Jurnal Studi Pembangunan, Kemasyarakatan & Lingkungan, Vol. 2, No. 2, 2000
Masalah kemiskinan bukan hanya menjadi masalah bagi Indonesia, tetapi juga menjadi masalah yang s... more Masalah kemiskinan bukan hanya menjadi masalah bagi Indonesia, tetapi juga menjadi masalah yang serius bagi setiap negara-negara yang masuk dalam kategori dunia ketiga. Krisis yang terjadi sejak tahun 1997 juga berdampak terhadap angka kemiskinan di Indonesia. Meskipun jumlah peningkatannya masih terjadi controversy, kemiskinan tetap masih menjadi masalah yang serius yang perlu dicarikan solusinya oleh bangsa Indonesia. Dalam masyarakat “gereja” kemiskinan memang telah menjadi salah satu masalah sentral yang dibicarakan dalam Teologi Kekristenan Kontemporer. Namun sayangnya usaha-usaha ini masih terbatas pada level individual charity. Kelupaan atau ketidakmengertian Gereja atas tanggung jawabnya pada masalah kemiskinan ini memang dapat dimengerti karena: pertama, Ke-ambigious-an istilah miskin dalam Alkitab; kedua, Cara pandang dunia yang dikotomis; dan ketiga, ketakutan yang berlebih-lebihan terutama dari kalangan Injili (Evangelical) pada paham dari gerakan Injil Sosial (Social Gospel). Gelombang Neo-Marxism dan gap yang begitu lebar antara negara kaya dan negara miskin telah merubah agenda teologi yaitu teologi yang bukan hanya sebagai filsafat dan ilmu melainkan sebagai kekuatan untuk mengubah dan membebaskan.
Kata kunci: Gereja, Kemiskinan, Teologi, Keadilan Sosial.
Bookmarks Related papers MentionsView impact
Uploads
Papers
Chinese ethnic group is in the second category below Europeans and above the local population, so that it creates a feeling of superiority compared to the indigenous congregation. The Javanese congregation, although in terms of numbers, is not too large, among them some people have enough influence (elite) so that the tendency to maintain their Javanese existence is quite strong. (3) Social polarization based on ethnic similarities eventually stimulates other communities to create their own/separate communities; and (4) External influences, namely the NZV policy that places the Chinese ethnic group above the local ethnic group and developments at the national or international level are also factors
that trigger the formation of ethnic churches in Bandung.
Kata kunci: Gereja, Kemiskinan, Teologi, Keadilan Sosial.
Books
Chinese ethnic group is in the second category below Europeans and above the local population, so that it creates a feeling of superiority compared to the indigenous congregation. The Javanese congregation, although in terms of numbers, is not too large, among them some people have enough influence (elite) so that the tendency to maintain their Javanese existence is quite strong. (3) Social polarization based on ethnic similarities eventually stimulates other communities to create their own/separate communities; and (4) External influences, namely the NZV policy that places the Chinese ethnic group above the local ethnic group and developments at the national or international level are also factors
that trigger the formation of ethnic churches in Bandung.
Kata kunci: Gereja, Kemiskinan, Teologi, Keadilan Sosial.