Para peneliti mengkaji film melalui berbagai pendekatan displin keilmuan dan teori yang digunakan... more Para peneliti mengkaji film melalui berbagai pendekatan displin keilmuan dan teori yang digunakan antara lain analisis isi (tekstual), naratif, analisis wacana genre, auteur dan masih banyak lagi yang lain. Bagi sebagian kalangan, studi genre digunakan untuk memgklasifikasikan, lebih jelasnya membedakan antara karya yang bermutu tinggi dengan yang rendah. Namun bagi sebagian yang lain menganggap studi genre dilakukan untuk memudahkan para penikmat seni (film) menyesuaikan dengan selera mereka akan film. Berangkat dari pemahaman bahwa ada film yang berkualitas dan tidak berkualitas, muncul gagasan bahwa kualitas sebuah film ditentukan oleh author , pembuatnya. Sesuai dengan argument yang dikemukakan oleh Thompson dan Bordwell bahwa salah satu gagasaan yang paling berpengaruh dalam sejarah sinema adalah keyakinan bahwa sutradara adalah orang yang paling bertanggung jawab atas bentuk, gaya dan makna sebuah film (Stokes, 2006:98). Meskipun kesuksesan sebuah film masih juga ditentukan oleh banyak pihak lain (penulis naskah, produser, penata musik, kostum dan lain lain). Namun kajian film dengan menggunakan pendekatan auteur ini belum banyak dilakukan oleh pengkaji film di Indonesia. Sebagian besar bahkan hampir seluruh hasil kajian film, biasanya sebagai tugas akhir studi, mahasiswa menggunakan pendekatan analisis isi dan semiotic dan beberapa menggunakan pendekatan institusi media, industri budaya dan analisis khalayak. Kenyataan tersebut merupakan titik tolak dari rangkaian proses penulisan karya tulis yang sedang anda baca ini.
Kiamat Kemanusiaan
dimuat dalam Majalah Sastra Sabana edisi 9, Mei 2016.
Manusia modern kehila... more Kiamat Kemanusiaan
dimuat dalam Majalah Sastra Sabana edisi 9, Mei 2016.
Manusia modern kehilangan kemampuan membedakan antara denotasi dan konotasi. Apa yang sebelumnya merupakan konotasi sekarang dianggap sebagai denotasi tanpa tahu 'sangkan paran' bahasa. Ketidakmampuan manusia memahami bahasa menyebabkan kesimpangsiuran makna, ketidaktepatan cara pandang, kesesatan pikir, kekacauan budaya, ketidakadilan sosial, ekonomi, dan hukum. Koruptor bukannya malu malah tertawa seolah bangga, aparat negara tak henti‐henti menyengsarakan rakyatnya melalui kertas yang ditandatanganinya tanpa sempat baca, hakim membenarkan pembakaran hutan dengan dalih alam mampu menumbuhkan pepohonan lagi. Alih‐alih mendatangi orang‐orang berilmu, negarawan, guru‐guru bangsa yang makin langka untuk meminta petuah, pemimpin negara justru mendatangkan para pelawak untuk menghiburnya di istana.
Menyaksikan tanda‐tanda yang demikian menggiring kita pada bayangan akan kiamat, kehancuran akhir zaman, yang semakin dekat. Sebagaimana dikabarkan oleh para pujangga waskita tanah Jawa ratusan tahun lalu tentang kondisi Sungsang Bawana Walik menjelang hari akhir. Sungsang Bawana Walik adalah zaman ketika tatanan dunia serba terbalik.
Melalui wawancara khusus untuk Sabana edisi 9 ini, Toto Rahardjo menyampaikan pendapatnya tentang kondisi sosial masyarakat yang serba sungsang, serba terbolak‐balik sebagai kiamat itu sendiri.
Buku ini merupakan hasil kajian terhadap 8 lembaga yang telah melakukan gerakan literasi media da... more Buku ini merupakan hasil kajian terhadap 8 lembaga yang telah melakukan gerakan literasi media dan media wacth sejak tahun 2009 hingga kini. Kedelapan lembaga tersebut adalah KIPPAS di Medan, Yayasan Sahabat Cahaya dan Remotivi di Jakarta, LeSPI di Semarang, Jurnal Celebes di Makassar, serta MPM, ECCD-RC, dan Centre for LEAD di Yogyakarta. Kedelapan lembaga tersebut didukung oleh Yayasan Tifa dalam kegiatan literasi media mereka.
Kajian ini ditujukan untuk melihat pertumbuhan gerakan literasi media dan pemantauan media di Indonesia dengan kekhasan modelnya masing-masing.
Para peneliti mengkaji film melalui berbagai pendekatan displin keilmuan dan teori yang digunakan... more Para peneliti mengkaji film melalui berbagai pendekatan displin keilmuan dan teori yang digunakan antara lain analisis isi (tekstual), naratif, analisis wacana genre, auteur dan masih banyak lagi yang lain. Bagi sebagian kalangan, studi genre digunakan untuk memgklasifikasikan, lebih jelasnya membedakan antara karya yang bermutu tinggi dengan yang rendah. Namun bagi sebagian yang lain menganggap studi genre dilakukan untuk memudahkan para penikmat seni (film) menyesuaikan dengan selera mereka akan film. Berangkat dari pemahaman bahwa ada film yang berkualitas dan tidak berkualitas, muncul gagasan bahwa kualitas sebuah film ditentukan oleh author , pembuatnya. Sesuai dengan argument yang dikemukakan oleh Thompson dan Bordwell bahwa salah satu gagasaan yang paling berpengaruh dalam sejarah sinema adalah keyakinan bahwa sutradara adalah orang yang paling bertanggung jawab atas bentuk, gaya dan makna sebuah film (Stokes, 2006:98). Meskipun kesuksesan sebuah film masih juga ditentukan oleh banyak pihak lain (penulis naskah, produser, penata musik, kostum dan lain lain). Namun kajian film dengan menggunakan pendekatan auteur ini belum banyak dilakukan oleh pengkaji film di Indonesia. Sebagian besar bahkan hampir seluruh hasil kajian film, biasanya sebagai tugas akhir studi, mahasiswa menggunakan pendekatan analisis isi dan semiotic dan beberapa menggunakan pendekatan institusi media, industri budaya dan analisis khalayak. Kenyataan tersebut merupakan titik tolak dari rangkaian proses penulisan karya tulis yang sedang anda baca ini.
Kiamat Kemanusiaan
dimuat dalam Majalah Sastra Sabana edisi 9, Mei 2016.
Manusia modern kehila... more Kiamat Kemanusiaan
dimuat dalam Majalah Sastra Sabana edisi 9, Mei 2016.
Manusia modern kehilangan kemampuan membedakan antara denotasi dan konotasi. Apa yang sebelumnya merupakan konotasi sekarang dianggap sebagai denotasi tanpa tahu 'sangkan paran' bahasa. Ketidakmampuan manusia memahami bahasa menyebabkan kesimpangsiuran makna, ketidaktepatan cara pandang, kesesatan pikir, kekacauan budaya, ketidakadilan sosial, ekonomi, dan hukum. Koruptor bukannya malu malah tertawa seolah bangga, aparat negara tak henti‐henti menyengsarakan rakyatnya melalui kertas yang ditandatanganinya tanpa sempat baca, hakim membenarkan pembakaran hutan dengan dalih alam mampu menumbuhkan pepohonan lagi. Alih‐alih mendatangi orang‐orang berilmu, negarawan, guru‐guru bangsa yang makin langka untuk meminta petuah, pemimpin negara justru mendatangkan para pelawak untuk menghiburnya di istana.
Menyaksikan tanda‐tanda yang demikian menggiring kita pada bayangan akan kiamat, kehancuran akhir zaman, yang semakin dekat. Sebagaimana dikabarkan oleh para pujangga waskita tanah Jawa ratusan tahun lalu tentang kondisi Sungsang Bawana Walik menjelang hari akhir. Sungsang Bawana Walik adalah zaman ketika tatanan dunia serba terbalik.
Melalui wawancara khusus untuk Sabana edisi 9 ini, Toto Rahardjo menyampaikan pendapatnya tentang kondisi sosial masyarakat yang serba sungsang, serba terbolak‐balik sebagai kiamat itu sendiri.
Buku ini merupakan hasil kajian terhadap 8 lembaga yang telah melakukan gerakan literasi media da... more Buku ini merupakan hasil kajian terhadap 8 lembaga yang telah melakukan gerakan literasi media dan media wacth sejak tahun 2009 hingga kini. Kedelapan lembaga tersebut adalah KIPPAS di Medan, Yayasan Sahabat Cahaya dan Remotivi di Jakarta, LeSPI di Semarang, Jurnal Celebes di Makassar, serta MPM, ECCD-RC, dan Centre for LEAD di Yogyakarta. Kedelapan lembaga tersebut didukung oleh Yayasan Tifa dalam kegiatan literasi media mereka.
Kajian ini ditujukan untuk melihat pertumbuhan gerakan literasi media dan pemantauan media di Indonesia dengan kekhasan modelnya masing-masing.
Uploads
Papers by Maulin Niam
author
, pembuatnya. Sesuai dengan argument yang dikemukakan oleh Thompson dan Bordwell bahwa salah satu gagasaan yang paling berpengaruh dalam sejarah sinema adalah keyakinan bahwa sutradara adalah orang yang paling bertanggung jawab atas bentuk, gaya dan makna sebuah film (Stokes, 2006:98). Meskipun kesuksesan sebuah film masih juga ditentukan oleh banyak pihak lain (penulis naskah, produser, penata musik, kostum dan lain lain). Namun kajian film dengan menggunakan pendekatan auteur ini belum banyak dilakukan oleh pengkaji film di Indonesia. Sebagian besar bahkan hampir seluruh hasil kajian film, biasanya sebagai tugas akhir studi, mahasiswa menggunakan pendekatan analisis isi dan semiotic dan beberapa menggunakan pendekatan institusi media, industri budaya dan analisis khalayak. Kenyataan tersebut merupakan titik tolak dari rangkaian proses penulisan karya tulis yang sedang anda baca ini.
Talks by Maulin Niam
dimuat dalam Majalah Sastra Sabana edisi 9, Mei 2016.
Manusia modern kehilangan kemampuan membedakan antara denotasi dan konotasi. Apa yang sebelumnya merupakan konotasi sekarang dianggap sebagai denotasi tanpa tahu 'sangkan paran' bahasa. Ketidakmampuan manusia memahami bahasa menyebabkan kesimpangsiuran makna, ketidaktepatan cara pandang, kesesatan pikir, kekacauan budaya, ketidakadilan sosial, ekonomi, dan hukum. Koruptor bukannya malu malah tertawa seolah bangga, aparat negara tak henti‐henti menyengsarakan rakyatnya melalui kertas yang ditandatanganinya tanpa sempat baca, hakim membenarkan pembakaran hutan dengan dalih alam mampu menumbuhkan pepohonan lagi. Alih‐alih mendatangi orang‐orang berilmu, negarawan, guru‐guru bangsa yang makin langka untuk meminta petuah, pemimpin negara justru mendatangkan para pelawak untuk menghiburnya di istana.
Menyaksikan tanda‐tanda yang demikian menggiring kita pada bayangan akan kiamat, kehancuran akhir zaman, yang semakin dekat. Sebagaimana dikabarkan oleh para pujangga waskita tanah Jawa ratusan tahun lalu tentang kondisi Sungsang Bawana Walik menjelang hari akhir. Sungsang Bawana Walik adalah zaman ketika tatanan dunia serba terbalik.
Melalui wawancara khusus untuk Sabana edisi 9 ini, Toto Rahardjo menyampaikan pendapatnya tentang kondisi sosial masyarakat yang serba sungsang, serba terbolak‐balik sebagai kiamat itu sendiri.
Books by Maulin Niam
Kajian ini ditujukan untuk melihat pertumbuhan gerakan literasi media dan pemantauan media di Indonesia dengan kekhasan modelnya masing-masing.
author
, pembuatnya. Sesuai dengan argument yang dikemukakan oleh Thompson dan Bordwell bahwa salah satu gagasaan yang paling berpengaruh dalam sejarah sinema adalah keyakinan bahwa sutradara adalah orang yang paling bertanggung jawab atas bentuk, gaya dan makna sebuah film (Stokes, 2006:98). Meskipun kesuksesan sebuah film masih juga ditentukan oleh banyak pihak lain (penulis naskah, produser, penata musik, kostum dan lain lain). Namun kajian film dengan menggunakan pendekatan auteur ini belum banyak dilakukan oleh pengkaji film di Indonesia. Sebagian besar bahkan hampir seluruh hasil kajian film, biasanya sebagai tugas akhir studi, mahasiswa menggunakan pendekatan analisis isi dan semiotic dan beberapa menggunakan pendekatan institusi media, industri budaya dan analisis khalayak. Kenyataan tersebut merupakan titik tolak dari rangkaian proses penulisan karya tulis yang sedang anda baca ini.
dimuat dalam Majalah Sastra Sabana edisi 9, Mei 2016.
Manusia modern kehilangan kemampuan membedakan antara denotasi dan konotasi. Apa yang sebelumnya merupakan konotasi sekarang dianggap sebagai denotasi tanpa tahu 'sangkan paran' bahasa. Ketidakmampuan manusia memahami bahasa menyebabkan kesimpangsiuran makna, ketidaktepatan cara pandang, kesesatan pikir, kekacauan budaya, ketidakadilan sosial, ekonomi, dan hukum. Koruptor bukannya malu malah tertawa seolah bangga, aparat negara tak henti‐henti menyengsarakan rakyatnya melalui kertas yang ditandatanganinya tanpa sempat baca, hakim membenarkan pembakaran hutan dengan dalih alam mampu menumbuhkan pepohonan lagi. Alih‐alih mendatangi orang‐orang berilmu, negarawan, guru‐guru bangsa yang makin langka untuk meminta petuah, pemimpin negara justru mendatangkan para pelawak untuk menghiburnya di istana.
Menyaksikan tanda‐tanda yang demikian menggiring kita pada bayangan akan kiamat, kehancuran akhir zaman, yang semakin dekat. Sebagaimana dikabarkan oleh para pujangga waskita tanah Jawa ratusan tahun lalu tentang kondisi Sungsang Bawana Walik menjelang hari akhir. Sungsang Bawana Walik adalah zaman ketika tatanan dunia serba terbalik.
Melalui wawancara khusus untuk Sabana edisi 9 ini, Toto Rahardjo menyampaikan pendapatnya tentang kondisi sosial masyarakat yang serba sungsang, serba terbolak‐balik sebagai kiamat itu sendiri.
Kajian ini ditujukan untuk melihat pertumbuhan gerakan literasi media dan pemantauan media di Indonesia dengan kekhasan modelnya masing-masing.