7 days. VO2max measurement was taken by MFT (multistage fitness test) twice, which was taken on the day before intervention (VO2max pre) and the last day of intervention (VO2max post). Independent-t-test and Mann Whitney were used to observe the difference of VO2max post, the enhancement of VO2max, and confounding factor in both of groups. Double linier regression test was used to observe the confounding factor that influence the most in VO2max enhancement. ANCOVA test was used to observe the beetroot juice effect after be controlized by confounding factor. Result: VO2max pre in both of groups were not significantly different (p>0.05), approximately 33.6-47.5 ml/kg/menit. There was no significant differences in VO2max enhancement between treatment and control group (p>0.05). However, it was higher treatment group (11.8±5.07 ml/kg/menit) than control (8.1±2.04 ml/kg/menit). The most influence confounding factor in VO2max enhancement was iron intake. There was not significantly effected beetroot juice and iron intake on VO2max enhancement, after be controlized by confounding factor. Conclusion: The administration of beetroot juice for 7 days was not significantly effected on VO2max enhancement of soccer athlete (p>0.05). However, VO2max enhancement was higher treatment group than control. Keyword: beetroot juice, VO2max, soccer athelete.
Celiac disease merupakan penyakit imun enterophati yang dipicu oleh konsumsi gluten yang terkandu... more Celiac disease merupakan penyakit imun enterophati yang dipicu oleh konsumsi gluten yang terkandung pada gandum, rye, dan barley dimana penyakit ini menyerang individu yang rentan secara genetik. Individu yang mengalami celiac disease, dianjurkan untuk mengonsumsi pangan bebas gluten. Umumnya jenis gandum (wheat), gandum hitam (rye), dan barley mengandung gluten. Sebagian besar produk roti dan turunannya berbahan dasar gandum. Dengan demikian, butuh alternatif pangan turunan serealia yang bebas gluten bagi penderita celiac disease. Sorgum (Sorghum bicolor L. Moench) merupakan keluarga serealia dengan kandungan gluten yang lebih rendah daripada gandum. Meskipun tepung sorgum memiliki glutelin dan gliadin, tetapi protein tepung sorgum kurang memiliki kemampuan untuk membentuk gluten jika dibandingkan dengan terigu. Salah satu produk yang dapat dikembangkan dari tepung sorgum yaitu sereal. Tepung sorgum cocok untuk menjadi bahan dasar pembuatan sereal karena produk sereal tidak membutuhkan kadar gluten yang tinggi. Sereal merupakan produk makanan berbasis proses ekstrusi yang dibentuk menjadi serpihan, setrip (shredded), dan ekstrudat (extruded) sehingga produk ini siap santap untuk sarapan pagi. Pembuatan sereal pada gagasan ini akan dibentuk flakes. Metode pembuatan flakes sorgum diadopsi dari metode D. K. Tressler yaitu dengan mula-mula sorgum dicuci bersih kemudian dimasak menggunakan retort dengan suhu 120oC selama 15 menit dengan perbandingan air dan sorgum sebesar 2 : 1. Sorgum yang telah masak tersebut didinginkan selama 20 menit lalu dipipihkan dengan menggunakan roller kemudian dipanggang dengan oven panggang dengan suhu 300oF (148.89ºC) selama 12 menit. Flakes yang dihasilkan memiliki sifat crispy dan terbentuk pula flavor panggang (baked flavor) sehingga flakes tersebut dapat langsung dikonsumsi. Waktu rehidrasi flakes sekitar tiga menit dan nilai daya serap air sebesar 445.15%. Bahan-bahan yang digunakan terdiri dari gula 10%, coklat 0.50%, garam 0.15%, vanila 0.05%, CMC 0.15%, sorgum flakes 10%. Flakes ini mengandung energi 113.95 kkal, karbohidrat 26.11 gram, lemak 0.51 gram, protein 1.24 gram, dan serat kasar 0.26 gram. Sereal sorgum mempunyai peluang besar untuk menjadi alternatif pangan bagi penderita celiac disease karena tidak ditambahkan tepung terigu pada proses pembuatan. Produk ini dapat berkontribusi di dunia pasar karena belum ada produk sereal yang berbahan dasar tepung sorgum. Namun, pengembangan teknologi terkait budi daya hingga hasil panen sorgum perlu ditingkatkan agar produksi sorgum dapat meningkat dan pengembangan produk berbahan dasar tepung sorgum juga menjadi optimal.
Sepertiga makanan di dunia berakhir di pembuangan setiap tahunnya. Jumlahnya bisa mecapai 1,3 mil... more Sepertiga makanan di dunia berakhir di pembuangan setiap tahunnya. Jumlahnya bisa mecapai 1,3 miliar ton. Di sisi lain, data dari Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) menyatakan saat ini masih ada 795 juta warga yang kelaparan di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri, sebanyak 19,4 juta penduduk menderita kelaparan setiap hari. Sangat disayangkan bila ber-ton-ton makanan itu dibuang dan membiarkan ratusan juta manusia kelaparan. Sektor rumah tangga menyumbang cukup besar terhadap sisa makanan. Selain dari rumah tangga, kehilangan pangan dapat terjadi pada penyedia pangan, misalnya di hotel, restoran, dan usaha sejenis lain. Aksamala Foundation melakukan riset pada 100 sampel restoran yang tersebar di lima kota DKI Jakarta dari restoran skala besar, menengah, dan kecil, dengan proporsi 81% restoran nusantara dan 19% restoran asing. Hasil riset Aksamala Foundation menunjukkan 72 persen restoran di Jakarta setiap harinya memiliki kelebihan makanan yang tidak terjual. Temuan yang cukup mengejutkan adalah fakta bahwa 35 persen di antaranya membuang kelebihan makanan itu. Memang terdapat sebanyak 40 persen yang mendonasikan kelebihan makanan. Namun, donasi ini sebagian besar ditujukan kepada karyawan yang bekerja di restoran tersebut. Fakta lainnya adalah 60% jumlah yang dibuang berkisar satu sampai lima kilogram. Dapat dirata-ratakan jumlah yang terbuang adalah 2-3 kilogram/hari/restoran. Mari kita andaikan, bila sehari saja setidaknya masing-masing restoran menyisihkan 2 kilogram nasi untuk disalurkan pada kaum dhuafa kekurangan pangan, ini akan menyumbang penurunan yang besar dalam pengentasan masalah kelaparan di Indonesia. Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk menyalurkan kelebihan pangan dengan pihak yang masih kekurangan pangan. Khusunya kelebihan pangan di sektor restoran dan jenis usaha makanan serta minuman lainnya. Perlu gerakan efisiensi " menangani dan mengonsumsi pangan " mengingat banyaknya pangan mubazir.
Guna mengantisipasi terjadinya dampak buruk akibat bencana pada kesehatan dan gizi kelompok renta... more Guna mengantisipasi terjadinya dampak buruk akibat bencana pada kesehatan dan gizi kelompok rentan, maka kami Aksamala Foundation menerbitkan buku “Nutrition for Emergency”. Buku ini kami adaptasi dari buku pedoman penanggulangan masalah gizi dalam keadaan darurat oleh kementerian kesehatan dan WHO. Aksamala Foundation mengeluarkan pedoman penanggulangan masalah gizi khusus untuk kelompok rentan yang meliputi ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan baduta (bawah dua tahun). Kelebihan pedoman ini dengan pedoman yang sudah ada adalah pedoman ini diadopsi dari pengalaman tim Aksamala Foundation di lapangan saat tahap tanggap darurat dan dilengkapi langkah-langkah teknis pembuatan dapur umum serta menu dan resep masakannya. Pedoman ini merupakan acuan bagi pihak-pihak yang akan terjun di lapangan saat tanggap darurat awal, khususnya untuk mengelola kegiatan penanganan gizi dalam situasi bencana.
Buku ini akan membahas pengetahuan tentang kerusakan pangan, penilaian mutu pangan, pengolahan se... more Buku ini akan membahas pengetahuan tentang kerusakan pangan, penilaian mutu pangan, pengolahan serta pengawetan pangan sesuai dengan sifat pangan dengan mempertahankan dan meningkatkan mutu, kadar dan nilai gizi pangan
Pengolahan pangan adalah kumpulan metode dan teknik yang digunakan untuk mengubah bahan mentah me... more Pengolahan pangan adalah kumpulan metode dan teknik yang digunakan untuk mengubah bahan mentah menjadi makanan atau mengubah makanan menjadi bentuk lain yang lebih menarik untuk konsumsi oleh manusia. dalam peroses pengolahan pangan tihdak hanya bentuk makanan yang harus menarik dan rasanya harus enak, tentu saja kita harus selalu memperhatikan aspek higineis untuk kesehatan makanan yang akan dikonsusi nantinya.
buku aplikasi pengolahan apangan ini dipersiapkan dan disusun sebagai buku referensi yang akan menjadi acuan perkualiahan untuk mahasiswa tingkat sarjana maupunj s2/s3 ataupun masyarakat yang akan memperdalam ilmu dan teknologi pangan, baik di lingkungan perguruan tinggi ataupun di lembaga-lembaga pendidikand an penelitian lain.
dalam buku ini disampaikan lebih banyak berupa pengantar pengetahuan dari setiap topik yang berisi prinsip-prinsip dan aplikasi bahan pangan untuk yang kemungkinan dapat dimodifikasi dengan tetap berpedoman pada karakter dan pemilihan metode yang tepat
Background: A performance slope was often happened to Indonesian soccer athlete. A recent study e... more Background: A performance slope was often happened to Indonesian soccer athlete. A recent study explained that nitrate could influence athlete performance. Nitrate in beetroots could effect on energy producing mechanism through nitrite oxide (NO) activity on aerobic cardiorespiratory. Objective: to analyze the effect of beetroot juice on VO2max of soccer athelete. Method: A quasi experimental study was done by using pretest–post test control group design. The subjects were 12 soccer players aged 18-22 years at Unnes Soccer Club in February 2014. The treatment group consumed 300 ml beetroot juice and the control group consumed 300 ml syrup. The intervention was given for 7 days. VO2max measurement was taken by MFT (multistage fitness test) twice, which was taken on the day before intervention (VO2max pre) and the last day of intervention (VO2max post). Independent-t-test and Mann Whitney were used to observe the difference of VO2max post, the enhancement of VO2max, and confounding factor in both of groups. Double linier regression test was used to observe the confounding factor that influence the most in VO2max enhancement. ANCOVA test was used to observe the beetroot juice effect after be controlized by confounding factor. Result: VO2max pre in both of groups were not significantly different (p>0.05), approximately 33.6-47.5 ml/kg/menit. There was no significant differences in VO2max enhancement between treatment and control group (p>0.05). However, it was higher treatment group (11.8±5.07 ml/kg/menit) than control (8.1±2.04 ml/kg/menit). The most influence confounding factor in VO2max enhancement was iron intake. There was not significantly effected beetroot juice and iron intake on VO2max enhancement, after be controlized by confounding factor. Conclusion: The administration of beetroot juice for 7 days was not significantly effected on VO2max enhancement of soccer athlete (p>0.05). However, VO2max enhancement was higher treatment group than control. Keyword: beetroot juice, VO2max, soccer athelete.
Uploads
Papers
Sorgum (Sorghum bicolor L. Moench) merupakan keluarga serealia dengan kandungan gluten yang lebih rendah daripada gandum. Meskipun tepung sorgum memiliki glutelin dan gliadin, tetapi protein tepung sorgum kurang memiliki kemampuan untuk membentuk gluten jika dibandingkan dengan terigu. Salah satu produk yang dapat dikembangkan dari tepung sorgum yaitu sereal. Tepung sorgum cocok untuk menjadi bahan dasar pembuatan sereal karena produk sereal tidak membutuhkan kadar gluten yang tinggi. Sereal merupakan produk makanan berbasis proses ekstrusi yang dibentuk menjadi serpihan, setrip (shredded), dan ekstrudat (extruded) sehingga produk ini siap santap untuk sarapan pagi.
Pembuatan sereal pada gagasan ini akan dibentuk flakes. Metode pembuatan flakes sorgum diadopsi dari metode D. K. Tressler yaitu dengan mula-mula sorgum dicuci bersih kemudian dimasak menggunakan retort dengan suhu 120oC selama 15 menit dengan perbandingan air dan sorgum sebesar 2 : 1. Sorgum yang telah masak tersebut didinginkan selama 20 menit lalu dipipihkan dengan menggunakan roller kemudian dipanggang dengan oven panggang dengan suhu 300oF (148.89ºC) selama 12 menit.
Flakes yang dihasilkan memiliki sifat crispy dan terbentuk pula flavor panggang (baked flavor) sehingga flakes tersebut dapat langsung dikonsumsi. Waktu rehidrasi flakes sekitar tiga menit dan nilai daya serap air sebesar 445.15%. Bahan-bahan yang digunakan terdiri dari gula 10%, coklat 0.50%, garam 0.15%, vanila 0.05%, CMC 0.15%, sorgum flakes 10%. Flakes ini mengandung energi 113.95 kkal, karbohidrat 26.11 gram, lemak 0.51 gram, protein 1.24 gram, dan serat kasar 0.26 gram.
Sereal sorgum mempunyai peluang besar untuk menjadi alternatif pangan bagi penderita celiac disease karena tidak ditambahkan tepung terigu pada proses pembuatan. Produk ini dapat berkontribusi di dunia pasar karena belum ada produk sereal yang berbahan dasar tepung sorgum. Namun, pengembangan teknologi terkait budi daya hingga hasil panen sorgum perlu ditingkatkan agar produksi sorgum dapat meningkat dan pengembangan produk berbahan dasar tepung sorgum juga menjadi optimal.
Books
Pedoman ini merupakan acuan bagi pihak-pihak yang akan terjun di lapangan saat tanggap darurat awal, khususnya untuk mengelola kegiatan penanganan gizi dalam situasi bencana.
buku aplikasi pengolahan apangan ini dipersiapkan dan disusun sebagai buku referensi yang akan menjadi acuan perkualiahan untuk mahasiswa tingkat sarjana maupunj s2/s3 ataupun masyarakat yang akan memperdalam ilmu dan teknologi pangan, baik di lingkungan perguruan tinggi ataupun di lembaga-lembaga pendidikand an penelitian lain.
dalam buku ini disampaikan lebih banyak berupa pengantar pengetahuan dari setiap topik yang berisi prinsip-prinsip dan aplikasi bahan pangan untuk yang kemungkinan dapat dimodifikasi dengan tetap berpedoman pada karakter dan pemilihan metode yang tepat
Thesis Chapters
Objective: to analyze the effect of beetroot juice on VO2max of soccer athelete.
Method: A quasi experimental study was done by using pretest–post test control group design. The subjects were 12 soccer players aged 18-22 years at Unnes Soccer Club in February 2014. The treatment group consumed 300 ml beetroot juice and the control group consumed 300 ml syrup. The intervention was given for 7 days. VO2max measurement was taken by MFT (multistage fitness test) twice, which was taken on the day before intervention (VO2max pre) and the last day of intervention (VO2max post). Independent-t-test and Mann Whitney were used to observe the difference of VO2max post, the enhancement of VO2max, and confounding factor in both of groups. Double linier regression test was used to observe the confounding factor that influence the most in VO2max enhancement. ANCOVA test was used to observe the beetroot juice effect after be controlized by confounding factor.
Result: VO2max pre in both of groups were not significantly different (p>0.05), approximately 33.6-47.5 ml/kg/menit. There was no significant differences in VO2max enhancement between treatment and control group (p>0.05). However, it was higher treatment group (11.8±5.07 ml/kg/menit) than control (8.1±2.04 ml/kg/menit). The most influence confounding factor in VO2max enhancement was iron intake. There was not significantly effected beetroot juice and iron intake on VO2max enhancement, after be controlized by confounding factor.
Conclusion: The administration of beetroot juice for 7 days was not significantly effected on VO2max enhancement of soccer athlete (p>0.05). However, VO2max enhancement was higher treatment group than control.
Keyword: beetroot juice, VO2max, soccer athelete.
Sorgum (Sorghum bicolor L. Moench) merupakan keluarga serealia dengan kandungan gluten yang lebih rendah daripada gandum. Meskipun tepung sorgum memiliki glutelin dan gliadin, tetapi protein tepung sorgum kurang memiliki kemampuan untuk membentuk gluten jika dibandingkan dengan terigu. Salah satu produk yang dapat dikembangkan dari tepung sorgum yaitu sereal. Tepung sorgum cocok untuk menjadi bahan dasar pembuatan sereal karena produk sereal tidak membutuhkan kadar gluten yang tinggi. Sereal merupakan produk makanan berbasis proses ekstrusi yang dibentuk menjadi serpihan, setrip (shredded), dan ekstrudat (extruded) sehingga produk ini siap santap untuk sarapan pagi.
Pembuatan sereal pada gagasan ini akan dibentuk flakes. Metode pembuatan flakes sorgum diadopsi dari metode D. K. Tressler yaitu dengan mula-mula sorgum dicuci bersih kemudian dimasak menggunakan retort dengan suhu 120oC selama 15 menit dengan perbandingan air dan sorgum sebesar 2 : 1. Sorgum yang telah masak tersebut didinginkan selama 20 menit lalu dipipihkan dengan menggunakan roller kemudian dipanggang dengan oven panggang dengan suhu 300oF (148.89ºC) selama 12 menit.
Flakes yang dihasilkan memiliki sifat crispy dan terbentuk pula flavor panggang (baked flavor) sehingga flakes tersebut dapat langsung dikonsumsi. Waktu rehidrasi flakes sekitar tiga menit dan nilai daya serap air sebesar 445.15%. Bahan-bahan yang digunakan terdiri dari gula 10%, coklat 0.50%, garam 0.15%, vanila 0.05%, CMC 0.15%, sorgum flakes 10%. Flakes ini mengandung energi 113.95 kkal, karbohidrat 26.11 gram, lemak 0.51 gram, protein 1.24 gram, dan serat kasar 0.26 gram.
Sereal sorgum mempunyai peluang besar untuk menjadi alternatif pangan bagi penderita celiac disease karena tidak ditambahkan tepung terigu pada proses pembuatan. Produk ini dapat berkontribusi di dunia pasar karena belum ada produk sereal yang berbahan dasar tepung sorgum. Namun, pengembangan teknologi terkait budi daya hingga hasil panen sorgum perlu ditingkatkan agar produksi sorgum dapat meningkat dan pengembangan produk berbahan dasar tepung sorgum juga menjadi optimal.
Pedoman ini merupakan acuan bagi pihak-pihak yang akan terjun di lapangan saat tanggap darurat awal, khususnya untuk mengelola kegiatan penanganan gizi dalam situasi bencana.
buku aplikasi pengolahan apangan ini dipersiapkan dan disusun sebagai buku referensi yang akan menjadi acuan perkualiahan untuk mahasiswa tingkat sarjana maupunj s2/s3 ataupun masyarakat yang akan memperdalam ilmu dan teknologi pangan, baik di lingkungan perguruan tinggi ataupun di lembaga-lembaga pendidikand an penelitian lain.
dalam buku ini disampaikan lebih banyak berupa pengantar pengetahuan dari setiap topik yang berisi prinsip-prinsip dan aplikasi bahan pangan untuk yang kemungkinan dapat dimodifikasi dengan tetap berpedoman pada karakter dan pemilihan metode yang tepat
Objective: to analyze the effect of beetroot juice on VO2max of soccer athelete.
Method: A quasi experimental study was done by using pretest–post test control group design. The subjects were 12 soccer players aged 18-22 years at Unnes Soccer Club in February 2014. The treatment group consumed 300 ml beetroot juice and the control group consumed 300 ml syrup. The intervention was given for 7 days. VO2max measurement was taken by MFT (multistage fitness test) twice, which was taken on the day before intervention (VO2max pre) and the last day of intervention (VO2max post). Independent-t-test and Mann Whitney were used to observe the difference of VO2max post, the enhancement of VO2max, and confounding factor in both of groups. Double linier regression test was used to observe the confounding factor that influence the most in VO2max enhancement. ANCOVA test was used to observe the beetroot juice effect after be controlized by confounding factor.
Result: VO2max pre in both of groups were not significantly different (p>0.05), approximately 33.6-47.5 ml/kg/menit. There was no significant differences in VO2max enhancement between treatment and control group (p>0.05). However, it was higher treatment group (11.8±5.07 ml/kg/menit) than control (8.1±2.04 ml/kg/menit). The most influence confounding factor in VO2max enhancement was iron intake. There was not significantly effected beetroot juice and iron intake on VO2max enhancement, after be controlized by confounding factor.
Conclusion: The administration of beetroot juice for 7 days was not significantly effected on VO2max enhancement of soccer athlete (p>0.05). However, VO2max enhancement was higher treatment group than control.
Keyword: beetroot juice, VO2max, soccer athelete.