Skip to main content
Islam Realitas

    Islam Realitas

    The phenomenon of fragment movement in Indonesia nowaday becomes very popular along with the lunge and the accompanying notes. Recently, it is reported the existence of fragment such as the Ismailis, Baatinites, and Qaramithah of the... more
    The phenomenon of fragment movement in Indonesia nowaday becomes very popular along with the lunge and the accompanying notes. Recently, it is reported the existence of fragment such as the Ismailis, Baatinites, and Qaramithah of the Shiite sect; Bahaiyyah and Ahmadiyah, and so on. The topic of this study is the existence of Ahmadiyah, a fragment drifts in Islam of this country and has aroused many debates, even leads to chaos. This study used three instruments, namely concepts, propositions and theories. The three instruments is a methodology to clarify the limits and substance of the examined. From the result of research, it can be explained that the Ahmadiyah initially present itself (in India-Pakistan and also in Indonesia) as a religious reformer sect, submissive to justice and nationality. Then, Ahmadiyah becomes very messianic-introversionis and avoid the activities outside their own circles. Ahmadiyya ever involved in Islamisation process of Indonesian scholars during the colonial era, then changed by eliminating its function as a pioneer reformism and rationalism in Islam.
    A new era of resolving the conflicts in the three southern border provinces of Thailand began in the time of Field Marshal Sarit Thanarat (1959-1963), with an assimilationist policy toward the Malay Muslims of the three southern... more
    A new era of resolving the conflicts in the three southern border provinces of Thailand began in the time of Field Marshal Sarit Thanarat (1959-1963), with an assimilationist policy toward the Malay Muslims of the three southern provinces. This involved not only assimilation through educational, economic, and social development policies but also assimilation of the Malay Muslims in the southern border provinces with the Muslims of the central areas of Thailand through variou sgovernment projects, such as the dhammacharika project. These projects initially began with an emphasis on the religious leaders of the communities, on bringing Muslim students on field trips to Bangkok, and on providing instruction and training for Muslim women. All of these projects received support from various Muslim associations and organizations in central Thailand. Eventhough this assimilationist policy might be viewed as destroying the religious and cultural identity of Malay-Muslims in Yala, Pattani, and Narathiwat provinces. The field research data show that not only their education routes correlate with differences of status, family background, class, and degree of austerity inreligious practice, but the differences among the Muslim countries where they studied also have important effects on their identity formation and consequent Malay-Muslim consciousness. All of these differences also had significant effects on their social roles and statuses after returning to work in their hometown areas, and have also had important effects on the ways in which Muslim women of this area display their piety. Abstrak Era baru menyelesaikan konflik etnik Thailand di tiga provinsi perbatasan selatan telah dimulai pada saat Field Marshal Sarit Thanarat (1959-1963), dengan kebijakan asimilasi terhadap Muslim Melayu. Hal ini tidak hanya melibatkan asimilasi melalui kebijakan pendidikan, ekonomi, dan sosial tetapi juga asimilasi Muslim Mayu dengan Muslim dari daerah Thai pusat melalui berbagai proyek pemerintah, seperti proyek dhammacharika. Proyek-proyek ini awalnya dimulai dengan penekanan pada para pemimpin agama dari masyarakat, untuk membawa siswa Muslim dengan kunjungan lapangan ke Bangkok, dan pelatihan bagi perempuan Muslim. Semua proyek ini mendapat dukungan dari berbagai asosiasi dan organisasi Muslim di Thailand pusat. Meskipun kebijakan asimilasi ini mungkin dipandang merusak identitas agama dan budaya Melayu-Muslim di Yala, Pattani, dan Provinsi Narathiwat. Data penelitian lapangan menunjukkan bahwa mereka mampu berkorelasi dengan perbedaan status, latar belakang keluarga, kelas, tetapi juga memiliki efek penting pada pembentukan identitas dan kesadaran Melayu-Muslim. Semua perbedaan memiliki efek yang signifikan terhadap peran setelah kembali bekerja di kampung halaman, dan juga memiliki efek penting wanita Muslim untuk menampilkan kesalehan mereka.
    Singapore has a long history of receiving labor migrants from all across South Asia and it has systematically developed a whole range of strategies to deal with the shortage of labourers in the country. Recent research has shown that to... more
    Singapore has a long history of receiving labor migrants from all across South Asia and it has systematically developed a whole range of strategies to deal with the shortage of labourers in the country. Recent research has shown that to fulfill these shortages, large numbers of labourers are hired from Bangladesh Muslim. These labourers are temporary migrants and work in various construction s i t e s in the country. Using field research (unstructured interviews and purposive sampling) as the chief method, with supporting secondary data from library research newspaper archives and internet, this research focuses on Bangladesh's migrant workers in Singapore specifically working in the construction sites. It will look at what goes into the decision making or the choice of a certain foreign country over the other and the role of the family in the decision making process. Understanding the process of socialization among these migrants and how they try to bridge the gaps between their home and the foreign work place by creating a home away from home, will also be highlighted. Abstrak Singapura memiliki sejarah panjang menerima tenaga kerja migran dari seluruh Asia Selatan dan telah sistematis mengembangkan berbagai macam strategi untuk menghadapi kekurangan buruh di negara ini. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa untuk memenuhi kekurangan tersebut, sejumlah besar buruh dipekerjakan dari Bangladesh Muslim. Para buruh ini merupakan migran sementara dan mereka bekerja di berbagai konstruksi di negara ini. Dengan menggunakan penelitian lapangan (wawancara terstruktur dan purposive sampling) sebagai metode utama, dengan didukung oleh data sekunder dari perpustakaan, arsip, koran, penelitian, dan internet, penelitian ini berfokus pada pekerja migran Bangladesh di Singapura secara khusus bekerja di lokasi konstruksi. Penelitian ini akan melihat apa yang terjadi dalam pengambilan keputusan atau pilihan dari negara asing tertentu atas yang lain dan peran keluarga dalam proses pengambilan keputusan. Memahami proses sosialisasi di antara para migran dan bagaimana mereka mencoba untuk menjembatani kesenjangan antara keluarga dan tempat kerja asing dengan menciptakan suasana seperti dirumah sendiri meskipun mereka jauh dari rumah juga akan disorot.
    The difficulties in getting the allowance from the public bank have some customers try to find the alternative way in having loan which is usually called as " Bank Gelap " or " Bank 47 ". " Bank 47 " which is originally come from Batak... more
    The difficulties in getting the allowance from the public bank have some customers try to find the alternative way in having loan which is usually called as " Bank Gelap " or " Bank 47 ". " Bank 47 " which is originally come from Batak has a simple process and does not need any prerequirements. The illegal financial activity is administered in almost all area in West Sumatera and Riau. When the local economy began in the grip of other ethnics, especially those in the heart of Bukittinggi, that the ownership shifted slowly disturbed the local community. The logical consequence of the local economy mastery will bring ripples that could cause conflict, the struggle for economic resources, and larger and wider tensions. They provide range of credits from hundreds of thousand rupiah till five thousands rupiah with 20 % of bank interest. The success implications of the capital trading from Batak is transformed as lands, business place, housing and etc. Abstrak Kesulitan dalam mendapatkan tunjangan dari bank umum menyebabkan beberapa pelanggan mencoba untuk menemukan cara alternatif dalam pinjaman kredit yang biasanya disebut sebagai " Bank Gelap ". " Bank 47 " memiliki proses yang sederhana dan tidak memerlukan prerequirements. Pemilik " Bank 47 " awalnya berasal dari suku Batak. Aktivitas keuangan ilegal diberikan di hampir semua daerah di Sumatera Barat dan Riau. Ketika ekonomi lokal mulai dirasa berada dalam cengkraman etnik imigran lain khususnya yang berada di jantung-jantung kota Bukittinggi yang secara perlahan beralihnya kepemilikan tempat perdagangan sudah merisaukan komunitas lokal. Konsekwensi logis dari penguasaan ekonomi lokal akan memunculkan riak-riak yang dapat menyulut konflik, perebutan sumber ekonomi dan ketegangan yang lebih besar dan luas. Tradisi ekonomi mereka menyediakan berbagai kredit dari ratusan ribu rupiah hingga lima ribu rupiah dengan 20% dari bunga bank. Implikasi dari keberhasilan dalam perdagangan modal dari suku Batak ditransformasikan sebagai tanah, tempat usaha, perumahan dan sebagainya.
    The tradition of " turun mandi " (which literally means: going down to bathe) in Minangkabau society in Selayo District of Solok is a hereditary tradition, and it is actually a baby blessing ceremony, a tradition to thank for the... more
    The tradition of " turun mandi " (which literally means: going down to bathe) in Minangkabau society in Selayo District of Solok is a hereditary tradition, and it is actually a baby blessing ceremony, a tradition to thank for the blessings of a newborn baby given by Allah. Prior to the ritual of turun mandi tradition, the baby's mother family and baby's bako (father's family) prepare everything to do the ritual, including preparing various foods, preparing bathing covering (tapihan mandi), betel and areca nut, fishing gear (tangguak), torch (suluah), bareh babiyak, bareh randang, and sprouted coconut. The process of this ritual involves bako (father's family) and baby's family. The values contained in the tradition of turun mandi in Kenegarian Selayo are : 1) to introduce the child to the world outside the house, 2) after growing up, the child is expected to be a torch for society, religion, and nation, 3) being courageous in upholding the truth, being able to be a successful person in terms of the finance, education, and other fields of life, 4) being able to be an independent person who does not depend the life on someone else, and 5) being a generous person. Abstrak Tradisi turun mandi dalam masyarakat Minangkabau di kenagarian Selayo Kabupaten Solok merupakan tradisi yang turun temurun, dan merupakan tradisi untuk mengucapkan syukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah SWT berupa bayi yang baru lahir. Sebelum pelaksanaan tradisi turun mandi keluarga ibu bayi dan bako bayi mepersiapkan segala sesuatu untuk pelaksanaan turun mandi, di antaranya mempersiapkan berbagai menu makanan, mempersiapkan tapian mandi, sirih dan pinang, tangguak (alat penangkap ikan), suluah (obor), bareh babiyak, bareh randang, dan kelapa yang sudah bertunas. Proses pelaksanaanya dengan melibatkan bako dan keluarga bayi. Nilai-nilai yang terdapat dalam tradisi turun mandi di kenegarian Selayo ini adalah 1) memperkenalkan anak dengan lingkungan alam skitarnya, 2) setelah anak besar nanti diharapkan dapat menjadi penerang bagi masyarakat, agama, dan bangsanya, 3) pemberani dalam menegakan kebenaran, dapat menjadi orang yang sukses, sukses dari segi ekonomi, pendidikan dan kemapanan dari segala bidang, 4) dapat menjadi orang yang mandiri, tidak menggantungkan hidupnya dengan orang lain, dan 5) nilai yang terkandung dalam tradisi turun mandi yaitu menjadi orang yang tidak pelit dan suka memberi serta dermawan.
    Islamic economics was born from the spirit of Islamization of science. It was a response to the problems and realities of Muslims who face malaise in the middle of the feud ideologies of capitalism and socialism. However, after the... more
    Islamic economics was born from the spirit of Islamization of science. It was a response to the problems and realities of Muslims who face malaise in the middle of the feud ideologies of capitalism and socialism. However, after the Islamisation process took place, there were some fundamental problems: the hegemony of the market, popularism of Islamic economics as a result of the crisis of epistemology. This is the new face of Islamic economics stub of post-Islamism. The economic problems, particularly in Indonesia, should be viewed as a complex things, then analyze and tie the formulation of solution must alsobe done by the complex or plural approach. For this purpose, it would be required a pilot of a systematic framework of Islamic economics epistemology in the world view of Islam. At this point, indonesialize the Islamic economics is part of efforts to establish an economic framework in accordance with the spirit and rich culture of indigenous people of Indonesia. Moreover, in the context of the postmodernist paradigm of economic development, local wisdom should be involved in economic development which is an effort to actualize the sustainable economic development Abstrak Sebagai disiplin ilmu, ekonomi Islam lahir dari semangat islamisasi ilmu pengetahuan. Ia merupakan respon terhadap persoalan dan realitas umat muslim yang mengalami malaise di tengah perseteruan ideologi kapitalisme dan sosialisme. Namun, setelah proses islamisasi itu berlangsung, terdapat persoalan mendasar: yaitu hegemoni pasar, popularisme ekonomi Islam sebagai dampak dari krisis epistemologi. Inilah yang menjadi wajah baru rintisan ilmu ekonomi islam pos-islamisme. Berangkat dari permasalahan ekonomi, khususnya di Indonesia, semestinya dilihat secara kompleks, maka mengurai dan merajut formulasi solusinya harus pula dengan pendekatan yang kompleks atau plural. Untuk tujuan ini, maka diperlukan sebuah rintisan kerangka epistemologi ekonomi Islam yang tersistem dalam world view Islam Pada titik ini, mengindonesiakan ekonomi Islam merupakan bagian dari upaya membentuk kerangka ekonomi yang sesuai dengan nafas budaya dan kearifan lokal masyarakat Indonesia yang sangat kaya. Terlebih, dalam konteks paradigma pembangunan ekonomi pascamodernis, semestinya melibatkan kearifan lokal dalam pembangunan ekonomi yang merupakan upaya mewujudkan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan (sustainable development)
    Violence in the household (domestic violence) becomes an important issue in recent decades. According to the World Health Organization (WHO) between 40 to 70 percent of women in the world die for the violence in the household. In... more
    Violence in the household (domestic violence) becomes an important issue in recent decades. According to the World Health Organization (WHO) between 40 to 70 percent of women in the world die for the violence in the household. In Indonesia, over the years the number of victims of domestic violence is increasing, so that led to the nativity of Law No. 23, 2004. By the law, there will be the power of law to govern the domestic violence cases in Indonesia, as well as an effort to overcome the problem of domestic violence in Indonesia. In order to provide the services for victims of violence at the Women and Child Protection, the Ministry of Women's Empowerment and Child Protection (State Ministry of PP & PA) formed the Integrated Service Center for Women's Empowerment and Child (P2TP2A), special for Bukittinggi. Women's Empowerment and Child Protection (P2TP2A) Bukittinggi is an integrated activity center that provides services for women and children victims of violence in Bukittinggi which includes information services, psychological and legal consultation, assistance and advocacy as well as medical services. Abstrak Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) menjadi isu penting dalam beberapa dekade terakhir ini. Menurut laporan World Health Organization (WHO) antara 40 hingga 70 persen perempuan di dunia meninggal akibat kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga. Di Indonesia, dari tahun ke tahun jumlah korban KDRT selalu meningkat, sehingga mendorong lahirnya Undang-Undang No. 23 tahun 2004. Dengan Undang-undang tersebut, ada kekuatan hukum yang mengatur masalah kasus KDRT di Indonesia, sekaligus sebagai salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan KDRT di Indonesia. Secara spesifik, untuk memberikan pelayanan bagi korban kekerasan pada Perempuan dan Perlindungan Anak, Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemeneg PP &PA) membentuk Pusat pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A). khusus Kota Bukittinggi. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P2TP2A) kota Bukittinggi adalah pusat kegiatan terpadu yang menyediakan pelayanan bagi perempuan dan anak korban kekerasan di Bukittinggi yang meliputi pelayanan informasi, konsultasi psikologis dan hukum, pendampingan dan advokasi serta pelayanan medis.
    Islam, as religion which has a universal concept, views that assimilation is inhern (traits) which stands in every individu, thus, in the next stage also dwells in every human group as the group of individuals themselves. The relationship... more
    Islam, as religion which has a universal concept, views that assimilation is inhern (traits) which stands in every individu, thus, in the next stage also dwells in every human group as the group of individuals themselves. The relationship between Islam and assimilation is absolute; it can be seen in al Hujurat: 13 which mean that the necessity for human to socialize or assimilate. In addition, the meaning of the verse is the design of God about pluralism in the present context and review by using the term of multiculturalism. Assimilation requires the interrelatedness of understanding and mutual respect of differences as a thing that must be upheld, because only with mutual respect the assimilation will be carried out responsibly and dignityly. In contrary, without promoting respect for differences in attitude, the assimilation could certainly have a lot of problems; even tends to face competition wrapped by hyphocretism. Abstrak Sebagai agama yang memiliki konsep universal, Islam berpandangan bahwa pembauran merupakan sesuatu yang inhern (sifat bawaan) yang ada pada setiap individu manusia, sehingga pada tahapan selanjutnya juga bersemayan pada setiap kelompok manusia yang merupakan kumpulan dari individu-individu itu sendiri. Hubungan antara Islam dan pembauran merupakan sesuatu yang mutlak, hal ini bisa dilihat dalam surat al Hujurat :13 yang bermakna keharusan bagi manusia untuk bersosialisasi atau melakukan pembauran. Selain itu, makna dari ayat tersebut adalah adanya design Allah tenang pluralisme yang dalam konteks kekinian di kaji dengan menggunakan term multikulturalisme. Pembauran menuntut adanya kesaling pemahaman dan saling menghargai adanya perbedaan sebagai suatu yang harus dijunjung tinggi, sebab hanya dengan adanya sikap saling menghargai tersebut, pembauran akan dapat dilaksanakan secara bertanggung jawab dan bermartabat. Sebaliknya, tanpa mengedepankan sikap penghargaan terhadap perbedaan, maka pembauran bisa dipastikan akan banyak mengalami kendala bahkan cenderung terjadi kompetisi yang dibaluti hipokretisme.
    Sexual and Gender disorder Issues, which refers to Lesbian, Gay, Bisexual, and Transgender (LGBT) community is not a new issue. Allah has explained about homosexual issues prevailing among the people of Prophet Luth. This paper discusses... more
    Sexual and Gender disorder Issues, which refers to Lesbian, Gay, Bisexual, and Transgender (LGBT) community is not a new issue. Allah has explained about homosexual issues prevailing among the people of Prophet Luth. This paper discusses the related issues (LGBT) by analyzing a collection of aspects of this threat to the security and religious harmony. Various claims have been made by this group in the name of human rights. Symptoms, treatment and disposition opposed to the normal life of a person human system has become a regular affair in the world and especially Malaysia. In fact the case is cultivated in transnational level through United Nation Human Right Convention (UNHRC) and backed by the major countries in tthe world. The symptoms of lesbian, gay, bisexual and transgender (LGBT) has become accepted way of life by the outside community and now infiltrating in the life of islamic community in Malaysia. These symptoms shall be dammed to ensure public security and religious harmony in Malaysia. Abstrak Permasalahan kecelaruan seksual dan jantina, yang merujuk kepada komuniti Lesbian, Gay, Biseksual. dan Transgender (LGBT) bukan merupakan isu baru. Sebaliknya, Allah swt telah menjelaskan tentang permasalahan homoseksual yang berlaku di kalangan umat Nabi Lut as. Penulisan ini membincangkan isu berkaitan (LGBT) dengan menganalisis dari aspek ancaman kumpulan ini terhadap keamanan dan keharmonian beragama. Pelbagai tuntutan telah dilakukan oleh kumpulan ini atas nama hak asasi manusia. Gejala, perlakuan dan tabiat bertentangan dengan sistem kehidupan normal seseorang manusia telah menjadi suatu perkara yang biasa di dunia amnya dan Malaysia khasnya. Malah perkara ini diperjuang di peringkat antarabangsa menerusi United Nation Human Right Convention (UNHRC) dan disokong oleh negara-negara besar dunia.Gejala lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT) telah menjadi cara hidup yang diterima oleh masyarakat luar dan kini sedang meresap masuk ke ruang atmosfera kehidupan masyarakat Islam di Malaysia. Gejala ini wajib dibendung bagi menjamin kemanan dan keharmonian beragama masyarakat di Malaysia.
    The background of writer to undertake this work is the incompatibility of wedding implementation which took place in the District Aek Natas Labuhan Batu Utara regency. Implementation of their marriage were affected their marriage, because... more
    The background of writer to undertake this work is the incompatibility of wedding implementation which took place in the District Aek Natas Labuhan Batu Utara regency. Implementation of their marriage were affected their marriage, because the purposes of marriage did not match the qualifying criteria of marriage and they tend to choose partners who has different beliefs with them. According to that, authors wanted to know about the cross religion marriage that occurred in the district of Aek Natas. The form of the research is a field research using qualitative data, that a study based on the meaning contained in each of symptoms or existing events to collect data and analyze it on the fields. The data source in this study are the perpetrators of marriage across religion, society and community leaders concerned on research were called the key informants to assist authors in data gathering. In data gathering, the method that author used is observation and interview. From the research it can be concluded that the factors causing Interfaith marriage is due to a sense of love and affection, economic factors, promiscuity and the lack of religious education from parents to children, and the resulting the negative impact on the family such as a gap of the relationship, especially with parents, to feel isolated by their communities, the unrecorded marriage by the government, and according to the law of religion, the marriage is haram. The positive effect is the existence of religious tolerance in their households and increasing knowledge about different religious. Abstrak Fenomena pernikahan yang terjadi di Kecamatan Aek Natas Kabupaten Labuhan Batu Utara yang mengakibatkan pengaruh yang berdampak pada pernikahan mereka, karena pernikahan yang mereka laksanakan tidak sesuai dengan kriteria syarat pernikahan dan mereka cenderung memilih pasangan yang berbeda keyakinan dengan mereka.Berdasarkan hal tersebut penulis ingin mengetahui tentang pernikahan lintas Agama yang terjadi di Kecamatan Aek Natas. Dari penelitian yang penulis lakukan dapat diambil kesimpulan bahwa faktor penyebab pernikahan Lintas Agama adalah dikarenakan rasa cinta dan kasih sayang, faktor ekonomi, pergaulan bebas dan kurangnya pendidikan Agama dari orang tua terhadap anak, dan mengakibatkan dampak dari pernikahan tersebut adalah dampak negatifnya yaitu terhadap keluarga terjadi kesenjangan dalam berhubungan dengan keluarga terutama orangtua, terhadap masyarakat merasa terisolasi dengan mereka, terhadap Negara pernikahannya tidak diakui, dan terhadap agama hukum pernikahannya adalah haram. Dampak positifnya adalah adanya sikap toleransi dalam beragama dalam rumahtangga mereka dan bertambahnya ilmu tentang agama yang berlainan dengannya. Kata Kunci: Pernikahan, Lintas Agama.
    Kafaah aims to create harmony and balance in marriage. Criteria of kafaah in jurisprudence according to scholarly is nasab, wealth, beauty, diyanah, hirfah and self independence. The problem that occurs is when determining kafaah in Bagan... more
    Kafaah aims to create harmony and balance in marriage. Criteria of kafaah in jurisprudence according to scholarly is nasab, wealth, beauty, diyanah, hirfah and self independence. The problem that occurs is when determining kafaah in Bagan Batu, the Malay community has its own way in the process or determine kafaah, they carry the tradition called merasi to ensure compatibility between their children who will carry out the marriage. The main problem to be answered through this research is to determine how the process of merasi in determinig kafaah conducted by Malay community in Bagan Batu, what is the purpose of this tradition and how the views of Islamic law against the tradition. The purpose of this study: 1). To know the procedures of merasi tradition 2). To find out the purpose of merasi in determining kafaah 3). To find out the views of the Islamic law in the determination of kafaah through merasi process undertaken by the community of Bagan Batu , Bagan Sinembah ,Riau Province. The research is a field research that is descriptive qualitative. In the collection of necessary data, the author uses interview and observation techniques. While in the data analysis techniques, used qualitative method that describe the situation on the ground systematically. The results of this research is merasi tradition that conducted by people in Bagan Batu by combining both the name of the bride, and the progenitor will predict the state of their household after marriage. The way of this merasi may vary according to the progenitor who will perform it. Whereas the purpose of this merasi to reduce the disadvantages and for the achievement of the benefit in marriage. Merasi tradition in determining kafaah that happened inBagan Batu may be accepted and enforced. Because, during the process nothing contrary to Islamic law, also aimed to benefit of the people. In fact, before merasi the progenitor will ask the religious understanding of the bride, and it is also used as a basic foundation for determining the kafaah between the couple Abstrak Kafaah bertujuan untuk menciptakan keserasian dan keseimbangan dalam perkawinan. Kriteria kafaah dalam fiqih menurut jumhur ulama ialah nasab, kekayaan, kecantikan, diyanah, hirfah, dan kemerdekaan diri. Permasalahan yang terjadi adalah saat menentukan kafaah, di Kel. Bagan Batu, para masyarakat Melayu mempunyai proses atau cara tersendiri dalam menentukan kafaah, mereka melaksanakan tradisimerasi untuk memastikan keserasian antara anak mereka yang akan melaksanakan perkawinan. Masalah penelitian ini adalah bagaimana proses merasi dalam menentukan kafaah yang dilakukan masyarakat Melayu di Kel. Bagan Batu, apa tujuan dari tradisimerasi dan bagaimana pandangan hukum Islam terhadap tradisimerasi tersebut. Riau. proses merasi yang dilakukan masyarakat Bagan Batu yaitu dengan cara menggabungkan kedua nama calon mempelai, dan datuk yang bersangkutan akan meramal keadaan rumah tangga mereka setelah menikah. Cara merasi ini beragam metodenya sesuai dengan datuk yang akan mem-faal. Sedangkantujuan dari merasi ini untuk mengurangi kemudharatan dan demi tercapainya kemaslahatan dalam pernikahan. Tradisimerasi dalam penentuan kafaah yang terjadi di Kel. Bagan Batu ini boleh diterima dan diberlakukan.
    This study aims to prove that legislation or government regulation (No. 103 of 2000) relating to pawnshops still have not touched the side of shari'a, thus because its existence is intended for business purposes and does not touch the... more
    This study aims to prove that legislation or government regulation (No. 103 of 2000) relating to pawnshops still have not touched the side of shari'a, thus because its existence is intended for business purposes and does not touch the social side. Whereas the original purpose of al-Rahn contract is for social purposes. Changes in the transaction purpose of social objectives into the business transaction will result in social problems. The research method with a theoretical framework Maqasid al-Shariah that seen from the legal perspective (Islam), ethics, and the unity will be linked with the Fatwa No. 25 / DSN-MUI / III / 2002 concerning Rahn, DSN-MUI No. 26 / DSN-MUI / III / 2002 concerning Gold Rahn and DSN No. 68 / DSN-MUI / III / 2008 concerning Rahn tasjily as a reference of the technical implementation in implementing the Islamic pawnshop Organization products. The study concluded that the presence of the Islamic pawnshop just touches the side of the law, but the ethics and the unity is still neglected, for example, the issue of justice and social inequality and this paper describes how should the rules applied by social institutions so that the application of al-Rahn can be applied in its tracks, to reduce social-economic inequalities. Abstrak Penelitian ini betujuan ingin membuktikan bahwa Undang-undang atau Peraturan Pemerintah (Nomor 103 tahun 2000) yang berkaitan dengan pegadaian masih belum menyentuh sisi syariah, hal demikian dikarenakan keberadaanya diperuntukan untuk tujuan bisnis belaka dan tidak menyentuh sisi sosialnya. Padahal tujuan awal disyariatkannya akad al-rahn adalah untuk tujuan sosial. Perubahan tujuan transaksi dari tujuan sosial merubah dengan transaksi bisnis akan berakibat pada masalah sosial. Metode penelitian dengan kerangka teori Maqasid al-Shariah yang dilihat sisi hukum (Islam), etika, dan tauhid akan dihubungkan dengan Fatwa No. 25/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn, DSN-MUI No. 26/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn Emas dan Fatwa DSN No. 68/DSN-MUI/III/2008 tentang rahn tasjily sebagai rujukan dari pelaksanaan teknis dalam melaksanakan produk Lembaga Pegadaian Syariah. Penelitian ini menyimpulkan bahwa keberadaan Pegadaian Syariah hanya menyentuh sisi hukum saja, namun sisi etika dan tauhid masih terabaikan, misalnya masalah keadilan dan kesenjangan sosial dan tulisan ini menjelaskan bagaimana seharusnya peraturan-pertauran yang diterapkan lembaga sosial sehingga penerapan al-rahn dapat diterapkan di jalurnya yaitu untuk mengurangi kesenjangan sosial-eonomi
    Poverty is the enemy of the government in order to create public welfare. The policies and programs undertaken by the government for the purpose of reducing poverty. Policies and programs exist that succeed in reducing poverty but there... more
    Poverty is the enemy of the government in order to create public welfare. The policies and programs undertaken by the government for the purpose of reducing poverty. Policies and programs exist that succeed in reducing poverty but there is also spawned new poverty. The following article is a literature study on the model of survival of poor households that are not touched by the poverty alleviation program. The method used is to examine some of the results of studies that have been published in journals that describe how poor households to survive and get out of the winding poverty. The findings of this study to inform the causes of poverty are many. This is because poverty is a multidimensional concept. Forms of survival (survival) and exit (exit) on poverty conducted by the poor and poor households will vary according to the cause of poverty. Reduce poor households is not a program and policy apart from the causes of poverty. A separate program will create new poverty because the program did not aim at poverty reduction.. Abstrak Kemiskinan adalah musuh pemerintah dalam rangka menciptakan kesejahteraan masyarakat. Berbagai kebijakan dan program dilakukan oleh pemerintah untuk tujuan mengurangi angka kemiskinan. Kebijakan dan program tersebut ada yang berhasil dalam mengurangi angka kemiskinan namun ada pula yang melahirkan kemiskinan baru. Tulisan berikut adalah studi literature tentang model bertahan hidup rumah tangga miskin yang tidak tersentuh oleh program pengentasan kemiskinan. Metode yang digunakan adalah menelaah beberapa hasil-hasil penelitian yang pernah dimuat di jurnal-jurnal yang menjelaskan bagaimana rumah tangga miskin bertahan hidup dan keluar dari lilitan kemiskinan. Temuan penelitian ini menginformasikan penyebab kemiskinan sangat banyak dan beragam. Hal ini karena kemiskinan merupakan konsep yang multidimensi. Bentuk-bentuk bertahan hidup (survival) dan keluar (exit) dari kemiskinan yang dilakukan oleh orang miskin dan rumah tangga miskin beragam sesuai dengan penyebab kemiskinan. Mengurangi rumah tangga miskin bukanlah dengan program dan kebijakan yang terpisah dari penyebab kemiskinan. Program yang terpisah tersebut akan membuat kemiskinan baru karena program tersebut tidak menyasar pengurangan kemiskinan. Kata Kunci: kemiskinan, penanggulangan kemiskinan, bertahan hidup.
    This article analyzes the impacts arising from the penetration of investment in Sumuri District teluk Bintuni Regency, West Papua Province. One thing that the company done is mapping the rights of indigenous clans to identify areas that... more
    This article analyzes the impacts arising from the penetration of investment in Sumuri District teluk Bintuni Regency, West Papua Province. One thing that the company done is mapping the rights of indigenous clans to identify areas that became the company's location. At this moment the complexity of problems linking social and cultural resistance to the host community with this technicalization mapping problem appear. Territorialising indigenous territories just happen and local communities trapped in the processes of regulation prepared by the country and the company. The toughest challenge in participatory mapping is clearing the technicalization process and setting that become the perspective of countries and companies. This article tries to explore what happens in negotiations between technicalization process of mapping indigenous territories with expectations awakened in people Sumuri about socio-cultural changes. In this contestation imagination about involving customs and cultures in the current socio-cultural changes and the setting becomes very problematic and risky. What Sociocultural resilience that they(the people Sumuri) expect? Abstrak Artikel ini menganalisis dampak-dampak yang ditimbulkan dari penetrasi investasi di Distrik Sumuri Kabupaten Teluk Bintuni Provinsi Papua Barat. Salah satu hal yang dilakukan perusahaan adalah pemetaan hak-hak ulayat marga untuk mengidentifikasi wilayah yang menjadi lokasi perusahaan. Pada momen inilah muncul kompleksitas persoalan yang menghubungkan ketahanan sosial budaya komunitas tempatan dengan teknikalisasi permasalahan pemetaan ini. Teritorialisasi wilayah-wilayah adat terjadi begitu saja dan komunitas tempatan terjebak dalam proses-proses pengaturan yang dipersiapkan oleh negara dan perusahaan. Tantangan terberat pemetaan partisipatif adalah menjernihkan proses teknikalisasi dan pengaturan yang menjadi perspektif dari negara dan perusahaan. Artikel ini mencoba mendalami apa yang terjadi dalam negosiasi antara proses teknikalisasi pemetaan wilayah adat tersebut dengan harapan-harapan yang terbangun dalam diri orang Sumuri tentang perubahan sosial budaya. Dalam kontestasi inilah imajinasi tentang melibatkan adat dan budaya dalam arus perubahan sosial budaya dan pengaturan menjadi sangat problematik dan riskan. Ketahan sosial budaya apa yang mereka (orang-orang Sumuri) harapkan? Kata kunci: teknikalisasi, pemetaan, wilayah adat, konflik, ketahanan sosial budaya
    Terrorism is no longer security issue in Indonesia. It truly goes above and beyond it, namely intellectual and cultural dimensions. Representing non security issues, critical education, religious depersonalization, the need for... more
    Terrorism is no longer security issue in Indonesia. It truly goes above and beyond it, namely intellectual and cultural dimensions. Representing non security issues, critical education, religious depersonalization, the need for ambassadors, reconciling liberal and fundamental Muslims and cyber religion constitute major aspects to be viewed when it comes to fathoming religious radicalization and terrorism across the country. Various terrorist attacks have taken place across Indonesia in the past few years. Different approaches ranging from security to cultural modes have been applied. Yet, expected outcome, which is peace, remains far from public hope. Rather than spending physical and financial resources, intellectual approach is seriously pressing. This article attempts to look into the very nature of religious radicalization leading to terrorist acts across the country Abstrak Terorisme tidak lagi mencakup masalah keamanan di Indonesia. Ini benar-benar berjalan di atas dan di luar itu, yaitu dimensi intelektual dan budaya. Mewakili masalah keamanan non, pendidikan kritis, depersonalisasi agama, kebutuhan untuk duta besar, mendamaikan umat Islam liberal dan fundamental dan agama maya merupakan pembuktian aspek utama yang harus dilihat ketika datang ke fathoming radikalisasi agama dan terorisme di seluruh negeri. Berbagai serangan teroris telah terjadi di seluruh Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Pendekatan yang berbeda mulai dari keamanan untuk mode budaya telah diterapkan. Namun, hasil yang diharapkan, yaitu perdamaian, masih jauh dari harapan masyarakat. Daripada menghabiskan sumber daya fisik dan keuangan, pendekatan intelektual secara serius menekan. Artikel ini mencoba untuk melihat ke dalam sifat radikalisasi agama yang mengarah ke tindakan teroris di seluruh negeri
    Islamic techings that called kaffah (absolute, universal and elastic) in accordance with the changes of times and the area in which he imposed. The absoluteness related to the user or object and material of teachings. In terms of material... more
    Islamic techings that called kaffah (absolute, universal and elastic) in accordance with the changes of times and the area in which he imposed. The absoluteness related to the user or object and material of teachings. In terms of material and dimensions, Islamic teachings derived from Qur'an and Hadith reach all human and genie problems whenever and wherever they are. The material that is charged to human not only aspects of sharia that consists of faith(akidah), worship(ibadah) and morality(akhlak) and Islamic laws, but reach all human needs in resolving problems and become their guidelines for life. This can be proved and felt when Islamic teachings was done in an integrative way through: a). Making use of Islam as the foundation of science (axiology) without questioning the ontological and epistimology aspect. b) insert values of Islam (tawhid) in a broad sense to the general sciences and technology. c) Integrating curriculum package of general sciences with religious knowledge in the educational process to born the experts of general sciences approach in understanding the religious science with science and technology. Abstrak Ajaran Islam yang bersifat kaffah (absolut, universal dan elastis) sesuai dengan perubahan zaman dan wilayah dimana dia diberlakukan. Kekafahannya terkait kepada pengguna atau objek dari ajarannya dan mataeri ajarannya. Dari segi materi dan dimensinya, ajaran Islam yang bersumber dari al-Qur'an dan hadis menjangkau semua persoalan manusia dan jin kapan dan dimanapun mereka berada. Materi yang dibebankan kepada manusia bukan saja aspek syariah yang terdiri dari akidah, ibadah dan akhlak sertah hukum-hukum Islam, melaikan menjankau semua kebutuhan manusia dalam menyesaikan persolan dan memnjadi pedoman mereka seumar hidup. Hal tersebut dapat dibuktikan dan dirasakan apabila pemahaman ajaran Islam itu dilakukan secara integratif melalui: a). Menjadikan Islam sebagai landasan penggunaan ilmu (aksiologi) tanpa mempermasalahkan aspek ontologis dan epistimologisnya. b) memsukkan nilai-nilai Islam (tauhid) dalam arti luas ke dalam ilmu-ilmu umum dan teknologi. c) Mengintegrasikan peket kurikilum ilmu-ilmu umum dengan ilmu keagamaan dalam proses pendidikan untuk melahirkan ahli ilmu-ilmu umum yang d) melakukan pendekatan dalam memahami ilmu keagamaan dengan sains dan teknologi. Kata Kunci: Ajaran Islam Kaffah dan Pemahaman Integratif.
    This qualitative exploratory study investigates the socio-historical context which impacts on the emergence of youth violence in an urban area, Jakarta, Indonesia. Research findings reveal how social and historical contexts impact youth's... more
    This qualitative exploratory study investigates the socio-historical context which impacts on the emergence of youth violence in an urban area, Jakarta, Indonesia. Research findings reveal how social and historical contexts impact youth's propensity to conduct in youth violence. These social and historical contexts span from the local to the hybrid context; from the Indonesian traditional practices to the global trends of the youth' social practices. This study illuminates the understanding that youth violence, particularly occurs in the urban area, is complex in nature and the study of youth violence should be placed in wider context. Abstract This qualitative exploratory study investigates the socio-historical context which impacts on the emergence of youth violence in an urban area, Jakarta, Indonesia. Research findings reveal how social and historical contexts impact youth's propensity to conduct in youth violence. These social and historical contexts span from the local to the hybrid context; from the Indonesian traditional practices to the global trends of the youth' social practices. This study illuminates the understanding that youth violence, particularly occurs in the urban area, is complex in nature and the study of youth violence should be placed in wider context.
    The term jihad in al-Quràn is used for two things. The first term is the general definition which means shed the all abilities for struggle to uphold the truth and to fight against evil in order to obtain the God ' s blessing. In this... more
    The term jihad in al-Quràn is used for two things. The first term is the general definition which means shed the all abilities for struggle to uphold the truth and to fight against evil in order to obtain the God ' s blessing. In this sense , jihad becomes an individual duty of every Muslim based on their capabilities , and the implementation of jihad is based on the Islamic law. The second term is the specific definition which means mobilize all capabilities against enemies of Islam. In this sense , jihad should be based on the decision of the leader and implemented in an organized manner , in order not to get out of prescribed ethics of jihad. Jihad carried out as the last alternative to defend community and religion , conducted in defensive rather than offensive. Jihad in the form of terrorism , suicide and the like are n admitted as prescribed jihad. The verses of the Qur ' an and hadith talk a lot about the issue of jihad as evidence of the important role of jihad in establishing the truth on this earth. Jihad in the Qur ' an and the hadith interpreted as an effort to establish the truth of God Abstrak Istilah jihad di al-Quràn digunakan untuk dua hal. Istilah pertama adalah definisi umum yang berarti menumpahkan semua kemampuan untuk perjuangan menegakkan kebenaran dan melawan kejahatan untuk mendapatkan berkat Tuhan. Dalam hal ini , jihad menjadi kewajiban individu dari setiap Muslim sesuai dengan kemampuan mereka , dan pelaksanaan jihad adalah sesuai dengan hukum Islam. Istilah kedua adalah definisi khusus yang berarti untuk memobilisasi semua kemampuan melawan musuh-musuh Islam. Dalam hal ini , jihad harus didasarkan pada keputusan pemimpin dan dilaksanakan secara terorganisir , agar tidak keluar dari etika ditentukan dari jihad. Jihad dilakukan sebagai alternatif terakhir untuk membela masyarakat dan agama , yang dilakukan di defensif daripada ofensif. Jihad dalam bentuk terorisme , bunuh diri dan sejenisnya tidak diterima sebagai jihad yang ditentukan. Ayat al-Qur ' an dan hadis Rasulullah banyak membicarakan persoalan jihad sebagai bukti pentingnya peran jihad dalam menegakkan kebenaran di bumi ini. Jihad dalam menurut al-Qur ' an dan hadis dimaknai sebagai upaya maksimal untuk menegakkan kebenaran Allah Kata Kunci : Jihad , Terorisme
    Abstrak Fenomena kekerasan dalam berbagai aktifitas manusia sudah jadi warna tersendiri. Berbagai corak kekerasan muncul dalam berbagai bentuk dan warna. Salah satu bentuknya adalak bercorak dan bertameng agama, diantaranya adalah... more
    Abstrak Fenomena kekerasan dalam berbagai aktifitas manusia sudah jadi warna tersendiri. Berbagai corak kekerasan muncul dalam berbagai bentuk dan warna. Salah satu bentuknya adalak bercorak dan bertameng agama, diantaranya adalah fenomena ISIS. Bagaimana hakikat dan tujuan gerakannya?. Terkesan corak aktifitas mereka bercorak keagamaan, tapi dibalik itu ada agenda pesanan barat yang untuk memecah belah Timur Tengah. Hegemoni barat yang mulai terancam setelah munculnya musim semi negera-negara Arab dengan bertumbangnya para penguasa diktator. Perlu ada skenario baru buat menguatkan tancapan pengaruh barat di Timur Tengah dengan melahirkan ISIS. Keberadaan ISIS memang dimunculkan by desain yang rapi antara kekuatan yang berpengaruh dikancah percaturan politik dunia. Jadi ISIS hanya memperburuk citra Islam yang bermula di Iraq dan Suria dan melebar ke berbagai penjuru dunia. Jadi ISIS dan hegemoni barat punya keterkaitan erat dalam mencaplok Timut Tengah secara khusus dan dunia Islam secara umum.. Kata Kunci: kekerasan bahasa, solusi
    Artikel ini mendiskusikan tradisi lisan berupa teologi-teologi pribumi yang diyakini oleh berbagai komunitas di tanah Papua tentang Tuhan mereka sebagai penyelamat kehidupan. Teologi pribumi tersebut dalam sejarahnya berperan penting... more
    Artikel ini mendiskusikan tradisi lisan berupa teologi-teologi pribumi yang diyakini oleh berbagai komunitas di tanah Papua tentang Tuhan mereka sebagai penyelamat kehidupan. Teologi pribumi tersebut dalam sejarahnya berperan penting dalam pembentukan pengetahuan tentang religi, adat, dan budaya yang menjadi orientasi kehidupan mereka. Teologi-teologi pribumi yang ada di tanah Papua mengalamai transformasi saat hadirnya agama. Ketegangan antara teologi pribumi dan nilai-nilai injil dalam agama Kristen khususnya berdampak serius terhadap orientasi religi sekaligus budaya masyarakat. Artikel ini mendalami beberapa ajaran teologi pribumi, diantaranya adalah Ugatamee, Hai dan Koreri beserta tradisi-tradisi lisannya dan transformasi-transformasi yang dialaminya. Kata kunci: transformasi, teologi pribumi, agama, tradisi lisan, pengetahuan budaya Abstrak Artikel ini mendiskusikan tradisi lisan berupa teologi-teologi pribumi yang diyakini oleh berbagai komunitas di tanah Papua tentang Tuhan mereka sebagai penyelamat kehidupan. Teologi pribumi tersebut dalam sejarahnya berperan penting dalam pembentukan pengetahuan tentang religi, adat, dan budaya yang menjadi orientasi kehidupan mereka. Teologi-teologi pribumi yang ada di tanah Papua mengalamai transformasi saat hadirnya agama. Ketegangan antara teologi pribumi dan nilai-nilai injil dalam agama Kristen khususnya berdampak serius terhadap orientasi religi sekaligus budaya masyarakat. Artikel ini mendalami beberapa ajaran teologi pribumi, diantaranya adalah Ugatamee, Hai dan Koreri beserta tradisi-tradisi lisannya dan transformasi-transformasi yang dialaminya. Kata kunci: transformasi, teologi pribumi, agama, tradisi lisan, pengetahuan budaya
    Abstrak Problematika kekerasan bahasa telah menyebar dalam kehidupan masyarakat meliputi segala aspek kehidupan. Peliknya problematika ini disebabkan oleh luasnya cakupan kekerasan bahasa, beragam coraknya dan dampak langsungnya. Sehingga... more
    Abstrak Problematika kekerasan bahasa telah menyebar dalam kehidupan masyarakat meliputi segala aspek kehidupan. Peliknya problematika ini disebabkan oleh luasnya cakupan kekerasan bahasa, beragam coraknya dan dampak langsungnya. Sehingga undang-undang yang ditetapkan belum mewakili problematika yang menggurita bahkan terkadang ada pihak yang terzholimi oleh undang-undang tersebut atau ada pihak yang memanfaatkan hukum sebagai alat untuk pelampiasan kemarahan, dendam, kebencian dan permusuhan. Kemudian semua corak kekerasan bahasa dikategorikan sebagai kasus pidana. Islam sebagai tuntunan hidup yang komprehensif telah menetapkan aturan yang adil dan bijaksana dengan mengkategorikan kekerasan bahasa kepada kategori pidana yang memiliki ketentuan absolute dari sumber hukum Islam dan kategori perdata yang tidak ada ketentuan kongkrit. Dari segi sanksi, undang-undang menetapkan sanksi berdasarkan tingkat keberatan kasus tanpa menyertainya dengan solusi perbaikannya. Sedangkan Syari'at Islam menetapkan sanksi disertai dengan tawaran solusi dan perbaikan. .Kata Kunci: kekerasan bahasa, solusi
    The Islamic Boarding School is always connected to the institution which produces the rebellions behavior and building radicalism in many Muslim countries, i.e Pakistan, Afghanistan, and Indonesia. The radicalism of Islam is always called... more
    The Islamic Boarding School is always connected to the institution which produces the rebellions behavior and building radicalism in many Muslim countries, i.e Pakistan, Afghanistan, and Indonesia. The radicalism of Islam is always called Islamic Fundamentalist. The purposes of the research are (1) to describe the Islamic values which has been taught at Islamic Boarding School (especially at Darul Ma'rifat Islamic Boarding School at Kediri, East Java), (2) to describe the nationalism which has been taught at Darul Ma'rifat Islamic Boarding School at Kediri, East Java), (3) to describe the relation between Islamic Values which has been taught with nationalism of the students (santri) at Darul Ma'rifat Islamic Boarding School at Kediri, East Java. The research was based on quantitative studies. There were twelve thousand two hundred twenty seven pupils at Darul Ma'rifat Islamic Boarding School Kediri, East Java; however, only a few pupils has been involved in the research; three hundred and two pupils as a respondent. The data had been collected by observation, psychological scale, and documentation. The research found that there were correlation between Islamic values and Nationalism. So, although the pupils had been taught with the Islamic Values, the stick on the nationalism Islamic belief is very important to build peace and harmony for Indonesia. Then, they never thought that Islamic Values should be implemented without tolerance and respect to another religious belief. Abstrak Penelitian ini didasari beberapa permasalahan; banyaknya kritik dan stigma sosial yang diberikan terhadap pesantren. Sebagai misalan, pesanteren selalunya dipersalahkan sebagai produsen terorist, mengajarkan ide Islam fundamentalis dan juga tak pernah membangunkan pemikiran nasionalisme kepada para pelajar (santri). Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kuantitatif. Lokasi penelitian di Pondok Pesantern Moderen Darul Ma'rifat, Kediri Jawa Timur. Populasi dalam penelitian adalah seluruh santri di Ponpes tersebut. Sungguhpun demikian hanya 302 orang santri yang terlibat dalam penelitian ini. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan skala psikologi. Data dianalisa dengan model pendekatan statistik: korelasi pearson. Hasil : (1) Rata-rata sebaran dari pemikiran tentang fundamentalis para santri tergolong rendah. (2) Rata-rata sebaran dari pemikiran tentang nasionalisme yang dimiliki oleh para santri tergolong tinggi. (3) Ada hubungan antara pemikiran fundamentalis dan nasionalis di kalangan para santri. Tetapi pemikiran tentang fundamentalisme Islam hanya dipersepsikan bagaimana menjadi muslim yang baik dan berpegamng teguh pada nilai-nilai Islam. Kemudian para santri berfikir bahwa nasionalisme adalah sangat penting dalam masyarakat kita yang beragam suku bangsa dan membangun perdamaian –harmoni.
    This article examines the theological issues called hakimiyah as the seeds of extremism, fundamentalism, radicalism religion (Islam) that manifests itself in the behavior and acts of violence in the name of religion. The rise of... more
    This article examines the theological issues called hakimiyah as the seeds of extremism, fundamentalism, radicalism religion (Islam) that manifests itself in the behavior and acts of violence in the name of religion. The rise of radicalism among young people in the form of violence, terrorism, suicide bombing is coming from theology hakimiyah and Istisyhad doctrine (martyrdom) in order to get guarantee into heaven surrounded by 40 angels. It is because, they always spread hatred and hostility and beliefe to takfiri concept (infidelity) to resolve any different opinion,a belief that led to vigilante, even to take the life of another person as the main ticket to heaven. If the actions and behaviors that hurt the conscience and the humanitarian aspect continues to be done systematically, and sustained by the younger generation, then what would the fate of Mother Earth become? Of course, it is possible to give the birth of the Islamic State of Indonesia Malayasia. Meanwhile, Islam forbids any acts that damage, destroy, injure, and kill for no good reason. Even in a war, moral principles, morality, and ethics should be a guide and reference. Radicalism, terrorism, limbs and destruction have no religion nor country. Everyone who embrace the ideology which spread terror to the people who live safely, and bring damage to plants and animals are terrorist. No one can give any sentence of punishment "deviant," "infidel," "kill" to the group which have different understanding, except Allah, the supreme judges. When we do that kind of behavior and actions, then we are more powerful than God. Abstrak Tulisan ini mengkaji persoalan teologi hakimiyah sebagai benih ekstremisme, fundamentalisme, radikalisme agama (Islam) yang mewujud dalam perilaku, tindakan kekerasan atas nama agama. Maraknya gerakan radikalisme di kalangan anak muda dalam bentuk aksi kekerasan, terorisme, bom bunuh diri ini yang bersumber dari teologi hakimiyah dan doktrin Istisyhad (mati syahid) demi mendapatkan jaminan masuk surga yang dikelilingi 40 bidadari.Pasalnya, mereka selalu menebarkan kebencian, permusuhan dengan memengang teguh pemahaman takfiri (pengkafiran) untuk menyelesaikan setiap perbedaan pendapat, keyakinan yang berujung pada cara main hakim sendiri, hingga menghilangkan nyawa orang lain sebagai tiket utama masuk surga. Jika tindakan dan perilaku yang melukai aspek kemanusiaan dan hati nurani ini terus dilakukan secara sistematis, berkelanjutan oleh generasi muda, maka apa jadinya nasib Bumi Pertiwi. Tentunya, tidak menutup kemungkinan akan lahirnya Negara Islam Indonesia Malayasia.Padahal, ajaran Islam mengharamkan setiap perbuatan yang merusak, membinasakan, melukai, dan membunuh tanpa alasan yang benar. Dalam peperangan sekalipun, prinsip-prinsip moral, akhlaq, dan etika harus dijadikan pedoman dan acuan. Radikalisme, terorisme, ekstremitas dan pengrusakan tidak punya agama dan tidak pula negara. Setiap orang yang menganut ideologi yang menebarkan teror kepada orang-orang yang hidup aman, serta merusak tumbuhan dan hewan adalah teroris.Tiada seseorang yang dapat memberikan penyebutan hukuman " sesat, " " kafir, " " bunuh " terhadap kelompok yang berbeda pemahaman, keyakinan kecuali hakim yang maha tinggi, Allah Swt. Bila perilaku dan tindakan itu kita lakukan, maka kita lebih berkuasa dari Tuhan. Kata Kunci : Anam Muda, Radikalisme, Teologi Hakimiyah, Doktrin Istisyhad
    Human right is the basic right possesed by all human beings. This right does not need to be given, purchased or inherited. Human right is automatically part of human, and human right is also applied to all mankind whoever the person, and... more
    Human right is the basic right possesed by all human beings. This right does not need to be given, purchased or inherited. Human right is automatically part of human, and human right is also applied to all mankind whoever the person, and does not rely on race, ethnicity or religion and age considerations. Humanitarian issues faced by Muslims in Indonesia today is the treatment of the country against terrorism suspects in raids in several cases considered terrorism cases in Indonesia starting from the Bali bombings, Bom Sarinah and several other terrorism cases. Discuss aspects of the humanitarian aspect of terrorism is becoming a necessity, especially when viewed from the perspective of jurisprudence. In Islamic Fiqh, autopsy (forensic) can be done, and the results serve as evidence that the rules of evidence in Islam to be entered into evidence "witness", that is, those who heard his testimony, including expert testimony. In this case many verses of the Qur'an are ordered to give this testimony, especially for those who can provide it. Abstrak HAM adalah hak dasar atau hak asasi yang dimiliki semua manusia. Hak ini tidak perlu diberikan, dibeli ataupun diwarisi. HAM adalah bagian dari manusia secara otomatis, dan HAM juga berlaku untuk seluruh umat manusia siapapun orangnya, dan tidak bergantung pada pertimbangan RAS, etnis maupun agama dan usia. Persoalan kemanusian yang dihadapi umat muslim di Indonesia saat ini adalah perlakuan negara terhadap tersangka terorisme dalam beberapa kasus penggerebekan dalam kasus yang dianggap terorisme di Indoensia mulai dari kasus Bom Bali, Bom Sarinah dan beberapa kasus terorisme lainnya. Membicarakan aspek aspek kemanusiaan dalam terorisme adalah menjadi sebuah keniscayaan, apalagi kalau dilihat dari perspektif fikih. Dalam pandangan Fikih Islam autopsi (forensik) dapat dilakukan, dan hasilnya berfungsi sebagai alat bukti, yang dalam hukum pembuktian dalam Islam bisa dimasukan ke dalam bukti " saksi " , yaitu orang yang didengar keterangannya, termasuk di dalamnya keterangan ahli. Dalam hal ini banyak ayat al-Quran yang memerintahkan untuk memberikan kesaksian ini terutama bagi mereka yang sanggup memberikannya.