[go: up one dir, main page]

Lompat ke isi

Takengon (kota)

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Takengon
Pemandangan Takengon ke arah Danau Laut Tawar
Pemandangan Takengon ke arah Danau Laut Tawar
Negara Indonesia
ProvinsiAceh
KabupatenAceh Tengah
KecamatanLut Tawar
Bebesen
Kebayakan
Peresmian ibu kota14 April 1948
Zona waktuUTC+7 (WIB)
Kode area telepon+62 643
Takengon
NegaraIndonesia
ProvinsiAceh
KabupatenAceh Tengah
Ketinggian
1.258 m (4,127 ft)
Kode ISO 3166ID-AC[1]
Situs webhttp://www.acehtengahkab.go.id

Takengon merupakan ibu kota Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh, Indonesia. Takengon terletak di sisi Danau Laut Tawar kecamatan Lut Tawar di tengah-tengah wilayah provinsi Aceh. Takengon merupakan dataran tinggi yang berhawa sejuk dengan ketinggian sekitar 1200 m di atas permukaan laut. Di sekitar Takengon banyak terdapat tempat wisata, di antaranya adalah Danau Laut Tawar di kecamatan Laut Tawar, kecamatan Bebesen dan kecamatan Kebayakan, Gua Puteri Pukes di kecamatan Kebayakan dan Pantan Terong di kecamatan Bebesen.

Suku Gayo merupakan penduduk asli takengon.

Takengon berasal dari bahasa Gayo "Beta ku engon" yang arti nya "begitu ku lihat", pengucapan "beta ku engon" pada masyarakat gayo biasa dipersingkat menjadi "ta kengon". Untuk menuju ke ibu kota kabupaten Aceh Tengah ini bisa melalui jalan Lintas Timur Sumatra ex Jl KKA Aceh Utara atau melalui kabupaten Bireuen dan harus melewati 2 gunung aktif di kabupaten Bener Meriah.

Zaman Penjajahan Belanda

[sunting | sunting sumber]

Di zaman Belanda, wilayah Aceh Tengah yang dimaksud Takengon sekarang adalah sangat kecil lokasinya. hal ini diarenakan takengon bukan kota otonom atau wilayah otonom. Takengon hanya terdiri dari 2 kelurahan yakni takengon timur dan takengon barat yang masuk ke kecamatan lut tawar Kabupaten Aceh Tengah.

Takengon juga pernah dijadikan sebagai onderafdeeling oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Sejak saat itu pula kota Takengon perlahan mulai maju. Infrastruktur seperti jalan raya, perumahan kolonial, pasar, sekolah dan yang lain mulai dibangun. Hal tersebut merupakan bagian dari politik Belanda agar bisa menguasai seluruh Tanah Gayo dan membuat hati masyarakat lunak.[2][3]

Pemberontakan DI/TII

[sunting | sunting sumber]

Pada bulan September 1953, Takengon jatuh ke tangan pasukan DI/TII. Dua bulan kemudian, tepatnya pada akhir November 1953, TNI merebut Takengon dari DI/TII.[4]

Menurut masyarakat gayo sendiri, takengon yang asal kata awalnya tan ku engon,yang artinya pertama kali kulihat. Ini menunjukkan bahwa penduduk pada zaman dulu melihat keindahan alam di kota takengon yang sangat indah.

Kecamatan Takengon iklim hutan hujan tropis (Af) dengan curah hujan sedang hingga lebat sepanjang tahun.

Data iklim Takengon
Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Tahun
Rata-rata tertinggi °C (°F) 25.1
(77.2)
26.4
(79.5)
26.3
(79.3)
26.3
(79.3)
26.8
(80.2)
26.3
(79.3)
25.7
(78.3)
25.8
(78.4)
25.1
(77.2)
25.1
(77.2)
24.7
(76.5)
25.2
(77.4)
25.73
(78.32)
Rata-rata harian °C (°F) 20.4
(68.7)
20.9
(69.6)
21.0
(69.8)
21.3
(70.3)
21.4
(70.5)
20.8
(69.4)
20.3
(68.5)
20.3
(68.5)
20.2
(68.4)
20.5
(68.9)
20.3
(68.5)
20.5
(68.9)
20.66
(69.17)
Rata-rata terendah °C (°F) 15.8
(60.4)
15.4
(59.7)
15.8
(60.4)
16.4
(61.5)
16.0
(60.8)
15.4
(59.7)
14.9
(58.8)
14.9
(58.8)
15.4
(59.7)
15.9
(60.6)
15.9
(60.6)
15.9
(60.6)
15.64
(60.13)
Curah hujan mm (inci) 165
(6.5)
118
(4.65)
185
(7.28)
172
(6.77)
129
(5.08)
61
(2.4)
67
(2.64)
86
(3.39)
145
(5.71)
206
(8.11)
224
(8.82)
222
(8.74)
1.780
(70,09)
Sumber: Climate-Data.org[5]

Seni dan Budaya

[sunting | sunting sumber]
Sebuah masjid dekat Takengon tahun 1910-1930

Salah satu acara yang sangat menarik perhatian masyarakat lokal atau pendatang adalah acara pacuan kuda di Pegasing, Aceh Tengah yang biasanya diadakan pada pertengahan bulan Agustus untuk menyambut dan merayakan hari Kemerdekaaan Indonesia yang butuh waktu setengah jam perjalanan dan pacuan kuda saat menyambut tahun baru di desa jadirejo, Bukit, Bener Meriah. acara nya juga tidak jauh dari Takengon, Aceh Tengah, hanya butuh waktu sekitar setengah jam perjalanan.

Takengon berhasil meraih piala adipura selama dua tahun berturut-turut, yakni pada 2016-2017. Pada 2016, piala adipura diserahkan oleh Menteri Lingkungan Hidup, Siti Nurbaya kepada Bupati Aceh Tengah, Nasaruddin di Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Adapun pada 2017, piala adipura diserahkan di Jakarta bersama 40 kota lainnya di Indonesia.[6]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ [1] Diarsipkan 2014-12-19 di Wayback Machine., StandardFinden:ISO-Code.
  2. ^ Iswanto, Sufandi; Zulfan, Zulfan; Suryana, Nina (2020-04-12). "Gayo Highland Takengon from 1904 To 1942: A Historical Analysis of Coffee Plantations at the Era of Dutch Colonialism". Paramita: Historical Studies Journal (dalam bahasa Inggris). 30 (1): 69–82. doi:10.15294/paramita.v30i1.21637. ISSN 2407-5825. 
  3. ^ Iswanto, S.; Nurasiah, N.; Kesuma, T.B. (2021). "Dutch Colonial Infrastructure Development in Takengon". Jurnal Sejarah Citra Lekha. 6 (1): 15–25. 
  4. ^ van Dijk, Cornelis (1981). Rebellion under the Banner of Islam: The Darul Islam in Indonesia. The Hague: Martinus Nijhoff. hlm. 308. 
  5. ^ "Climate: Takengon". Climate-Data.org. Diakses tanggal 5 November 2020. 
  6. ^ AcehProv. "Pemerintah Aceh | Kota Takengon Kembali Raih Sertifikat Adipura". www.acehprov.go.id (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-09-25. Diakses tanggal 2017-09-25. 

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]