Bioetanol merupakan salah satu energi alternatif pengganti bahan bakar minyak yang ramah lingkung... more Bioetanol merupakan salah satu energi alternatif pengganti bahan bakar minyak yang ramah lingkungan. Bioetanol yangdiproduksi dari bahan nabati yang mengandung glukosa atau pati disebut bioetanol generasi pertama, sedang bioetanol yang diproduksi dari bahan yang mengandung selulosa atau hemiselulosa dinamakan bioetanol generasi kedua. Salah satu bahan nabati yang mengandung selulosa/hemiselulosa tinggi dan belum banyak dimanfaatkan masyarakat yaitu batang kelapa sawit (BKS). Untuk mengkonvesi BKS menjadi bioetanol generasi kedua, ada 4 tahapan yang harus dilalui, yaitu tahap perlakuan awal, tahap hidrolisis, tahap fermentasi, dan tahap destilasi. Pada awalnya tahap hidrolisis dan tahap fermentasi dilakukan secara terpisah (Separated Hydrolysis And Fermentation atau SHF) dan pada akhir-akhir ini kedua tahapan tersebut dilakukan secara serentak (Simultaneous Sacharification and Fermentation atau SSF).Keuntungan metoda SSF adalah enzim yang digunakan sedikit, waktu untuk pembentukan etanol lebih cepat, biaya produksi lebih murah, dan jumlah bioetanol yang dihasilkan lebih tinggi. Namun kondisi optimum SSF untuk memproduksi bioetanol dari BKS belum diketahui. Oleh sebab itu, penelitian untuk menemukan kondisi optimum tersebut perlu dilakukan. Tujuan khusus penelitian ini yaitu untuk menemukan kondisi optimum SSF BKSdalam memproduksi bioetanol, yang meliputi: kosentrasi substrat, konsentrasi enzim, konsentrasi starter, dan waktu penambahan starter Saccharomyces cerevisiae, serta suhu, kecepatan goyangan, dan lama inkubasi. Pelaksanaan penelitian dimulai dengan mengeringkan dan mengecilkan ukuran BKS, dan kemudian memberi perlakuan awal BKS dengan cara merendam sample dalam larutan 1,0 M NaOH pada suhu 121oC selama 15 menit. Setelah lignin dipisahkan, holoselulosa BKS dihirolisis dengan berbagai kosentrasi enzim, ditambahkan starter pada selang waktu tertentu dari penambahan enzim, dan kemudian difermentasi secara serentak pada berbagai suhu, kecepatan goyangan, dan lama inkubasi. Hasil penelitian (kondisi optimum SSF BKS) ini akan dipublikasikan pada jurnal ilmiah dan dapat digunakan untuk mengembangkan pabrik bioethanol generasi kedua skala mikro, kecil, menengah, dan besar di daerah pedesaan atau di daerah sentra produksi pertanian dengan mengunakan limbah agroindustri pertanian yang banyak berlimpah dan harganya murah di Inonesia. Disamping itu, hasil penelitian ini juga dapat digunakan untuk memecahkan masalah kelangkaan bahan bakar minyak, mengurangi pencemaran lingkungan akibat limbah pada agroindustri, dan menciptakan lapangan pekerjaan setelah pabrik bioetanol dikembangkan.
Bioetanol merupakan salah satu energi alternatif pengganti bahan bakar minyak yang ramah lingkung... more Bioetanol merupakan salah satu energi alternatif pengganti bahan bakar minyak yang ramah lingkungan. Bioetanol yangdiproduksi dari bahan nabati yang mengandung glukosa atau pati disebut bioetanol generasi pertama, sedang bioetanol yang diproduksi dari bahan yang mengandung selulosa atau hemiselulosa dinamakan bioetanol generasi kedua. Salah satu bahan nabati yang mengandung selulosa/hemiselulosa tinggi dan belum banyak dimanfaatkan masyarakat yaitu batang kelapa sawit (BKS). Untuk mengkonvesi BKS menjadi bioetanol generasi kedua, ada 4 tahapan yang harus dilalui, yaitu tahap perlakuan awal, tahap hidrolisis, tahap fermentasi, dan tahap destilasi. Pada awalnya tahap hidrolisis dan tahap fermentasi dilakukan secara terpisah (Separated Hydrolysis And Fermentation atau SHF) dan pada akhir-akhir ini kedua tahapan tersebut dilakukan secara serentak (Simultaneous Sacharification and Fermentation atau SSF).Keuntungan metoda SSF adalah enzim yang digunakan sedikit, waktu untuk pembentukan etanol lebih cepat, biaya produksi lebih murah, dan jumlah bioetanol yang dihasilkan lebih tinggi. Namun kondisi optimum SSF untuk memproduksi bioetanol dari BKS belum diketahui. Oleh sebab itu, penelitian untuk menemukan kondisi optimum tersebut perlu dilakukan. Tujuan khusus penelitian ini yaitu untuk menemukan kondisi optimum SSF BKSdalam memproduksi bioetanol, yang meliputi: kosentrasi substrat, konsentrasi enzim, konsentrasi starter, dan waktu penambahan starter Saccharomyces cerevisiae, serta suhu, kecepatan goyangan, dan lama inkubasi. Pelaksanaan penelitian dimulai dengan mengeringkan dan mengecilkan ukuran BKS, dan kemudian memberi perlakuan awal BKS dengan cara merendam sample dalam larutan 1,0 M NaOH pada suhu 121oC selama 15 menit. Setelah lignin dipisahkan, holoselulosa BKS dihirolisis dengan berbagai kosentrasi enzim, ditambahkan starter pada selang waktu tertentu dari penambahan enzim, dan kemudian difermentasi secara serentak pada berbagai suhu, kecepatan goyangan, dan lama inkubasi. Hasil penelitian (kondisi optimum SSF BKS) ini akan dipublikasikan pada jurnal ilmiah dan dapat digunakan untuk mengembangkan pabrik bioethanol generasi kedua skala mikro, kecil, menengah, dan besar di daerah pedesaan atau di daerah sentra produksi pertanian dengan mengunakan limbah agroindustri pertanian yang banyak berlimpah dan harganya murah di Inonesia. Disamping itu, hasil penelitian ini juga dapat digunakan untuk memecahkan masalah kelangkaan bahan bakar minyak, mengurangi pencemaran lingkungan akibat limbah pada agroindustri, dan menciptakan lapangan pekerjaan setelah pabrik bioetanol dikembangkan.
Uploads
Papers